PETALING JAYA, KOMPAS.com — Kelompok Obedient Wives Club (OWC) atau Klub Istri Taat Suami kembali membuat kontroversi. Kali ini mereka menerbitkan buku setebal 115 halaman yang diberi judul Seks Islam, Perangi Yahudi untuk Kembalikan Seks Islam kepada Dunia.
Dalam buku yang cukup blak-blakan itu, OWC menganjurkan agar suami yang berpoligami bercinta dengan semua istrinya bersama-sama, seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (14/10/2011). Apalagi, salah satu babnya menggambarkan dengan jelas bagaimana aktivitas seksual dilakukan.
Kehadiran buku ini jelas mengejutkan bagi publik Malaysia. Kelompok-kelompok perempuan beramai-ramai mengecamnya.
Salah satunya adalah kelompok Sisters in Islam (SIS). Direktur eksekutif SIS Ratna Osman menyebutnya sebagai "aksi murahan" untuk mencari popularitas serta perhatian media lokal dan internasional.
Ratna menilai, OWC gagal melihat tuntutan masyarakat yang menginginkan persamaan gender dan kemajuan di bidang pendidikan.
"Selain berbicara tentang penghambaan pada suami dan memberi mereka layanan seks terbaik, mereka (OWC) tidak menyumbang sesuatu yang konkret pada masyarakat yang tengah menghadapi banyak masalah," kata Ratna kepada Malaysia Star.
Dia mempertanyakan sumber yang digunakan buku itu. Sebab, penulisnya mengutip riset yang menyebut kaum perempuan hanya memberi suami mereka 10 persen dari yang diinginkan para suami.
Disebutkan oleh Ratna, riset yang dilakukan SIS menyebut, 64,8 persen istri pertama mengaku tidak diberi tahu ketika suami mereka menikah lagi. Hal itu menimbulkan perasaan sakit hati karena dikhianati. Sementara itu, 53 persen dari mereka mengaku mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
"Bagaimana OWC merespons hal ini dalam misi mereka untuk mengajarkan seks? Apakah buku seks OWC bisa membantu para perempuan itu mengatasi masalah mereka?" tanya Ratna.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Empower Maria Chin Abullah berpendapat keberadaan OWC seperti "tamparan bagi perempuan". "Perempuan memberi sumbangsih besar bagi bangsa ini, tetapi OWC menghina kami menjadi obyek seks semata," ujar Aria.
Direktur Eksekutif Women's Aid Organisation (WAO) Ivy Josiah menilai buku itu merupakan "cara mencolok" OWC untuk mencari uang. Meskipun demikian, imbuhnya, dia berpendapat buku itu tidak perlu dicekal karena setiap orang bebas berpendapat.
Sementara itu, Departemen Pengembangan Islam (Jakim) mengatakan, pihaknya akan membatasi peredaran buku yang mereka nilai "memalukan" dan "tidak masuk akal" itu.
Di lain pihak, Menteri Datuk Seri Jamil Khir Baharom mengatakan akan mempelajari isi buku tersebut.
Sementara itu, Menteri Pengembangan Perempuan, Keluarga, dan Masyarakat Datuk Seri Shahrizat Abul Jalil menyatakan, kementeriannya yakin klub OWC dan pendapat mereka mengecilkan perolehan penting yang dilakukan Malaysia terhadap persamaan gender.
"Jika buku ini bertentangan dengan hukum, baik sipil maupun syariah, hukum di sini yang akan berbicara," ujar Datuk Sharizat.
[You must be registered and logged in to see this link.]