Penghancuran Gereja di China

Quote :

Dianggap Simbol Perlawanan, Sebuah Gereja di Tiongkok Dihancurkan
Senin, 28 April 2014 | 16:37 WIB

[You must be registered and logged in to see this image.]

BEIJING, KOMPAS.com -- Pemerintah Tiongkok memulai proses penghancuran sebuah gereja yang dianggap Partai Komunis sebagai bentuk resistensi terhadap pengawasan pemerintah terhadap kebebasan beragama.

Gereja Sanjiang di kota Wenzhou, sebuah kota pesisir makmur yang mendapat julukan "Jerusalem dari Timur", ini menjadi berita setelah awal bulan ini ribuan umat Kristen membentuk pagar hidup melindungi gereja itu setelah rencana penghancuran diumumkan.

Umat Kristen setempat menuding pemimpin komunis provinsi Zhejiang memerintahkan penghancuran 10 tempat ibadah lainnya. Pemerintah menolak tudingan itu dan mengatakan bahwa gereja itu melanggar aturan mendirikan bangunan.

Setelah menduduki gereja itu, banyak umat Kristen sudah meninggalkan gereja Sanjiang setelah para pemimpin mereka menegosiasikan sebuah kompromi dengan pemerintah.

Namun, kesepakatan itu tampaknya berakhir dalam beberapa hari belakangan menyusul laporan penangkapan para petinggi gereja dan sejumlah umat Kristen oleh polisi.

Pada Senin (28/4/2014), pemerintah memulai proses penghancuran gereja yang terletak di kota Wenzhou, yang berjarak 370 kilometer sebelah selatan kota Shanghai itu.

"Saya melihat empat ekskavator di bagian depan menghancurkan gereja dan tiga ekskavator lainnya di belakang menghancurkan bangunan tambahan gereja. Saya juga melihat sebuah ekskavator yang lebih kecil masuk ke dalam gereja melakukan penghancuran," ujar salah seorang saksi yang menambahkan bahwa sekitar 100 polisi bersenjata menjaga di sekeliling gereja.

Polisi juga memblokade semua jalan yang menuju ke area gereja sehingga tak ada seorang pun yang bisa mendekati gereja yang sedang dihancurkan itu.

"Tindakan barbar Pemerintah Tiongkok ini menunjukkan eskalasi serius terhadap kebebasan beragama di Zhejiang. Pemerintah Tiongkok memilih melanggar sendiri aturan mereka dan keinginan warganya," kata Bob Fu, seorang aktivis Kristen di AS.

Fu menambahkan, penghancuran gereja ini akan membuat jutaan umat Kristen Tiongkok semakin tidak memercayai pemerintah mereka.

Sementara itu, Kepala Seminari Teologi Nanjing, Chen Yilu, mengatakan, keputusan pemerintah provinsi menghancurkan gereja di Sanjiang itu merupakan sebuah keputusan yang kasar dan kejam.

Namun, pemerintah provinsi Zhejiang membantah tengah melakukan kampanye menentang rumah-rumah ibadah Kristen di wilayah itu.

Namun, Kepala Komite Etnis dan Keagamaan Provinsi Zhejiang, Feng Zhili, awal tahun ini pernah berkata bahwa penyebaran agama Kristen di wilayah itu sudah terlalu cepat dan membahayakan.

Mengapa seperti tidak asing dengan berita seperti ini ya?

  

Quote :

Fu menambahkan, penghancuran gereja ini akan membuat jutaan umat Kristen Tiongkok semakin tidak memercayai pemerintah mereka.

ya mereka sendiri pula yg akan menanggung segala akibat perbuatan dan tindakannya didunia ini dan pd saat hari penghakiman kelak..   

Quote :

Namun, Kepala Komite Etnis dan Keagamaan Provinsi Zhejiang, Feng Zhili, awal tahun ini pernah berkata bahwa penyebaran agama Kristen di wilayah itu sudah terlalu cepat dan membahayakan.

sy heran apa yg menyebabkan berbahayanya penyebaran agama Kristen di sana..? apakah selama ini pernah ada kelompok2 separatis atau radikal atau kelompok yg menentang pemerintahan berasal dr komunitas2 agama Kristen diwilayah tsb..? ataukah ini cuma krn sikap paranoid dr pejabat2 dan penguasa pemerintahan yg berlebihan aj..?
  

nothingman wrote:

Quote :

Fu menambahkan, penghancuran gereja ini akan membuat jutaan umat Kristen Tiongkok semakin tidak memercayai pemerintah mereka.

ya mereka sendiri pula yg akan menanggung segala akibat perbuatan dan tindakannya didunia ini dan pd saat hari penghakiman kelak..   

Quote :

Namun, Kepala Komite Etnis dan Keagamaan Provinsi Zhejiang, Feng Zhili, awal tahun ini pernah berkata bahwa penyebaran agama Kristen di wilayah itu sudah terlalu cepat dan membahayakan.

sy heran apa yg menyebabkan berbahayanya penyebaran agama Kristen di sana..? apakah selama ini pernah ada kelompok2 separatis atau radikal atau kelompok yg menentang pemerintahan berasal dr komunitas2 agama Kristen diwilayah tsb..? ataukah ini cuma krn sikap paranoid dr pejabat2 dan penguasa pemerintahan yg berlebihan aj..?
  

Bisa jadi pertumbuhan terlalu cepat, sehingga menimbulkan rasa ketidak-nyamanan bagi pemerintah disana.
Khawatir tidak bisa mengontrol

 

Mungkin mereka (pemerintah China) menganggap agama Kristen 'serupa' dengan agama tetangga di Xinjiang, sehingga ada rasa kekhawatiran. Padahal tidak pernah ada kasus orang Kristen minta merdeka dari pemerintahan yang sah. Tetapi, nah... ini, biasanya orang Kristen menuntut demokrasi dan penghormatan HAM, dan ini bisa mengakibatkan timbulnya lagi kasus Tiananmen dulu.

Mungkin saja penghancuran gedung gereja itu karena pemerintah sana melihat ada ekses pertumbuhan jumlah penganut Kristen. Sebelum menyatakan pendapat atas hal itu, rasanya perlu mengetahui apa saja sikap warga penganut Kristen dalam menuanaikan hak dan kewajiban kewarganegaraannya. Namun, secara umum bisa dipastikan, selaku pengikut Kristus, Kristen diajar untuk menyeimbangkan pemberian hak kaisar dan hak Tuhan.

Yang ingin saya sampaikan, adalah konyol pemerintah yang merusak sarana dan prasarana beribadah warganya. PBB pantas memberi peringatan kepada pemerintah yang merusak sarana peribadatan. Menurut pendapat saya, perusakan saran peribadatan itu adalah pelanggaran terhadap hak asasi untuk memeluk agama.

Husada wrote:

Mungkin saja penghancuran gedung gereja itu karena pemerintah sana melihat ada ekses pertumbuhan jumlah penganut Kristen. Sebelum menyatakan pendapat atas hal itu, rasanya perlu mengetahui apa saja sikap warga penganut Kristen dalam menuanaikan hak dan kewajiban kewarganegaraannya. Namun, secara umum bisa dipastikan, selaku pengikut Kristus, Kristen diajar untuk menyeimbangkan pemberian hak kaisar dan hak Tuhan.

Yang ingin saya sampaikan, adalah konyol pemerintah yang merusak sarana dan prasarana beribadah warganya. PBB pantas memberi peringatan kepada pemerintah yang merusak sarana peribadatan. Menurut pendapat saya, perusakan saran peribadatan itu adalah pelanggaran terhadap hak asasi untuk memeluk agama.

Pemerintah disana, beralasan ijin bangunan semisal 1.000 m2 tetapi dibangun 10.000 m2

cinzano wrote:

Husada wrote:

Mungkin saja penghancuran gedung gereja itu karena pemerintah sana melihat ada ekses pertumbuhan jumlah penganut Kristen. Sebelum menyatakan pendapat atas hal itu, rasanya perlu mengetahui apa saja sikap warga penganut Kristen dalam menuanaikan hak dan kewajiban kewarganegaraannya. Namun, secara umum bisa dipastikan, selaku pengikut Kristus, Kristen diajar untuk menyeimbangkan pemberian hak kaisar dan hak Tuhan.

Yang ingin saya sampaikan, adalah konyol pemerintah yang merusak sarana dan prasarana beribadah warganya. PBB pantas memberi peringatan kepada pemerintah yang merusak sarana peribadatan. Menurut pendapat saya, perusakan saran peribadatan itu adalah pelanggaran terhadap hak asasi untuk memeluk agama.

Pemerintah disana, beralasan ijin bangunan semisal 1.000 m2 tetapi dibangun 10.000 m2

Jadi yang dipergunakan cara yang sama seperti larangan pendirian reumah ibadah di negara kita ini?
China adalah negara komunis (aka atheist), sementara Indonesia konon negara Pancasila (berketuhanan). Mengapa sama?

  

bruce wrote:

Pemerintah disana, beralasan ijin bangunan semisal 1.000 m2 tetapi dibangun 10.000 m2

Jadi yang dipergunakan cara yang sama seperti larangan pendirian reumah ibadah di negara kita ini?
China adalah negara komunis (aka atheist), sementara Indonesia konon negara Pancasila (berketuhanan). Mengapa sama?

  [/quote]Hmmm... pertanyaan menarik. Jika tidak dilatari penelitian yang mendalam, akan sulit menyimpulkan. Namun, kalau melihat sepintas, menunjukkan tidak ada beda antara negara komunis dan negara berketuhanan.
  

Berita ST di awal berbeda dengan berita berikut:

Quote :

Umat Katolik tidak takut tindakan represif Komunis untuk merayakan Paskah
28/04/2014
[You must be registered and logged in to see this image.]

Umat Katolik tidak takut tindakan represif Komunis untuk merayakan Paskah thumbnail



Iman yang teguh dari umat Katolik di daerah terpencil dan pegunungan Keuskupan Kontum di Vietnam tengah membuat mereka tidak takut ditangkap dan merayakan Pekan Suci dan Paskah.

“Umat Katolik dapat menghadiri Misa hanya dua kali setahun pada saat Natal dan Paskah,” kata Uskup Michael Hoang Duc Oanh dari Kontum.

Oleh karena itu, melalui upacara Pekan Suci, ia ingin menjadi saksi solidaritas seluruh Gereja Katolik Vietnam yang sering menghadapi penganiayaan dari rezim komunis.

Uskup Oanh Hoang bersama Uskup Emeritus Peter Tran Thanh Chung dari Kontum dan lebih dari 130 imam  merayakan Misa bersama belum lama ini di Distrik Dak Mot. Sekitar 100 biarawati dan lebih dari 3.000 umat menghadiri Misa itu.

Pada Kamis Putih, Uskup Hoang Oanh merayakan Misa di kota Kanat di Distrik K’Bang, dimana pemerintah telah lama mengincar komunitas Katolik lokal.

Uskup Hoàng Oanh merayakan Misa di sebuah rumah yang disediakan oleh umat dengan sekitar 100 orang berdesakan di ruang yang luasnya sekitar 100 meter persegi.

Komunitas Katolik telah lama melobi pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB) gereja, tetapi selalu ditolak.

Otoritas Distrik K’Bang “membuat sulit bagi umat beriman,” katanya, dan banyak umat Katolik “tidak secara terbuka menunjukkan agama mereka karena takut penganiayaan.”

Ketika para imam datang merayakan “Misa-misa bawah tanah”, para otoritas telah menunggu “untuk menangkap imam dan umat.”

Komunitas Katolik Lang Son, sekitar 54 keluarga, juga menghadapi kesulitan yang sama.

Namun, jika pemerintah mengizinkan kebebasan beragama dan kesempatan untuk membangun tempat ibadah, “jumlah umat beriman akan berada di ratusan ribu,” kata uskup itu.

Umat Katolik mewakili lebih dari 10 persen dari penduduk di wilayah keuskupan itu dan banyak dari mereka berasal dari etnis minoritas.

Kebebasan beragama terus menurun di negara ini. Kontrol lebih banyak dan pembatasan ibadah mulai berlaku dengan diterapkan 92 Keputusan sesuai dengan aturan dan arahan yang diberlakukan oleh pemerintah komunis dan negara satu partai itu.

Pihak berwenang telah menargetkan pemimpin agama, umat Buddha dan umat Katolik. Tindakan keras juga mempengaruhi individu yang mengklaim hak untuk kebebasan beragama dan menghormati hak-hak sipil warga negara.

Sumber: UCA News

Semoga semangat mengikut Kristus penduduk Rakyat Republik China tetap kukuh.

Nah, Vietnam sebenarnya agak beda dengan China.
Karena walau sama2 komunis, Vietnam belum menghadapi pemberontakan berdasarkan agama seperti di Xinjiang China.

Nanti perlahan2 akan terbuka seiring dengan modernisasi dan kapitalisasi

Apanya yang terbuka, om?

bruce wrote:

Apanya yang terbuka, om?

Terbuka dalam mengakui eksistensi agama dan beragama 

Kira-kira, keterbukaannya seperti bunga buah naga yang siap berproses menjadi buah, ya? Terbukanya malam hari, kemudian kuncup lagi menjelang fajar.
  

Mungkin butuh Pope John Paul II untuk meruntuhkan tembok komunisme di Asia, seperti dulu beliau menumbangkan komunisme di Eropa?

Ngomong-ngomong, sudah sampai mana ajakan damai dari Vatikan kepada keuskupan China?