Ragam Pengajaran

Nah, penonton sudah duduk manis, menantikan sang dalang memulai, monggo mulai dimainken pak dalang .....

Sebentar.

Tuh, kopinya, bawa ke sini. Sang pencerah kelihatannya sudah pegang mike. Hayuh... silahken.

Husada wrote:

Sebentar.

Tuh, kopinya, bawa ke sini. Sang pencerah kelihatannya sudah pegang mike. Hayuh... silahken.

Waduhhh ...
Kemana saja si Om Husada ini ?

Ada aktivitas yang tidak bisa ditunda dan membutuhkan konsentrasi penuh, Cinz. SUngguh, bukan maksud hati meninggalkan gelanggang yang menyejukkan dan mencerahkan ini.

Maafkan, ye?

Maaf murah, yang mahal adalah 'biaya pengganti' nya, om. Paling tidak sekali makan di resto seafood, bolehlah.

bruce wrote:

Maaf murah, yang mahal adalah 'biaya pengganti' nya, om. Paling tidak sekali makan di resto seafood, bolehlah.

Apa saja, untuk GMB pasti deh...

Kemarin, sepanjang ada waktu muter-muter di Jakarta, saya sempatkan nyari-nyari singa, weh... yang ketemu hanya jalan Sisingamangaraja.

Muter muter di Jakarta? Mudah mudahan tidak 'tersesat' om.

waah, Oom Husada baru pulang dr perjalanan dinas nih...
Oleh-olehnya doonk Oom...

nothingman wrote:

waah, Oom Husada baru pulang dr perjalanan dinas nih...
Oleh-olehnya doonk Oom...

Oleh-oleh? Semoga memenuhi hasrat Nothingman.

Bahwa kejiwaan manusia itu secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jiwa kanak-kanak, dewasa, dan orang tua. Meski usia fisik cenderung berkorelasi, namun tidak selalu. Bisa saja kakek-kakek berjiwa kekanak-kanakan, dan kanak-kanak berjiwa seperti orang sepuh.
 

Kanak-kanak dibagi pada tiga kelompok,  kanak-kanak pemberontak, dan kanak-kanak yang manut, dan profesor cilik. Orang tua dibagi kedalam dua kelompok, orang tua pengayom, dan orang tua pengkritik. Sementara jiwa dewasa, selalu tenang, berdasarkan fakta, rasional, tidak meledak-ledak.

Semoga bermanfaat.

weleeeh weleeeh...
Oom Hus, ditanyain mana ole-olehnya kok, malah terangin masalah kondisi kejiwaan..
sy merasa spt tinggal di kawasan Grogol.. 

nothingman wrote:

weleeeh weleeeh...
Oom Hus, ditanyain mana ole-olehnya kok, malah terangin masalah kondisi kejiwaan..
sy merasa spt tinggal di kawasan Grogol.. 

Lhoh, itu oleh-olehnya, Thingman.

Wong saya ke Jakarta untuk acara sejenis workshop counceling yang salah satu materinya ialah mencoba memetakan karakter orang yang hendak di-counceling. Dengan mengenal karakter councelee, maka program counceling relatif lebih mudah. Pendekatan yang dilakukan akan lebih cepat cocok alias sesuai. Dan, pengarahan akan mudah berterima, dan tugas organisasi akan segera dapat dikerjakan bersama.

    

Husada wrote:

nothingman wrote:

waah, Oom Husada baru pulang dr perjalanan dinas nih...
Oleh-olehnya doonk Oom...

Oleh-oleh? Semoga memenuhi hasrat Nothingman.

Bahwa kejiwaan manusia itu secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jiwa kanak-kanak, dewasa, dan orang tua. Meski usia fisik cenderung berkorelasi, namun tidak selalu. Bisa saja kakek-kakek berjiwa kekanak-kanakan, dan kanak-kanak berjiwa seperti orang sepuh.
 

Kanak-kanak dibagi pada tiga kelompok,  kanak-kanak pemberontak, dan kanak-kanak yang manut, dan profesor cilik. Orang tua dibagi kedalam dua kelompok, orang tua pengayom, dan orang tua pengkritik. Sementara jiwa dewasa, selalu tenang, berdasarkan fakta, rasional, tidak meledak-ledak.

Semoga bermanfaat.

Mantaabbb Om GMH

Kalo GMB termasuk tp apa ? Kakek2 pemberontak ??

Lhoh? Apa dosa dan salahku ?????

bruce wrote:

Lhoh? Apa dosa dan salahku ?????

wkwkwk...
bukan begitu Om.

Kita tunggu sharing ilmu dari GMH

Saya kepingin tahu, saya termasuk tipe yang mana ?

Ooooh, kalau anda kan tipe keladi om, makin tua makin menjadi-jadi.
He he he he he he

bruce wrote:

Ooooh, kalau anda kan tipe keladi om, makin tua makin menjadi-jadi.
He he he he he he

Jangan berprasangka dulu

Kita tunggu ahlinya

Nah setelah di split, silahkan dilanjutkan di thread nya oom Siip, tempat sudah disediakan, di thread ini dan di thread psikologi.

Syalom

 

Nah, bagi yang kadung janji akan memberikan pencerahan-pencerahan, silahkan.
Kalo nggak salah, Siip yang punya banyak bekal, nih. Hayuh, silahkan. Selaku TS-nya, saya yakin bahwa masih banyak yang ingin disajikan oleh Siip sesuai dengan judul trit.

Yup ...
Ayo kita menunggu Bro Siiiiiipppp


  

Mariii...

Tolong ke sinikan camilan itu. Ngemil sambil nunggu, bikin tidak usil.  

Hehehehehe

NASIB VS TAKDIR

Nasiiib, oh nasib...memang sudah begitu jalan hidupmu Le'...
Kamu trima saja takdirmu...
Tuhan sudah tentukan itu semua bagimu...
Disesali juga percuma Le'...

Bgiulah kita mengenal penggunaan kata 'nasib' dan 'takdir' dalam kehidupan sehari-hari.
Dunia mngartikan nasib dan takdir sbg 2 sisi mata uang yg artinya (kira-kira) adalah :
Jalan hidup yang telah digariskan oleh Tuhan, yang sudah pasti dialami, tidak dapat diubah dan bernuansa penderitaan.

Bagaimana pendapat Alkitab mengenai 'nasib' dan 'takdir'?

-----------

Alkitab tidak mengenal kata 'takdir',
Tapi Alkitab mengenal kata 'nasib'.

Dari 19 buah ayat yg mnampilkan kata 'nasib', kita dapat menemukan hal-hal menarik mengenai nasib :

1. Tuhan telah menentukan kejadian-kejadian yang akan dialami oleh manusia

Tuhan tidak begitu saja sembarang menciptakan manusia dan membiarkannya dengan liar.
Tuhan telah mempunyai pengaturanNya tersendiri akan apa yang BAIK dan akan apa yang MALANG.

Yes 45:7
yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini

Perhatikan bhw nasib mujur dan nasib malang adalah berasal dari Tuhan.

Apakah ada yg lahir sbg perempuan dan hidup di budaya yg mnganggap hal itu sbg kemalangan?
Tuhan telah menentukannya utk lahir sbg perempuan dan besar di budaya tersebut.

Adakah yg lahir dalam keluarga miskin?
Tuhan telah menentukannya.

Tidak hanya menentukan kejadian pada awal kehidupan, Tuhan juga menentukan kejadian saat berlangsungnya kehidupan.

Adakah orang yang tadinya miskin, lalu mendapat kemujuran dan kesempatan sehingga taraf ekonominya dapat meningkat?
Tentu saja.
Itupun pengaturan Tuhan.

Perlu dipahami bahwa tidak semua kejadian adalah nasib yang telah diaturkan oleh Tuhan.
Ada kejadian yg telah diatur dan dtentukan Tuhan, ada juga yang tidak.

Hikmatlah yg bisa mbedakannya dan hikmat lahir dari pengenalan akan Allah scr pribadi.

Utk itu kita bergerak ke hal kedua :


2. Nasib tidaklah statis, melainkan juga merupakan konsekuensi dari tindakan.

Rupanya, sekalipun Tuhan menentukan kejadian bagi kita, tetapi respon manusia terhadap kejadian itu akan mengubah dan mengarahkan pada nasib berikutnya.

2Ptr. 2:13
dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu.

Hos. 4:9
Maka seperti nasib rakyat demikianlah nasib imam: Aku akan menghukum dia karena tindakan-tindakannya dan Aku akan membalaskan perbuatan-perbuatannya kepadanya.

Mzm 81:15
Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepada-Nya, dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya.

Yer 4:18
Tingkah langkahmu dan perbuatanmu telah menyebabkan semuanya ini kepadamu. Itulah nasibmu yang buruk, betapa pahitnya, sampai menusuk hatimu.

Yer 13:25
Itulah nasibmu, bagianmu yang telah Kuukur untukmu, demikianlah firman TUHAN, karena engkau melupakan Aku, dan mempercayai dusta

Mat 24:51
dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Jadi, Alkitab berbicara mengenai nasib seperti pedang bermata dua, yaitu memiliki 2 sisi yang sama tajamnya, yang membelah dari sisi kanan dan sisi kiri.

Di sisi kiri, nasib dikatakan sebagai penentuan Tuhan,
Di sisi kanan, nasib dikatakan sebagai konsekuensi.

Berarti,
Apapun kejadian dalam hidup kita, termasuk apapun yg Tuhan telah tentukan kepada kita, sikap dan tindakan kita terhadap itu akan menentukan bagaimana hidup kita diakhiri,apakah baik atau buruk.

Alkitab mngatakan bhw Tuhan menginginkan kebaikan pada akhir jalan manusia.

Yer. 29:11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Tuhan ingin manusia mengalami damai sejahtera. Tuhan ingin manusia mengalami kekekalan bersamaNya.
Utk mencapai itu, Tuhan berikan nasib mujur dan nasib malang.

Ya. Nasib malang juga diaturkan oleh Tuhan.

Nasib malanglah yang membuat Yakub memiliki mata rohani yang tajam saat mata jasmaninya sudah pudar dan ia bisa mengenal visi Tuhan di masa tuanya.

Nasib malanglah yang bisa membuat Rut ternama di antara wanita sehingga ia layak disandingkan dengan Boas.

Nasib malanglah yang membuat Yusuf dapat menjadi Perdana Menteri di Mesir.

Nasib malang bukanlah tujuan akhir yang diinginkan Tuhan, mlainkan cara yang dirancang Tuhan untuk menghasilkan yang baik.

Bagi Tuhan, akhir perjalanan adalah lebih penting dari awalnya.
Jika nasib malang jasmani dapat membawa seseorang masuk Kerajaan Sorga, maka Tuhan akan melakukannya, karena Ia tau betapa panjangnya kekekalan itu.

Pkh 7:8
Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati.

Ia ingin kita semua berakhir bersamaNya selamanya.

Demikianlah penuturan Alkitab mengenai nasib.

Tuhan Yesus memberkati.

Apakah bisa diartikan bahwa nasib itu adalah kondisi yang harus diterima?
Seperti seseorang dilahirkan dalam keluarga miskin, atau di pedalaman?
Apakah kondisi ini yang di dalam Alkitab diumpamakan oleh Jesus dengan talenta?
Bahwa seseorang dituntut berdasarkan talenta yang diterimanya, jika banyak maka harus mengembalikan banyak, jika sedikit maka dituntut sedikit?

Syalom

Ada kondisi yg tidak terhindarkan dan harus diterima, tetapi kondisi itu bukanlah definisi dari seseorang dan bukanlah penentu dari akhir perjuangan orang tsb.

Misal,
Kl sso lahir di kluarga kaya, maka itu adl nasibnya. Tp kondisi kaya itu bukanlah penentu dari akhir hidup orang tsb. Si kaya bisa jadi miskin jika ia tidak mengelolanya dg baik.

siip wrote:

Ada kondisi yg tidak terhindarkan dan harus diterima, tetapi kondisi itu bukanlah definisi dari seseorang dan bukanlah penentu dari akhir perjuangan orang tsb.

Misal,
Kl sso lahir di kluarga kaya, maka itu adl nasibnya. Tp kondisi kaya itu bukanlah penentu dari akhir hidup orang tsb. Si kaya bisa jadi miskin jika ia tidak mengelolanya dg baik.

Sebutlah, A seseorang dilahirkan dari keluarga kaya, kemudian dia mendapatkan pendidikan yang baik. Dengan berjalannya waktu, ketika ortunya sudah meninggal, justru usahanya jatuh dan mereka menjadi miskin. Si A tidak dapat membantu orang lain.

Sementara si B, seorang yang dilahirkan dari keluarga miskin, dan dengan usaha serta bantuan sanak saudara, bisa bersekolah, bekerja dengan jujur, dan menjadi makmur, dan dapat menggunakan kelebihannya untuk membantu orang lain.

Jika keduanya hidup baik, dalam arti tidak pernah melaggar perintah Tuhan, yang mana yang lebih berkenan dihadapan Tuhan, si A atau si B ?

Syalom