Menyumbang tanpa keikhlasan

Quote :

Sejumlah Caleg Minta Kembali Sumbangan untuk Masjid
Jumat, 11 April 2014 | 18:59 WIB

[You must be registered and logged in to see this image.]
Pengurus masjid di Polewali Mandar, Sulawesi Barat kelimpungan harus mengembalikan sumbangan caleg yang diduga gagal meraih suara.

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Panitia renovasi Masjid Al Aqsha di Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, kebingungan lantaran harus mengembalikan uang sumbangan dari sejumlah calon anggota legislatif yang diduga gagal. Padahal, uang tersebut sudah masuk ke kas masjid dan diumumkan ke publik.

Muhammad Daming, bendahara Masjid Al Aqsha, mengaku pihaknya menerima sumbangan dari sejumlah caleg dengan total Rp 7,5 juta. Namun setelah pemungutan suara pada 9 April kemarin, tiba-tiba sejumlah caleg meminta agar uang sumbangan itu dikembalikan.

"Sumbangannya sudah dimasukkan ke kas dan diumumkan ke publik bahwa ada caleg yang menyumbang ke masjid. (Namun) saya heran ternyata (sumbangan) diminta kembali," ujar Muhammad Daming kepada Kompas.com, Jumat (11/4/2014).

Menurut Daming, kendati sumbangan tersebut telah dialokasikan untuk renovasi Masjid Al Aqsha yang kini tengah berjalan, pihaknya siap mengembalikan uang tersebut.

"Hanya saja syaratnya, saat pengembalian, semua pengurus masjid, tim sukses, dan caleg bersangkutan duduk satu lokasi agar tak menimbulkan fitnah di kemudian hari," ucap Daming.

Rekan Daming yang juga panitia renovasi masjid, Yadi, mengaku heran, dana sumbangan yang semula diberikan sang caleg sebelum pemilu dengan alasan ikhlas membantu renovasi, belakangan ternyata diminta kembali.

Yadi bingung dan tak mengerti, apa alasan sang caleg meminta sumbangannya dikembalikan.

“Kalau ikhlas menyumbang ke masjid, mestinya tak diminta kembali. Kan sudah disumbangkan dan diumumkan secara terbuka,” kata Yadi.

Baik Muhammad Daming maupun Yadi menyatakan sepakat mengembalikan sumbangan dengan pamrih tersebut kepada sejumlah caleg. Menurut mereka, sejumlah pengurus masjid lainnya pun merasa malu dengan ulah para caleg tersebut.

Waduh, ini kalau menurut pendapat saya sudah tergolong sangat parah.
Kalau yang memberi kemudian meminta kembali uang, kompor gas, masih setengah waras.
Kalau yang sudah minta kembali dari sumbangan ke masjid, ini sudah gak waras total.
Ada komentar dari LTBers?

Kalau dari hukum ekonomi, transaksi terjadi kalau permintaan setimbang dengan penawaran. Berada pada titik ekuilibrium, dan terjadilah transaksi yang senang sama enang, alias win-win transaction.

Nah, faktor kekhilafan pada peristiwa sumbangan caleg, transaksi pemberian sumbangan dipandang oleh pihak penyumbang tidak setimbang atau tidak ekuilibrium dengan hasil yang didapat, maka dia akan berupaya mengembalikan sumbangan yang sudah diberi. Dalam hati si penyumbang, dia bukan menyumbang, melainkan membeli. Dalam hati penerima sumbangan, dia menerima sumbangan. Artinya, mereka tidak sebahasa. Dan dimana-mana, ketidaksebahasaan rawan menimbulkan kekerasan, yang tidak diinginkanlah.

Begitu dari saya.
 

Biasa kan ... kalo dalam perjanjian kontraktual

 

Ada gak yang nyumbang gereja kemudian minta kembali kalau tidak mendapatkan apa yang diingini?
Jadi caleg misalnya, he he he he.

bruce wrote:

Ada gak yang nyumbang gereja kemudian minta kembali kalau tidak mendapatkan apa yang diingini?
Jadi caleg misalnya, he he he he.

Sepanjang yang saya ketahui, pemilihan aleg, belum pernah dikaitkan dengan pemberian sumbangan ke gereja. Entah karena terpengaruh oleh: Berikan kepada negara apa yang patut bagi negara, dan berikan kepada Tuhan apa yang patut bagi Tuhan, entahlah. Tapi kemungkinan besar karena tidak ada suatu kabupaten/kota yang didominasi oleh Kristen/Katolik. Andaikan ada kabupaten/kota yang sedemikian itu, kayaknya akan terjadi juga penyumbangan ke gereja pada musim pemilihan aleg. Politik itu memang sudah merasuk keseluruh aspek kehidupan. Politik, memang bicara tentang kekuasaan dan perebutan kekuasaan.

Kalau misalnya terjadi seperti kasus permintaan pengembalian sumbangan yang sudah sempat diberikan kepada gereja, saya yakin, orang seperti itu akan dikucilkan beramai-ramai.

Husada wrote:

bruce wrote:

Ada gak yang nyumbang gereja kemudian minta kembali kalau tidak mendapatkan apa yang diingini?
Jadi caleg misalnya, he he he he.

Sepanjang yang saya ketahui, pemilihan aleg, belum pernah dikaitkan dengan pemberian sumbangan ke gereja. Entah karena terpengaruh oleh: Berikan kepada negara apa yang patut bagi negara, dan berikan kepada Tuhan apa yang patut bagi Tuhan, entahlah. Tapi kemungkinan besar karena tidak ada suatu kabupaten/kota yang didominasi oleh Kristen/Katolik. Andaikan ada kabupaten/kota yang sedemikian itu, kayaknya akan terjadi juga penyumbangan ke gereja pada musim pemilihan aleg. Politik itu memang sudah merasuk keseluruh aspek kehidupan. Politik, memang bicara tentang kekuasaan dan perebutan kekuasaan.

Kalau misalnya terjadi seperti kasus permintaan pengembalian sumbangan yang sudah sempat diberikan kepada gereja, saya yakin, orang seperti itu akan dikucilkan beramai-ramai.

Mudah mudahan sih gak ada ya, om.
Soalnya sungguh memalukan tindakan itu.

  

Seperti memakan muntahan sendiri. Wueeeqkh.