OKI Tentang Intoleransi Agama

Quote :

OKI Tentang Intoleransi Agama
Imam Prihadiyoko | Egidius Patnistik | Kamis, 21 Juli 2011 | 09:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Kerjasama Islam (OKI) terus menyuarakan upaya memerangi intoleransi, stereotipe negatif, stigmatisasi, diskriminasi, hasutan untuk melakukan kekerasan, dan kekerasan terhadap orang lain berdasarkan agama atau kepercayaan.

Upaya itu, menurut Sekretaris Jenderal OKI Ekmeleddin Ihsanoglu dalam siaran pers yang diterima Kompas di Jakarta, Kamis (21/7), dilakukan dengan melakukan pendekatan ke berbagai pihak. Selain memperkuat barisan dan menyatukan pandangan di antara sesama anggota dan menyerukan pelaksanaan Resolusi UNHRC untuk memerangi intoleransi, OKI juga melakukan pendekatan dengan berbagai pihak.

Salah satunya dengan melakukan pertemuan dengan Menlu AS Hillary Clinton. Dalam pernyataannya pada pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal OKI Ihsanoglu mengatakan, pertemuan itu amat penting baik secara simbolik maupun substantif.

Selain mencerminkan kemauan politik yang diperlukan untuk pelaksanaan resolusi, pertemuan itu juga harus dimasukkan ke dalam tempat proses keterlibatan berkelanjutan dan terstruktur yang diarahkan sebagai landasan membangun pemahaman bersama terkait berbagai masalah yang ada.

Dalam pernyataannya, Hillary Clinton juga mengatakan bahwa pertemuan dan komitmen bersama itu cukup mewakili jika dijadikan dasar upaya membangun kesamaan pemahaman. Ia juga memuji OKI yang ikut membantu lolosnya resolusi 1618 di Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Alhamdulillah
Puji Tuhan
Haleluya

Quote :

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Kerjasama Islam (OKI) terus menyuarakan upaya memerangi intoleransi, stereotipe negatif, stigmatisasi, diskriminasi, hasutan untuk melakukan kekerasan, dan kekerasan terhadap orang lain berdasarkan agama atau kepercayaan.

Bagus benar ya?

Untuk lebih bagus, saya usul agar dilaksanakan dimulai dari wilayah-wilayah yang dapat dikontrol. Jadi, setiap negara anggota OKI saya usulkan memulai dari negara maing-masing. Apabila di negara masing-masing terdapat intoleransi, diskriminasi, hasutan untuk melakukan kekerasan, dan kekerasan terhadap orang lain berdasarkan agama atau kepercayaan, negara bersangkutan memeranginya.

Saya sengaja tidak menyertakan stereotipe negatif dan stigmatisasi untuk diperangi, karena stereotipe negatif dan stigmatisasi menurut saya berasal dari keberadaan kondisi nyata. Maksud saya, apabila suatu kelompok distreotipe-negatifkan atau distigmatkan, itu tandanya bahwa kelompok tersebut yang harus membuktikan bahwa stereotipe atau stigmat yang disandangkan kepada kelompok tersebut adalah salah. Agar stereotipe negatif dan stigmat yang disandangkan kepada suatu kelompok dapat berubah, menurut saya, kelompok tersebut yang harus mengubah sikap dan perilaku negatif menjadi sikap dan perilaku positif. Dengan demikian, maka stereotipe negatif dan stigmatisasi yang disandangkan kepada kelompoknya akan berubah menjadi seterotipe dan stigmat positif.

Kembali ke posting-an acuan diskusi, kalau negara-negara anggota OKI hanya menyuarakan kepada dunia untuk memerangi intoleransi, diskriminasi, hasutan untuk melakukan kekerasan, dan kekerasan terhadap orang lain berdasarkan agama atau kepercayaan, sementara hal-hal yang ingin diperangi itu terjadi di negaranya secara sporadis, dan negara tidak bersikap apa-apa, berarti omong doang, kan?

Damai, damai, damai.

Quote :

Kembali ke posting-an acuan diskusi, kalau negara-negara anggota OKI hanya menyuarakan kepada dunia untuk memerangi intoleransi, diskriminasi, hasutan untuk melakukan kekerasan, dan kekerasan terhadap orang lain berdasarkan agama atau kepercayaan, sementara hal-hal yang ingin diperangi itu terjadi di negaranya secara sporadis, dan negara tidak bersikap apa-apa, berarti omong doang, kan?

Nah itu yang terjadi kan?

Jika dikatakan siapa pelaku terorisme, biasanya dijawab bahw pelaku terorisme yang sebenarnya adalah yahudi dan amerikun.

Jika ditanya siapa yang tidak toleran, biasanya ditunjuk negara negara 'kafir' yang melarang penggunaan atribut segala agama di tempat umum.

:)

Hebatnya, sering kali pelaku teror mengklaim bahwa tindakannya atas perintah Tuhan. Entah Tuhan yang mana yang memerintahkan kepada orang untuk saling teror. Dan menjadi aneh ketika orang lain yang seanutan dengan teroris itu menyatakan pelaku teror itu tidak mewakili agama anutannya, padahal jelas diperlihatkan dari atribut, kostum, dan teriakan-teriakan yang terdengar kencang.

Semoga teroris mendapat kewajaran pikir agar tidak lagi melakoni teroris. Insya Allah.