- [You must be registered and logged in to see this link.] wrote:
- Ribuan Santri Karawang Ikuti Sarasehan Cinta Tanah Air
Jumat, 20 Januari 2012 05:13 WIBKarawang (ANTARA News)
Ribuan santri dan warga sekitar
Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bersama Konsorsium Pesantren Indonesia
menggelar sarasehan nasional cinta Tanah Air, di Pondok Pesantren
Nihayatul Amal, Kamis.
Pendiri Konsorsium Pesantren Indonesia, Prof Dr Achmad Mubarok pada
acara itu di Karawang, mengatakan, pihaknya telah membangun jaringan
hampir 9.200 pesantren yang tersebar di Indonesia, dengan sebutan
Konsorsium Pesantren Indonesia.
Tujuan dibangunnya jaringan pesantren itu ialah untuk
mengampanyekan sekaligus mensosialisasikan semangat cinta Tanah Air
kepada seluruh warga negara Indonesia. Selain itu, juga dalam rangka
menghidupkan kesadaran bernegara dan berbangsa.
"Jaringan pesantren dibangun, agar orang-orang di kalangan
pesantren mampu mengantarkan bangsa Indonesia menembus globalisasi
menuju bangsa yang bermartabat," kata dia.
Wakil Bupati Karawang Cellica Nurachadiana, mengaku sangat
menyambut baik terselenggaranya sarasehan nasional cinta tanah air
tersebut.
Sebab, kata dia, kondisi saat ini banyak anak-anak dan juga generasi muda yang sudah terkikis rasa cinta Tanah Airnya.
Ia berharap kegiatan tersebut mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap
bangsa Indonesia, menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsa yang telah
gugur memperjuangkan jiwa dan raga demi kemerdekaan.
Kegiatan itu sendiri diikuri ribuan santri dan warga Karawang,
serta dihadiri Ketua DPRD Karawang Tono Bactiar, Kapolres Karawang AKBP
Merdisyam, dan sejumlah unsur Muspida Karawang lainnya. (MAK/Z002)
Editor: B Kunto WibisonoCOPYRIGHT © 2012 Ini merupakan kabar yang menyejukkan. Meski terasa sangat terlambat, sebab terjadi setelah NKRI berusia 66 tahun lebih, masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Sebab, orang-orang beragama di Indonesia, harus mampu memisah antara kehidupan bertanah air dan kehidupan beragama. Seorang warga negara, dimungkinkan tidak beragama, dan tidak mungkin tidak bertanah air. Artinya seorang penganut agama di Indonesia harus sebagai warga negara, dan seorang warga negara belum tentu menganut suatu agama, meskipun di KTP-nya wajib diisi kolom agama.
Bila saja kecintaan pada tanah air ini sudah sejak dulu ditanamkan, atau setidaknya dikenalkan kepada setiap warga negara, saya pikir, gesekan-gesekan berdasarkan keagamaan akan menciut. Setiap warga negara akan saling menghargai dari segi kesatuan tanah air, bukan dari segi keagamaan. Dengan demikian, bilamana peningkatan suhu pergaulan antarwarga yang terjadi bersumber dari perbedaan agama, akan segera dapat teratasi dengan melakukan pendekatan kesatuan tanah air. Namun, memang ada syarat lain, yaitu para pelaksana tugas kenegaraan, mulai dari tingkat RT/RW, sampai dengan Kepala Negara, harus konsisten mengutamakan kenegaraan, bukan mengutamakan hal selain kenegaraan.
Bukan hanya di pesantren semangat kecintaan pada tanah air ini perlu digalakkan, melainkan di seluruh aspek kehidupan berbangsa. Jika itu dilakukan secara konsisten dan merata, tidak akan ditemukan sekolah yang tidak tahu dan tidak mau melakukan upaca pengibaran bendera. Tidak akan ditemukan seorang anak sekolah yang tidak tahu lagu kebangsaan.
Bila kecintaan tanah air ini ditumbuhkembangkan dalam dada tiap insan NKRI, maka negeri ini akan segera tampil sebagai satu negara maju di pergaulan dunia. Kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak kalah dibanding dari negeri lain, terbukti dari beberapa kali sumber daya manusia Indonesia mempu memperoleh medali emas pada olimpiade-olimpiade keilmuan.
Mengapa ternyata hingga saat ini NKRI masih sampai pada tahap seperti sekarang? Menurut dugaan saya, karena tingkat kecintaan warga NKRI kepada tanah airnya begitu kecil. Bila kita bandingkan dengan Jepang, yang terkenal dengan semangat
harakiri-nya untuk negerinya, ternyata mereka tumbuh menjadi negeri yang disegani di dunia. Jadi, peristiwa ribuan santri Karawang mengikuti sarasehan cinta tanah air layak diapresiasi.
Bagaimana menurut LTBers?