Ekskul Sekolah Gaza, Menembak dan Melempar Granat
Senin, 29 April 2013 | 15:35 WIB
[You must be registered and logged in to see this image.]Seorang anak sekolah Palestina terlibat dalam pelatihan militer di kamp-kamp militer Hamas di Jalur Gaza.
GAZA CITY, KOMPAS.com — Kementerian Pendidikan Hamas dikabarkan memberi pelatihan cara menembakkan AK-47, melempar granat, dan memasang bahan peledak kepada anak-anak sekolah di Jalur Gaza.
Skema "ekstrakurikuler" ini mendapat kecaman kelompok-kelompok pembela HAM Palestina. Apalagi, Hamas sebelumnya menghapuskan mata pelajaran olahraga dari kurikulum sekolah dengan alasan tidak cukup jam pelajaran.
Pemerintah Hamas memperkenalkan Futtuwa atau program kepemudaan ke dalam kurikulum nasional pada September tahun lalu untuk 37.000 pelajar berusia 15-17 tahun.
Hamas mengklaim program ini adalah untuk mempersiapkan generasi baru pemuda Palestina yang akan berjuang melawan Israel.
Izzadine Mohammed (17) adalah satu dari para pemuda yang hadir dalam kelas mingguan yang terdiri atas pelatihan PPPK, pelatihan tempur dasar, dan bagaimana cara menembakkan AK-47.
Izzadine juga adalah satu dari 5.000 anak laki-laki di seluruh Gaza yang mendaftar untuk ikut dalam pelatihan selama dua pekan yang digelar di basis militer Hamas.
"Saya sangat bersemangat untuk mempelajari cara menggunakan senjata api," kata Izzadine.
"Itu semua sangat penting karena pendudukan (Israel). Saya merasa lebih kuat dan lebih percaya diri dengan pengetahuan yang dapat saya gunakan melawan pasukan pendudukan," tambah dia.
Dalam pelatihan dua pekan itu, anak-anak tersebut mengenakan seragam gaya militer berupa kaus hitam dan celana jeans hitam. Mereka dilatih para perwira Garda Nasional Hamas dan anggota sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam.
Izzadine mengatakan, selain soal senjata api, mereka juga dilatih bela diri, seperti karate dan seni bela diri lainnya. Mereka juga dilatih cara melempar granat dan cara melindungi diri jika granat meledak di dekat mereka.
"Tiarap di dekat granat, karena pecahan granat akan terlempar ke luar," ujar Izzadine.
Dalam pelatihan ini, Hamas membantah menggunakan peluru tajam.
Namun, anggota organisasi HAM Al-Mezan Gaza, Samar Zakout, mengatakan, tidak memahami kebijakan di balik pelatihan ini. Samar mengatakan, pelatihan ini malah mendorong Israel menjadikan sekolah sebagai sasaran jika terjadi konflik.
"Hamas mencoba menciptakan sebuah budaya perlawanan, dan membuat anak laki-laki kami lebih kuat untuk menghadapi Israel. Namun, mereka jangan melakukannya di sekolah. Bisa jadi Israel menjadikan ini sebagai alasan untuk menyerang sekolah Gaza di masa depan," kata Samar.
Mohamed Syam, petinggi Kementerian Pendidikan yang bertanggung jawab atas Futuwwa, membantah jika Hamas menggelar pelatihan militer di sekolah.
"Kami tidak menggelar pelatihan militer di sekolah. Kami hanya menyediakan informasi. Para pemuda bisa bergabung dengan sayap militer, mereka tidak membutuhkan latihan militer di sekolah," kata Syam, yang menambahkan tahun depan pelajar putri juga akan mendapat pelatihan yang sama.
Namun, dalam sebuah artikel di situs Kementerian Pendidikan Hamas tertulis ucapan terima kasih kepada Brigade Al-Qassam dan mengharapkan kehadiran perwakilan kelompok ini dalam wisuda sekolah yang juga dihadiri Mohamed Syam.
Namun, tetap saja Syam membantah telah memasukkan pendidikan militer ke sekolah-sekolah di Gaza.
"Aspek militer hanya sekitar satu persen dari seluruh pelatihan," ujar Syam.
"Di sisi lain (Israel), mereka juga melatih pemudanya untuk membenci dan membunuh bangsa Arab serta memberi pelatihan militer untuk para pemudanya," tukas Syam.
Para pemuda Israel memang harus mengikuti wajib militer selama tiga tahun setelah lulus sekolah menengah atas.
Sumber :Telegraph
Editor :Ervan Hardoko
Gileeeee beneeeer, udah sakit jiwa orang orang di Gaza itu rupanya ya?
Rupanya mereka tidak tahu hukum yang berlaku dalam perang, bahwa anak anak wanita dan orang tua, memang tidak boleh dilukai dan dibunuh dalam perang. Tetapi, dengan berpakaian sebagai tentara atau memegang sejata, maka siapapun itu, entah anak anak, nenek nenek sekalipun, dianggap sebagai pasukan musuh yang layak dilumpuhkan.