NUBUATAN DANIEL TENTANG ISLAM ??

heinskle wrote:

Quote :

Ya mungkin diadakan pemilihan penginjil cilik mas.

Emangnya sama dengan islam, slalu berlomba-lomba ingin menonjolkan kepandaian.

sungguh pemikiran yg sempit dan aneh.

Saya rasa bukan hanya dlm Islam saja yg berlomba2 ingin menonjolkan kepandaian, terbukti diadakannya olympiade matematika, fisika dll, dan itu tdk diikuti oleh umat Islam saja to?

Ya berdo'a saja siapa tahu suatu waktu akan diadakan pemilihan penginjil cilik di TV.

striker wrote:

heinskle wrote:

Quote :

Ya mungkin diadakan pemilihan penginjil cilik mas.

Emangnya sama dengan islam, slalu berlomba-lomba ingin menonjolkan kepandaian.

sungguh pemikiran yg sempit dan aneh.

Saya rasa bukan hanya dlm Islam saja yg berlomba2 ingin menonjolkan kepandaian, terbukti diadakannya olympiade matematika, fisika dll, dan itu tdk diikuti oleh umat Islam saja to?

Ya berdo'a saja siapa tahu suatu waktu akan diadakan pemilihan penginjil cilik di TV.

@ Striker,
Bukan pemikiran yg sempit, melainkan hal tersebut menunjukan diri dari dunia kepada dunia.

heinskle wrote:

striker wrote:

heinskle wrote:

Quote :

Ya mungkin diadakan pemilihan penginjil cilik mas.

Emangnya sama dengan islam, slalu berlomba-lomba ingin menonjolkan kepandaian.

sungguh pemikiran yg sempit dan aneh.

Saya rasa bukan hanya dlm Islam saja yg berlomba2 ingin menonjolkan kepandaian, terbukti diadakannya olympiade matematika, fisika dll, dan itu tdk diikuti oleh umat Islam saja to?

Ya berdo'a saja siapa tahu suatu waktu akan diadakan pemilihan penginjil cilik di TV.

@ Striker,
Bukan pemikiran yg sempit, melainkan hal tersebut menunjukan diri dari dunia kepada dunia.

maksudte opo meneh? :?:

striker wrote:

heinskle wrote:

striker wrote:

heinskle wrote:

Quote :

Ya mungkin diadakan pemilihan penginjil cilik mas.

Emangnya sama dengan islam, slalu berlomba-lomba ingin menonjolkan kepandaian.

sungguh pemikiran yg sempit dan aneh.

Saya rasa bukan hanya dlm Islam saja yg berlomba2 ingin menonjolkan kepandaian, terbukti diadakannya olympiade matematika, fisika dll, dan itu tdk diikuti oleh umat Islam saja to?

Ya berdo'a saja siapa tahu suatu waktu akan diadakan pemilihan penginjil cilik di TV.

@ Striker,
Bukan pemikiran yg sempit, melainkan hal tersebut menunjukan diri dari dunia kepada dunia.

maksudte opo meneh? :?:

Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga

Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya

Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil

heinskle wrote:

striker wrote:

heinskle wrote:

striker wrote:

heinskle wrote:

Quote :

Ya mungkin diadakan pemilihan penginjil cilik mas.

Emangnya sama dengan islam, slalu berlomba-lomba ingin menonjolkan kepandaian.

sungguh pemikiran yg sempit dan aneh.

Saya rasa bukan hanya dlm Islam saja yg berlomba2 ingin menonjolkan kepandaian, terbukti diadakannya olympiade matematika, fisika dll, dan itu tdk diikuti oleh umat Islam saja to?

Ya berdo'a saja siapa tahu suatu waktu akan diadakan pemilihan penginjil cilik di TV.

@ Striker,
Bukan pemikiran yg sempit, melainkan hal tersebut menunjukan diri dari dunia kepada dunia.

maksudte opo meneh? :?:

Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga

Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya

Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil

Makin tak pahamlah awak ni

striker wrote:

Makin tak pahamlah awak ni

Damai bagimu striker.

Mungkin, salah satu penyebabnya, menurut pandangan saya, karena Moslem memandang agama itu sebagai ilmu. Maka, dikenallah Sarjana Agama (SAg) di kalangan muslim. Sementara Kristen memandang bukan dari sudut ilmunya melainkan dari sudut ketuhanannya, maka di kalangan Kristen yang ada adalah Sarjana Theologia (STh) atau Sarjana Filsapat (SFil).

Jadi, karena Moslem memandang agama sebagai ilmu, maka sejak kecil seorang Moslem sungguhan dididik ilmu agama, agar hidupnya setelah dewasa mempunyai ilmu agama yang cukup dan diharapkan menjadi rahmat bagi sekelilingnya. Di lain sisi, Kristen sungguhan memandang yang utama bukan segi agamanya, melainkan segi ketuhanannya, sehingga Kristen-kristen cilik dididik untuk mengenal Tuhan, setelah mengenal Tuhan diharapkan kehidupan dewasanya nanti akan penuh kedamaian dan cinta kasih.

Nah, dari hal tersebut, maka secara umum, Moslem mengutamakan agama dan sangat menghormati ahli agama, dan memandang orang beragama bukan Islam kurang bernilai. Sementara Kristen mengutamakan aplikasi ketuhanan, memandang orang bukan dari segi agamanya, melainkan dari segi kemanfaatan orang tersebut di tengah pergaulan hidup. Ringkasnya, secara umum, Kristen lebih toleran daripada Moslem.

Begitu menurut pandangan saya.

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

striker wrote:

Makin tak pahamlah awak ni

Damai bagimu striker.

Mungkin, salah satu penyebabnya, menurut pandangan saya, karena Moslem memandang agama itu sebagai ilmu. Maka, dikenallah Sarjana Agama (SAg) di kalangan muslim. Sementara Kristen memandang bukan dari sudut ilmunya melainkan dari sudut ketuhanannya, maka di kalangan Kristen yang ada adalah Sarjana Theologia (STh) atau Sarjana Filsapat (SFil).

Jadi, karena Moslem memandang agama sebagai ilmu, maka sejak kecil seorang Moslem sungguhan dididik ilmu agama, agar hidupnya setelah dewasa mempunyai ilmu agama yang cukup dan diharapkan menjadi rahmat bagi sekelilingnya. Di lain sisi, Kristen sungguhan memandang yang utama bukan segi agamanya, melainkan segi ketuhanannya, sehingga Kristen-kristen cilik dididik untuk mengenal Tuhan, setelah mengenal Tuhan diharapkan kehidupan dewasanya nanti akan penuh kedamaian dan cinta kasih.

Nah, dari hal tersebut, maka secara umum, Moslem mengutamakan agama dan sangat menghormati ahli agama, dan memandang orang beragama bukan Islam kurang bernilai. Sementara Kristen mengutamakan aplikasi ketuhanan, memandang orang bukan dari segi agamanya, melainkan dari segi kemanfaatan orang tersebut di tengah pergaulan hidup. Ringkasnya, secara umum, Kristen lebih toleran daripada Moslem.

Begitu menurut pandangan saya.

Damai, damai, damai.

-Jadi tambah tak faham beta, apa beda Sarjana Agama dengan Sarjana Theologia?

-Bagaimana mendidik anak kita tuk mengenal Tuhan tanpa ilmu? lagi ah..

-pendapat yg terakhir saya yakin hanya asumsi pribadi kan mas damai? ;)

Quote :

-pendapat yg terakhir saya yakin hanya asumsi pribadi kan mas damai?

Kalau pendapat anda lain ya mas?

bruce wrote:

Quote :

-pendapat yg terakhir saya yakin hanya asumsi pribadi kan mas damai?

Kalau pendapat anda lain ya mas?

OO tentu saja, boleh dong

striker wrote:

bruce wrote:

Quote :

-pendapat yg terakhir saya yakin hanya asumsi pribadi kan mas damai?

Kalau pendapat anda lain ya mas?

OO tentu saja, boleh dong

Pendapat pribadi ngga pernah dilarang mas, tetapi apa don pendapat anda ?

:)

Quote :

-Jadi tambah tak faham beta, apa beda Sarjana Agama dengan Sarjana Theologia?

Tentu saja berbeda,
Islam memiliki jutaan sarjana agama, oleh sebab itu berlakulah jamuran hadizt serta dadakan fatwa yg tidak jelas.

contoh:
merokok adalah haram.

heinskle wrote:

Quote :

-Jadi tambah tak faham beta, apa beda Sarjana Agama dengan Sarjana Theologia?

Tentu saja berbeda,
Islam memiliki jutaan sarjana agama, oleh sebab itu berlakulah jamuran hadizt serta dadakan fatwa yg tidak jelas.

contoh:
merokok adalah haram.

Apa hubungannya sarjana agama dengan fatwa? tdk semua sarjana agama boleh membuat fatwa mas.

Emang kristen gak punya jutaan sarjana theologia ya?

Saya rasa ada bagusnya kalau rokok diharamkan, biar lebih sehat

bruce wrote:

striker wrote:

bruce wrote:

Quote :

-pendapat yg terakhir saya yakin hanya asumsi pribadi kan mas damai?

Kalau pendapat anda lain ya mas?

OO tentu saja, boleh dong

Pendapat pribadi ngga pernah dilarang mas, tetapi apa don pendapat anda ?

:)

pendapat saya simple saja kok mas, setiap minoritas akan selalu merasa tdk mendapatkan rasa toleransi dari mayoritas. itu saja. :)

striker wrote:

Husada wrote:

striker wrote:

Makin tak pahamlah awak ni

Damai bagimu striker.
Mungkin, salah satu penyebabnya, menurut pandangan saya, karena Moslem memandang agama itu sebagai ilmu. Maka, dikenallah Sarjana Agama (SAg) di kalangan muslim. Sementara Kristen memandang bukan dari sudut ilmunya melainkan dari sudut ketuhanannya, maka di kalangan Kristen yang ada adalah Sarjana Theologia (STh) atau Sarjana Filsapat (SFil).
Jadi, karena Moslem memandang agama sebagai ilmu, maka sejak kecil seorang Moslem sungguhan dididik ilmu agama, agar hidupnya setelah dewasa mempunyai ilmu agama yang cukup dan diharapkan menjadi rahmat bagi sekelilingnya. Di lain sisi, Kristen sungguhan memandang yang utama bukan segi agamanya, melainkan segi ketuhanannya, sehingga Kristen-kristen cilik dididik untuk mengenal Tuhan, setelah mengenal Tuhan diharapkan kehidupan dewasanya nanti akan penuh kedamaian dan cinta kasih.
Nah, dari hal tersebut, maka secara umum, Moslem mengutamakan agama dan sangat menghormati ahli agama, dan memandang orang beragama bukan Islam kurang bernilai. Sementara Kristen mengutamakan aplikasi ketuhanan, memandang orang bukan dari segi agamanya, melainkan dari segi kemanfaatan orang tersebut di tengah pergaulan hidup. Ringkasnya, secara umum, Kristen lebih toleran daripada Moslem.
Begitu menurut pandangan saya.
Damai, damai, damai.

-Jadi tambah tak faham beta, apa beda Sarjana Agama dengan Sarjana Theologia?
-pendapat yg terakhir saya yakin hanya asumsi pribadi kan mas damai? ;)

Damai bagimu striker.

Begini. Ini bermula dari adanya pemilihan da'i cilik, dan tidak adanya pemilihan pendeta cilik. heinskle berpikiran bahwa itu terjadi karena pembaca Alkitab tidak ingin menonjolkan kepandaiannya membaca Alkitab, sementara pembaca Al Qur'an ingin menonjolkan kepandaiannya membaca Al Qur'an. striker menyejajarkan pemahaman Al Qur'an dengan pemahaman ilmu-ilmu lainnya, bahwa kebanyakan orang yang mendalami suatu ilmu (termasuk ilmu agama) ingin menunjukkan bahwa kepandaiannya melebihi kepandaian orang lain.

Kemudian saya mencoba menunjukkan penyebab mengapa ada pemilihan da'i cilik, dan tidak ada pemilihan pendeta ciliki. Bahwa bagi Moslem, agama itu dipandang sebagai ilmu, sehingga sejak kecil seorang Moslem akan diajar menguasai ilmu agama. Maka, sejak kecil, seorang Moslem diajar ilmu agama. Sementara bagi Kresten, agama itu bukan sesuatu yang setara atau melebihi keutamaan Tuhan, sehingga mementingkan agama relatif tidak menjadi prioritas utama bagi Kresten. Yang utama bagi orang Kresten adalah Tuhan, maka bagi Kresten mengetahui Tuhan lebih utama daripada mengetahui agama. Untuk mengetahui Tuhan, menurut Kresten, yang perlu didalami adalah Theologia (ilmu ketuhanan) dan/atau Filsafat.

Nah, dari situ, lahirlah Sarjana Agama dari Moslem, dan Sarjana Theologia dan/atau Sarjana Filsafat dari Kresten. Dari nama kesarjanaannya, sudah menunjukkan kadar pengetahuan orang pemilik gelar tersebut. Bahwa seorang Sarjana Agama, dipandang faham atau mumpuni dalam hal agama, sementara Sarjana Theologia dipandang faham atau mumpuni dalam Theologia, dan Sarjana Filsafat dipandang faham dan mumpuni dalam hal filsafat.

Mengingat agama bersifat sektarian, yaitu menghargai orang yang seagama dan kurang menghargai orang yang tidak seagama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sarjana Agama berpandangan sektarian. Sementara itu, Theologia (ilmu ketuhanan) ingin mengetahui Tuhan yang bersifat universal, bersifat umum, tidak sektarian. Demikian juga filsafat, bersifat umum dan tidak sektarian. Dengan demikian, Sarjana Theologia dan Sarjana Filsafat, secara umum dapat dikatakan berpikiran tidak sektarian.

Nah, menurut hemat saya, itu merupakan perbedaan Sarjana Agama terhadap Sarjana Theologia dan/atau Sarjana Filsafat. Bahwa Sarjana Agama berpandangan sektarian, sementara Sarjana Theologia dan Sarjana Filsafat berpandangan tidak sektarian.

Damai bagimu striker.

Husada wrote:

striker wrote:

Husada wrote:

striker wrote:

Makin tak pahamlah awak ni

Damai bagimu striker.
Mungkin, salah satu penyebabnya, menurut pandangan saya, karena Moslem memandang agama itu sebagai ilmu. Maka, dikenallah Sarjana Agama (SAg) di kalangan muslim. Sementara Kristen memandang bukan dari sudut ilmunya melainkan dari sudut ketuhanannya, maka di kalangan Kristen yang ada adalah Sarjana Theologia (STh) atau Sarjana Filsapat (SFil).
Jadi, karena Moslem memandang agama sebagai ilmu, maka sejak kecil seorang Moslem sungguhan dididik ilmu agama, agar hidupnya setelah dewasa mempunyai ilmu agama yang cukup dan diharapkan menjadi rahmat bagi sekelilingnya. Di lain sisi, Kristen sungguhan memandang yang utama bukan segi agamanya, melainkan segi ketuhanannya, sehingga Kristen-kristen cilik dididik untuk mengenal Tuhan, setelah mengenal Tuhan diharapkan kehidupan dewasanya nanti akan penuh kedamaian dan cinta kasih.
Nah, dari hal tersebut, maka secara umum, Moslem mengutamakan agama dan sangat menghormati ahli agama, dan memandang orang beragama bukan Islam kurang bernilai. Sementara Kristen mengutamakan aplikasi ketuhanan, memandang orang bukan dari segi agamanya, melainkan dari segi kemanfaatan orang tersebut di tengah pergaulan hidup. Ringkasnya, secara umum, Kristen lebih toleran daripada Moslem.
Begitu menurut pandangan saya.
Damai, damai, damai.

-Jadi tambah tak faham beta, apa beda Sarjana Agama dengan Sarjana Theologia?
-pendapat yg terakhir saya yakin hanya asumsi pribadi kan mas damai? ;)

Damai bagimu striker.

Begini. Ini bermula dari adanya pemilihan da'i cilik, dan tidak adanya pemilihan pendeta cilik. heinskle berpikiran bahwa itu terjadi karena pembaca Alkitab tidak ingin menonjolkan kepandaiannya membaca Alkitab, sementara pembaca Al Qur'an ingin menonjolkan kepandaiannya membaca Al Qur'an. striker menyejajarkan pemahaman Al Qur'an dengan pemahaman ilmu-ilmu lainnya, bahwa kebanyakan orang yang mendalami suatu ilmu (termasuk ilmu agama) ingin menunjukkan bahwa kepandaiannya melebihi kepandaian orang lain.

Kemudian saya mencoba menunjukkan penyebab mengapa ada pemilihan da'i cilik, dan tidak ada pemilihan pendeta ciliki. Bahwa bagi Moslem, agama itu dipandang sebagai ilmu, sehingga sejak kecil seorang Moslem akan diajar menguasai ilmu agama. Maka, sejak kecil, seorang Moslem diajar ilmu agama. Sementara bagi Kresten, agama itu bukan sesuatu yang setara atau melebihi keutamaan Tuhan, sehingga mementingkan agama relatif tidak menjadi prioritas utama bagi Kresten. Yang utama bagi orang Kresten adalah Tuhan, maka bagi Kresten mengetahui Tuhan lebih utama daripada mengetahui agama. Untuk mengetahui Tuhan, menurut Kresten, yang perlu didalami adalah Theologia (ilmu ketuhanan) dan/atau Filsafat.

Nah, dari situ, lahirlah Sarjana Agama dari Moslem, dan Sarjana Theologia dan/atau Sarjana Filsafat dari Kresten. Dari nama kesarjanaannya, sudah menunjukkan kadar pengetahuan orang pemilik gelar tersebut. Bahwa seorang Sarjana Agama, dipandang faham atau mumpuni dalam hal agama, sementara Sarjana Theologia dipandang faham atau mumpuni dalam Theologia, dan Sarjana Filsafat dipandang faham dan mumpuni dalam hal filsafat.

Mengingat agama bersifat sektarian, yaitu menghargai orang yang seagama dan kurang menghargai orang yang tidak seagama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sarjana Agama berpandangan sektarian. Sementara itu, Theologia (ilmu ketuhanan) ingin mengetahui Tuhan yang bersifat universal, bersifat umum, tidak sektarian. Demikian juga filsafat, bersifat umum dan tidak sektarian. Dengan demikian, Sarjana Theologia dan Sarjana Filsafat, secara umum dapat dikatakan berpikiran tidak sektarian.

Nah, menurut hemat saya, itu merupakan perbedaan Sarjana Agama terhadap Sarjana Theologia dan/atau Sarjana Filsafat. Bahwa Sarjana Agama berpandangan sektarian, sementara Sarjana Theologia dan Sarjana Filsafat berpandangan tidak sektarian.

Damai bagimu striker.

- pemilihan sesuatu sejatinya tdk hanya dipandang ingin menonjolkan seuatu tersebut, tapi lebih dipandang sebagai penghargaan atas suatu kelebihan yg dimiliki. :)

Anda tentu akan merasa bangga jika anak anda menonjol dlm bidang sesuatu, kalau ternyata anak anda hapal sebagian dari injil dan berkata2 yg ada dlm kitab (perkataan kitabiah mungkin bisa disebut begitu), apakah itu tdk membuat anda bangga? ataukah mungkin anda akan memarahinya, karena anda berfikir anak anda lebih mementingkan kitab daripada Tuhannya?

- Apakah menurut anda Islam itu mensetarakan agama dan melebihi keutamakan Tuhan?

- Kalau bukan dengan Ilmu agama, bagaimana kita mengenal Tuhan, apakah dengan ilmu matematika, atau ilmu bela diri?

- Apa beda Ilmu ketuhanan dengan Ilmu agama? bukankah Agama juga mengajarkan ketuhanan?

- Kalau boleh tahu apa itu sektarian?

-

Damai bagimu striker.

striker wrote:

- pemilihan sesuatu sejatinya tdk hanya dipandang ingin menonjolkan seuatu tersebut, tapi lebih dipandang sebagai penghargaan atas suatu kelebihan yg dimiliki. :)

Saya sepakat dengan striker dalam pikiran terkutip tersebut diatas.

striker wrote:

- Apakah menurut anda Islam itu mensetarakan agama dan melebihi keutamakan Tuhan?

Terus terang, pernah saya berpandangan begitu. Apakah sebenarnya bukan begitu? Saya berpandangan begitu karena ternyata beberapa Moslem akan mencak-mencak habis-habisan kalau dia menilai ada sikap seseorang atau sekelompok orang yang menghina simbol-simbol agamanya. Tidak cukup hanya menghimbau atau memerintahkan memperbaiki sikap, tetapi sekalian membumihanguskan orang atau kelompok orang yang dinilai menghina tersebut. Saya pandang,

Moslem seperti itu menilai simbol agamanya sama dengan Tuhan, sehingga kalau simbol agama tersebut diperlakukan salah menurut pandangan Moslem, sama halnya dengan memperlakukan Tuhan secara salah, maka berjihadlah, bumi hanguskan penghina itu..

striker wrote:

- Kalau bukan dengan Ilmu agama, bagaimana kita mengenal Tuhan, apakah dengan ilmu matematika, atau ilmu bela diri?

- Apa beda Ilmu ketuhanan dengan Ilmu agama? bukankah Agama juga mengajarkan ketuhanan?

- Kalau boleh tahu apa itu sektarian?

striker wrote:

- Kalau bukan dengan Ilmu agama, bagaimana kita mengenal Tuhan, apakah dengan ilmu matematika, atau ilmu bela diri?

Dengan banyak hal. Misalnya, memperhatikan keindahan alam, mendengar kisah kasih Tuhan kepada manusia, membaca kitab berisikan cerita ketuhanan, dll, dll.

striker wrote:

- Apa beda Ilmu ketuhanan dengan Ilmu agama? bukankah Agama juga mengajarkan ketuhanan?

Ilmu ketuhanan, menjadikan Tuhan sebagai sesuatu yang ingin dikenal, diketahui, dipelajari, diikuti keinginanNya. Tuhan bersikap adil dengan semua pihak, tidak pilih kasih.

Ilmu agama, menjadikan agama sebagai sesuatu yang ingin dikenal, diketahui, dipelajari, diikuti keinginanNya. Agama bersikap pilih kasih, lebih mengasihi yang seanutan, memandang sedikit lebih tidak berharga terhadap orang yang tidak segolongan anutan.

striker wrote:

- Kalau boleh tahu apa itu sektarian?

Agar lebih obyektif, silakan striker cari di kamus, atau ensiklopedia, atau pedia-pedia lainnya. Atau, tanyakan mbah Google.

Damai bagi LTBers.

Husada wrote:

Damai bagimu striker.

striker wrote:

- pemilihan sesuatu sejatinya tdk hanya dipandang ingin menonjolkan seuatu tersebut, tapi lebih dipandang sebagai penghargaan atas suatu kelebihan yg dimiliki. :)

Saya sepakat dengan striker dalam pikiran terkutip tersebut diatas.

striker wrote:

- Apakah menurut anda Islam itu mensetarakan agama dan melebihi keutamakan Tuhan?

Terus terang, pernah saya berpandangan begitu. Apakah sebenarnya bukan begitu? Saya berpandangan begitu karena ternyata beberapa Moslem akan mencak-mencak habis-habisan kalau dia menilai ada sikap seseorang atau sekelompok orang yang menghina simbol-simbol agamanya. Tidak cukup hanya menghimbau atau memerintahkan memperbaiki sikap, tetapi sekalian membumihanguskan orang atau kelompok orang yang dinilai menghina tersebut. Saya pandang,

Moslem seperti itu menilai simbol agamanya sama dengan Tuhan, sehingga kalau simbol agama tersebut diperlakukan salah menurut pandangan Moslem, sama halnya dengan memperlakukan Tuhan secara salah, maka berjihadlah, bumi hanguskan penghina itu..

striker wrote:

- Kalau bukan dengan Ilmu agama, bagaimana kita mengenal Tuhan, apakah dengan ilmu matematika, atau ilmu bela diri?

- Apa beda Ilmu ketuhanan dengan Ilmu agama? bukankah Agama juga mengajarkan ketuhanan?

- Kalau boleh tahu apa itu sektarian?

striker wrote:

- Kalau bukan dengan Ilmu agama, bagaimana kita mengenal Tuhan, apakah dengan ilmu matematika, atau ilmu bela diri?

Dengan banyak hal. Misalnya, memperhatikan keindahan alam, mendengar kisah kasih Tuhan kepada manusia, membaca kitab berisikan cerita ketuhanan, dll, dll.

striker wrote:

- Apa beda Ilmu ketuhanan dengan Ilmu agama? bukankah Agama juga mengajarkan ketuhanan?

Ilmu ketuhanan, menjadikan Tuhan sebagai sesuatu yang ingin dikenal, diketahui, dipelajari, diikuti keinginanNya. Tuhan bersikap adil dengan semua pihak, tidak pilih kasih.

Ilmu agama, menjadikan agama sebagai sesuatu yang ingin dikenal, diketahui, dipelajari, diikuti keinginanNya. Agama bersikap pilih kasih, lebih mengasihi yang seanutan, memandang sedikit lebih tidak berharga terhadap orang yang tidak segolongan anutan.

striker wrote:

- Kalau boleh tahu apa itu sektarian?

Agar lebih obyektif, silakan striker cari di kamus, atau ensiklopedia, atau pedia-pedia lainnya. Atau, tanyakan mbah Google.

Damai bagi LTBers.

-Mungkin pandangan yg sama yg dilakukan oleh gereja2 jaman dulu, ilmu apakah yg mereka terapkan sehingga membumi hanguskan yg tdk sependapat?

Agama bersikap pilih kasih, lebih mengasihi yang seanutan, memandang sedikit lebih tidak berharga terhadap orang yang tidak segolongan anutan.


-Apakah pendapat seperti ini anda kemukakan utk semua agama? :silent:

Quote :

Apa hubungannya sarjana agama dengan fatwa? tdk semua sarjana agama boleh membuat fatwa mas.

Sebagian membuat fatwa, sebagian lainnya merakit bom.....

Quote :

Saya rasa ada bagusnya kalau rokok diharamkan, biar lebih sehat lol!

asalkan jangan mengharamkan ber-polagami ...

Damai bagimu striker.

striker wrote:

-Mungkin pandangan yg sama yg dilakukan oleh gereja2 jaman dulu, ilmu apakah yg mereka terapkan sehingga membumi hanguskan yg tdk sependapat?

striker bukan berkeinginan mengatakan bahwa Moslem meniru atau mencontoh pandangan dan kelakuan gereja jaman dulu, bukan? Dan, perlu juga striker dalami, apa memang seperti yang striker pikirkan itu yang terjadi dengan sikap gereja jaman dulu? Sangat saya sayangkan, referensi saya kurang memadai untuk mengomentari pandangan striker yang menyimpulkan bahwa gereja jaman dulu menganut sikap pembumihangusan.

Mungkin ada LTBers yang memiliki referensi yang cukup mengenai itu, silahkan dipuaskan rasa keingintahuan striker.

striker wrote:

Agama bersikap pilih kasih, lebih mengasihi yang seanutan, memandang sedikit lebih tidak berharga terhadap orang yang tidak segolongan anutan.
Apakah pendapat seperti ini anda kemukakan utk semua agama? :silent:

Sepanjang pemahaman saya, kalau berbicara mengenai agama, YA. Suatu agama akan lebih dahulu berbuat mendahulukan jemaat, atau umatnya, kemudian memikirkan jemaat, atau umat agama lain. Dan kalau dipikir, sudah kodrat kemanusiaan sifat yang begitu itu. Ambil contoh, dua orang kakak beradik, yang sama-sama telah mempunyai keluarga sendiri, masing-masing akan mendahulukan anggota keluarganya daripada anggota keluarga kakak atau adiknya. Demikian juga, setiap agama akan lebih mendahulukan kepentingan jemaat atau umatnya, lalu kemudian memikirkan jemaat atau umat agama lain. Bahkan, mungkin ada agama yang sama sekali tidak memandang agama lain sebagai agama, melainkan seteru yang perlu dibumihanguskan.

Damai bagi LTBers.

Husada wrote:

Damai bagimu striker.

striker wrote:

-Mungkin pandangan yg sama yg dilakukan oleh gereja2 jaman dulu, ilmu apakah yg mereka terapkan sehingga membumi hanguskan yg tdk sependapat?

striker bukan berkeinginan mengatakan bahwa Moslem meniru atau mencontoh pandangan dan kelakuan gereja jaman dulu, bukan? Dan, perlu juga striker dalami, apa memang seperti yang striker pikirkan itu yang terjadi dengan sikap gereja jaman dulu? Sangat saya sayangkan, referensi saya kurang memadai untuk mengomentari pandangan striker yang menyimpulkan bahwa gereja jaman dulu menganut sikap pembumihangusan.

Mungkin ada LTBers yang memiliki referensi yang cukup mengenai itu, silahkan dipuaskan rasa keingintahuan striker.

" .... ilmu apakah yg mereka terapkan sehingga membumi hanguskan yg tdk sependapat? " yang pasti tidak ada.
hal tersebut dilakukan berdasarkan emosional per individu-an belaka dengan mengatas namakan gereja, demi kepentingan pribadi, harga diri, jabatan, status sosial dll.
tidak ada satu ajaran apapun didalam iman kristen yang menyatakan harus membumi hanguskan bagi mereka yang tidak sependapat, hal tersebut bertolak belakang seperti yang Yesus telah ajarkan / perintahkan.
Iman Kristen yang sejati dan berdiam didalam diri seseorang, adalah orang2 yg sah disebut GEREJA ( mereka yang terpanggil dari kegelapan menuju TERANG Kristus ), dalam arti memiliki KASIH serta memberlakukan kedua hukum kasih tsb seperti yang diteladani oleh Kristus, diluar itu maka orang / masyarakat / komunitas tersebut belum layak disebut GEREJA.

kisah nyata pembumihangusan yg dilakukan oleh suatu komunitas / masyarakat yang dikoordinir oleh suatu pemerintahan / penguasa, hanyalah bersifat mempertahankan kestabilitasan system keagamaan yang dianut pada masa itu.
berbeda dengan pembumihangusan yang dilakukan umat islam dalam pengembangan islam, hal tersebut terpaksa dan harus dilakukan dalam mempertahankan hak, perebutan dan penguasaan wilayah.

striker wrote:

Agama bersikap pilih kasih, lebih mengasihi yang seanutan, memandang sedikit lebih tidak berharga terhadap orang yang tidak segolongan anutan.
Apakah pendapat seperti ini anda kemukakan utk semua agama? :silent:

Sepanjang pemahaman saya, kalau berbicara mengenai agama, YA. Suatu agama akan lebih dahulu berbuat mendahulukan jemaat, atau umatnya, kemudian memikirkan jemaat, atau umat agama lain. Dan kalau dipikir, sudah kodrat kemanusiaan sifat yang begitu itu. Ambil contoh, dua orang kakak beradik, yang sama-sama telah mempunyai keluarga sendiri, masing-masing akan mendahulukan anggota keluarganya daripada anggota keluarga kakak atau adiknya. Demikian juga, setiap agama akan lebih mendahulukan kepentingan jemaat atau umatnya, lalu kemudian memikirkan jemaat atau umat agama lain. Bahkan, mungkin ada agama yang sama sekali tidak memandang agama lain sebagai agama, melainkan seteru yang perlu dibumihanguskan.

Damai bagi LTBers.[/quote]

Jika kita berbicara tentang 'agama' , saya sependapat dengan Husada. karena 'agama' berbicara ttg kerukunan suatu kolompok / komunitas yang sependapat setaraf cara berpikir manusia. maka kestabilitasan kelompok tersebut harus terlebih dahulu dijaga, selebihnya baru memperhatikan orang lain. bahkan mungkin menganggap agama lain menjadi batu sandungan yang perlu dibumi hanguskan.

Berbicara ttg 'iman Percaya' maka tidak akan pernah memandang bulu siapakah dia, target utama adalah penyampaian kepentingan TUHAN yg harus didahulukan, tidak membenarkan yang salah dan tidak menyalahkan yang benar.
Tidak memandang agama orang lain sebagai batu sandungan, melainkan merasa kasihan karena mereka adalah domba2 lain yang perlu digembalakan.

heinskle wrote:

Jika kita berbicara tentang 'agama' , saya sependapat dengan Husada. karena 'agama' berbicara ttg kerukunan suatu kolompok / komunitas yang sependapat setaraf cara berpikir manusia. maka kestabilitasan kelompok tersebut harus terlebih dahulu dijaga, selebihnya baru memperhatikan orang lain. bahkan mungkin menganggap agama lain menjadi batu sandungan yang perlu dibumi hanguskan.

Terima kasih Heinskle. Anda menjelaskan hingga menjadi lebih jelas lagi. Terima kasih.

Berdasarkan pemahaman seperti itu juga saya jadikan satu pembeda antara Sarjana Agama, dengan Sarjana Theologia atau Sarjana Filsafat. Bahwa Sarjana Agama memandang atau mengelompokkan orang dari segi agama saja, sementara Sarjana Theologia dan Sarjana Filsafat memandang atau mengelompokkan orang dari segi yang lebih luas, lebih universal, seperti Tuhan yang memperlakukan orang tanpa pilih kasih. Bahwa Tuhan memberi sinar matahari baik kepada yang baik menurut ukuran manusia, juga kepada yang jahat menurut ukuran manusia. Tuhan memberi siang dan malam, kepada orang yang baik menurut ukuran manusia, juga kepada orang yang jahat menurut ukuran manusia. Banyak hal yang Tuhan berikan secara universal, tidak membedakan pemberianNya berdasarkan agama yang dianut orang.

Damai, damai, damai.

heinskle wrote:

Husada wrote:

Damai bagimu striker.

striker wrote:

-Mungkin pandangan yg sama yg dilakukan oleh gereja2 jaman dulu, ilmu apakah yg mereka terapkan sehingga membumi hanguskan yg tdk sependapat?

striker bukan berkeinginan mengatakan bahwa Moslem meniru atau mencontoh pandangan dan kelakuan gereja jaman dulu, bukan? Dan, perlu juga striker dalami, apa memang seperti yang striker pikirkan itu yang terjadi dengan sikap gereja jaman dulu? Sangat saya sayangkan, referensi saya kurang memadai untuk mengomentari pandangan striker yang menyimpulkan bahwa gereja jaman dulu menganut sikap pembumihangusan.

Mungkin ada LTBers yang memiliki referensi yang cukup mengenai itu, silahkan dipuaskan rasa keingintahuan striker.

" .... ilmu apakah yg mereka terapkan sehingga membumi hanguskan yg tdk sependapat? " yang pasti tidak ada.
hal tersebut dilakukan berdasarkan emosional per individu-an belaka dengan mengatas namakan gereja, demi kepentingan pribadi, harga diri, jabatan, status sosial dll.
tidak ada satu ajaran apapun didalam iman kristen yang menyatakan harus membumi hanguskan bagi mereka yang tidak sependapat, hal tersebut bertolak belakang seperti yang Yesus telah ajarkan / perintahkan.
Iman Kristen yang sejati dan berdiam didalam diri seseorang, adalah orang2 yg sah disebut GEREJA ( mereka yang terpanggil dari kegelapan menuju TERANG Kristus ), dalam arti memiliki KASIH serta memberlakukan kedua hukum kasih tsb seperti yang diteladani oleh Kristus, diluar itu maka orang / masyarakat / komunitas tersebut belum layak disebut GEREJA.

kisah nyata pembumihangusan yg dilakukan oleh suatu komunitas / masyarakat yang dikoordinir oleh suatu pemerintahan / penguasa, hanyalah bersifat mempertahankan kestabilitasan system keagamaan yang dianut pada masa itu.
berbeda dengan pembumihangusan yang dilakukan umat islam dalam pengembangan islam, hal tersebut terpaksa dan harus dilakukan dalam mempertahankan hak, perebutan dan penguasaan wilayah.

striker wrote:

Agama bersikap pilih kasih, lebih mengasihi yang seanutan, memandang sedikit lebih tidak berharga terhadap orang yang tidak segolongan anutan.
Apakah pendapat seperti ini anda kemukakan utk semua agama? :silent:

Sepanjang pemahaman saya, kalau berbicara mengenai agama, YA. Suatu agama akan lebih dahulu berbuat mendahulukan jemaat, atau umatnya, kemudian memikirkan jemaat, atau umat agama lain. Dan kalau dipikir, sudah kodrat kemanusiaan sifat yang begitu itu. Ambil contoh, dua orang kakak beradik, yang sama-sama telah mempunyai keluarga sendiri, masing-masing akan mendahulukan anggota keluarganya daripada anggota keluarga kakak atau adiknya. Demikian juga, setiap agama akan lebih mendahulukan kepentingan jemaat atau umatnya, lalu kemudian memikirkan jemaat atau umat agama lain. Bahkan, mungkin ada agama yang sama sekali tidak memandang agama lain sebagai agama, melainkan seteru yang perlu dibumihanguskan.

Damai bagi LTBers.

Jika kita berbicara tentang 'agama' , saya sependapat dengan Husada. karena 'agama' berbicara ttg kerukunan suatu kolompok / komunitas yang sependapat setaraf cara berpikir manusia. maka kestabilitasan kelompok tersebut harus terlebih dahulu dijaga, selebihnya baru memperhatikan orang lain. bahkan mungkin menganggap agama lain menjadi batu sandungan yang perlu dibumi hanguskan.

Berbicara ttg 'iman Percaya' maka tidak akan pernah memandang bulu siapakah dia, target utama adalah penyampaian kepentingan TUHAN yg harus didahulukan, tidak membenarkan yang salah dan tidak menyalahkan yang benar.
Tidak memandang agama orang lain sebagai batu sandungan, melainkan merasa kasihan karena mereka adalah domba2 lain yang perlu digembalakan.
[/quote]

Jadi menurut anda apa yg dilakukan oleh gereja pada jaman dulu adalah suatu kewajaran, karena hanya kestabilitasan system keagamaan masa itu?

Bisa dikasih contoh atau link tentang pembumi hangusan oleh agama Islam utk penyebaran agamanya?

Contoh simple saja di Indonesia , bagaimana penyebaran agama islam dan agama kristen disini, Islam tersebar karena perdagangan, sementara kristen tersebar karena penjajahan di Indonesia ini, bukan begitu? :afro:

Husada wrote:

heinskle wrote:

Jika kita berbicara tentang 'agama' , saya sependapat dengan Husada. karena 'agama' berbicara ttg kerukunan suatu kolompok / komunitas yang sependapat setaraf cara berpikir manusia. maka kestabilitasan kelompok tersebut harus terlebih dahulu dijaga, selebihnya baru memperhatikan orang lain. bahkan mungkin menganggap agama lain menjadi batu sandungan yang perlu dibumi hanguskan.

Terima kasih Heinskle. Anda menjelaskan hingga menjadi lebih jelas lagi. Terima kasih.

Berdasarkan pemahaman seperti itu juga saya jadikan satu pembeda antara Sarjana Agama, dengan Sarjana Theologia atau Sarjana Filsafat. Bahwa Sarjana Agama memandang atau mengelompokkan orang dari segi agama saja, sementara Sarjana Theologia dan Sarjana Filsafat memandang atau mengelompokkan orang dari segi yang lebih luas, lebih universal, seperti Tuhan yang memperlakukan orang tanpa pilih kasih. Bahwa Tuhan memberi sinar matahari baik kepada yang baik menurut ukuran manusia, juga kepada yang jahat menurut ukuran manusia. Tuhan memberi siang dan malam, kepada orang yang baik menurut ukuran manusia, juga kepada orang yang jahat menurut ukuran manusia. Banyak hal yang Tuhan berikan secara universal, tidak membedakan pemberianNya berdasarkan agama yang dianut orang.

Damai, damai, damai.

Saya rasa masing2 berhak mengeluarkan pendapatnya sendiri2 apa itu sarjana agama dan apa itu sarjana theologia.

Kalau menurut saya, sarjana agama dlm Islam, hanya belajar tentang Islam dan mengajarkan ilmu yg diperoleh kepada generasi islam selanjutnya, tanpa bermaksud tuk sengaja mengajarkan agama Islam ke dlm lingkungan agama lain (khususnya kristen), karena saya rasa tdk ada istilah Islamisasi.

Tapi sarjana theologia itu, selain belajar agama kristen juga belajar tentang Islam dan bagaimana cara menyebarkan ajaran kristen ke dlm lingkungan Islam, yg disebut misisonaries kristenisasi .

Silahkan dikoreksi jikalau saya salah.

damai bagimu striker.
Saya pikir, dengan

striker wrote:

Saya rasa masing2 berhak mengeluarkan pendapatnya sendiri2 apa itu sarjana agama dan apa itu sarjana theologia.

menjadikan ini,

Quote :

Silahkan dikoreksi jikalau saya salah.

kurang berarti.

Sebab, betapa lancangnya seseorang mengoreksi pendapat orang lain kalau masing-masing orang itu sepakat dengan kebebasan menggunakan hak berpendapat.

Damai bagimu striker.

Husada wrote:

damai bagimu striker.
Saya pikir, dengan

striker wrote:

Saya rasa masing2 berhak mengeluarkan pendapatnya sendiri2 apa itu sarjana agama dan apa itu sarjana theologia.

menjadikan ini,

Quote :

Silahkan dikoreksi jikalau saya salah.

kurang berarti.

Sebab, betapa lancangnya seseorang mengoreksi pendapat orang lain kalau masing-masing orang itu sepakat dengan kebebasan menggunakan hak berpendapat.

Damai bagimu striker.

damai juga kalau begeto