|
| Martin Luther's 95 Theses | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Tamu Tamu
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 09:25 | |
| - bruce wrote:
-
- Quote :
- Paus Leo X itu bertindak apa dengan para anggota gereja yang korup pada saat itu ?
atw lebih fokus pada Luther karena dianggap melawan/membangkang/membelot dari kedaulatan dirinya atas nama gereja ? Apakah anda tahu kalau para koruptor dalam Gereja saat itu ditindak?
bisa tolong kasih tahu daftar yang ditindak dan apa saja hukuman yang mereka dapatkan ? kalau disini OOT, buat thread baru saja atw kasih saya linknya saja buat baca2. tq |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 10:18 | |
| Ini jenis diskusi yang sangat tidak cerdas, berusaha melarikan arah ke mana mana.
1. Apa hubungannya antara 95 thesis Luther dan tindakan para koruptor gereja?
2. Apa yang mau dicapai dan apa yang diperoleh dengan mengetahui hukuman yang diterapkan gereja terhadap para pelaku korupsi?
3. Apakah masuk akal jika tindakan korupsi tidak ditindak, sementara Gereja tetap eksis dan bertambah besar hingga hari ini?
| |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 11:58 | |
| @Bruce kalau sudah dapat bahan yang bisa dibagikan buat memperkuat pernyataan anda kalau memang diambil tindakan yang tegas oleh Paus Leo X tolong pm saya saja. saya masih menunggu. nb : silahkan delete postingan saya, tapi saya tetap menunggu pembuktian. tq |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 12:05 | |
| - Quote :
- kalau sudah dapat bahan yang bisa dibagikan buat memperkuat pernyataan anda kalau memang diambil tindakan yang tegas oleh Paus Leo X tolong pm saya saja.
saya masih menunggu. nb : silahkan delete postingan saya, tapi saya tetap menunggu pembuktian. tq Baik, saya bantu rasa ingin tahu anda, mungkin bisa anda bantu saya dengan meyampaikan nama para koruptor yang anda katakan perlu diambil tindakan itu? Silahkan bro. | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 12:52 | |
| |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 13:16 | |
| Bro, tolong jangan membuat thread ini menjadi berantakan, SILAHKAN SAMPAIKAN SAJA SIAPA YANG ANDA SEBUT KORUPSI, dan akan saya sampaikan tindakan kepada ybs oleh Pope.
Post selain itu atau yang tidak berhubungan dengan judul thread, akan saya hapus, begitu juga post anda di atas. Biasakan menjadi moderator yang tertib. Ini peringatan sebagai sahabat, ok!
| |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 14:17 | |
| - bruce wrote:
- Bro, tolong jangan membuat thread ini menjadi berantakan, SILAHKAN SAMPAIKAN SAJA SIAPA YANG ANDA SEBUT KORUPSI, dan akan saya sampaikan tindakan kepada ybs oleh Pope.
Post selain itu atau yang tidak berhubungan dengan judul thread, akan saya hapus, begitu juga post anda di atas. Biasakan menjadi moderator yang tertib. Ini peringatan sebagai sahabat, ok!
ini yang saya kutip dari katolisitas.org - Quote :
Mari kita lihat prakteknya di abad pertengahan, yang pada waktu itu Gereja sedang membangun Gereja St. Petrus. Memang ada penyalahgunaan penerapan indulgensi dalam prakteknya, nah, silahkan dijelaskan menurut katolik sendiri. atw mau buka 1 thread sendiri biar gak OOT, Om ? |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 15:49 | |
| Baca judul thread dan pertanyaan anda, nyambung ngga bro MOD ? | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 16:52 | |
| Hehhehheee... hangat juga diskusi kalian ya? Banyak juga bagusnya andaikan topik-topik diskusi dibahas satu demi satu. Soale, kalo tubruk sana, tabrak sini, seruduk kiri, genjot kanan, kurang santun, kurang ilmiah, kurang fokus, malah melelahkan. Tapi saya apresiasi tingkat kesantunan kalian, jauh lebih bagus dibanding ketika di LT. Hehhehheee...
Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad, amen. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 17:11 | |
| Betul bro, memang kadang kita harus tarik ulur untuk situasi tertentu, paling tidak agar suasana tetap kondusif.
Tetapi kalau sudah uruannya 'legal formal' berupa pelanggaran aturan forum, urusannya bisa gawat, semua harus patuh, tanpa kecuali.
:) | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 17:14 | |
| - bruce wrote:
- Baca judul thread dan pertanyaan anda, nyambung ngga bro MOD ?
lewat PM saja, Om... :) thank's... Gbu |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 18th August 2011, 17:36 | |
| Ya, untuk lebih elegan, para mod diskusinya di ruang dua-duaan aja. Bisa saling kitik-kitik, bisa saling gebrak meja, bisa saling jewer hidung, dll,dll, tidak diketahui massa. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 23rd August 2011, 17:17 | |
| Damai bagi pengikut Kristus.
Kalo kembali ke tesisnya Luther, masihkah ada yang mengganjal? Saya hanya ingin belajar ya? Pertanyaan saya itu jangan diartikan bahwa saya akan menyediakan jawaban atas setiap ganjalan.
Kalau menurut yang saya alami sih, kebanyakan dari tesis itu tidak sepeti itu lagi yang dipraktikkan di GRK.
Satu hal yang saya pikir memerlukan penegasan, kalau saya mengartikan dari berbagai posting-an di trit ini, saya menangkap bahwa pada awalnya tesis Luther tidak dimaksudkan untuk membentuk kelompok baru yang terpisah dari Gereja masa itu, demikiankah?
Kalau memang demikian, bahwa pada awalnya Luther tidak bermaksud memisahkan diri tetapi dipisahkan, pertanyaan lanjutannya ialah, mengapa dewasa ini menjadi banyak kelompok yang terpisah dari 'induk'-nya?
Kalau tidak demikian, bahwa tesis Luther memang bermaksud untuk memisahkan diri dari Gereja 'induk'nya, pada tesis mana dari ke-95 tesis itu yang menyatakan keinginan pemisahan itu?
Yaaa... kalau ada LTBers yang mau menjawab saya terima kasih, kalau tidak ada LTBers yang mau menjawab maka pertanyaan seperti itu akan tetap menjadi pertanyaan.
Damai, damai, damai. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 23rd August 2011, 17:55 | |
| Seperti pada post saya di atas, dan sesuai dengan pemahaman saya setelah membaca berbagai 'latar belakang' yang menyertai reformai Luther pada masa itu. Betul, bahwa Luther sebenarnya hanya 'protes' dan mempertanyakan beberapa hal yang dianggapnya (berdasarkan pemahamannya dan apa yang dilihatnya di Jerman) adalah salah. Tetapi karena 'cara' penyampaiannya yang sungguh tak elok, bayangkan saja seorang pastor memantek surat protes di pintu gereja, dan bahasanya terlalu keras, tentulah menimbulkan gesekan. Dengan akibat lanjutan 'pemecatan' Luther dari ordo nya dan status imam nya, setelah Luther menolak untuk mencabut 41 point protesnya. Belum lagi pada masa itu, sedang timbul gesekan antar kelas di Jerman, antara kelas bawah dan kelas atas. Belum lagi masalah 'nasioanalisme' Jerman yang terusik karena pengaruh Roma terlalu kuat. Nah, hal hal seperti inilah yang menjadi pemicu, ibarat rumput sudah kering, minyak sudah tumpah, tinggal dibutuhkan sepercik api untuk mengobarkan kebakaran besar. Dan betul, bahwa kebakaran yang terjadi, berikut penjarahan gereja, pembunuhan, dan perang besar kemudian terjadi. Silahkan baca lengkapnya di wiki : [You must be registered and logged in to see this link.] | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 24th August 2011, 08:46 | |
| Damai bagi LTBers. - Quote :
- Luther sebenarnya hanya 'protes' dan mempertanyakan beberapa hal yang dianggapnya (berdasarkan pemahamannya dan apa yang dilihatnya di Jerman) adalah salah.
Yahh... demikian itu adanya, dampaknya ya seperti dewasa ini, eksis ribuan denom yang merasa, dan mengimani sebagai pengikut Kristus. Patut diduga, pada saat itu, dimana komunikasi belum secanggih sekarang, masih agak sulit mencari informasi bandingan, maka yang dominan adalah informasi dari orang yang bersuara vokal. Benar apa yang Bruce katakan, dimana berbagai hal tumpuk menumpuk membuat sesak dada banyak orang, maka begitu terpicu, meledak. Dibalut egoisme orang yang merasa petinggi dan punya pengikut, maka sangat dimungkinkan berkumpulnya beberapa orang yang relatif sepemahaman, ingin membentuk organisasi yang 'independen' dari organisasi konvensional, berdirilah denom-denom baru, hingga seperti sekarang ini. Sekarang, setelah era dunia memasuki era informasi, dimana tiap orang yang mau mencari informasi yang mendekati kebenaran sejati, dapat melakukan pencarian dengan bantuan gugel. Apabila informasi dari gugel diharmonikan dengan akal sehat, menurut saya, tiap orang dapat sampai pada kesimpulan yang mendekati kebenaran sejati. Terkait dengan tesisnya Luther, tiap orang dapat menelitinya sendiri. Seperti itu tadi, menurut saya, apabila informasi terkait tesis Luther itu dibandingkan dengan praktik yang terjadi sekarang, diharmonikan dengan akal sehat, saya kira, tiap orang bisa sampai pada kesimpulan yang mendekati kebenaran sejati. Saya tidak mengatakan bahwa kesimpulan tiap orang akan sama, melainkan tiap orang dapat sampai pada kebenaran sejati (menurut pikir dan rasa masing-masing). Setelah seseorang merasa dan berpikir telah sampai pada kebenaran sejati, ada juga kegunaan kalau orang itu berinteraksi dengan orang lain yang juga melakukan pencarian. Dari interaksi itu, dan kalau memang tiap orang menginginkan ketibaan pada kebenaran sejati, bukan kebenaran subyektif orang per orang, menurut saya, akan tiba pada konsensus komunal. Bila hal seperti itu terjadi, maka persatuan dan kesatuan para pengikut Kristus akan terjadi, baik dari sudut organisasi, dan terutama dari sudut format iman. Menurut saya, kalau hal seperti itu terjadi, maka pokok pikiran yang mengatakan segalanya akan dikumpulkan di kaki Tuhan akan terlaksana. Damai, damai, damai. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 24th August 2011, 10:54 | |
| @Husada
Dalam ajaran Katolik, hak mengajar berada ditangan Magisterium. Sehingga umat tidak diperkenankan mengartikan ayat ayat Alkitab sesuai kehendaknya pribadi. Dan hal ini sungguh bertentangan dengan denom Protestan, dimana setiap orang justru berhak dan merasa mendapat penerangan untuk mengartikan ayat sesuai 'ilham' yang diperolehnya.
Tersebutlah ada sebuah kelompok A, terdiri dari sekumpulan orang dengan dasar pegangan tertentu. Jika kemudian ada pribadi yang memisahkan diri dari A, maka sebut saja si B, untuk melegitimasi organisasinya, biasanya akan mencari pembeda dari A sehingga tidak akan dianggap sebagai sempalan. Jika kemudian ada pribadi C dalam kelompok B yang juga memiliki 'ilham' yang berbeda dengan B, akan membuat faktor pembeda dengan A dan sekaligus B, sehingga C tidak dianggap sebagai pecahan dari B.
Sebagai penguat identitas, biasanya setiap kelompok ini (C, D, E dan seterusnya) akan mengusung ciri khas yang semakin lama semakin berbeda, dan secara otomatis akan menjadi semakin berbeda dari A. Dan tentu saja, setiap kelompok ini akan menuding kelompok asalnya sebagai keliru, dan tentu saja ujung dari semua tudingan tersebut adalah A. Sehingga jadilah A sasaran tembak semua organisasi turunan dari B. Sementara dari organisasi B, C, dan seterusnya, sebenarnya juga tidak dapat dikatakan sama, bahkan banyak diantaranya memiliki pemikiran yang saling bertentangan.
Dan itulah kenyataan yang terjadi saat ini, salah siapa? Salahkan pada sejarah, dan pada rumput yang bergoyang.
Damai di bumi.
| |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 24th August 2011, 15:11 | |
| Damai bagimu Bruce. Analisis Bruce itu benar. Menurut hemat saya, masa sekarang, masih merupakan masa yang pada analisismu itu dilukiskan oleh paragraf 2 dan 3, seperti berikut: - Quote :
- Tersebutlah ada sebuah kelompok A, terdiri dari sekumpulan orang dengan dasar pegangan tertentu. Jika kemudian ada pribadi yang memisahkan diri dari A, maka sebut saja si B, untuk melegitimasi organisasinya, biasanya akan mencari pembeda dari A sehingga tidak akan dianggap sebagai sempalan. Jika kemudian ada pribadi C dalam kelompok B yang juga memiliki 'ilham' yang berbeda dengan B, akan membuat faktor pembeda dengan A dan sekaligus B, sehingga C tidak dianggap sebagai pecahan dari B.
Sebagai penguat identitas, biasanya setiap kelompok ini (C, D, E dan seterusnya) akan mengusung ciri khas yang semakin lama semakin berbeda, dan secara otomatis akan menjadi semakin berbeda dari A. Dan tentu saja, setiap kelompok ini akan menuding kelompok asalnya sebagai keliru, dan tentu saja ujung dari semua tudingan tersebut adalah A. Sehingga jadilah A sasaran tembak semua organisasi turunan dari B. Sementara dari organisasi B, C, dan seterusnya, sebenarnya juga tidak dapat dikatakan sama, bahkan banyak diantaranya memiliki pemikiran yang saling bertentangan. Akan tiba saatnya, dan menurut saya sudah dimulai, seiring dengan ngetrennya permintaan pertolongan dari gugel, satu, dua, atau lebih orang dari masing-masing denom yang rajin mencari kebenaran sejati, akan mencari berbagai hal terkait pada kebenaran sejati. Dan, masing-masing pencari kebenaran itu akan berinteraksi satu sama lain. Hasil interaksi itu akan mencondongkan tiap pihak kepada kebenaran sejati. Mengingat sejak semula hak pengajaran diberikan kepada Gereja, meski perlahan-lahan menurut waktu manusia, masing-masing pihak pencari kebenaran akan tersentuh oleh kesadaran murni, menyadari kembali bahwa pengajaran memang otoritas Gereja, dan bukan otoritas perorangan. Jadi, meski tiap orang akan mencoba menerjemahkan Firman Tuhan menurut pemahamannya, tetap saja harus ada acuan, yaitu pengajaran Gereja. Setiap ada perbedaan pemahaman, Gereja akan tampil sebagai pihak yang memegang otoritas pengajaran. Dari interaksi yang terjadi, akan selalu meneliti catatan sejarah, dari mana akan diketahui bahwa memang Gereja mendapat otoritas pengajaran. Artinya, secara perlahan menurut ukuran waktu manusia, satu, dua, atau lebih orang dari tiap denom, yaitu mereka yang mencari kebenaran sejati, akan berproses tersentuh oleh kesadaran murni. Bila masing-masing pencari kebenaran itu melepaskan diri dari kepentingan pribadinya, maka obyektivitas akan menonjol, dan percepatan persatuan pengikut Kristus akan semakin cepat, dan pada akhirnya, hanya pujian dan kemuliaan bagi Tuhan yang mengemuka. Jangan lupa bahwa Gereja akan selalu dilindungi oleh Roh Kudus, sampai akhir jaman. Pun kalau sampai sekarang masih terjadi pertambahan-pertambahan denom, dengan bantuan gugel, saya meyakini bahwa kesadaran murni akan menjamah tiap orang percaya. Itu menurut pemahaman saya. Damai, damai, damai.
Terakhir diubah oleh Husada tanggal 25th August 2011, 15:41, total 1 kali diubah | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 24th August 2011, 17:11 | |
| Walau mungkin sedikit OOT, berikut ini ada kisah yang 'bersentuhan' dengan post anda di atas. - Quote :
- Gereja Pentakosta Kulit Hitam Memilih Untuk Menjadi Katolik
oleh Diane Morey Hanson, Credo 19 Juni 2000
DETROIT - Ketika pendeta Alex Jones berkhotbah, suaranya yang penuh semangat bergema di atap kubah Gereja Kristen Maranatha di Oakman Boulevard di West Detroit. Tetapi hal ini tidak akan berlangsung lama lagi.
Tempat yang luas dan penuh dengan ornamen yang dulunya adalah sebuah Gereja Ortodoks itu telah dijual.
Hal itu disebabkan karena kongregasi yang mayoritasnya orang kulit hitam telah menciut dari 200 menjadi 80 selama dua tahun terakhir ketika Pastor Jones, 58, merubah tata ibadat gaya Pantekosta untuk menyerupai Misa Katolik.
Dan pada tanggal 4 Juni, di hari Minggu untuk perayaan persatuan umat Kristen dan Yesus Naik ke Surga - kongregasi itu mengambil suara 39-19 untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjadi Katolik.
Kisah perjalanan mereka adalah suatu perjalanan iman yang dipenuhi dengan kejutan, kemarahan, sakit hati, keraguan, kasih dan sukacita.
Apa kamu sudah gila?
"Saya pikir ada roh jahat yang telah mempengaruhinya," kata Linda Stewart mengenai pamannya, Alex Jones, pastor gereja Maranatha (dari kata Aram yang berarti "Tuhan datanglah"). Saya pikir dalam usahanya untuk mencari kebenaran, dia telah melangkah terlalu jauh dan kehilangan akal sehatnya."
Alasan kekhawatiran Linda Stewart karena pamannya, yang sudah seperti ayah kandung sendiri sejak ayah kandungnya meninggal bertahun-tahun yang lalu, telah merubah studi Alkitab hari Rabu menjadi studi para Bapa Gereja perdana. Dan secara bertahap dia merubah ibadah hari Minggu menjadi menyerupai Misa Kudus Katolik: berlutut, Tanda Salib, Kredo Nikea, perayaan Ekaristi - pendeknya seluruh hal-hal yang berbau Katolik.
"Dulu kita diajarkan bahwa Gereja Katolik adalah Pelacur Besar (dari Kitab Wahyu)," Stewart yang berusia 43 tahun menjelaskan. "Kita dulu diajarkan bahwa Sri Paus adalah sang Anti-Kristus. Maria?--Maria?--tidak bisa! Kita dulu sangat bersukaria dan menikmati kesukacitaan bersama Yesus dan lantas tahu-tahu dia datang dan menawarkan hal ini."
"Saya sangat marah!!" kata Stewart. "Dan saya pikir, 'Engkau sudah gila kalau engkau pikir kita akan melakukan hal ini!'"
Bibit telah tertanam beberapa tahun yang lalu ketika Jones menghadiri acara debat antara pengarang anti-Katolik David Hunt dan apologis Katolik Karl Keating dalam suatu acara radio.
Jawaban-jawaban Katolik
Keating menanyakan suatu pertanyaan: Siapakah yang anda percaya dalam suatu kasus kecelakaan--seseorang yang hadir disana sebagai saksi mata atau seseorang yang datang bertahun-tahun kemudian? Untuk belajar tentang Gereja Kristen perdana, Keating menekankan, penting kiranya untuk membaca tulisan-tulisan para Bapa Gereja perdana yang ada disana sejak awal mulanya.
"Sungguh masuk akal, tetapi waktu itu saya belum siap untuk berubah," kata Jones. "Saya kesampingkan dalam hati saya dan merenungkannya, tetapi hal itu tidak muncul lagi sampai saya membaca para Bapa Gereja dan melihat sebuah ke-Kristenan yang tidak kami miliki di gereja kami."
Perubahan itu
Jones sangat terkejut. "Saya melihat kenyataan bahwa pusat ibadah sama sekali bukan khotbah ataupun kerja karunia-karunia Roh Kudus, melainkan Ekaristi sebagai Tubuh dan Darah Kristus yang sesungguhnya," dia berkata.
Pada awal musim semi 1998 Pastor Jones dan kelompok studi Alkitab hari Rabu memutuskan untuk merekonstruksi kembali suatu tata ibadah Gereja perdana.
Sebulan sesudahnya Jones mengadakan perayaan Ekaristi setiap Minggu. "Kongregasi saya pikir ini suatu hal yang aneh," dia berkata. "Mereka berpikir sekali sebulan saja sudah cukup."
"Saya menyadari bahwa orang-orang akan pergi," dia berkata, suaranya penuh dengan rasa sedih. Selain masalah-masalah teologis, juga ada masalah rasial, kultur dan perbedaan sosial yang harus ditangani.
"Satu-satunya institusi yang dimiliki oleh warga keturunan Afrika-Amerika adalah gereja," kata Jones. "Ketika kamu merelakannya dan pergi ke institusi yang dimiliki oleh orang kulit putih, hal ini tidak sensitif terhadap kebutuhan-kebutuhan orang-orang kulit hitam, sungguh bukan suatu hal yang mudah."
Buku Crossing the Tiber, oleh guru Alkitab, Steve Ray, memberikan Jones dengan ajaran Alkitabiah tentang Pembaptisan dan Ekaristi. Jones diperkenalkan dengan Ray ketika dia menelpon Seminari Hati Kudus (Sacred Heart Seminary) dan berbicara dengan Bill Riordan, yang dulunya menjabat sebagai profesor teologi disana. Dia mulai bertemu dengan Ray secara teratur dan berkomunikasi nyaris tiap hari lewat telepon dan email.
Studi Alkitab hari Rabu berubah menjadi studi tentang para Bapa Gereja perdana, Katekis Katolik, Maria, para kudus, api penyucian, teologi sakramental, dan perkembangan doktrin-doktrin iman.
"Saya mulai meninggalkan paham Sola Scriptura (bahwa kita hanya boleh percaya pada Alkitab saja)--yaitu inti sari kepercayaan Protestan," kata Jones.
Orang-orangpun mulai meninggalkannya.
Bahkan keponakan perempuan Jones sendiri juga berpikir demikian. "Setiap hari Minggu saya pulang kerumah dan berkata, 'Ini hari Minggu saya yang terakhir. Saya keluar dari gereja ini dan tidak akan kembali lagi.' " Tetapi, kata Stewart, karena dia percaya pamannya adalah hamba Allah yang saleh, dia kembali datang ke gereja dan secara bertahap hal-hal mulai masuk akal.
Dalam proses merubah gaya ibadat gereja Maranatha, Jones berpikir, "Kenapa saya harus menemukan ulang dari awal?" Sudah ada Gereja yang memiliki hal ini, yaitu Gereja Katolik.
"Saya mulai menyadari bahwa 'Gereja di ruang atas' (merujuk pada ruang dimana Yesus dan para murid mengadakan perjamuan terakhir) adalah Gereja Katolik, " kata Jones. "Semua gereja-gereja lain bermunculan sesudahnya dan punya seseorang pendiri. Saya telah menemukan Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus dan untuk itu saya rela untuk kehilangan segala-galanya."
Untuk hal yang satu ini, dia telah dicobai.
Kesulitan di rumah
"Pada awalnya saya pikir dia sedang terliputi oleh kegembiraan mengadakan ibadah seperti para Bapa Gereja perdana," kata Donna Jones, istri yang telah mendampingi Alex selama 33 tahun. "Ini bakalan menjadi hal yang cuma berlangsung sebentar. Lantas kemudian dia mulai merubah hal-hal secara drastis dan saya mulai menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Saya menjadi khawatir karena saya merasa dia sedang menuju arah yang salah."
Pastor Jones berkata, kadang-kadang, baik istrinya maupun ketiga puteranya yang sudah dewasa, Joseph, Benjamin, Marc, menentang perubahan-perubahan tersebut secara terbuka. Tetapi ini bukan suatu hal yang mengherankan.
"Dia sendiri dulu pernah berkhotbah bahwa Gereja Katolik penuh dengan penyembahan berhala, " kata Donna. "Jadi ketika dia mulai menyambut Gereja Katolik saya berkata, 'Ada sesuatu hal yang salah disini. Dia telah berubah haluan.' "
Alex dan Donna mulai berargumentasi dan berdebat dalam berbagai isyu, kadangkala sampai lewat dini hari.
"Saya mulai melakukan riset tentang Gereja Katolik karena saya ingin membantah apa yang dikotbahkannya, " Donna menjelaskan. "Saya perlu amunisi. Tetapi sewaktu saya mulai membaca tentang Bapa Gereja, suatu perubahan mulai tumbuh dalam hati saya."
Dalam musim panas 1998 Dennis Walters, pembimbing RCIA (Rite of Christian Initiation for Adults, atau program katekis) di paroki Kristus Raja (Christ the King Parish) di Ann Arbor, bertemu dengan keluarga Jones di rumah Steve Ray.
"Saya memutuskan, daripada membiarkan mereka 'berenang' atau 'tenggelam' sendirian, " Walter berkata, "Saya menawarkan bantuan."
Walters memberikan mereka dan para tetua dan deakon gereja Maranatha buku-buku Katekis Katolik dan menjawab banyak sekali pertanyaan-pertanyaan mereka seputar doktrin-doktrin Katolik.
Sejak Maret 1999, Walters bertemu dengan keluarga Jones setiap hari Selasa selama empat sampai lima jam. "Saya telah membahas sebagian besar topik-topik RCIA bersama dengan mereka," dia berkata.
Bagi Donna, hal ini membawa lebih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan. "Saya sampai berada dalam situasi dimana saya begitu sangat membutuhkan jawaban-jawaban sehingga saya akan mengendara mobil di jalan dan saya akan berbicara kepada Tuhan Yesus seolah-olah saya sedang bercakap-cakap dengan seorang manusia lain di dalam mobil saya," dia berkata. "Bibir saya akan bergerak-gerak dan saya tidak peduli apa kata orang yang melihat saya berbuat demikian."
Dia dibebani dengan pikiran bahwa kalau bergabung dengan Gereja Katolik berarti suaminya akan kehilangan mata pencaharian.
"Jadi saya berkata, 'Tuhan, apa yang akan saya lakukan selama melakukan pelayanan selama 25 tahun? Bagaimana dengan kuku-kuku saya? Saya tidak bisa lagi mendapat pedicure atau manicure,' " dia tertawa. "Lantas Roh Kudus berbicara dalam hati saya dan berkata, 'Aku tidak meminta kenyamananmu. Aku memikirkan bahwa supaya engkau menyerupai Kristus.'"
Hanya delapan bulan yang lalu Donna menemui suaminya di suatu malam dan mengumumkan, 'Saya mau masuk Katolik."
Lintasan yang hati-hati menuju Roma
Tetapi proses memasuki Gereja tidak begitu tiba-tiba. Maranatha telah berkomunikasi dengan Keuskupan Detroit selama lebih dari setahun. Keuskupan Agung bergerak dengan hati-hati karena ada banyak hal yang perlu ditangani, termasuk RCIA, perkawinan-perkawinan ulang, dan kemungkinan posisi pelayanan Katolik bagi para gembala di gereja Maranatha.
Ned McGrath, direktor komunikasi di Keuskupan-agung Detroit, mengeluarkan pernyataan kepada Credo: "Dalam semangat Yubileum Agung, Kardinal Maida dan Keuskupan-agung Detroit telah membuka diri terhadap keinginan-keinginan dari para pemimpin kongregasi Kristen lainnya, berikut anggota kongregasi mereka, menyangkut kemungkinan transisi ke dalam keanggotaan dalam Gereja Katolik Roma. Sampai hari ini, pembicaraan-pembicaraan ini mesti dinyatakan sebagai awal-mula, privat, dan tidak konklusif."
Beberapa minggu lalu Uskup Moses Anderson, satu-satunya uskup Detroit keturunan Afrika-Amerika, menghadiri ibadah hari Minggu di Maranatha. Setelah selesai ibadah dia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dan mengatakan kepada kongregasi bahwa para Uskup sangat bersukacita menyangkut situasi yang terjadi di sana. "Dia berkata bahwa mereka memerlukan banyak waktu lama supaya tidak ada kesan seolah-olah mereka berusaha mengambil keuntungan dari situasi ini," kata Walters.
Meskipun ada kemungkinan bahwa Pastor Jones bisa masuk seminari dan menjadi seorang imam Katolik atau deakon, tak satupun hal yang pasti, meskipun pastor-pastor yang sudah menikah dari denominasi lain pernah menjalani hal ini.
Steve Anderson, dari White Lake, adalah imam di sebuah Gereja Episkopal Karismatik sebelum meninggalkan gerejanya dan jabatan sebagai imam untuk bergabung dengan Gereja Katolik. Meskipun menikah dan punya tiga anak, Anderson mendapatkan ijin dari Roma untuk menjadi seorang imam Katolik dan akan masuk Seminari Tinggi Hati Kudus (Sacred Heart Major Seminary) pada musim gugur untuk memulai studi tiga tahun sebelum ditahbiskan di Keuskupan Lansing.
Ironisnya, Anderson bertemu dengan Jones beberapa tahun sebelumnya di dalam suatu bus yang dipenuhi dengan para pastor dari wilayah Detroit yang sedang menuju pertemuan Promise Keepers (suatu fellowship Protestan). "Secara kebetulan kami duduk saling bersebelahan," kata Anderson. "Saya waktu itu tidak memiliki rencana untuk menjadi Katolik. Kita berbincang-bincang tentang para Bapa Gereja perdana dan menjadi kawan baik."
Jones tidak khawatir terhadap masa depannya sebagai gembala. Dia berkata bahwa dirinya siap untuk melakukan apa saja yang diminta oleh Kardinal Adam Maida.
"Saya mungkin harus pergi dan mencari pekerjaan lain sekarang," Jones tertawa. Dia pernah menjadi guru di sekolah negri Detroit selama 28 tahun, 17 tahun diantaranya juga sekaligus melakukan pelayanannya sebagai gembala.
Jadi Katolik atau tidak...
Akhirnya semua mencapai puncaknya pada voting pada tanggal 4 Juni. Pertanyaannya adalah: Apakah kalian mau mengambil langkah-langkah yang diperlukan selanjutnya untuk bergabung dengan Gereja Katolik?
Sewaktu anggota kongregasi melewati pintu-pintu kayu yang besar di gereja Maranatha, mereka memasukkan kartu-suara mereka ke dalam kotak suara.
Tidak peduli apapun hasilnya, keluarga Jones, termasuk ketiga puteranya dan keluarga mereka masing-masing, sudah membulatkan tekad bahwa mereka akan melanjutkan perjalanan mereka ke dalam Gereja Katolik.
Suara tepuk tangan menggemuruh ketika hasil pemungutan suara diumumkan yang menyatakan bahwa kongregasi setuju untuk menjadi Katolik, tetapi kemenangan itu juga mengandung kepahitan.
Meskipun Jones mendorong ke 19 orang yang menjawab tidak, untuk tetap bersama mereka sebagai keluarga gereja, dia tahu bahwa sebagian akan pergi.
"Ini adalah suatu hal yang paling menyakitkan dari hal ini, melihat orang-orang yang engkau kasihi pergi meninggalkanmu karena mereka tidak mengerti," dia berkata. Bahkan anggota kongregasi dari gereja-gereja yang berdekatan juga turut marah. "Rasanya seolah-olah saya telah bergabung dengan musuh, seolah saya telah menghianati mereka. Saya menerima banyak telepon dari orang-orang yang berkata, "Saya mengasihimu. Saya berdoa bagimu, tetapi saya tidak mengerti apa yang kamu lakukan,' Dan tidak peduli betapa besar usahamu untuk mencoba membuat mereka mengerti, mereka menutup pintu hati mereka terhadap ide menjadi Katolik."
Diantara 19 orang yang tidak setuju adalah Leola Crittendon yang berusia 64 tahun. "Saya salah satu anggota asli sejak awal," demikian katanya. Dia dan suaminya telah menjadi anggota aktif gereja Maranatha sejak dari mulanya. "Rasanya seperti kematian suatu gereja. Sungguh membuat patah hati."
Crittendon mengatakan bahwa dia tidak pernah menghadiri studi Alkitab di hari Rabu karena dia tahu dia tidak ingin dirinya menjadi Katolik. "Pokoknya bukan untuk saya.""
Pastor Jones, menurut katanya, adalah seperti seorang kakak bagi dirinya dan keluarganya. "Kami sangat mengasihi dia, dan mengucapkan selamat dan berdoa baginya setiap hari."
Tetapi keluarga itu akan mencari gereja lainnya, kata Crittendon. "Pastor Jones mengatakan bahwa ini adalah kehendak Allah bagi dirinya, tetapi ini bukan kehendak Allah bagi saya dan keluarga saya."
Sedangkan bagi yang lain-lainnya, ini adalah suatu keputusan yang patut dirayakan.
"Saya sungguh berbahagia," kata keponakan Jones, Linda Stewart. "Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja karena saya percaya bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang ditinggalkan oleh Kristus di dunia dan saya ingin menjadi bagian dari Gereja tersebut."
DeGloria Thompson, seorang ibu yang bercerai dengan dua anak yang sudah dewasa berkata, "Sungguh menggembirakan untuk berada dalam Gereja Kristus."
"Saya sudah siap," kata Gregory Clifton, yang berusia 41 tahun, seorang ayah dari empat anak yang masih kecil-kecil. "Saya sangat senang untuk datang dan menerima Ekaristi."
Pendeta Michael Williams telah menjadi tetua di gereja Maranatha selama 12 tahun. "Saya yakin dengan sepenuh hati dan tanpa keraguan sedikitpun, bahwa perubahan ini adalah kehendak Allah dan bahwa arah yang kami tuju adalah kehendak Allah."
Pendeta Alex Jones juga mengetahui hal itu. "Ini pasti adalah kerja Roh Kudus," dia berkata.
"Ketika dinyatakan kepada diri saya bahwa inilah Gereja-Nya, sungguh bukan suatu keputusan yang sulit untuk dibuat meskipun saya tahu harus kehilangan segalanya," dia berkata.
Sekarang yang dibutuhkan adalah sebuah gereja yang baru bagi rumah mereka. Para anggota kongregasi gereja Maranatha punya waktu 30 hari untuk menemukannya. Jones tidak khawatir. "Kami percaya Allah akan menemukan suatu gereja bagi kami," katanya.
Bagi Pastor Jones dan kongregasi Maranatha--kisah ini masih berlanjut...
Disadur dari website Stans Williams | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses 25th August 2011, 16:16 | |
| Nah, lo. Saya masih menduga-duga tetapi Bruce sudah mendapat bukti. Panjang bahkan teramat panjang artikelnya. Puji Tuhan. Jadilah kehendakNya, bukan kehendak kita.
Tidak bisa dipungkiri, bagi tiap orang akan ada hal-hal yang jadi ganjalan. Pada kisah yang Bruce posting itu, banyak ganjalan Mas Jones itu kan? Yang dari istrinya, dari anak-anaknya, dari keponakannya, dari jemaatnya, dll, dll. Kenyataannya, Mas Jones setelah menomorduakan kepentingannya dan mengutamakan kebenaran sejati, dia memutuskan mendekatkan diri pada kebenaran sejati. Orang-orang dekatnya, istri, anak-anak,keponakan dan jemaat, mengikut dia, dan enjoy to?
Nah, menurut pemahaman saya, dan kayaknya sudah pernah saya posting, bahwa yang agak sulit adalah bagi mereka yang sudah punya kedudukan di suatu tempat dan kedudukan itu memberi berbagai kenikmatan. Bagi mereka yang menduduki kedudukan seperti itu akan sulit mengikuti kebenaran sejati yang sudah ditemukannya.
Sebab, itu sama artinya dengan menghilangkan kenikmatan yang selama ini sudah dinikmati. Pada artikel posting-an Bruce itu dilukiskan oleh pertanyaan nyonya Jones tentang nanti apa pencaharian Mas Jones? Jadi, meski seorang petinggi di suatu denom sudah menemukan kebenaran sejati, orang itu tidakkan mudah melepas kenikmatan yang dunikmatinya dan berpaling ke jalan kebenaran sejati. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, dia akan menonjolkan segala sesuatu untuk menutupi kebenaran sejati itu, demi keberlangsungan kenikmatan yang dinikmatinya.
Yang agak mengherankan bagi saya ialah, ada orang yang kalau dinilai dari tutur katanya dapat disimpulkan bahwa dia sudah menemukan kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus, tetapi masih menutup bibir untuk mengakui bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan Guru. Yang begini ini, menurut dugaan saya, hampir sama dengan para petinggi berbagai denom, yang lebih tergiur oleh kenikmatan yang dinikmatinya daripada mengikuti kebenaran sejati.
Damai, damai, damai. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Martin Luther's 95 Theses | |
| |
| | | | Martin Luther's 95 Theses | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |