Toleransi beragama

Kepada rekan2 Kristiani yang terhormat, saya tergelitik ingin menyampaikan sebuah pertanyaan sehubungan dengan toleransi beragama ...

Menurut rekan2, mengucapkan Selamat Natal itu adalah bentuk dari toleransi beragama (CMIIW), menurut (mayoritas) kami hal itu tidak termasuk ke dalam ranah toleransi beragama karena ucapan itu bertentangan dengan akidah, seakan2 kami mengakui kelahiran Yesus Kristus.
Mungkin umat Kristen akan mengatakan bahwa ia hanyalah sebatas ucapan belaka, bukan bentuk pengakuan adanya Tuhan selain Allah al Wahid, CMIIW.

Membiarkan umat lain beribadat di tempat ibadahnya adalah bentuk toleransi, terbukti oleh sekian banyak gereja didirikan di negara2 Islam, khususnya di Indonesia. Memang ada permasalahan penolakan pembangunan Gereja tetapi rasanya kita harus lihat kasus per kasus apakah masalahnya.
Saya pribadi baru saja menandatangani daftar persetujuan warga untuk pendirian Gereja di kompleks perumahan yang saya tempati di Padalarang karena saya lihat memang tidak ada Gereja di kompleks ini namun saya yakini cukup banyak umat Kristen yang menempati kompleks ini (at least dua keluarga teman semasa SD dan SMA saya tinggal di kompleks yang sama)

Masalah toa yang mengganggu adalah bentuk intoleransi beragama.
Saya setuju dengan hal ini ... seharusnya toa dipakai untuk mengabarkan masuknya waktu sholat tetapi untuk pengajian atau lantunan ayat Al Quran tidak usahlah mengunakan toa karena akan mengganggu ketenangan warga sekitar.

Setelah contoh2 di atas saya ingin tahun pendapat rekan2 Kristiani ... apakah mendakwahi orang yang berbeda agama dengan kita (yang notabene tidak bertanya atau minta didakwahi) termasuk ke ranah toleransi beragama atau intoleransi beragama?

Semoga rekan2 berkenan dengan pertanyaan saya di atas ini...

Damai bagimu Cah.

Silancah wrote:

Kepada rekan2 Kristiani yang terhormat, saya tergelitik ingin menyampaikan sebuah pertanyaan sehubungan dengan toleransi beragama ...

Bukankah yang mirip-mirip dengan ini sudah pernah dibahas? Tapi sudah dimana ya? Lupa, duh... maaf, Cah.

Okeh, lanjut saja. Saya juga mau ber-sharing ria untuk ini.

Quote :

Menurut rekan2, mengucapkan Selamat Natal itu adalah bentuk dari toleransi beragama (CMIIW), menurut (mayoritas) kami hal itu tidak termasuk ke dalam ranah toleransi beragama karena ucapan itu bertentangan dengan akidah, seakan2 kami mengakui kelahiran Yesus Kristus.
Mungkin umat Kristen akan mengatakan bahwa ia hanyalah sebatas ucapan belaka, bukan bentuk pengakuan adanya Tuhan selain Allah al Wahid, CMIIW.

Bagi saya, tidak masalah sih kalau Silancah atau teman Muslim lainnya mau mengucapkan "Selamat Natal" atau tidak kepada pengikut Kristus. Itu hak prerogatif kok. Sekali lagi, menurut saya ya?

Tapi tentang yang saya garis bawahi itu, apakah Yesus Kristus menurut Silancah adalah Isa Putera Maryam? Kalau ya, pertanyaan lanjutannya ialah, apakah Silancah mengakui bahwa Yesus Kristus atau Isa Putera Maryam itu pernah lahir? Pada syahadat Kristen yang saya tahu sih dikatakan bahwa Yesus Kristus dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh Perawan Maria.

Nah, jika ketepatan Silancah sebagai penjunjung Muhammad, apakah menurut Silancah ada pengikut Yesus Kristus atau Isa Putera Maryam itu? Kalau jawabannya ya, apakah Silancah merasa perlu mengucapkan Selamat Natal kepada teman Silancah yang pengikut Yesus Kristus atau Isa Putera Maryam itu? Kembali lagi, terserah pada Silancah sih. Mau mengucapkan atau tidak, itu hak Silancah. Seperti pernah Silancah sampaikan, bahwa mengucapkan Selamat Natal tidak terhubung kepada toleransi (kalau saya tidak salah ingat).

Quote :

Membiarkan umat lain beribadat di tempat ibadahnya adalah bentuk toleransi, terbukti oleh sekian banyak gereja didirikan di negara2 Islam, khususnya di Indonesia. Memang ada permasalahan penolakan pembangunan Gereja tetapi rasanya kita harus lihat kasus per kasus apakah masalahnya.
Saya pribadi baru saja menandatangani daftar persetujuan warga untuk pendirian Gereja di kompleks perumahan yang saya tempati di Padalarang karena saya lihat memang tidak ada Gereja di kompleks ini namun saya yakini cukup banyak umat Kristen yang menempati kompleks ini (at least dua keluarga teman semasa SD dan SMA saya tinggal di kompleks yang sama)

Saya sepakat ini, dan saya apresiasi untuk Silancah.

Quote :

Masalah toa yang mengganggu adalah bentuk intoleransi beragama.
Saya setuju dengan hal ini ... seharusnya toa dipakai untuk mengabarkan masuknya waktu sholat tetapi untuk pengajian atau lantunan ayat Al Quran tidak usahlah mengunakan toa karena akan mengganggu ketenangan warga sekitar.

Ini juga seperti sudah pernah didiskusikan. Sampai sejauh ini, pokok pikiran yang Silancah posting itu saya sepakati.

Quote :

Setelah contoh2 di atas saya ingin tahun pendapat rekan2 Kristiani ... apakah mendakwahi orang yang berbeda agama dengan kita (yang notabene tidak bertanya atau minta didakwahi) termasuk ke ranah toleransi beragama atau intoleransi beragama?

menurut saya, itu termasuk INTOLERANSI. Dulu, ketika masih ada Penataran P4, kayaknya ada juga butir yang menyatakan bahwa mendakwahi orang tanpa diminta, adalah perbuatan salah alias Intoleransi.

Quote :

Semoga rekan2 berkenan dengan pertanyaan saya di atas ini...

Sangat Cah. Saya pribadi, sangat berkenan dengan pertanyaan Silancah pada posting ini.

Salam damai untukmu Cah.