|
| Mohon penjelasannya | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Mohon penjelasannya 17th May 2012, 18:13 | |
| Saya mendapatkan ayat2 ini dari seorang teman yang menafsirkan bahwa ini adalah perintah/saran bagi kaum wanita untuk mengenakan kerudung atau penutup kepala. Sebagai seseoran non Kristen yang awam tafsiran ayat2 Bible, apakah tafsirannya itu benar, jika tidak - bagaimanakah tafsiran yang sesungguhnya?
1 Korintus 11:5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
11:6 Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka HARUSLAH IA MENUDUNGI KEPALANYA.
11:7 Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
11:13 Pertimbangkanlah sendiri: PATUTKAH PEREMPUAN BERDOA KEPADA ALLAH DENGAN KEPALA TIDAK BERTUDUNG?
| |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 17th May 2012, 19:39 | |
| - Silancah wrote:
- Saya mendapatkan ayat2 ini dari seorang teman yang menafsirkan bahwa ini adalah perintah/saran bagi kaum wanita untuk mengenakan kerudung atau penutup kepala.
Sebagai seseoran non Kristen yang awam tafsiran ayat2 Bible, apakah tafsirannya itu benar, jika tidak - bagaimanakah tafsiran yang sesungguhnya?
1 Korintus 11:5 Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
11:6 Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka HARUSLAH IA MENUDUNGI KEPALANYA.
11:7 Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
11:13 Pertimbangkanlah sendiri: PATUTKAH PEREMPUAN BERDOA KEPADA ALLAH DENGAN KEPALA TIDAK BERTUDUNG?
1. Penjelasan yang dikutip dari the Navarre Bible: Di perikop ini Rasul Paulus mengajarkan agar para wanita memakai penutup kepala pada saat mengikuti ibadah. Hal ini adalah tradisi yang berlangsung pada jaman itu, yang menjadi ekspresi dari ungkapan hati. Di sini dapat disimpulkan bahwa pakaian yang terlihat dari luar menjadi penting karena mencerminkan disposisi hati/ sikap batin. Rasul Paulus memberikan alasan teologis tentang pemakaian tudung kepala wanita adalah karena “kepala setiap perempuan adalah laki-laki, kepala setiap laki-laki adalah Kristus, kepala Kristus adalah Allah.” (lih. 1 Kor 11:3). Saat mengatakan hal ini, Rasul Paulus tidak bermaksud merendahkan martabat wanita, sebab para wanita mempunyai persamaan hak dengan kaum pria dan sama-sama dipanggil untuk hidup kudus, namun para wanita mempunyai misi yang khusus. Semua orang, baik perempuan maupun laki- laki dipanggil untuk taat kepada Kristus, Sang Kepala, dan melalui Kristus kepada Allah Bapa. Dasar ini ditegaskan kembali yaitu pada ayat 11-12, “…. dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki- laki dan laki- laki tanpa perempuan” sebab keduanya berasal dari Allah. Ini sesuai dengan yang diajarkannya juga dalam Gal 3:28. Jadi yang disampaikan di sini adalah adanya urutan/ struktur kebersamaan yang mengarahkan semua orang untuk dibangun ke arah persatuan dengan Kristus. 2. Hal penutup kepala perempuan dalam praktek ibadah umat Katolik Berikut ini adalah tulisan tentang hal penutup kepala yang kami sarikan dari artikel karangan Colin B. Donovan, STL dari situs EWTN (Eternal World Television Network), silakan klik, sebagai berikut: a. Memang pada KHK 1917 kan. 1262, 2 dikatakan bahwa pria dalam ibadah tidak perlu memakai tutup kepala, kecuali keadaan- keadaan khusus yang menentukan sebaliknya, dan perempuan harus mengenakan tutup kepala dan berpakaian sopan, terutama ketika mereka mendekati altar Tuhan. b. Ketika KHK 1983 dipromulgasikan, kanon ini tidak dinyatakan kembali. Kanon 6, 1 (KHK 1983) menyatakan bahwa jika suatu kanon tidak dimasukkan dalam KHK yang baru ini, artinya sudah tidak diberlakukan lagi. Dengan demikian, kewajiban kanonik bagi para wanita untuk memakai tutup kepala tidak lagi diharuskan. 3. Tinjauan Moral: Meskipun demikian, ada pertanyaan, apakah ada kewajiban moral bagi para wanita untuk memakai tutup kepala, meskipun sudah tidak disyaratkan oleh KHK, mengingat hal itu disebutkan dalam 1 Kor 11:3-16? Di sini yang harus diingat adalah tentu kewajiban moral untuk berpakaian sopan sesuai dengan keadaan (dalam hal ini, pada saat ibadah untuk menerima Komuni kudus) tidak pernah diabaikan. Namun hal kesopanan dalam berpakaian dapat bervariasi dari tempat ke tempat dan waktu ke waktu. St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa kesopanan/ kebersahajaan berkaitan dengan empat hal tingkah laku: 1. Pergerakan pikiran menuju kesempurnaan, dan hal ini diatur oleh kerendahan hati. 2. Keinginan akan benda- benda yang berkaitan dengan pengetahuan, dan ini diatur oleh kerajinan/ kesungguhan hati, lawannya dari asal ingin tahu. 3. Pergerakan badan dan tingkah laku, yang mensyaratkan dilakukannya dengan semestinya dan dengan sejujurnya… 4. Penampilan luar, contoh dalam berpakaian dan sejenisnya.[1] Cara berpakaian, tingkah laku, dst. adalah tanda dari seseorang dan ini dipengaruhi oleh konteks budaya di mana orang itu tinggal… Kristianitas dapat menyesuaikan diri terhadap budaya dalam hal- hal tertentu, kecuali jika itu melibatkan dosa (cara berpakaian yang mengakibatkan godaan bagi jenis kelamin yang lain). Kesopanan/ kesederhanaan dalam berpakaian dan bertingkah laku merupakan tanda luar yang menunjukkan sikap batin. Maka hal cara berpakaian (pria menggunakan peci bundar atau wanita dengan tudung pada masa Rasul Paulus) pada dasarnya adalah penerapan cara berpakaian yang sopan sesuai dengan tradisi/ kebiasaan pada saat itu… Maka hanya Magisterium yang berkompeten untuk menentukan kebiasaan- kebiasaan mana yang dapat dilaksanakan dengan sah, dan kebiasaan tertentu yang mana, yang dapat ditinggalkan, sementara hukum ilahi dipertahankan. Kita akan selalu aman pada saat mengikuti ajaran Gereja, daripada menuruti pertimbangan sendiri, sebab apa yang ditentukan/ diikat oleh Gereja, “akan terikat di surga, dan apa yang dilepaskan oleh Gereja akan terlepas di surga” (lih. Mat 16:13-18). 4. Makna tutup kepala: tanda “ketaatan” kepada pemimpin Maka pemakaian tutup kepala bukan merupakan kewajiban moral, namun merupakan tanda ketaatan kepada pemimpin. a. Arti kata ketaatan kepada pemimpin artinya adalah diarahkan dengan cara yang teratur kepada tujuan tertentu, di bawah pengarahan orang lain. Seorang pekerja taat kepada sang supervisor, supervisor kepada manajer, manajer kepada pemilik, sehingga perusahaan dapat berjalan mulus untuk mencapai tujuannya. Demikian halnya pada kehidupan menggereja. 1 Kor 11:3 …. Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah. 1 Kor 11:8-12 Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya…. dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” Dalam perkawinan Kristiani, suami adalah kepala istri, seperti halnya Kristus adalah kepala Gereja (lih. Ef 4:22-33)…Rasul Paulus mengingatkan hal penciptaan pria dan wanita, dan menyatakan bahwa wanita dibentuk dari pria, bukan sebaliknya. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan dalam Katekese kitab Kejadian, bahwa perkawinan bukan saja hanya sebuah sakramen Kristiani, tetapi juga sakramen kodrati tentang Persekutuan Pribadi dalam Trinitas. Ini mengajarkan kepada kita bahwa kesetaraan pribadi dalam sebuah persekutuan tidak menghancurkan tingkatan/ hirarkinya. Dalam kodrat ilahi, Allah Bapa adalah Kepalanya, dalam Gereja, Kristus adalah Kepalanya, dan dalam perkawinan, suami adalah kepalanya. Memang dalam keteraturan Kristiani, kasih menjadi motif pendorong bagi semua hubungan… b. Mungkin pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa Gereja melepaskan suatu praktek yang menandai keteraturan urutan hubungan kasih tersebut? Ada beberapa alasan yang saya pandang memungkinkan: 1. Hilangnya pentingnya makna tanda tersebut. Tanda- tanda adalah kekhususan suatu budaya. Suatu tanda, cara berpakaian, ekspresi menyampaikan arti yang dipahami oleh orang- orang pada budaya tertentu. Ketika budaya tidak lagi melihat pentingnya suatu tanda tertentu, maka tanda tersebut kehilangan makna, kecuali bagi mereka yang tetap mempertahankan pemahaman tersebut. … Gereja harus mengajarkan makna tanda sakramental. …Maka ketika pemakaian tudung itu sudah kehilangan makna, hal itu bisa tidak dipraktekkan lagi. 2. Konflik arti. Suatu tanda, meskipun artinya tetap berlaku, namun dapat memberikan arti yang menjadi penghalang bagi orang- orang pada budaya tertentu…. Dalam kasus penutup kepala ini, walau artinya tetap valid, namun dapat dengan mudah disalah artikan sebagai ketundukan semena- mena sang istri kepada suaminya, atau bahkan semua wanita kepada semua pria. Dalam dunia modern di mana persamaan martabat antara pria dan wanita sebagai pribadi- pribadi yang setara ditekankan, maka alasan ini merupakan alasan yang perlu dipertimbangkan. Kita tidak dapat menghalangi jiwa-jiwa untuk datang pada Yesus … Kanon terakhir dalam KHK mengingatkan kita bahwa keselamatan jiwa- jiwa merupakan hukum yang tertinggi dari Gereja (salus animarum suprema lex). 3. Teologi liturgis. Salah satu dari antara kebenaran- kebenaran doktrin yang dinyatakan dalam Misa adalah kodrat hirarki Gereja. Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus terdiri dari Kristus Sang Kepala dan mereka yang telah dibaptis dalam Kristus, sebagai anggota- anggota-Nya. Perbedaan tingkatan yang terlihat di dalam liturgi, antara imamat jabatan dan imamat bersama (pada umat) adalah tanda sakramental dari Kristus Sang Kepala dan anggota- anggota-Nya. Dalam liturgi dan keteraturan sakramental, kecuali bahwa mereka yang mewakili/ menghadirkan Kristus Sang Kepala harus laki- laki, pembedaan antara jenis kelamin tidaklah penting. Di dalam Pembaptisan “tidak ada laki- laki atau perempuan” (Gal 3:28). Oleh karena itu, dalam kehidupan Gereja tidak mensyaratkan pembedaan jenis kelamin; laki- laki dan perempuan berpartisipasi setara dalam Gereja sebagai orang- orang yang sudah dibaptis. 5. (Yang terpenting): Pribadi yang saleh Meskipun jelas bahwa tidak ada kewajiban kanonik maupun moral bagi para wanita untuk mengenakan tutup kepala di gereja, para wanita tetap bebas untuk melakukannya sebagai ungkapan devosi pribadi. Mereka harus melihatnya sebagai tanda ketaatan/ tunduk kepada Tuhan… Mereka yang mengenakan tudung dan mereka yang tidak mengenakannya, tidak perlu menghakimi satu sama lain, tetapi membiarkan setiap wanita untuk memutuskannya karena jelas hal ini tidak menjadi kewajiban. CATATAN KAKI: ST II-II, q.160, a.2 [You must be registered and logged in to see this link.] | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 30th May 2012, 14:06 | |
| Jadi ayat tersebut mungkin bisa dimaknai HANYA sebagai himbauan ya mas? jadi tdk ada konsekwensi dosa jika melanggarnya?
Seperti: kalau ingin cantik ya pakai makeup, tapi kalau sdh 'merasa' cantik tanpa makeup ya silahkan saja.. mungkin begitu mas?
| |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 30th May 2012, 15:23 | |
| - striker wrote:
- Jadi ayat tersebut mungkin bisa dimaknai HANYA sebagai himbauan ya mas? jadi tdk ada konsekwensi dosa jika melanggarnya?
Seperti: kalau ingin cantik ya pakai makeup, tapi kalau sdh 'merasa' cantik tanpa makeup ya silahkan saja.. mungkin begitu mas?
Mungkin juga begitu. Tetapi umumnya tergantung adat istiadat setempat. Kalau di Italy, di kota kota besar mungkin cuma sebagian saja para wanita yang ke gereja dengan penutup kepala. Tetapi, kalau di kota kota kecil, bisa dikatakan seluruh wanita berpenutup kepala saat ke gereja. Kira kira seperti itulah. | |
| | | samiaji Calon Perwira
Jumlah posting : 392 Join date : 26.02.11 Age : 46
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 30th May 2012, 19:19 | |
| - bruce wrote:
- Tidak ada larangan pastinya, tetapi kalau anda ke gereja Katolik (atau juga Protestan), pasti anda tidak akan ketemu wanita pakai tank-top dan celana hot-pants. Bahkan di beberapa daerah para wanita malah berpakaian adat atau pakai rok panjang. Ini membuktikan, bahwa hal hal seperti itu memang tidak perlu diatur detail, karena manusia juga memiliki akal budi, mana yang baik dan mana yang tidak.
Kecuali biarawati, maka ada aturan khususnya.
Salam Kalau saya perhatikan, di kota Bandung ini, kaum wanita pribumi sudah sangat jarang memakai pakaian adat kebaya. Kalaupun dipakai hanya untuk acara yang sangat khusus seperti pernikahan, khitanan, wisuda.. Itu pun bila menjadi pihak keluarga yang punya hajat, kalau hanya jadi tamu biasanya pakai baju modern saja. Tetapi di kesempatan lain, ibu-ibu yang akan mengikuti ibadat minggu di HKBP (otomatis berasal dari kota Medan), cukup banyak dari mereka yang memakai kebaya, sedangkan para bapak memakai setelan jas. Kadang saya suka senyum dalam hati, entah harus bangga (karena kebaya dipakai oleh saudara lain suku) atau harus malu (karena malah ditinggalkan oleh pribumi).. Salam Damai | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 30th May 2012, 19:34 | |
| - bruce wrote:
- striker wrote:
- Jadi ayat tersebut mungkin bisa dimaknai HANYA sebagai himbauan ya mas? jadi tdk ada konsekwensi dosa jika melanggarnya?
Seperti: kalau ingin cantik ya pakai makeup, tapi kalau sdh 'merasa' cantik tanpa makeup ya silahkan saja.. mungkin begitu mas?
Mungkin juga begitu.
Tetapi umumnya tergantung adat istiadat setempat. Kalau di Italy, di kota kota besar mungkin cuma sebagian saja para wanita yang ke gereja dengan penutup kepala. Tetapi, kalau di kota kota kecil, bisa dikatakan seluruh wanita berpenutup kepala saat ke gereja.
Kira kira seperti itulah.
Kok sepertinya adat istiadat lebih dominan dari ajaran agama ya mas? Di tempat saya masih banyak kok saya lihat para wanitanya memakai rok pendek waktu ke gereja. Mungkin kalau Paulus waktu di korintus mengatakan HARUS, itu akan lebih baik ya mas. Karena kalau dikatakan "PERTIMBANGKANLAH SENDIRI" ya jadinya jemaat mengartikannya sendiri2, karena tdk ada konsekwensi dosa jika tdk melakukan apa yg dianjurkan oleh Paulus. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 30th May 2012, 20:36 | |
| - striker wrote:
- bruce wrote:
- striker wrote:
- Jadi ayat tersebut mungkin bisa dimaknai HANYA sebagai himbauan ya mas? jadi tdk ada konsekwensi dosa jika melanggarnya?
Seperti: kalau ingin cantik ya pakai makeup, tapi kalau sdh 'merasa' cantik tanpa makeup ya silahkan saja.. mungkin begitu mas?
Mungkin juga begitu.
Tetapi umumnya tergantung adat istiadat setempat. Kalau di Italy, di kota kota besar mungkin cuma sebagian saja para wanita yang ke gereja dengan penutup kepala. Tetapi, kalau di kota kota kecil, bisa dikatakan seluruh wanita berpenutup kepala saat ke gereja.
Kira kira seperti itulah.
Kok sepertinya adat istiadat lebih dominan dari ajaran agama ya mas?
Di tempat saya masih banyak kok saya lihat para wanitanya memakai rok pendek waktu ke gereja.
Mungkin kalau Paulus waktu di korintus mengatakan HARUS, itu akan lebih baik ya mas.
Karena kalau dikatakan "PERTIMBANGKANLAH SENDIRI" ya jadinya jemaat mengartikannya sendiri2, karena tdk ada konsekwensi dosa jika tdk melakukan apa yg dianjurkan oleh Paulus. Saya sih lebih pilih yang tanpa paksaan, dimana umat melakukan berdasarkan kesadarannya sendiri. Berpakaian sopan kan berarti menghormati dirinya dan orang lain, mengapa jadi harus dipaksakan. Karena adalah percuma kalau pakaian sopan tetapi tingkah laku binal, sama sama tidak elok dipandang. Setuju? | |
| | | samiaji Calon Perwira
Jumlah posting : 392 Join date : 26.02.11 Age : 46
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 30th May 2012, 20:39 | |
| - striker wrote:
- Kok sepertinya adat istiadat lebih dominan dari ajaran agama ya mas?
Di tempat saya masih banyak kok saya lihat para wanitanya memakai rok pendek waktu ke gereja.
Mungkin kalau Paulus waktu di korintus mengatakan HARUS, itu akan lebih baik ya mas.
Karena kalau dikatakan "PERTIMBANGKANLAH SENDIRI" ya jadinya jemaat mengartikannya sendiri2, karena tdk ada konsekwensi dosa jika tdk melakukan apa yg dianjurkan oleh Paulus. Kalau menurut saya pribadi : memang seperti itu-lah proses pembelajaran dan pendewasaan, dimana kita diharapkan dapat mempertimbangkan segala sesuatu dengan segenap pengetahuan dan pemahaman kita (yang terus berkembang), lalu kita memutuskan, melaksanakan dan menanggung konsekuensi dari perbuatan kita. Ataukah menurut mas, akan lebih baik apabila segala hal seharusnya sudah ditetapkan dan kita hanya tinggal menjalankannya saja ? Salam Damai | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 31st May 2012, 15:21 | |
| - samiaji wrote:
- striker wrote:
- Kok sepertinya adat istiadat lebih dominan dari ajaran agama ya mas?
Di tempat saya masih banyak kok saya lihat para wanitanya memakai rok pendek waktu ke gereja.
Mungkin kalau Paulus waktu di korintus mengatakan HARUS, itu akan lebih baik ya mas.
Karena kalau dikatakan "PERTIMBANGKANLAH SENDIRI" ya jadinya jemaat mengartikannya sendiri2, karena tdk ada konsekwensi dosa jika tdk melakukan apa yg dianjurkan oleh Paulus. Kalau menurut saya pribadi : memang seperti itu-lah proses pembelajaran dan pendewasaan, dimana kita diharapkan dapat mempertimbangkan segala sesuatu dengan segenap pengetahuan dan pemahaman kita (yang terus berkembang), lalu kita memutuskan, melaksanakan dan menanggung konsekuensi dari perbuatan kita. Ataukah menurut mas, akan lebih baik apabila segala hal seharusnya sudah ditetapkan dan kita hanya tinggal menjalankannya saja ?
Salam Damai Kalau menurut saya yg saya berlakukan kepada anak2 saya ya, memang harus ada peraturan yg dutetapkan (mana yg boleh dan mana yg tidak) dan harus dipatuhi, dan apabila melanggar akan mendapat konsekwensinya, daripada membiarkan bebas mereka semaunya sendiri, karena masing2 anak tentu tdk memiliki penalaran yg sama. Jadi peraturan mana yg boleh dan mana yg tidak itu akan lebih baik dari pada tdk ada peraturan sama sekali. Itu menurut saya lho... :) | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 31st May 2012, 19:56 | |
| - Quote :
- Kalau menurut saya yg saya berlakukan kepada anak2 saya ya, memang harus ada peraturan yg dutetapkan (mana yg boleh dan mana yg tidak) dan harus dipatuhi, dan apabila melanggar akan mendapat konsekwensinya, daripada membiarkan bebas mereka semaunya sendiri, karena masing2 anak tentu tdk memiliki penalaran yg sama.
Jadi peraturan mana yg boleh dan mana yg tidak itu akan lebih baik dari pada tdk ada peraturan sama sekali. Itu menurut saya lho... Bisa jalan selama ada pengawasan, jika tidak ada pengawasan, atau tidak ada tokoh yang ditakuti, maka sang anak akan mulai mencoba yang sebelumnya dilarang, semakin lama semakin berani, hingga akhirnya berani melawan sang pmberi peraturan. Biasanya sih gitu mas, namanya juga manusia. | |
| | | samiaji Calon Perwira
Jumlah posting : 392 Join date : 26.02.11 Age : 46
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 31st May 2012, 21:29 | |
| - striker wrote:
- samiaji wrote:
- Kalau menurut saya pribadi : memang seperti itu-lah proses pembelajaran dan pendewasaan, dimana kita diharapkan dapat mempertimbangkan segala sesuatu dengan segenap pengetahuan dan pemahaman kita (yang terus berkembang), lalu kita memutuskan, melaksanakan dan menanggung konsekuensi dari perbuatan kita.
Ataukah menurut mas, akan lebih baik apabila segala hal seharusnya sudah ditetapkan dan kita hanya tinggal menjalankannya saja ? Kalau menurut saya yg saya berlakukan kepada anak2 saya ya, memang harus ada peraturan yg dutetapkan (mana yg boleh dan mana yg tidak) dan harus dipatuhi, dan apabila melanggar akan mendapat konsekwensinya, daripada membiarkan bebas mereka semaunya sendiri, karena masing2 anak tentu tdk memiliki penalaran yg sama.
Jadi peraturan mana yg boleh dan mana yg tidak itu akan lebih baik dari pada tdk ada peraturan sama sekali. Itu menurut saya lho... :) Menurut saya ada dua metoda dalam mendidik (anak): 1. Metoda tegas dan lugas. Apa yang boleh dan tidak boleh, biasanya disertai punishment and reward 2. Metoda mandiri. Apa yang baik dan tidak, peran pemikiran si anak diperlukan, diikuti dengan konsekuensi dari perbuatannya Metoda 1 menurut saya cocok sekali diterapkan untuk anak yang masih berumur belia atau belum bisa dianggap dewasa. Si anak sering belum dapat memahami latar belakang dari suatu peraturan, dan hanya dituntut untuk melaksanakan peraturan tersebut. Biasa kita lihat pada metoda pembelajaran anak SD, SMP, dan SMU, seperti dikte menghapal dll (setidaknya pada zaman saya dahulu) Metoda 2 menuntut anak untuk berpikir, menganalisa, dan mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkan perbuatannya (konsekuensi perbuatannya). Seperti metoda belajar mandiri bagi mahasiswa, seperti membuat tesis laporan. Bila watak si anak memang baik, maka tanpa punishment pun ia dengan sendirinya tidak akan melakukan apa yang tidak baik, tetapi bila wataknya kurang baik atau memang belum cukup dewasa ada kemungkinan ia berbuat salah - entah ada kesempatan dan keinginan untuk menjadi baik entah tidak. Menurut saya, kalaupun di awal pembelajaran kita menerapkan metoda 1 , namun metoda 2 akan menjadi bekal yang lebih baik bagi kehidupan anak kita kelak. Tapi itu hanya pendapat saya, dan mungkin tidak selalu sesuai dengan pendapat orang lain Salam Damai | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 1st June 2012, 09:21 | |
| - samiaji wrote:
Menurut saya ada dua metoda dalam mendidik (anak): 1. Metoda tegas dan lugas. Apa yang boleh dan tidak boleh, biasanya disertai punishment and reward 2. Metoda mandiri. Apa yang baik dan tidak, peran pemikiran si anak diperlukan, diikuti dengan konsekuensi dari perbuatannya
Metoda 1 menurut saya cocok sekali diterapkan untuk anak yang masih berumur belia atau belum bisa dianggap dewasa. Si anak sering belum dapat memahami latar belakang dari suatu peraturan, dan hanya dituntut untuk melaksanakan peraturan tersebut. Biasa kita lihat pada metoda pembelajaran anak SD, SMP, dan SMU, seperti dikte menghapal dll (setidaknya pada zaman saya dahulu) Metoda 2 menuntut anak untuk berpikir, menganalisa, dan mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkan perbuatannya (konsekuensi perbuatannya). Seperti metoda belajar mandiri bagi mahasiswa, seperti membuat tesis laporan. Bila watak si anak memang baik, maka tanpa punishment pun ia dengan sendirinya tidak akan melakukan apa yang tidak baik, tetapi bila wataknya kurang baik atau memang belum cukup dewasa ada kemungkinan ia berbuat salah - entah ada kesempatan dan keinginan untuk menjadi baik entah tidak.
Menurut saya, kalaupun di awal pembelajaran kita menerapkan metoda 1 , namun metoda 2 akan menjadi bekal yang lebih baik bagi kehidupan anak kita kelak.
Tapi itu hanya pendapat saya, dan mungkin tidak selalu sesuai dengan pendapat orang lain
Salam Damai Saya setuju dengan pendapat mas samiaji di atas. Pertanyaannya apakah salah satu metode di atas dapat diterapkan sepenuhnya untuk manusia dewasa? | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 1st June 2012, 09:24 | |
| - bruce wrote:
Saya sih lebih pilih yang tanpa paksaan, dimana umat melakukan berdasarkan kesadarannya sendiri. Berpakaian sopan kan berarti menghormati dirinya dan orang lain, mengapa jadi harus dipaksakan. Karena adalah percuma kalau pakaian sopan tetapi tingkah laku binal, sama sama tidak elok dipandang. Setuju? Idealnya sih seperti itu Bang... Tetapi karena manusia banyak juga yang membangkang, seperti yang disampaikan Anda di bawah, maka perlu juga peraturan yang mengatur dan 'memaksa' seseorang untuk melakukan ini dan itu demi kemaslahatan dirinya sendiri dan orang banyak. Tentu saja dalam setiap agama akan berbeda2 sesuai ajaran yang dianutnya. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 1st June 2012, 10:42 | |
| - Silancah wrote:
- bruce wrote:
Saya sih lebih pilih yang tanpa paksaan, dimana umat melakukan berdasarkan kesadarannya sendiri. Berpakaian sopan kan berarti menghormati dirinya dan orang lain, mengapa jadi harus dipaksakan. Karena adalah percuma kalau pakaian sopan tetapi tingkah laku binal, sama sama tidak elok dipandang. Setuju? Idealnya sih seperti itu Bang...
Tetapi karena manusia banyak juga yang membangkang, seperti yang disampaikan Anda di bawah, maka perlu juga peraturan yang mengatur dan 'memaksa' seseorang untuk melakukan ini dan itu demi kemaslahatan dirinya sendiri dan orang banyak.
Tentu saja dalam setiap agama akan berbeda2 sesuai ajaran yang dianutnya. Saya pernah menuliskan entah di mana. Bahwa seseorang yang bandel terhadap ajaran agama, sejatinya tidak percaya kalau Tuhan itu Mahatahu. Seseorang menganggap Tuhan tidak tahu apa yang dikerjakannya, atau bahkan seseorang itu meragukan keberadaan Tuhan. Karena kalau dia yakin Tuhan itu ada, seyakin kalau seorang karyawan sedang diawasi boss nya, pelanggaran tidak akan dilakukannya. Maka, saya selalu lebih memilih untuk memberi pemahaman ajaran agama dengan benar, dengan mengetahui ajaran agamanya dengan benar, seseorang (sebutlah seorang anak) akan yakin dan taat pada agamanya, yakin bahwa Tuhan menjaga dan mengamatinya setiap saat. Sehingga tidak ada dalam pikirannya untuk berbuat selain apa yang benar. Ada juga yang pernah mengatakan kepada saya, bahwa anak anak, tidak perlu diajari dan diatur ini dan itu, karena anak anak adalah peniru yang baik. Anak anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tuanya benar, maka anak anak akan benar, jika orang tuanya salah, anak anak akan juga salah. Salam | |
| | | heinskle Calon Perwira
Jumlah posting : 326 Join date : 04.12.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 2nd June 2012, 12:12 | |
| - Silancah wrote:
- bruce wrote:
Saya sih lebih pilih yang tanpa paksaan, dimana umat melakukan berdasarkan kesadarannya sendiri. Berpakaian sopan kan berarti menghormati dirinya dan orang lain, mengapa jadi harus dipaksakan. Karena adalah percuma kalau pakaian sopan tetapi tingkah laku binal, sama sama tidak elok dipandang. Setuju? Idealnya sih seperti itu Bang...
Tetapi karena manusia banyak juga yang membangkang, seperti yang disampaikan Anda di bawah, maka perlu juga peraturan yang mengatur dan 'memaksa' seseorang untuk melakukan ini dan itu demi kemaslahatan dirinya sendiri dan orang banyak.
Tentu saja dalam setiap agama akan berbeda2 sesuai ajaran yang dianutnya. Well...well...well.... Setuju, itulah yang namanya agama demokrasi, dari manusia utk manusia itu sendiri menurut perkembangan zaman. Jika peraturan / kaidah suatu agama yang memiliki sifat penyesuaian diri demi kemaslahatan dirinya sendiri dan orang banyak, maka agama tersebut perlu dipertanyakan apakah agama tsb berasal dari Tuhan atau tidak. contoh: merokok adalah 'haram' hukumnya ; boleh beristri lebih dari 1(satu) asalkan adil , etc. | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 2nd June 2012, 12:37 | |
| [="bruce"]Maka, saya selalu lebih memilih untuk memberi pemahaman ajaran agama dengan benar, dengan mengetahui ajaran agamanya dengan benar, seseorang (sebutlah seorang anak) akan yakin dan taat pada agamanya, yakin bahwa Tuhan menjaga dan mengamatinya setiap saat. Sehingga tidak ada dalam pikirannya untuk berbuat selain apa yang benar.[/quote]
Setuju ... seharusnya semua orang tua mengajari anaknya seperti itu/
[="bruce"]Ada juga yang pernah mengatakan kepada saya, bahwa anak anak, tidak perlu diajari dan diatur ini dan itu, karena anak anak adalah peniru yang baik. Anak anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Jika orang tuanya benar, maka anak anak akan benar, jika orang tuanya salah, anak anak akan juga salah.
Salam[/quote]
Setuju lagi .. anak2 adalah peniru yang luar biasa. Tetapi sayangnya, kita tidak hidup dalam dunia yang sempurna, banyak orang tua di sana yang tidak mencontohkan hal yang benar kepada sang anak sehingga, seperti yang kita lihat, banyak orang yang melakukan penyimpangan/kejahatan di mana-mana...
Oleh karenanya muncullah (dan perlu diakui oleh kita semua bahwa kita membutuhkan) peraturan untuk 'menangani' orang2 yang melakukan penyimpangan/kejahatan ini ... bukan begitu? | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 2nd June 2012, 12:39 | |
| - heinskle wrote:
Well...well...well.... Setuju, itulah yang namanya agama demokrasi, dari manusia utk manusia itu sendiri menurut perkembangan zaman. Kalau dunia memandang homoseksual itu sesuai dengan zamannya ... bagaimana pendapat Anda, bro? Apakah agama lalu turut mengakomodasinya? - heinskle wrote:
Jika peraturan / kaidah suatu agama yang memiliki sifat penyesuaian diri demi kemaslahatan dirinya sendiri dan orang banyak, maka agama tersebut perlu dipertanyakan apakah agama tsb berasal dari Tuhan atau tidak. contoh: merokok adalah 'haram' hukumnya ; boleh beristri lebih dari 1(satu) asalkan adil , etc. Apakah menurut ajaran Anda merokok itu haram atau halal, bro? | |
| | | heinskle Calon Perwira
Jumlah posting : 326 Join date : 04.12.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 3rd June 2012, 03:24 | |
| - Silancah wrote:
Kalau dunia memandang homoseksual itu sesuai dengan zamannya ... bagaimana pendapat Anda, bro? Apakah agama lalu turut mengakomodasinya? Well...well...well... Homoseksual tidak mengikut zaman, kebejatan tsb sudah ada sebelum manusia mengenal Allah. itulah alasan mengapa Allah menghancurkan Sodom dan Gomorah. sayangnya detail ceritanya tidak terdapat pada Alquran anda, karena pada waktu itu Jibril lupa menyampaikannya. - Silancah wrote:
Apakah menurut ajaran Anda merokok itu haram atau halal, bro? Yang pasti poligami ' haram ' bro.; mungkin bisa jadi 'halal' apabila tingkah laku Yesus segambar dengan Muhammad. Sedangkan merokok, hukumnya 'sunah' jika ditinggalkan, dalil tsb telah ada dari sebelum Masehi, bukan fatwa yg ditetapkan di tahun 2011. " Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. " (Yes 55:2) | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 3rd June 2012, 11:59 | |
| - Quote :
- " Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. " (Yes 55:2)
Apakah ayat itu bisa kita terapkan juga untuk beli game computer, jajanan ringan, nonton film di bioskop, jalan jalan ke mall, dan segala sesuatu yang sebutlah tidak akan meninggalkan bekas secara fisik? Syalom | |
| | | samiaji Calon Perwira
Jumlah posting : 392 Join date : 26.02.11 Age : 46
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 3rd June 2012, 22:44 | |
| - Silancah wrote:
- samiaji wrote:
Menurut saya ada dua metoda dalam mendidik (anak): 1. Metoda tegas dan lugas. Apa yang boleh dan tidak boleh, biasanya disertai punishment and reward 2. Metoda mandiri. Apa yang baik dan tidak, peran pemikiran si anak diperlukan, diikuti dengan konsekuensi dari perbuatannya
Metoda 1 menurut saya cocok sekali diterapkan untuk anak yang masih berumur belia atau belum bisa dianggap dewasa. Si anak sering belum dapat memahami latar belakang dari suatu peraturan, dan hanya dituntut untuk melaksanakan peraturan tersebut. Biasa kita lihat pada metoda pembelajaran anak SD, SMP, dan SMU, seperti dikte menghapal dll (setidaknya pada zaman saya dahulu) Metoda 2 menuntut anak untuk berpikir, menganalisa, dan mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkan perbuatannya (konsekuensi perbuatannya). Seperti metoda belajar mandiri bagi mahasiswa, seperti membuat tesis laporan. Bila watak si anak memang baik, maka tanpa punishment pun ia dengan sendirinya tidak akan melakukan apa yang tidak baik, tetapi bila wataknya kurang baik atau memang belum cukup dewasa ada kemungkinan ia berbuat salah - entah ada kesempatan dan keinginan untuk menjadi baik entah tidak.
Menurut saya, kalaupun di awal pembelajaran kita menerapkan metoda 1 , namun metoda 2 akan menjadi bekal yang lebih baik bagi kehidupan anak kita kelak.
Tapi itu hanya pendapat saya, dan mungkin tidak selalu sesuai dengan pendapat orang lain
Salam Damai Saya setuju dengan pendapat mas samiaji di atas.
Pertanyaannya apakah salah satu metode di atas dapat diterapkan sepenuhnya untuk manusia dewasa?
Kalau ada metoda yang lebih baik dari metoda yang lain, metoda manakah yang Kang Lancah pilih (minimal usahakan) untuk diterapkan ? Metoda 1 dan Metoda 2 biasanya diterapkan dalam bobot yang bervariasi tergantung dari banyak hal.. Orang tua yang bijak adalah yang bisa memilih metoda mana yang cocok untuk setiap kondisi tertentu, namun tentu saja tidak semudah itu karena akan tergantung juga pada : Dari sisi orang tua : pengalaman dia saat dididik orang tuanya, pengetahuan dia, pemahaman, bahkan harapan si orang tua, dll, dll Dari feedback anak : Orang tua juga melihat bagaimana sifat, watak, kapasitas, kedewasaan pemikiran ataupun penerimaan si anak, dll, dll Kalau saya, jelas akan memprioritaskan dengan metoda 2 (dimana saya bisa terapkan) sebelum menjalankan metoda 1. Salam Damai | |
| | | heinskle Calon Perwira
Jumlah posting : 326 Join date : 04.12.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 4th June 2012, 01:44 | |
| - bruce wrote:
-
- Quote :
- " Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. " (Yes 55:2)
Apakah ayat itu bisa kita terapkan juga untuk beli game computer, jajanan ringan, nonton film di bioskop, jalan jalan ke mall, dan segala sesuatu yang sebutlah tidak akan meninggalkan bekas secara fisik?
Syalom @ bro Bruce, Suatu pertanyaan yang menarik. Coba perhatikan Yes 55: 2b ( Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. ) Dalam arti, pergunakanlah hasil jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak sia-sia, melainkan hendaklah dengan hasil jerih payahmu engkau senantiasa memuliakan nama TUHAN. 1. Jika 'Merokok' adalah sesuatu yang sia-sia? dan yang tidak sama sekali bermanfaat bagi tubuhmu dan kehidupanmu, maka sebaiknya berhentilah melakukannya. 2. Jika 'game computer, jajanan ringan, nonton film di bioskop, jalan jalan ke mall ' adalah sesuatu SELINGAN hiburan yang JUGA dianggap TIDAK bermanfaat secara bathiniah dan berlebihan sehingga menyita waktumu dan meninggalkan kasihmu yang mula-mula kepada TUHAN, maka sebaiknya jangan dilakukan. Karena Allah menginginkan kita senantiasa fokus kepada-Nya, seperti yang tertulis pada firman-Nya " Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! ..." ( Yes 55:3a) dan bukan utk sesuatu yang sia-sia. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 4th June 2012, 06:30 | |
| - heinskle wrote:
- bruce wrote:
-
- Quote :
- " Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. " (Yes 55:2)
Apakah ayat itu bisa kita terapkan juga untuk beli game computer, jajanan ringan, nonton film di bioskop, jalan jalan ke mall, dan segala sesuatu yang sebutlah tidak akan meninggalkan bekas secara fisik?
Syalom @ bro Bruce, Suatu pertanyaan yang menarik. Coba perhatikan Yes 55: 2b ( Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. )
Dalam arti, pergunakanlah hasil jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak sia-sia, melainkan hendaklah dengan hasil jerih payahmu engkau senantiasa memuliakan nama TUHAN.
1. Jika 'Merokok' adalah sesuatu yang sia-sia? dan yang tidak sama sekali bermanfaat bagi tubuhmu dan kehidupanmu, maka sebaiknya berhentilah melakukannya. 2. Jika 'game computer, jajanan ringan, nonton film di bioskop, jalan jalan ke mall ' adalah sesuatu SELINGAN hiburan yang JUGA dianggap TIDAK bermanfaat secara bathiniah dan berlebihan sehingga menyita waktumu dan meninggalkan kasihmu yang mula-mula kepada TUHAN, maka sebaiknya jangan dilakukan.
Karena Allah menginginkan kita senantiasa fokus kepada-Nya, seperti yang tertulis pada firman-Nya " Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! ..." ( Yes 55:3a) dan bukan utk sesuatu yang sia-sia.
Jika menyangkut 'manfaat', maka manfaat bagi seseorang bisa tidak bermanfaat bagi orang lain, bro. Orang yang bermain game computer, bisa tidak bermanfaat bagi orang lain, tetapi mungkin menjadi bermanfaat bagi dirinya (hiburan), begitu juga dengan jalan jalan ke mall, nonton, dan merokok. Syalom | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 4th June 2012, 06:58 | |
| - heinskle wrote:
Well...well...well... Homoseksual tidak mengikut zaman, kebejatan tsb sudah ada sebelum manusia mengenal Allah. itulah alasan mengapa Allah menghancurkan Sodom dan Gomorah. Rupanya Anda tidak paham maksud saya. Memang benar bahwa homoseksual sudah ada dari dahulu dan telah dihancurkan oleh Tuhan. Yang saya tanyakan adalah bagaimana jika homoseksual menjadi sesuatu yang diterima oleh masyarakat pada zamannya ... seperti zaman sekarang di mana perlahan2 homoseksual menjadi sesuatu yang 'wajar' dan 'dapat diterima' oleh masyarakat. Apakah agama Anda pun akan menerimanya? Ingat ... sekarang sudah ada gereja yang menikahkan orang homoseksual di negeri Barat lho ... Saya tunggu jawabannya - heinskle wrote:
Sedangkan merokok, hukumnya 'sunah' jika ditinggalkan, dalil tsb telah ada dari sebelum Masehi, bukan fatwa yg ditetapkan di tahun 2011.
" Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. " (Yes 55:2) Saya lihat belum ada kesimpulan apakah rokok itu halal atau haram di dalam agama sendiri. Jadi sepertinya disesuaikan dengan interpretasi masing2 penganut ajaran Anda ya .... Mengenai penyesuaian ... membunuh itu boleh atau tidak boleh, bro? Kalau lihat katekisme membunuh dalam perang boleh tukh ... jadi ada juga yang penyesuaian dalam agama Anda | |
| | | heinskle Calon Perwira
Jumlah posting : 326 Join date : 04.12.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 4th June 2012, 12:40 | |
| - bruce wrote:
Jika menyangkut 'manfaat', maka manfaat bagi seseorang bisa tidak bermanfaat bagi orang lain, bro. Orang yang bermain game computer, bisa tidak bermanfaat bagi orang lain, tetapi mungkin menjadi bermanfaat bagi dirinya (hiburan), begitu juga dengan jalan jalan ke mall, nonton, dan merokok.
Syalom Benar, sebab itu tidak menjadi ketetapan mutlak yang dapat dikategorikan sebagai 'dosa' GBU. | |
| | | heinskle Calon Perwira
Jumlah posting : 326 Join date : 04.12.11
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya 4th June 2012, 12:48 | |
| - Silancah wrote:
Rupanya Anda tidak paham maksud saya. Memang benar bahwa homoseksual sudah ada dari dahulu dan telah dihancurkan oleh Tuhan.
Yang saya tanyakan adalah bagaimana jika homoseksual menjadi sesuatu yang diterima oleh masyarakat pada zamannya ... seperti zaman sekarang di mana perlahan2 homoseksual menjadi sesuatu yang 'wajar' dan 'dapat diterima' oleh masyarakat.
Apakah agama Anda pun akan menerimanya? Ingat ... sekarang sudah ada gereja yang menikahkan orang homoseksual di negeri Barat lho ...
Saya tunggu jawabannya Ingat, perintah dan ketetapan TUHAN tidak berkompromi dengan dosa. diluar dari itu adalah 'dosa' ; dan hukuman akan berlaku bagi mereka yang melakukannya. Kristen tidak sama seperti Islam yang mengkatagorikan dosa kecil dan dosa besar - Silancah wrote:
Mengenai penyesuaian ... membunuh itu boleh atau tidak boleh, bro? Kalau lihat katekisme membunuh dalam perang boleh tukh ... jadi ada juga yang penyesuaian dalam agama Anda
Ingat, perintah dan ketetapan TUHAN tidak berkompromi dengan dosa. diluar dari itu adalah 'dosa' ; dan hukuman akan berlaku bagi mereka yang melakukannya. Kristen tidak sama seperti Islam yang mengkatagorikan dosa kecil dan dosa besar | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Mohon penjelasannya | |
| |
| | | | Mohon penjelasannya | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |