Pemimpin yang hidup sederhana lebih disegani rakyat

Quote :

Jokowi Terbang Tak di "Business Class", Keren!
Penulis : Kurnia Sari Aziza | Minggu, 7 April 2013 | 10:42 WIB

[You must be registered and logged in to see this image.]

JAKARTA, KOMPAS.com - Akhir pekan ini Joko Widodo tidak blusukan. Setelah menjalani rutinitas akitivitasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, dia meluangkan waktu pulang kampung ke Solo, Jawa Tengah.

Dalam agenda yang dirilis oleh Humas Pemprov DKI, tak ada kegiatan kegubernuran yang dilakukan oleh Jokowi hari ini. Berdasarkan info yang diperoleh melalu jejaring sosial Twitter, ada beberapa warga yang bertemu Jokowi di Solo. Bahkan ada yang menyebutkan kalau kedatangannya ke Solo tanpa didampingi oleh ajudan dan pengawal pribadinya.

Seperti yang ditulis oleh akun twitter @hanumkartiko. "Siap terbang ke Solo, ternyata 1 flight sama Pak Jokowi. Beliau datang ga pake telat, ga rebek pake ajudan, dan ga di business class. Keren!" tulis dia dalam akun twitter-nya.

Warga lainnya yang juga bertemu Jokowi saat berada di Solo adalah @aditsableng1. "Lagi makan di Solo ketemu Jokowi. Hmm," tulis dia.

Sementara itu menurut info yang didapat dari staf Pengamanan Dalam (Pamdal) Rumah Dinas Gubernur DKI, mantan Wali Kota Surakarta itu masih berada di Solo.

"Sepertinya masih di Solo. Soalnya dari tadi pagi, ajudan-ajudannya juga tidak kelihatan," kata pamdal itu.

Berbeda dengan Jokowi yang tak ada kegiatannya hari ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang biasanya memilih libur di akhir pekannya, justru akan mewakili Gubernur menghadiri perayaan Nyepi.

Berdasarkan info resmi yang dirilis Pemprov DKI, Basuki akan menghadiri acara Dharma Santi Nasional dalam rangka perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935 pada pukul 18.45 WIB, di Istora Senayan, Jakarta Pusat.

Editor :Ana Shofiana Syatiri

Itulah bedanya kalau seorang pemimpin memang merakyat.

Sekedar kisah berlawanan yang nyata terjadi.
Selasa lalu, pagi pagi saya ke bandara Soeta untuk menjemput kerabat.
Terminal 1A belum terlalu padat, tempat parkirpun masih mudah didapat.

Ketika menunggu kedatangan, tiba tiba merapat ke tepi sebuah mobil patroli bandara.
Biasanya, mobil patroli ini bertugas mengusir mobil mobil yang parkir, atau berhenti terlalu lama.
Ternyata, di belakang mobil patroli bandara, berhenti sebuah mobil TNI, sang sopir seorang pratu segera turun dan menanti di tempat penjemputan.

Saya hanya tersenyum sinis, karena tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Mobil patroli yang seharusnya bertugas menertibkan, ternyata justru 'bertugas' menjaga agar ketidak tertiban bisa dilakukan dengan aman.

Apa yang bisa diharapkan dari perilaku seperti ini?

Mungkin Sang Pratu mendapat tugas menjemput seorang petinggi negara. Itu belajar dari pengosongan jalan tol dari Cikeas menuju Jakarta ketika iring-iringan Presiden RI, yang sekarang sekaligus sebagai Ketua Umum, Ketua Dewan Pimpinan Tertinggi, Ketua Dewan Pembina, Pendiri Partai Demokrat akan mealui jalan tol tersebut, kan?

Husada wrote:

Mungkin Sang Pratu mendapat tugas menjemput seorang petinggi negara. Itu belajar dari pengosongan jalan tol dari Cikeas menuju Jakarta ketika iring-iringan Presiden RI, yang sekarang sekaligus sebagai Ketua Umum, Ketua Dewan Pimpinan Tertinggi, Ketua Dewan Pembina, Pendiri Partai Demokrat akan mealui jalan tol tersebut, kan?

Sepertinya bukan petinggi negara, om. Begitu juga pasti bukan petinggi militer.
Mengaa saya tahu? Karena kalau petinggi militer, kelas mobil yang dipergunakan adalah kendaraan sedan mid-size, atau bahkan full-size (camry), sedangkan yang di bandara hanya kelas 2000 cc. Itupun di plat nomor ya tidak terdapat bintang sama sekali, yang berarti bukan perwira tinggi.

Kemarin ini, sempat juga merasa sebal, ditengah kemacetan jalan, tiba tiba mobil patwal polisi secara berkala membunyikan sirenenya dan lamp meminta jalan. Tadinya ingin iseng menutup jalan, walau akhirnya saya biarkan rombongan itu menyelip di antara himpitan kemacetan. Rupanya sedang mengawal 'pejabat' yang anehnya bernomor mobil A 16 dan erombongan mobil berplat A, berarti bukan pejabat Jakarta. Siapa mereka, dan kemana mereka? Entah, yang jelas bikin tambah macet dan sebal.

bruce wrote:

Sepertinya bukan petinggi negara, om. Begitu juga pasti bukan petinggi militer.
Mengaa saya tahu? Karena kalau petinggi militer, kelas mobil yang dipergunakan adalah kendaraan sedan mid-size, atau bahkan full-size (camry), sedangkan yang di bandara hanya kelas 2000 cc. Itupun di plat nomor ya tidak terdapat bintang sama sekali, yang berarti bukan perwira tinggi.

Mungkin yang dijemput adalah Kepala Sub Bagian Umum, pengelola harta kekayaan instansinya.
[You must be registered and logged in to see this image.]

Quote :

Kemarin ini, sempat juga merasa sebal, ditengah kemacetan jalan, tiba tiba mobil patwal polisi secara berkala membunyikan sirenenya dan lamp meminta jalan. Tadinya ingin iseng menutup jalan, walau akhirnya saya biarkan rombongan itu menyelip di antara himpitan kemacetan. Rupanya sedang mengawal 'pejabat' yang anehnya bernomor mobil A 16 dan erombongan mobil berplat A, berarti bukan pejabat Jakarta. Siapa mereka, dan kemana mereka? Entah, yang jelas bikin tambah macet dan sebal.

[You must be registered and logged in to see this image.]

Nah, kalo yang begitu itu, mungkin hanya ingin mencoba manfaat sirene dan lampu kendaraan tersebut. [You must be registered and logged in to see this image.]"Masih berfungsikah?" Begitu pertanyaan dalam benak drivernya. [You must be registered and logged in to see this image.]Dan ternyata, masih berfungsi, sebab Glomod masih menyisih. [You must be registered and logged in to see this image.]

Quote :

Dan ternyata, masih berfungsi, sebab Glomod masih menyisih.

Soalnya saya sedang mengendarai kendaraan yang ini, om, kalau yang satu lagi, akan saya biarkan patwal meraung raung di belakang saya.

bruce wrote:

Soalnya saya sedang mengendarai kendaraan yang ini, om, kalau yang satu lagi, akan saya biarkan patwal meraung raung di belakang saya.

[You must be registered and logged in to see this image.]

Ndak keliatan yang mana yang Glomod maksud. Yang ber-cc gede itukah?

[You must be registered and logged in to see this image.]

[You must be registered and logged in to see this image.] Kalo yang begitu, pasti semakin macet, deh. Semua orang sekitarnya akan berkerumun, ada yang mencoba menyentuh belalainya, ada yang mencoba sekedar terkena bayangannya, ada yang mencoba menjamah jubah eh kain penutup punggungnya, ada yang mencoba menarik buntutnya, dll, dll, dll.
[You must be registered and logged in to see this image.]

Quote :

Ini Alasan Majalah "Time" Meliput Jokowi
Penulis : Indra Akuntono | Kamis, 11 April 2013 | 19:34 WIB

[You must be registered and logged in to see this image.]
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat meninjau Pasar Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Kamis (11/4/2013). Selain meninjau lokasi pasar, Jokowi juga menjalani sesi wawancara dengan sebuah majalah Time.

JAKARTA, KOMPAS.com — Nama Joko Widodo semakin dikenal luas. Tak hanya merembet ke skala nasional, figur Gubernur DKI Jakarta ini juga dikenal sampai ke luar negeri. Ia berbeda dan unik, itulah yang menarik dari sosoknya.

Hari ini, Kamis (11/4/2013), tim liputan majalah Time dari Amerika Serikat melakukan wawancara dengan mantan Wali Kota Surakarta tersebut. Sesi wawancara yang semula digelar pukul 14.30 WIB di ruang kerja Gubernur dilanjutkan ke lapangan. Pasar Menteng Pulo, Kecamatan Menteng Atas, Jakarta Selatan, dipilih menjadi lokasi wawancara sekaligus sesi pengambilan gambar (taping).

Meski akan dimuat di majalah dan dikemas dalam bentuk jurnalisme kisah, pada saat liputan, sebuah kamera video tampak terpasang merekam jalannya wawancara. Dua jurnalis Time bernama Dean Jay Mathew dan Shanta Dwarkasing melakukan tugas jurnalistiknya dengan mewawancarai peraih predikat wali kota terbaik ketiga sedunia dalam World Mayor Project 2012 itu.

Majalah Time meliput profil Jokowi dengan alasan sederhana. Jokowi dinilai unik karena menjadi sosok wirausahawan yang berpolitik dan sukses menjadi seorang pemimpin. Kegemaran Jokowi dalam melakukan kunjungan ke kampung-kampung kumuh atau blusukan kini menjadi ciri khasnya.

"Jokowi berbeda dari pemimpin lokal lain yang pernah saya temui. Ia mengunjungi langsung kampung demi kampung untuk mengetahui permasalahan. Ia sungguh fenomenal," kata Dean saat ditemui di Pasar Menteng Pulo, Kamis sore.

Tak hanya Dean, Shanta juga memiliki penilaian serupa. Menurutnya, Jokowi itu menarik dan perlu untuk dikupas. Ia terkesan oleh sosok Jokowi yang selama 23 tahun menjalani profesi sebagai pengusaha mebel, kemudian loncat dan sukses menjadi seorang pemimpin pemerintahan.

"Kami coba membuat berita feature, bagaimana seorang pebisnis mampu menjadi seorang pemimpin politik lokal," ujar Shanta.

Di Pasar Menteng Pulo, wawancara berlangsung sekitar 20 menit. Meski tak terdengar jelas karena ingin memberi jarak supaya proses wawancara tak terganggu, Jokowi tampak lugas menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan dengan bahasa Inggris.

Seusai wawancara, Jokowi mengajak kedua wartawan Time melihat kondisi pasar. Jokowi mengakhiri kegiatannya dengan membagi-bagikan bahan kebutuhan pokok untuk warga di sekitar pasar.

Editor :Laksono Hari W

Ehhhm, kalau kelak majalahnya sudah beredar, dan ada warga AS ditanya 'Who is the president of the Republic of Indonesia ?' dan ada yang jawab 'Mr. Joko Widodo', akibatnya bisa bisa majalah Time dilarang beredar di Indonesia tuh.

Separah itu? [You must be registered and logged in to see this image.]

Ya bisa dicoba koq, pasang poster besar besar di depan meja kerja anda, tulis 'SBY No Jokowi Yes'

He he he he

bruce wrote:

Ya bisa dicoba koq, pasang poster besar besar di depan meja kerja anda, tulis 'SBY No Jokowi Yes'
He he he he

Untuk saya, sedikit berbeda Glomod. Di institusi tempat saya bekerja, teoritis, menambah nilai dasar yang diwajibkan oleh peraturan, setiap pegawai harus menanamkan tiga nilai dasar pada pribadinya, yaitu Independen, Integritas, dan Profesional. Jadi, ketiga dasar itu, sudah menyiratkan untuk tidak menulis seperti apa yang Glomod usulkan itu. Dan, jangan bawa saya ke dalam pencobaan.
[You must be registered and logged in to see this image.]

Berita di Kompas.com hari ini, warga Muara Angke langsung menyerbu Jokowi ketika beliau datang untuk mendampingi Megawati dalam meresmikan 'GANTI'. Sepertinya Mega juga harus mengakui bahwa 'pesona' dan 'daya jual' Jokowi jauh di atas dirinya.

Quote :

Dan, jangan bawa saya ke dalam pencobaan.

Bagaimana kalau justru pasang poster yang tidak menyangkut orang 'luar' om?
Misalnya pasang poster diri sendiri dan tulis besar besar

'Husabarlebayda for President'

bruce wrote:

Bagaimana kalau justru pasang poster yang tidak menyangkut orang 'luar' om?
Misalnya pasang poster diri sendiri dan tulis besar besar

'Husabarlebayda for President'

[You must be registered and logged in to see this image.]

Itu sudah pernah kita bahas. Saya tidak punya partai politik. Yang ada pada saya hanya partai ganda badminton atar komplek rumah tinggal, serta partai catur gembira. Eh sekarang tambah lagi, ding. Sekarang saya sedang mengincar partai eceran dan grosir yang berharga miring.
[You must be registered and logged in to see this image.]

bruce wrote:

Berita di Kompas.com hari ini, warga Muara Angke langsung menyerbu Jokowi ketika beliau datang untuk mendampingi Megawati dalam meresmikan 'GANTI'. Sepertinya Mega juga harus mengakui bahwa 'pesona' dan 'daya jual' Jokowi jauh di atas dirinya.

[You must be registered and logged in to see this image.]

Itu (pengakuan kepopuleran Jokowi) adalah keniscayaan.

Justru karena menyadari itu, maka menurut hemat saya, sekarang Megawati semakin mendekati Jokowi. Jika diharapkan Jokowi mendekati PDIP, hasilnya akan sangat mengecewakan PDIP. Sebab, menurut saya, Jokowi ini bukan fans fanatiknya PDIP, melainkan fans fanatiknya Soekarno (ayah Megawati).

[You must be registered and logged in to see this image.]Saya mulai otak atik gatuk, ya? [You must be registered and logged in to see this image.]

Lho, om, Jokowi itu memang kader dari PDIP koq. Yang mencalonkan beliau jadi gubernur DKI juga dari PDIP.

Jadi antara PDIP dan Jokwi memang tidak, atau belum isa dipisah-pisahkan.

bruce wrote:

Lho, om, Jokowi itu memang kader dari PDIP koq. Yang mencalonkan beliau jadi gubernur DKI juga dari PDIP.
Jadi antara PDIP dan Jokwi memang tidak, atau belum isa dipisah-pisahkan.
[You must be registered and logged in to see this image.]

Betul. Menurut saya, dengan membandingkan karakternya dengan karakter kader PDIP lainnya, saya cenderung menyimpulkan bahwa dia mengidolakan Soekarno, dan tidak sangat tertarik pada PDIP. Namun memang, tidak berdasar penelitian, sih. [You must be registered and logged in to see this image.]

Yeaaah, Soekarno. Memang ada nilai nilai positif dari sosok Soekarno yang layak dipuji. Walau, banyak juga segi negatif yang juga sama banyaknya pada sosok proklamator kita itu.

Kelihatannya, banyak orang berpikir bahwa Djokowi ini 'gila' jabatan, kerna 'kekutuloncatannya'. Tapi, sepanjang yang saya amati (walau saya bukan pengamat handal), beliau tidak 'gila' jabatan. Dan kalau keinginan rakyat Indonesia memilih beliau jadi RI-1 berikutnya, saya sih okke-okke saja.
[You must be registered and logged in to see this image.]

Husada wrote:

Kelihatannya, banyak orang berpikir bahwa Djokowi ini 'gila' jabatan, kerna 'kekutuloncatannya'. Tapi, sepanjang yang saya amati (walau saya bukan pengamat handal), beliau tidak 'gila' jabatan. Dan kalau keinginan rakyat Indonesia memilih beliau jadi RI-1 berikutnya, saya sih okke-okke saja.
[You must be registered and logged in to see this image.]

Kalaupun Jokowi bisa terpilih menjadi RI-1, beliau membutuhkan seorang pendamping seperti Basuki sekarang ini. Karena sekarang sungguh sangat ideal. Jokowi seorang penerobos dan pengambil keputusan yang cepat, sementara Basuki adalah seorang administrator yang teliti dan tegas.

Sayang, Basuki pastilah terhalang untuk menjadi RI-2, jadi harus dicari sosok yang cara kerjanya mirip mirip dengan Basuki. Kalau Jokowi hanya sendiri saja, kepemimpinan akan timpang. Sekarang inilah Jakarta memiliki pasangan pemimpin yang sangat tepat, alangkah hebatnya jika pasangan seperti ini bisa terwujud kelak untuk memimpin RI.

Menurut perbincangan-perbincangan para pakar, orang yang mampu berbuat tegas adalah orang yang sudah selesai dengan urusan pribadinya, dalam arti tidak lagi memikirkan kebutuhan pribadi dan kelompoknya. Sementara ini, saya belum melihat ada sosok tokoh yang seperti itu selain dia. Semoga pada sisa waktu yang tersisa, akan muncul pribadi-pribadi yang siap mengabdi dengan tulus.
[You must be registered and logged in to see this image.]

Mudah mudahan om, semoga ada, sebelum negara kita semakin lama semakin merosot.

Insya Jesus.