Kesurupan Massal Warnai Pembukaan MTQ di Sulbar

Kesurupan Massal Warnai Pembukaan MTQ di Sulbar
Minggu, 27 April 2014 | 19:28 WIB

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Provinsi di Sulawesi Barat yang berlangsung di Lapangan Pancasila Polewali mandar, Sabtu (26/4/2014) malam berlangsung meriah.

Beragam atraksi kesenian dan budaya lokal Mandar hingga tari kolosal yang melibatkan 200 penari membuat warga yang menyaksikan rangkaian acara pembukaan berdecak kagum.

Namun, siapa menyangka, acara ini diwarnai kesurupan massal. Puluhan penari kolosal diketahui mengalami kesurupan malam itu. Beruntung, hal ini tidak membuat jalannya pembukaan MTQ kelima ini terganggu.

Satu per satu, para penari ini tiba-tiba terjatuh dan meracau di tengah acara pembukaan yang masih berlangsung. Beruntung, para penari yang diduga kelelahan mempersiapkan diri sejak siang, dapat tetap tampil baik.

Sejumlah panitia pelaksana pun sempat terlihat sibuk mengevakuasi para penari yang kehilangan kesadaran, agar bisa segera pulih kembali. Mereka pun dievakuasi ke salah satu ruangan untuk menghindari kerumunan warga.

Sebelum pembukaan dimulai, sekitar 200 rombongan kafilah dari enam kabupaten di Sulawesi Barat, tampil satu per satu sambil memperkenalkan ciri khas daerah mereka masing-masing.

MTQ yang berlangsung selama empat hari kedepan ini akan memperlombakan 18 cabang antara lain tilawatil quran tingkat anak-anak, remaja hingga dewasa. Hifsil quran atau penghapal Alquran tingkat anak-anak, remaja dan dewasa, cerdas cermat dan Kaligrafi Islami.


  

Lhoh, koq bisa?

bruce wrote:

  

Lhoh, koq bisa?

Ya bisa koq.  

Dibacain ayat kitab suci koq malah pada kesurupan?

  

Jadi ingat lolongan anjing teman saya setiap mendengar teriakan dari toa di samping rumah tuannya. Bagi saya, termasuk aneh tapi nyata, sebab begitu selesai teriakan dari toa tersebut, si anjing juga ikut berhenti melolong.
 

Husada wrote:

Jadi ingat lolongan anjing teman saya setiap mendengar teriakan dari toa di samping rumah tuannya. Bagi saya, termasuk aneh tapi nyata, sebab begitu selesai teriakan dari toa tersebut, si aning juga ikut berhenti melolong.
  

Memang itu fenomena aneh, karena di rumah adik saya juga terjadi hal yang sama. Repotnya, di rumah adik saya terdapat 4 ekor, besar besar pula, 2 herder dan 2 rotweiler. Padahal jaraknya dengan masjid dekat, hanya berselisih satu gang. Dulu, keluarga adik saya menjadi repot karena empat ekor melolong berbarengan, dan karena takut menyinggung perasaan, terpaksa diusahakan diam. Tetapi karena terus menerus berulang ulang, dan menjadi kebiasaan, akhirnya ya sudah tetap terjadi dan syukurlah tidak terjadi masalah.

 

bruce wrote:

Memang itu fenomena aneh, karena di rumah adik saya juga terjadi hal yang sama. Repotnya, di rumah adik saya terdapat 4 ekor, besar besar pula, 2 herder dan 2 rotweiler. Padahal jaraknya dengan masjid dekat, hanya berselisih satu gang. Dulu, keluarga adik saya menjadi repot karena empat ekor melolong berbarengan, dan karena takut menyinggung perasaan, terpaksa diusahakan diam. Tetapi karena terus menerus berulang ulang, dan menjadi kebiasaan, akhirnya ya sudah tetap terjadi dan syukurlah tidak terjadi masalah.

 

Syukur, sudah menjadi kebiasaan.

Kembali ke masalah kesurupan massal, kayaknya hal itu bisa menjadi kajian bagus bagi mereka yang mendalami psikologi.