Si Kuncir dan kasusnya

bruce wrote:

Bayangkan tingkat moral seorang pria yang menikahi gadis, yang rela pindah kepercayaan demi 'cinta', melahirkan seorang anak, yang kemudian ternyata mengidap 'idiot', tidak mengakui istri dan anaknya, menikah lagi dan mengaku masih bujangan.

nggak bisa bayangin bro...apalagi tadi pas nonton RCTI diliatin anaknya RUhut terus dia bilang papa cepet pulang nanti adek bikinin jus....wah agak lebay juga saya nontonya

Entah dimana hati si kuncir ini hingga tega meninggalkan darah dagingnya sendiri..

kalau orang yang ndak punya hati kayak gini (tega meninggalkan anaknya sendiri) bisa jadi wakil rakyat apa yang mau diharapkan lagi...

Quote :

kalau orang yang ndak punya hati kayak gini (tega meninggalkan anaknya sendiri) bisa jadi wakil rakyat apa yang mau diharapkan lagi...

Mungkin justru karena seseorang tega hati maka bisa menjadi wakil rakyat, dimana janji yang terucap saat kampanye seketika dilupakan saat duduk di Senayan. Kalau yang ngga tega hatinya, bisa stress berat, karena tetap merasa wajib melaksanakan janjinya, tetapi mayoritas koleganya cuek.

Nah ...

bruce wrote:

Mungkin justru karena seseorang tega hati maka bisa menjadi wakil rakyat, dimana janji yang terucap saat kampanye seketika dilupakan saat duduk di Senayan. Kalau yang ngga tega hatinya, bisa stress berat, karena tetap merasa wajib melaksanakan janjinya, tetapi mayoritas koleganya cuek.

Iya, saya sepakat dengan Bruce dalam hal ini.

Namun demikian, melihat media elektronika yang jarang menayangkan si kuncir itu sejak pengaduan istri pertamanya, termasuk selama rakornas (ternyata bukan Rapat Korbankan ANas) PD, kayaknya bisa disimpulkan bahwa masih ada bagian hati si kuncir itu yang belum menjadi raja tega.

Artinya, menurut pemahaman saya, ternyata si kuncir itu masih punya rasa malu. Meski pernah dia bilang bahwa dia pernah punya pasangan kumpul kebo, yang ternyata berhasil memproduksi juara dunia renang gaya bebas tuna grahita, ternyata dia punya rasa malu juga. Dia ngumpet dari media elektronika, walau pada peristiwa seakbar rakornas partainya. Dibandingkan dengan sebelum pengaduan istri pertamanya, hampir setiap kesempatan dia mengadakan 'penjilatan-penjilatan' kepada Ketua Dewan Pembina partainya. Setelah pengaduan, dia seperti malu kalau tersorot kamera televisi.

Hihhihhiii... memang penjilat kelas wahid.