Apa itu ketupat

Dari Wikipedia

Quote :

Ketupat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Ketupat
Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), Grabag (kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan burasa), lotek, serta gado-gado (seringkali diganti dengan lontong). Ketupat juga dapat dihidangkan menyertai sate, meskipun lontong lebih umum. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.[1]

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal (lebih umum) dan jajaran genjang. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Penggunaan lain

Di antara beberapa kalangan di pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Masyarakat di daerah tersebut masih memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga sepekan sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat. Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari Bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan kupat menjadi tradisi Islami dimana kupat menjadi makanan yang selalu ada disaat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Nama-nama lokal

bahasa Bali: tipat
bahasa Banjar: katupat
bahasa Betawi: tupat
bahasa Cebu: puso
Bahasa Filipino: bugnoy
bahasa Jawa: kupat
bahasa Kapampangan: patupat
bahasa Makassar: burasa
bahasa Melayu/Indonesia: ketupat
bahasa Sunda: kupat
bahasa Tausug: ta’mu

Dahulu, di LT lama, pernah ada member muslim yang mempertanyakan penggunaan pohon cemara dan penetapan tanggal perayaan dewa matahari (25 Desember) sebagai hari Natal. Bukankah tradisi ketupat ini juga sama persis dengan tradisi pohon cemara dan tanggal 25 itu?

bruce wrote:

Bukankah tradisi ketupat ini juga sama persis dengan tradisi pohon cemara dan tanggal 25 itu?

beda, kalo ketupat dimakan kalo pohon cemara dilihat sambil menikmati kue bolu perayaan natal

Quote :

beda, kalo ketupat dimakan kalo pohon cemara dilihat sambil menikmati kue bolu perayaan natal

Sama sama tidak ada dasar ayatnya di kitab suci juga kan ?

bruce wrote:

Sama sama tidak ada dasar ayatnya di kitab suci juga kan ?

yang ketupat tidak ada dasar di kitab suci, yang pohon natal ada dasarnya

sign wrote:

bruce wrote:

Sama sama tidak ada dasar ayatnya di kitab suci juga kan ?

yang ketupat tidak ada dasar di kitab suci, yang pohon natal ada dasarnya

Masak sih bro? Bisa bantu informasi dasarnya?

bruce wrote:

Masak sih bro? Bisa bantu informasi dasarnya?

ketika orang israel keluar dari tanah mesir, mereka bersuka dengan alat musik puji Tuhan, bukan begitu?
ketika Yesus terlahir ke dunia, orang kristen bersuka menyambut kelahiran Juru Selamat dunia dengan pohon natal, itu menurut saya.

kebetulan saya tidak punya pohon natal, kapan kapan bruce ke rumah saya bawa pohon natal ya :)

sign wrote:

bruce wrote:

Masak sih bro? Bisa bantu informasi dasarnya?

ketika orang israel keluar dari tanah mesir, mereka bersuka dengan alat musik puji Tuhan, bukan begitu?
ketika Yesus terlahir ke dunia, orang kristen bersuka menyambut kelahiran Juru Selamat dunia dengan pohon natal, itu menurut saya.

kebetulan saya tidak punya pohon natal, kapan kapan bruce ke rumah saya bawa pohon natal ya :)

Kurang pas ahhh analoginya.

Ada yang bilang bahwa yang mengawali pohon natal adalah Jerman. Mereka memasang lilin2 di pohon menjelang acara malam Natal. Karena memang indah, maka kebiasaan memasang pohon berlampu menjadi kebiasaan dan tradisi Natal.

Ada pula yang bilang bahwa karena pohon cemara (pinus) adalah pohon yang tetap bertahan di musim dingin, jadi dipakai sebagai pelambang semangat Natal.

Tetapi sepertinya sih, karena memang saat muim dingin cuma memang pohon cemara yang masih berdaun, kalu di Indonesia mungkin bisa dibudayakan pohon pisang atau pohon kelapa. He he he

bruce wrote:

Kurang pas ahhh analoginya.

Ada yang bilang bahwa yang mengawali pohon natal adalah Jerman. Mereka memasang lilin2 di pohon menjelang acara malam Natal. Karena memang indah, maka kebiasaan memasang pohon berlampu menjadi kebiasaan dan tradisi Natal.

Ada pula yang bilang bahwa karena pohon cemara (pinus) adalah pohon yang tetap bertahan di musim dingin, jadi dipakai sebagai pelambang semangat Natal.

Tetapi sepertinya sih, karena memang saat muim dingin cuma memang pohon cemara yang masih berdaun, kalu di Indonesia mungkin bisa dibudayakan pohon pisang atau pohon kelapa. He he he

sukacita natal itu terefleksikan misalnya dalam bentuk aktivitas menghias pohon natal, tentu saja hal itu tidak harus selalu demikian adanya, bisa saja orang kristen merefleksikan sukacita menyambut natal dengan mengunjungi panti jompo.
misalkan bruce merefleksikan sukacita natal dengan menghias pohon pisang, tentu saja bisa, apalagi kalau pohon pisangnya berbuah, mungkin saya datang ke rumah bruce minta pisang sambil natalan.
di kitab suci apa ada tertulis jangan menggunakan sabu sabu, apa lantas karena di kitab suci tidak tertulis demikian maka kita pake sabu sabu.
maka dasar yang saya maksud adalah perilaku manusia sewajarnya. daripada diam lebih baik menghias pohon natal sambil nyanyi puji Tuhan, bukan begitu?

Ya bisa juga sih, dan karena Jesus juga milik kita di Indonesia ini, rasanya ngga salah kalau kita besuka cita dengan cara cara Indonesia.

Saya pernah melihat fragmen Natal dengan para pemain mengenakan pakaian jawa, ternyata bagus juga. Cuma jadi aneh ketika prajurit romawi yang ditampilkan, koq masih berpakaian romawi? Padahal bisa saja mengenakan pakaian VOC misalnya kan? He he he.

bruce wrote:

Ya bisa juga sih, dan karena Jesus juga milik kita di Indonesia ini, rasanya ngga salah kalau kita besuka cita dengan cara cara Indonesia.

Saya pernah melihat fragmen Natal dengan para pemain mengenakan pakaian jawa, ternyata bagus juga. Cuma jadi aneh ketika prajurit romawi yang ditampilkan, koq masih berpakaian romawi? Padahal bisa saja mengenakan pakaian VOC misalnya kan? He he he.

fragmen natal dengan para pemain mengenakan pakaian jawa bisa menjadi simbol Yesus Kristus juruselamat semua ras manusia di dunia.

mungkin supaya kejamnya romawi tidak ditiru manusia.

bisa salah sangka kalau pakai pakaian voc.

Quote :

fragmen natal dengan para pemain mengenakan pakaian jawa bisa menjadi simbol Yesus Kristus juruselamat semua ras manusia di dunia.

mungkin supaya kejamnya romawi tidak ditiru manusia.

bisa salah sangka kalau pakai pakaian voc.

Damai bagi LTBers.

Hehhehheee... mumpung lagi mulai OOT dari ketupat ke VOC, pingin berkomentar tentang fragmen natal ala Jawa bercampur serdadu Romawi. Mungkin itu justru menggambarkan Jawa pingin memiliki Jesus, tapi tidak pingin memiliki serdadu Romawi. Jadi, Jesus di naturalisasi, serdadu Romawinya tetep sebagai serdadu Romawi. Artinya, ambillah yang baik, tinggalkan yang buruk. Kurang efektif dan kurang efisien kalau borong habis, hingga menghilangkan jati diri.

Hehhehheee... sok pinter saya ya? Hehhehheee...

Damai, damai, damai.

Sekalian OOT ya bro.

Saudara saudara kita di Yogya dsk saat ke Gereja selalu mengenakan baju daerah saat acara resmi, misalnya Ntal atau Paskah. Dan itu wajar wajar saja.

Nah, tahukah anda, bahwa di bekasi ada daerah yang penduduknya orang betawi mayoritas Katolik? Mereka kalau ke gereja juga mengenakan pakaian daerah mereka, wanita dengan kain dan kebaya encim plus kerudung, dan pria dengan pakaian seperti pakaian resmi gubernur DKI plus kopiah. Bagi yang belum pernah tahu, tentu kaget melihat gereja kok didatangi orang betawi seperti itu. Padahal mereka sudah puluhan tahun menganut Katolik.

Yang menjadi masalah, sekarang ini ada ormas muslim yang mulai kribut, merasa keberatan kalau ada orang Kristen yang pakai pakaian adat betawi.

Nah...

Quote :

Nah, tahukah anda, bahwa di bekasi ada daerah yang penduduknya orang betawi mayoritas Katolik? Mereka kalau ke gereja juga mengenakan pakaian daerah mereka, wanita dengan kain dan kebaya encim plus kerudung, dan pria dengan pakaian seperti pakaian resmi gubernur DKI plus kopiah. Bagi yang belum pernah tahu, tentu kaget melihat gereja kok didatangi orang betawi seperti itu. Padahal mereka sudah puluhan tahun menganut Katolik.

Tahu dong. Saya kan bekas warga Bekasi? Bahkan saya pernah ikut rombongan 'ngamen' ke sana, pelengkap penggembiranya bass. Itu di Kampung yang tidak kampungan bangat. Hehhehheee... dan pernah lo menjadi berita ketika paskahan, nyaris dituduh menodai agama. Entah sejak kapan sarung dan kopiah menjadi busana agama tertentu. Hehhehheee...

Quote :

Yang menjadi masalah, sekarang ini ada ormas muslim yang mulai ribut, merasa keberatan kalau ada orang Kristen yang pakai pakaian adat betawi.

Jiahhahhahhaaa... memang bagi yang tersusupi karakter asing sampai tulang sumsum menjadi sulit membedakan adat dan agama. Konyolnya, mengidentikkan suku tertentu adalah agama tertentu. Faktanya, kakak ipar saya aja ada yang berkiblat ke Mekkah. Hehhehheee...

Quote :

Faktanya, kakak ipar saya aja ada yang berkiblat ke Mekkah. Hehhehheee...

Wah itu sih sama, karena di negara multi budaya seperti Indonesia ini, adalah tidak aneh jika dalam sebuah keluarga besar terdapat beragam etnis, agama dan adat. He he he.

Saya dari Keluarga Katolik, Istri dari keluarga GKI, adik ipar dari keluarga HKBP, paman istri saya ada yang berangkat haji, yang imlekan juga banyak. Lengkap kan?

Quote :

Saya dari Keluarga Katolik, Istri dari keluarga GKI, adik ipar dari keluarga HKBP, paman istri saya ada yang berangkat haji, yang imlekan juga banyak. Lengkap kan?

Wow, hampir sama dengan Silancah dong? Menurut pengakuannya di suatu trit, Silancah juga memiliki keluarga dari berbagai kepercayaan. Secara teoritis, yang begitu itu akan lebih dewasa pemahaman keberagaman dan keberagamaannya.

Husada wrote:

Quote :

Saya dari Keluarga Katolik, Istri dari keluarga GKI, adik ipar dari keluarga HKBP, paman istri saya ada yang berangkat haji, yang imlekan juga banyak. Lengkap kan?

Wow, hampir sama dengan Silancah dong? Menurut pengakuannya di suatu trit, Silancah juga memiliki keluarga dari berbagai kepercayaan. Secara teoritis, yang begitu itu akan lebih dewasa pemahaman keberagaman dan keberagamaannya.

Yang pasti adalah kalau ada acara keluarga, arisan keluarga misalnya, meja hidangan akan ada dua baris, sebaris adalah 'Halal food', dan sebaris lagi adalah 'Yummy Food' he he he he.

Apakah ayat ini yg dimaksud adalah POHON NATAL?

(Yeremia 10:2-4) "Beginilah firman Tuhan: "Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang."

striker wrote:

Apakah ayat ini yg dimaksud adalah POHON NATAL?

(Yeremia 10:2-4) "Beginilah firman Tuhan: "Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang."

Lain ah, bukan itu maksudnya.

Yang alkitabiah malah daun palma hehe...

Dan tradisi itu masih dilakukan dalam GK pada minggu palma...:)

leonardo wrote:

Yang alkitabiah malah daun palma hehe...
Dan tradisi itu masih dilakukan dalam GK pada minggu palma...:)

Daun palma? Yang mana sih itu? Di tempat kami, hari raya pondok daun itu dirayakan tetapi kayaknya dengan daun-daunan, kebanyakan dengan daun pakis haji (Latin:Cycas rumphii). Nah, apakah itu yang disebut daun palma? Salam damai.

Mungkin di tempat anda jarang terdapat pohon palma (palem) bro, jadi digunakan daun pakis.
Kalau di Jkt, dimana daun palem banyak terdapat, biasanya sehari menjelang Minggu Palma, anak anak sekolah diminta membawa daun palma, untuk diserahkan ke gereja, jadi jika saat minggu plama ada umat yang tidak membawa daun, bisa mengambil daun yang disediakan.

bruce wrote:

Mungkin di tempat anda jarang terdapat pohon palma (palem) bro, jadi digunakan daun pakis.
Kalau di Jkt, dimana daun palem banyak terdapat, biasanya sehari menjelang Minggu Palma, anak anak sekolah diminta membawa daun palma, untuk diserahkan ke gereja, jadi jika saat minggu plama ada umat yang tidak membawa daun, bisa mengambil daun yang disediakan.

Eh, pakis haji juga, kalau tidak salah, termasuk dalam famili palem-paleman kok. Ah, biarinlah. Yang penting bukan fisiknya bukan? Yang penting adalah makna perayaannya to? Bahwa pada saat itu dikenang dimana Yesus Kristus masuk Yerusalem dengan dielu-elukan oleh semua orang, mulai dari pembesar sampai pengecil(?), mulai dari ningrat sampai kawula, pokoknya semua orang deh. E'e'eee... besoknya, orang yang sama berteriak, "SALIBKAN DIA! SALIBKAN DIA! SALIBKAN DIA!" gitu kan?

Ngomong-ngomong, kenapa bahasan kita menjadi ke jenis daun-daunan sih? Hehhehheee...

Damai, damai, damai.

Lho, pakis haji bukannya dari jenis pakis-pakisan (paku-pakuan)?

bruce wrote:

Lho, pakis haji bukannya dari jenis pakis-pakisan (paku-pakuan)?

Hihhihhiii... tampaknyan sih iya. Dari paku menjadi pakuis menjadi pakis. Hihhihhiii... biarin ajjah. Lagian minggu palma masih kira-kira 1 triwulan lagi. Hihhihhiii... nanti makin jauh dari ketupat deh bahasan ini.

Eh, ngomong-ngomong, antara Jakarta dan Bekasi berdekatan to? Ketika mukim di Bekasi, saya merayakan minggu palma memakai daun pakis haji juga. Jadi, kalau perayaan minggu palma di Jakarta menggunakan daun palem, hebat juga tuh.

Sorry bro, kata istri saya pakis haji malah tanaman mahal lho. Jadi memang lebih bagus kalau pakai pakis haji, dulu banyak yang pakai pakis haji, cuma kalau mau ngirit (karena kebetulan warga Jkt tergolong sederhana) jadi cukuplah pakai daun palem, hiks hiks hiks