Cermin Perilaku Masyarakat

Quote :

Sepeda Motor Tetap Dominasi Pelanggaran
Cokorda Yudhistira | Asep Candra | Jumat, 15 Juli 2011 | 13:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengendara sepeda motor terpantau masih banyak yang melakukan pelanggaran di jalan. Kondisi itu tecermin dari hasil penindakan Operasi Patuh Jaya 2011 dalam empat hari terakhir.

Polisi sudah menindak 24.779 pelanggar berlalu lintas hanya dalam empat hari sejak Operasi Patuh Jaya 2011 dimulai, Senin (11/7/2011). Dari jumlah seluruh kasus pelanggaran itu, 16.873 kasus di antaranya dilakukan pengguna sepeda motor. Terkait operasi itu pula, polisi sudah menyita 240 sepeda motor.

Ditemui pada Jumat siang tadi, Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Tomex Korniawan menyatakan, pengguna sepeda motor banyak terjaring operasi karena jumlah pengguna sepeda motor juga paling banyak di jalan.

Dari hasil pelaksanaan Operasi Patuh Jaya 2011 yang dikeluarkan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, penindakan pelanggaran paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Timur, kemudian disusul Jakarta Pusat.

Sejak Senin sampai Kamis, polisi lalu lintas di Jakarta Timur sudah menindak 4.251 pelanggar lalu lintas, sementara di Jakarta Pusat, polisi menindak 2.033 pelanggar.

Quote :

Sepeda Motor "Rajanya" Pelanggaran Lantas
Nurul Hidayat | Hertanto Soebijoto | Jumat, 8 Juli 2011 | 10:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pelanggaran lalu lintas masih banyak dilakukan oleh pengendara sepeda motor dan angkutan umum. Sejak awal Januari sampai dengan Juni 2011 ini, jumlah pelanggaran sepeda motor mencapai 362.056 kasus dengan jumlah kecelakaan 3.133 kasus. Sementara pelanggaran angkutan umum sebanyak 88.214 kasus dengan 427 kasus kecelakaan.

Hal itu disampaikan Inspektur Pengawasan Daerah Polda Metro Jaya Komisaris Besar Moer Ali saat memberikan sambutan pada Apel Operasi Patuh Jaya 2011, Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (8/7/2011).

Menurut data yang dikeluarkan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya periode 2006 sampai 2011, jumlah pelanggaran lalu lintas mencapai anggka tertinggi pada tahun 2009, yaitu sebanyak 737.426 pelanggaran dengan denda sejumlah Rp 11.559.209.200. Sedangkan pada tahun 2011 terhitung hingga Mei, pelanggaran lalu lintas mengalami penurunan dengan angka 450.495 pelanggaran dengan jumlah denda Rp 9.097.634.700.

Untuk jumlah kecelakaan lalu lintas mencapai anggka tertinggi pada tahun 2010, yaitu sebanyak 8.235 kecelakaan, dengan korban meninggal dunia sebanyak 1.048 jiwa. Pada tahun 2011 terhitung hingga Mei mengalami jumlah penurunan anggka kecelakaan mencapai 3.288 dengan korban meninggal dunia sebanyak 487 jiwa.

Nah ada komen dari para rider di LTB? Tertibkah anda di jalan?

:)

Quote :

Nah ada komen dari para rider di LTB? Tertibkah anda di jalan?

yang paling gampang mah mulai dari helm dan lampu merah kali, yahhhh...

Bro, kalau di Jakarta (mungkin juga di daerah anda), motor yang paling menjengkelkan adalah saat berselap selip di depan kita, dan berani nekad melawan arah. Kalau kesenggol ngamuk, kalau nyenggol kabur seolah ngga tahu, di Jakarta memang pengendara motor sangat parah, he he he.

Ngomong-ngomong, berita-berita kecelakaan lalu lintas secara statistik lebih sedikit pada hari raya natal daripada hari raya lebaran dan tahun baru. Mungkin karena warga yang merayakan natal lebih sedikit ya? Atau, karena pada perayaan natal warga yang merayakan natal pada ke tempat ibadah seharian? Ada yang mau meneliti?

Mungkin, salah satu penyebabnya adalah dalam perayaan Natal tidak ada takbir keliling. Sehingga tidak perlu naik ke atas mobil di bak terbuka, di atas metro mini, dan iring iringan motor. Dan sepertinya saya juga tidak mendengar suara petasan sama sekali di Natal tahun ini di Jakarta, entah di tempat lain.

:)

bruce wrote:

Dan sepertinya saya juga tidak mendengar suara petasan sama sekali di Natal tahun ini di Jakarta, entah di tempat lain.
:)

Saya juga merasakan natal tahun 2011 ini lebih damai, bahkan 5 tahun terakhir. Sudah 5 kali natalan jauh dari ibukota negeri kni, natal 2011 ini paling damai. Apakah ada pengaruh ramalan sebagian orang yang mempercayai tahun 2012 akan kiamat? Ada tanggapan, atau komentar, atau pikiran, atau apa saja dari LTBers?

Jika kembali ke judul trit, apakah suasana perlalulintasan pada hari perayaan natal dapat mewakili atau mencerminkan perilaku masyarakat? Saya pikir, karena baik yang merayakan natal maupun yang tidak merayakan natal adalah bahagian dari masyarakat, suasana perlalulintasan pada hari natal cukup handal juga untuk menggambarkan perilaku masyarakat.

Semoga damai natal 2011 ini senantiasa menginspirasi masyarakat NKRI.

Quote :

Ada Warga Rusun Marunda Bawa Kabur TV dan Kulkas
Penulis : Imanuel More | Selasa, 19 Februari 2013 | 16:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Rusun Marunda membenarkan, beberapa tetangga mereka telah memindahkan barang bantuan tanpa izin. Meski demikian, mereka tidak bisa memastikan apakah pemindahan barang ke luar rusun itu untuk dijual.

"Ada tetangga saya yang kelihatan pindahin barang. Dia hanya ke sini pas pembagian barang," kata Tj, warga Blok 7 Cluster B Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, saat ditemui Kompas.com, Selasa (19/2/2013).

Tj menjelaskan, orang tersebut menghuni Kamar No 15 Lantai 5 Blok 7. Pria tersebut tidak dikenalnya lantaran tidak menetap di rusun. Ia hanya datang saat mendapatkan informasi akan dilakukan pembagian bantuan.

"Terakhir dia kelihatan kemarin pas pembagian TV dan kulkas," terang Tj.

Saat Kompas.com mendatangi unit dimaksud, terlihat bahwa pintu dalam keadaan terkunci. Jendela dan pintu dalam kondisi tertutup gorden hingga kain-kain penutup menjuntai keluar. Keadaan tersebut tidak memungkinkan orang melihat ke dalam ruangan.

Beberapa wanita yang sedang mengobrol di sekitar unit tersebut membenarkan bahwa penghuni unit tidak berdiam di situ. Karena itu, warga tidak mengenal nama maupun latar belakang pria itu.

"Kami enggak kenal karena orangnya jarang ke sini, datang cuma nengok sebentar pas lagi pembagian barang," kata salah seorang wanita tetangganya.

Saat diintip, tak terlihat barang di ruangan tersebut selain bungkus kulkas. Perabot-perabot rumah tangga, peralatan dapur, termasuk televisi tak terlihat di kamar itu.

Pengelola yang dikonfirmasi tentang masalah tersebut langsung bertindak cepat. Salah seorang petugas langsung dikirim ke unit dimaksud untuk mengecek kebenaran data yang diberikan. Namun, lantaran penghuninya tak berada di tempat kebenaran informasi para tetangga tersebut belum bisa dikonfirmasi pengelola.

"Inilah pentingnya check and balance. Kalau ada yang tidak beres media laporkan supaya bisa kami tindak tegas," kata Hendriansyah, mewakili Jati Waluyo, Kepala UPT Rusun Marunda.

ER, warga lainnya mengaku tidak kaget dengan informasi tentang pemindahan barang. Menurut ER, tidak hanya satu warga yang memindahkan barang bantuan. Namun, ia enggan menyebutkan tetangga-tetangganya yang terlihat mengeluarkan barang bantuan lantaran tak ingin memancing konflik di antara warga.

"Ada banyak tapi enggak usah disebutin. Taruhannya hidup saya," kata ER.

Editor :Ana Shofiana Syatiri

Memang susah menghadapi bangsa sendiri, dibantu bukan berterima kasih, tetapi justru memanfaatkan bantuan itu demi kepentingan sesaat.

Ada lagi kisah konyol beberapa tahun lalu, mur dan baut jembatan suramadu dicopoti, entah oleh siapa. Dan berita minggu lalu, kabel listrik penerangan untuk jembatan suramadu, dicuri oleh orang. Padahal, jembatan suramadu dibangun untuk kesejahteraan bersama, padahal benda benda yang dicuri itu adalah untuk keamanan pengguna jalan, yang notabene adalah mereka juga.

Belum lagi kalau kita mendengar mur dan baut rel kereta api juga dicopoti entah oleh siapa. Belum lagi kalau kita baca bahwa papan petunjuk arah juga dicopoti dan dicuri. Bahkan tutup gorong gorong pun dicuri.

Apakah memang kita ini bangsa maling? Atau bagaimana sebenarnya?

Iya, ya?

Padahal, warga kelas menengah selalu teriak atas 'kekurangn-kekurangan' para petinggi, sementara warga kelas bawah saling sikut demi perut. Memperihatinkan, demi perut lalu mencuri alat vital barang publik seperti mur dan baut jembatan.

Kalau ingat muatan-muatan pelajaran budi pekerti di sekolah dasar, saya tidak sepakat kalau disimpulkan bahwa bangsa kita adalah bangsa maling. Tetapi, melihat faktanya, kalangan bawah dan kalangan atas terlibat dengan memaling berbagai hal, kok jadi sulit menyaggah simpulan bangsa ini adalah bangsa maling?

Ahh... dari sudut jumlah pelaku maling, yang maling itu hanya segelintir dari populasi. Tapi meski segelintir di kalangan atas, dampaknya luar biasa. Puyeng deh.

Husada wrote:

Iya, ya?

Padahal, warga kelas menengah selalu teriak atas 'kekurangn-kekurangan' para petinggi, sementara warga kelas bawah saling sikut demi perut. Memperihatinkan, demi perut lalu mencuri alat vital barang publik seperti mur dan baut jembatan.

Kalau ingat muatan-muatan pelajaran budi pekerti di sekolah dasar, saya tidak sepakat kalau disimpulkan bahwa bangsa kita adalah bangsa maling. Tetapi, melihat faktanya, kalangan bawah dan kalangan atas terlibat dengan memaling berbagai hal, kok jadi sulit menyaggah simpulan bangsa ini adalah bangsa maling?

Ahh... dari sudut jumlah pelaku maling, yang maling itu hanya segelintir dari populasi. Tapi meski segelintir di kalangan atas, dampaknya luar biasa. Puyeng deh.

Sepertinya berlaku pedoman sebagai berikut, yang kecil maling yang kecil kecil, yang sedang maling yang ukuran sedang, yang besar maling yang besar besar, yang paling besar justru menjadi maling yang paling gede.

Repot kan?

Siapa yang bisa nangkep malingnya?
Polisi juga maling, yang pangkat rendah maling kecil-kecil, yang jendral maling milyaran.
Jaksa, hakim, bahkan menteri, semua juga maling.
KPK? Apa iya KPK bersih? .............

Mungkin dengan latar pikir begitu pula maka sebagian masyarakat merindukan P4 yang dulu. Hanya saja, gaung atau resonansinya sangat lemah, hilang ditelan hingar-bingarnya berita mengenai maling (korupsi).

Semangat gotong royong yang diagungkan sejak jaman leluhur, mulai luntur, digusur oleh kultur individual. Masing-masing mengejar dan menutupi kebutuhan sendiri. Kalau ketepatan dapat mempertopengkan kelompok atau golongan, dikerjakan. Namun kalau sudah untuk kepentingan bangsa, berupaya menghindar.

Ahh...

Husada wrote:

Mungkin dengan latar pikir begitu pula maka sebagian masyarakat merindukan P4 yang dulu. Hanya saja, gaung atau resonansinya sangat lemah, hilang ditelan hingar-bingarnya berita mengenai maling (korupsi).

Semangat gotong royong yang diagungkan sejak jaman leluhur, mulai luntur, digusur oleh kultur individual. Masing-masing mengejar dan menutupi kebutuhan sendiri. Kalau ketepatan dapat mempertopengkan kelompok atau golongan, dikerjakan. Namun kalau sudah untuk kepentingan bangsa, berupaya menghindar.

Ahh...

Yeaaa, seperti itulah pusingnya.

Bahkan di republik kita ini, yang punya prdikat sebagai uztad pun korupsi.
Baahkan mungkin cuma satu satunya di dunia, pengadaan kitab suci pun dikorupsi habis habisan.

Lhaaa kalau tokoh yang seharusnya menjadi panutan, justru menjadi pelaku korupsi, apa lagi yang dilakukan rakyat kecil selain 'mencontoh' suri tauladan mereka?