Kel 16:18-22

Kel 16:18 Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.

Kel 16:19 Musa berkata kepada mereka: "Seorangpun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi."

Kel 16:20 Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.

Kel 16:21 Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu.

Kel 16:22 Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa.


Kel 16:33 Sebab itu Musa berkata kepada Harun: "Ambillah sebuah buli-buli, taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun."

Mengapa manna yang disimpan Musa bisa bertahan bertahun tahun, sementara manna yang dipungut umat Israel busuk keesokan harinya?

bruce wrote:

Mengapa manna yang disimpan Musa bisa bertahan bertahun tahun, sementara manna yang dipungut umat Israel busuk keesokan harinya?

Hehhehheee... saya menjawab dengan pemahaman iman ya? Jangan meminta saya mencari ayat mendukungnya, karena pngetahuan Alkitab saya sangat minim.

Menurut yang saya imani, kalau Tuhan telah menentukan teknis pelaksanaan suatu hal, janganlah manusia mencoba merevisi, atau menerapkan cara lain. Kalau manusia mencoba suatu teknis yang lain dari teknik yang sudah ditetapkan Tuhan (mungkin karena lebih praktis menurut manusia), hasilnya pasti akan sangat mengecewakan manusia itu. Dalam hal seperti itu, Tuhan menunjukkan kepada manusia bahwa Tuhan tidak boleh ditawar, tidak boleh dikompromikan. Apa kata Tuhan, laksanakan saja, itulah yang terbaik.

Kecuali kalau Tuhan tidak menetapkan teknisnya, nah, dalam hal seperti itu, menurut pemahaman saya, manusia boleh berimprovisasi. Sebagai contoh, kalau Tuhan memerintahkan untuk menjadikan seluruh bangsa menjadi muridNya melalui baptisan, sementara teknis baptisan itu tidak ditetapkan harus begini atau harus begitu, maka disitu dimungkinkan manusia memilih cara paling praktis menurut pemikiran manusia, tanpa mengubah filosofi atau nilai hakiki baptisan itu. Maka, kalau ada suatu kelompok melakukan babtisan dengan cara celupisasi, sementara ada kelompok lain melakukan baptisan percikisasi, dan andaikan ada kelompok lain lagi dengan cara renangisasi, saya pikir, itu semua sah, karena teknis pembaptisan tidak ditetapkan Tuhan. Yang dipesankan ialah, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Tidak dipesankan bahwa jumlah air baptis harus 7 meter kubik, atau cukup 7 tetes, atau bagaimana.

Dalam hal manna yang segomer disimpan oleh Musa atas perintah Tuhan, ternyata tahan sampai turun temurun, karena memang dikerjakan menurut perkataan Tuhan. Disitu, menurut yang saya percayai, Tuhan memperlihatkan kemahakuasaanNya. Tuhan mau menunjukkan contoh manna (kalau dalam persuratan, mungkin itu yang disebut arsip), kepada generasi setelah jamannya Musa.

Begitu menurut saya. LKMD lagi. Masih ingat LKMD itu singkatan dari apa bukan?

Damai, damai, damai.

Lantas bagaimana jika daya tahan manna ditinjau dari sudut logika bro? Apakah jawabannya sama, karena berupa 'perintah Tuhan' saja? Karena perintah Tuhan manna yang akan dikonsumsi cukup sehari saja, maka manna itu umurnya sehari, sedangkan yang untuk 'arsip' bisa bertahan turun temurun?

:)

Nah, itu dia yang saya bilang menurut yang saya imani. Kalau ditinjau dari sudut logika,ya logisnya ialah karena memang demikian diperintahkan Tuhan. Sehari-harinya, untuk konsumsi Israel ketika itu, memang diperintahkan untuk mengambil secukupnya to? Segomer untuk sejiwa. Kalau diambil lebih banyak untuk disisakan dan dikonsumsi keesokannya, akan busuk, suk, suk, tidak sesuai dengan perintah. Khusus untuk yang 'arsip' itu, ya memang Tuhan memerintahkan demikian.

Intinya, yang ingin saya katakan ialah, kalau Tuhan sudah menetapkan teknis suatu hal, janganlah manusia ingin merevisinya atau melaksanakan dengan teknis berbeda. Lain halnya kalau Tuhan tidak menetapkan teknisnya, maka manusia dapat berimprovisasi, tetapi dengan catatan juga, tidak menghilangkan nilai hakikinya.

Jika pertanyaannya diperluas, mengapa Tuhan tidak memberikan manna yang bisa bertahan berbulan bulan, sehingga tidak perlu tiap hari harus dipungut? Bukankah lebih efisien?

:)

Biar Israel bangun pagi Bro.

Quote :

Jika pertanyaannya diperluas, mengapa Tuhan tidak memberikan manna yang bisa bertahan berbulan bulan, sehingga tidak perlu tiap hari harus dipungut? Bukankah lebih efisien?
:)

Terus terang, saya tidak tahu jawabannya. Menjadi agak mengherankan, kepada pengikut Kristus juga diajarkan untuk meminta makanan setiap hari yang secukupnya saja, seperti kita temui pada penggalan doa Bapa Kami di Lukas 11:3, "Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya". Pengikut Kristus tidak diajar untuk meminta makanan untuk tujuh turunan sekaligus. Mengapa demikian, yuk kita sama-sama nanya Tuhan, hehhehheee...

Kalau saya simpulkan, kemungkinan Tuhan memang menghendaki agar kita tidak serakah dengan rejeki yang kita kumpulkan setiap harinya. Seperti juga yang dicontohkan kepada umat Israel dalam mengumpulkan manna. Setiap hari dicukupkan, tetapi tidak lebih, karena untuk esok akan diberikan rejeki yang berlaku untuk esok.

Nah, itu Bruce tahu. Hehhehheee...

bruce wrote:

Kel 16:33 Sebab itu Musa berkata kepada Harun: "Ambillah sebuah buli-buli, taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun."

Mengapa manna yang disimpan Musa bisa bertahan bertahun tahun, sementara manna yang dipungut umat Israel busuk keesokan harinya?

Maaf, ada yang tahu nasib manna yang dsimpan turun temurun tersebut ? Apakah memang masih ada di arsip orang Israel atau sudah tidak ketahuan nasibnya ?
Atau mungkin ada yang pernah lihat di pameran atau museum (entah di mana..) ?


Salam

Quote :

Maaf, ada yang tahu nasib manna yang dsimpan turun temurun tersebut ? Apakah memang masih ada di arsip orang Israel atau sudah tidak ketahuan nasibnya ?
Atau mungkin ada yang pernah lihat di pameran atau museum (entah di mana..) ?

Nah ini menarik.

Pernah ada yang bilang bahwa tabut perjanjian (berikut isinya) sekarang sudah di Surga.
Ada juga yang bilang bahwa tabut perjanjian tertimbun di bawah Bait Allah di Jerusalem dan akan digali oleh orang Israel.

Tetapi sepertinya sejak Bait Allah dinodai zaman Makabe (lihat Deuterokanonika) dan penghancuran Bait Allah jaman Kaisar Titus, Tabut Perjanjian itu sepertinya disembunyikan oleh orang Israel. Karena agak aneh juga Tabut yang begitu penting bagi orang Israel bisa lenyap tak berbekas.

Quote :

Karena agak aneh juga Tabut yang begitu penting bagi orang Israel bisa lenyap tak berbekas.

Lhaaa... kalau pikiran yang menyatakan tabut dan isinya itu sudah di sorga adalah benar sesuai realitasnya, maka wajar saja lenyap tak berbekas dari mata dunia kan?

Husada wrote:

Quote :

Karena agak aneh juga Tabut yang begitu penting bagi orang Israel bisa lenyap tak berbekas.

Lhaaa... kalau pikiran yang menyatakan tabut dan isinya itu sudah di sorga adalah benar sesuai realitasnya, maka wajar saja lenyap tak berbekas dari mata dunia kan?

Lha benda duniawi kok nyebrang ke Surga sih?

Quote :

Lha benda duniawi kok nyebrang ke Surga sih?

Hihhihhiii... bisa aja. Waktu berdoa rosario, pada peristiwa mulia, ada peristiwa Maria diangkat ke sorga. Dan entah tulisan siapa (mungkin Willie atau siapa itu di FK), juga pada suatu devosi Bunda Maria, saya imani bahwa Maria yang adalah Tabut Perjanjian. Nah, agak analog dengan itu, kalau apa yang dipikirkan oleh beberapa orang yang menganggap bahwa tabut dan isinya itu sudah di sorga, apa tidak bisa? Anak tetangga saya yang muslim bilang, "Kalau Allah berkehendak, pasti terjadi, qun faya qun, maka jadilah" katanya. Hehhehheee...

Husada wrote:

Quote :

Lha benda duniawi kok nyebrang ke Surga sih?

Hihhihhiii... bisa aja. Waktu berdoa rosario, pada peristiwa mulia, ada peristiwa Maria diangkat ke sorga. Dan entah tulisan siapa (mungkin Willie atau siapa itu di FK), juga pada suatu devosi Bunda Maria, saya imani bahwa Maria yang adalah Tabut Perjanjian. Nah, agak analog dengan itu, kalau apa yang dipikirkan oleh beberapa orang yang menganggap bahwa tabut dan isinya itu sudah di sorga, apa tidak bisa? Anak tetangga saya yang muslim bilang, "Kalau Allah berkehendak, pasti terjadi, qun faya qun, maka jadilah" katanya. Hehhehheee...

Yaah, saya sih belum terbayang bagaimana surga itu. Tetapi entah bagaimana, rasanya sulit sekali membayangkan surga itu sebuah tempat, entah mengapa.

Quote :

Yaah, saya sih belum terbayang bagaimana surga itu. Tetapi entah bagaimana, rasanya sulit sekali membayangkan surga itu sebuah tempat, entah mengapa.

Hehhehheee... ndak usah dibayangkan. Cari saja ayat-ayat Alkitab yang memuat kata sorga, mungkin ada lebih dari 100 ayat itu, kemudian cermati, semoga mendapat gambaran atau bayang-bayang mengenai sorga. Jika itu sudah dilakukan dan tetap aja belum ada bayangan, ndak usah dipaksakan. Jalani aja. Hehhehheee... tidak semua tanya harus terjawab oleh akal yang terbatas. Betuull?

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

Quote :

Yaah, saya sih belum terbayang bagaimana surga itu. Tetapi entah bagaimana, rasanya sulit sekali membayangkan surga itu sebuah tempat, entah mengapa.

Hehhehheee... ndak usah dibayangkan. Cari saja ayat-ayat Alkitab yang memuat kata sorga, mungkin ada lebih dari 100 ayat itu, kemudian cermati, semoga mendapat gambaran atau bayang-bayang mengenai sorga. Jika itu sudah dilakukan dan tetap aja belum ada bayangan, ndak usah dipaksakan. Jalani aja. Hehhehheee... tidak semua tanya harus terjawab oleh akal yang terbatas. Betuull?

Damai, damai, damai.

Alkitab diilhami oelh Tuhan saat penulisannya bro, itu saya imani.

Tetapi manusia yang menerima wahyu Tuhan itu belum pernah melihat neraka dan Surga. Bagaimana menggambarkan suatu tempat atau kondisi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya? Saya tidak bisa. Paling-paling penggambaran yang mendekati.

Jika saya tanyakan ke anda, mati itu seperti apa sih, apa rasanya?

Mungkin anda sampaikan jawaban, ah seperti sedang tidur terlelap, tetapi tidak bangun lagi. Betul, tapi itu yang terlihat, tetapi bagaimana yang dirasakan oleh yang mengalami peristiwa mati itu? Tidak seorangpun yang bisa mengisahkannya.

Kalaupun ada yang katanya pernah mengalami pengalaman mati suri, maka yang dikisahkannya selalu behubungan dengan hal-hal duniawi. Yakni lorong gelap dan ada terang di ujug lorong. Di tanah lapang luas, atau di padang berbunga, dast. Itu pengalaman di bumi, kan? Yang mungkin tersimpan di benak manusia.

Begitu bro.

Quote :

Jika saya tanyakan ke anda, mati itu seperti apa sih, apa rasanya?

Damai bagimu Bruce.

Kalau pertanyaan itu datang pada saya, akan saya jawab dengan meminjam jawaban entah siapa itu, yang tentu saja tidak alkitabiah, karena saya bukan pembaca yang baik untuk Alkitab, hehhehheee...

Mati itu rasanya enak. Buktinya, sampai saat ini, belum ada orang yang mau kembali dari kematian untuk mengulangi kehidupannya sebelum mati. Kalau mati itu lebih tidak enak daripada hidup, pasti banyak orang akan meninggalkan kematian dan kembali hidup yang lebih enak daripada mati. Nah, karena mati itu lebih enak daripada hidup, maka belum ada yang kembali dari kematian untuk hidup. Jangan bilang kisah Anak Sulung dan Anak Bungsu, ya? Hehhehheee...

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

Quote :

Jika saya tanyakan ke anda, mati itu seperti apa sih, apa rasanya?

Damai bagimu Bruce.

Kalau pertanyaan itu datang pada saya, akan saya jawab dengan meminjam jawaban entah siapa itu, yang tentu saja tidak alkitabiah, karena saya bukan pembaca yang baik untuk Alkitab, hehhehheee...

Mati itu rasanya enak. Buktinya, sampai saat ini, belum ada orang yang mau kembali dari kematian untuk mengulangi kehidupannya sebelum mati. Kalau mati itu lebih tidak enak daripada hidup, pasti banyak orang akan meninggalkan kematian dan kembali hidup yang lebih enak daripada mati. Nah, karena mati itu lebih enak daripada hidup, maka belum ada yang kembali dari kematian untuk hidup. Jangan bilang kisah Anak Sulung dan Anak Bungsu, ya? Hehhehheee...

Damai, damai, damai.

Jika kita ambil perumpamaan sbb:

mati = dari dunia ke roh
lahir = dari roh ke dunia.

Sepertinya jawaban anda bisa terpatahkan bro, nyatanya lebih banyak yang ke dunia dari pada yang meninggalkan dunia, buktinya? Bumi semakin padat.

He he he he.

Hehhehheee... memang, untuk itu, saya tidak mempunyai jawaban sendiri. Saya sudah katakan bahwa jawaban itu adalah pinjaman entah dari siapa. Karena saya sudah lupa dari siapa saya pinjam, tidak akan dikembalikan lagi, tapi tetap bahwa jawaban itu dari hasil pinjaman.

Sudah. Kembali ke topik saja agar tidak terlalu melebar.

kalau kita pikirkan lagi, adakah manna lagi sekarang? dan kira2 apa itu manna kalu menurut pengetahuan kita sekarang?

Nah itu yang dari dulu membuat penasaran.
Kalau burung puyuh yang terbang rendah, itu beberapa kali terjadi, seperti juga ketika ribuan ikan yang entah mengapa salah navigasi dan mati di pantai, burungpun pernah. Tetapi, khusus manna, ini belum pernah terjadi, tetapi saya yakin, seharusnya ada juga peristiwa alam yang seperti itu. Karena saya koq percaya, bahwa Tuhan dalam bermujijat lebih sering menggunakan peristiwa alam.

Syalom

lee_king_kong wrote:

kalau kita pikirkan lagi, adakah manna lagi sekarang? dan kira2 apa itu manna kalu menurut pengetahuan kita sekarang?

Yang saya tangkap, manna itu diberikan Tuhan kepada bangsa Israel untuk menjawab sungut-sungut bangsa itu, dimana bangsa itu membanding-banding kondisi ketika mereka diperbudak di Mesir dan kondisi perjalanan menuju tanah terjanji. Karena melalui padang gurun yang panas dan gersang, bangsa itu bersungut-sungut. Maka Tuhan berdasarkan kasihNya memberikan manna dan burung puyuh untuk disembelih.

Bangsa itu begitu guyub, sehati, sepikir, seperasaan. Ketika Musa dinilai meleng, mereka langsung murtad, menyembah berhala. Konon, itu pula penyulut kemarahan Musa, hingga tanpa sadar Musa membanting berhala bangsa Israel dengan loh batu bertuliskan 10 Perintah Allah tulisan Allah sendiri. Akhirnya Musa tidak berkenan di mata Tuhan untuk masuk ke tanah terjanji.

Saya tidak atau belum menemukan dengan apa manna dahulu itu dapat dipersamakan dengan keadaan dewasa ini.

Manna Malaikat bertahan selamanya, manna manusia cukup sehari, Tabut Perjanjian Lama sudah kembali ke Surga, diganti Tabut Perjanjian Baru, yaitu Bunda Maria