Orang Kristen Bisa Jadi Minoritas di Inggris

Orang Kristen Bisa Jadi Minoritas di Inggris
Kamis, 13 Desember 2012 | 06:01 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Umat Kristen bisa menjadi kelompok minoritas di Inggris dan Wales tahun 2018, demikian menurut analisa hasil sensus terbaru di Inggris yang mengungkapkan adanya penurunan lebih dari 4 juta jumlah orang Kristen.

Penurunan jumlah orang Kristen terjadi di tengah penurunan luas jumlah orang beragama apapun di negara itu, meskipun tren itu sebagian diimbangi oleh peningkatan 1,6 juta jumlah umat Islam.

Kaum sekularis mengatakan, tren meninggalkan agama Kristenan merupakan peringatan bagi otoritas gereja bahwa sikap-sikap konservatif mereka tidak berperan baik bagi publik.

Kantor Statistik Nasional Inggris, seperti dilaporkan The Guardian, Rabu (12/12), mengungkapkan penurunan itu saat Gereja Inggris menjadi tuan rumah pertemuan para uskup Anglikan untuk membahas krisis terkait keputusan sinode bulan lalu yang menolak penahbisan uskup perempuan. Hal itu juga muncul saat pemerintah Inggris menanggapi penetangan agama terhadap pernikahan sesama jenis dengan mengumumkan rancangan undang-undang yang secara eksplisit menyatakan bahwa akan menjadi hal ilegal bagi Gereja Inggris dan Gereja di Wales menikahkan pasangan sesama jenis, dan bahwa hukum gereja, yang melarang pernikahan sesama jenis, akan terus berlaku.

Agama Kristen tetap menjadi agama terbesar di Inggris dan Wales, dengan jumlah pengikut mencapai 33,2 juta orang, atau 59 persen dari populasi. Namun 14,1 juta orang, sekitar seperempat dari populasi dan sebuah peningkatan sebesar 6,4 juta lebih selama satu dekade, mengatakan mereka tidak memiliki agama apapun.

Seorang perempuan juru bicara Gereja Inggris mengatakan, angka-angka itu "memastikan kita tetap sebuah bangsa yang beriman" tetapi mengakui bahwa "penurunan jumlah mereka yang mengidentifikasi diri sebagai orang Kristen merupakan sebuah tantangan".

Seorang juru bicara Konferensi Waligereja Katolik Inggris dan Wales mengatakan, penurunan tersebut konsisten dengan sikap sosial terbaru dan survei-survei nilai sosial. "Walaupun ini sebuah tantangan, faktanya bahwa enam dari 10 orang di Inggris dan Wales mengidentifikasi diri sebagai orang Kristen tidak mengecilkan hati," katanya.

Warga Inggris yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim pada tahun 2011 berjumlah 2,7 juta orang, naik dari 1,55 juta orang tahun 2001.



Sumber :Sydney Morning Herald, The Guardian
Editor :Egidius Patnistik


Yang menjadi masalah bukanlah mayoritas atau minoritas, karena banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang datang. Dan bukan demi menjadi mayoritas maka hukum dan doktrin gereja harus dikurbankan.

bruce wrote:

Yang menjadi masalah bukanlah mayoritas atau minoritas, karena banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang datang. Dan bukan demi menjadi mayoritas maka hukum dan doktrin gereja harus dikurbankan.

Sependapat. Tuhan Jesus Kristus juga datang ke dunia tidak memaksakan penebusan. Kemerdekaan individual yang telah diberikan sejak semula kepada tiap orang tidak dicabut secara serta merta. Tuhan Jesus Kristus hanya menyediakan jalan, dan mengajak agar semua orang melalui jalan itu. Tuhan Jesus Kristus memberi contoh, bagaimana berkomitmen. Yang tidak mau melalui jalan itu, tidak dipaksa untuk melalui jalan itu. Siapa mendengar dan menerima ajakan itu, itu yang diselamatkan, bukan karena mayoritas atau minoritas.

Damai, damai, damai.

bruce wrote:

Orang Kristen Bisa Jadi Minoritas di Inggris
Kamis, 13 Desember 2012 | 06:01 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Umat Kristen bisa menjadi kelompok minoritas di Inggris dan Wales tahun 2018, demikian menurut analisa hasil sensus terbaru di Inggris yang mengungkapkan adanya penurunan lebih dari 4 juta jumlah orang Kristen.

Penurunan jumlah orang Kristen terjadi di tengah penurunan luas jumlah orang beragama apapun di negara itu, meskipun tren itu sebagian diimbangi oleh peningkatan 1,6 juta jumlah umat Islam.

Kaum sekularis mengatakan, tren meninggalkan agama Kristenan merupakan peringatan bagi otoritas gereja bahwa sikap-sikap konservatif mereka tidak berperan baik bagi publik.

Kantor Statistik Nasional Inggris, seperti dilaporkan The Guardian, Rabu (12/12), mengungkapkan penurunan itu saat Gereja Inggris menjadi tuan rumah pertemuan para uskup Anglikan untuk membahas krisis terkait keputusan sinode bulan lalu yang menolak penahbisan uskup perempuan. Hal itu juga muncul saat pemerintah Inggris menanggapi penetangan agama terhadap pernikahan sesama jenis dengan mengumumkan rancangan undang-undang yang secara eksplisit menyatakan bahwa akan menjadi hal ilegal bagi Gereja Inggris dan Gereja di Wales menikahkan pasangan sesama jenis, dan bahwa hukum gereja, yang melarang pernikahan sesama jenis, akan terus berlaku.

Agama Kristen tetap menjadi agama terbesar di Inggris dan Wales, dengan jumlah pengikut mencapai 33,2 juta orang, atau 59 persen dari populasi. Namun 14,1 juta orang, sekitar seperempat dari populasi dan sebuah peningkatan sebesar 6,4 juta lebih selama satu dekade, mengatakan mereka tidak memiliki agama apapun.

Seorang perempuan juru bicara Gereja Inggris mengatakan, angka-angka itu "memastikan kita tetap sebuah bangsa yang beriman" tetapi mengakui bahwa "penurunan jumlah mereka yang mengidentifikasi diri sebagai orang Kristen merupakan sebuah tantangan".

Seorang juru bicara Konferensi Waligereja Katolik Inggris dan Wales mengatakan, penurunan tersebut konsisten dengan sikap sosial terbaru dan survei-survei nilai sosial. "Walaupun ini sebuah tantangan, faktanya bahwa enam dari 10 orang di Inggris dan Wales mengidentifikasi diri sebagai orang Kristen tidak mengecilkan hati," katanya.

Warga Inggris yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim pada tahun 2011 berjumlah 2,7 juta orang, naik dari 1,55 juta orang tahun 2001.



Sumber :Sydney Morning Herald, The Guardian
Editor :Egidius Patnistik


Yang menjadi masalah bukanlah mayoritas atau minoritas, karena banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang datang. Dan bukan demi menjadi mayoritas maka hukum dan doktrin gereja harus dikurbankan.

Setuju Mod.
Kita adalah garam dunia. Kalo sudah mengikuti dunia .. kita menjadi tawar ...... pasti dibuanglah.

13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Mat 5:13 ITB)

Quote :

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Mat 5:13 ITB)

Tepat sekali mod, sependapat.

Husada wrote:

bruce wrote:

Yang menjadi masalah bukanlah mayoritas atau minoritas, karena banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang datang. Dan bukan demi menjadi mayoritas maka hukum dan doktrin gereja harus dikurbankan.

Sependapat. Tuhan Jesus Kristus juga datang ke dunia tidak memaksakan penebusan. Kemerdekaan individual yang telah diberikan sejak semula kepada tiap orang tidak dicabut secara serta merta. Tuhan Jesus Kristus hanya menyediakan jalan, dan mengajak agar semua orang melalui jalan itu. Tuhan Jesus Kristus memberi contoh, bagaimana berkomitmen. Yang tidak mau melalui jalan itu, tidak dipaksa untuk melalui jalan itu. Siapa mendengar dan menerima ajakan itu, itu yang diselamatkan, bukan karena mayoritas atau minoritas.

Damai, damai, damai.

Betul, tidak ada gunanya menjadi mayoritas tetapi celaka, lebih baik menjadi minoritas tetapi selamat.

Jadi ingat ketika dulu dikader di organisasi kemahasiswaan, para senior bilang, "Selaku minoritas di negeri ini, kita harus mengasah kualitas, agar bisa selamat. Meski minoritas dalam jumlah, tapi kita harus mayoritas dalam kualitas dan nilai, baik nilai etika, nilai moral, dan nilai sikap serta pikiran".

eh bro bruce, sy mau tanya donk...?

bukankah Gereja Kristen Anglikan itu beda/diluar sm Gereja Katolik Roma bro.. bener nda ?
trus itu Gereja mana tuh yg mengijinkan pernikahan sesama jenis ??

sebelumnya sy ucapkan trima kasih..

syalom,

nothingman wrote:

eh bro bruce, sy mau tanya donk...?

bukankah Gereja Kristen Anglikan itu beda/diluar sm Gereja Katolik Roma bro.. bener nda ?
trus itu Gereja mana tuh yg mengijinkan pernikahan sesama jenis ??

sebelumnya sy ucapkan trima kasih..

syalom,

Betul, bro, Anglican sudah berpisah dari Gereja Katolik Roma sejak jaman Raja Henry VIII yang memisahkan diri dari GRK ketika beliau ingin menganulasi pernikahannya dengan Catherine of Aragon. Tahun 1521.

Tetapi selain gereja Anglican, yang masih cukup konservatif, tentu saja terdapat banyak gereja gereja yang menganut modernisasi kebablasan.

Sedangkan dalam gereja Anglican sendiri, terdapat perbedaan pendapat :

The Anglican Communion has been divided over the issue of homosexuality in several ways. The Church of England, the mother church of the Communion, currently maintains (according to the statement Issues in Human Sexuality) that same-sex partnerships are acceptable for laypersons but gay clergy are expected to be abstinent. The Lambeth Conference of 1998 called homosexuality "incompatible with Scripture" but this remains a purely advisory guideline as there are no communion-wide legislative bodies in the Anglican Church. On the other hand, in 2003 the Episcopal Church, which is the American body (province) of the Anglican Communion, approved Gene Robinson to the bishopric of the diocese of New Hampshire. Bishop Gene Robinson is the first openly gay (non-celibate) clergy to be ordained to the episcopate.

The Anglican Church of New Zealand has decided to allow homosexuals to become clergy.

Owing to the changing views regarding sexual morality of the Episcopal Church USA, in 2009 the Anglican Church in North America (ACNA) was formed as a conservative alternative to the Episcopal Church. Made up of parishes and dioceses that have left the Episcopal Church and of "Continuing Anglican" congregations, the ACNA claims to espouse a traditional Christian view of marriage being between one man and one woman.

Ooooo, jd di Gereja Anglikan ada yg membolehkan perkawinan sesama jenis toh..
paraaah jg dunk ajarannya...

loh trus yg memegang otoritas tertinggi (semacam kedudukan Paus di GRK) dlm Gereja Anglikan itu siapa/apa namanya bro ? klo di Ortodox kan ada istilah Patriark, klo di Anglikan apa ya ??

Quote :

loh trus yg memegang otoritas tertinggi (semacam kedudukan Paus di GRK) dlm Gereja Anglikan itu siapa/apa namanya bro ? klo di Ortodox kan ada istilah Patriark, klo di Anglikan apa ya ??

Setahu saya, kalau menurut hirarkinya maka otoritas tertinggi adalah Raja/Ratu, itulah sebabnya seorang raja/ratu Inggris tidak boleh menikahi janda atau duda. Sedangkan dalam sistemnya, Uskup of Canterbury (Archbishop of Canterbury).

bruce wrote:

Quote :

loh trus yg memegang otoritas tertinggi (semacam kedudukan Paus di GRK) dlm Gereja Anglikan itu siapa/apa namanya bro ? klo di Ortodox kan ada istilah Patriark, klo di Anglikan apa ya ??

Setahu saya, kalau menurut hirarkinya maka otoritas tertinggi adalah Raja/Ratu, itulah sebabnya seorang raja/ratu Inggris tidak boleh menikahi janda atau duda. Sedangkan dalam sistemnya, Uskup of Canterbury (Archbishop of Canterbury).

waaaakkss.... jd yg mjd otoritas tertinggi dr Gereja Anglikan tsb adl Raja/Ratu Inggris bro..???
trus berarti Uskup of Canterbury tsb kedudukannya berada dibawah Raja/Ratu Inggris itu donk bro..?

loh bukannya sebelumnya bro bruce mengatakan klo Gereja Anglikan itu berdiri krn dulu Raja Henry yg mau nikah lagi tp tidak diijinkan ol GRK..? berarti dlm Gereja Anglikan membolehkan polygami jg dunk ?

Quote :

waaaakkss.... jd yg mjd otoritas tertinggi dr Gereja Anglikan tsb adl Raja/Ratu Inggris bro..???
trus berarti Uskup of Canterbury tsb kedudukannya berada dibawah Raja/Ratu Inggris itu donk bro..?

Betul bro, secara hirarki memang uskup berada dibawah raja/ratu.

Quote :

loh bukannya sebelumnya bro bruce mengatakan klo Gereja Anglikan itu berdiri krn dulu Raja Henry yg mau nikah lagi tp tidak diijinkan ol GRK..? berarti dlm Gereja Anglikan membolehkan polygami jg dunk ?

Ngga boleh poligami bro, bahkan menikahi janda saja bisa kehilangan tahta, seperti yang terjadi pada paman Ratu Elizabeth II, dan tentu saja Pangeran Charles yang kehilangan hak tahtanya karena menikahi Camilla, walau tidak diumumkan resmi.

Dulu kasus Raja Henry VIII karena ingin menceraikan istrinya, bukan karena ingin poligami.

ooooh, jd begitu toh critanya...

sy kira dulu Raja Henry tsb ingin menceraikan isterinya krn dia mau kawin lg sm wanita lain...krn hal tsb kan tidak boleh dlm ajaran Gereja Katolik Roma..

eh iya sy sekalian mau tanya, emg sekarang Gereja Katolik membolehkan/mengijinkan perceraian..? betul nda bro ?

Gereja Katolik tetap konservatif menolak perceraian, karena apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh manusia.

Pembatalan pernikahan bisa dilakukan, tetapi pribadi yang sudah dibatalkan pernikahannya dituntut untuk hidup selibat selamanya (hingga pasangannya meninggal), dan tidak berhak menerima komuni.

Berat kan?

bruce wrote:

Setahu saya, kalau menurut hirarkinya maka otoritas tertinggi adalah Raja/Ratu, itulah sebabnya seorang raja/ratu Inggris tidak boleh menikahi janda atau duda. Sedangkan dalam sistemnya, Uskup of Canterbury (Archbishop of Canterbury).

Mmm... jadi, bisa disimpulkan bahwa Gereja Anglikan dibawah Kaisar/Raja/Pemerintah ya? Menarik juga nih. Apakah mungkin latar pikirnya disebabkan oleh Jesus Kristus akhirnya disalibkan karena keputusan pemerintah saat itu?

Quote :

Mmm... jadi, bisa disimpulkan bahwa Gereja Anglikan dibawah Kaisar/Raja/Pemerintah ya? Menarik juga nih. Apakah mungkin latar pikirnya disebabkan oleh Jesus Kristus akhirnya disalibkan karena keputusan pemerintah saat itu?

Lho, hubungannya gimana maksudnya nih om?

bruce wrote:

Lho, hubungannya gimana maksudnya nih om?

Lha, saya tidak bilang hubungan kok.

Maksud saya, berdasar yang saya tebalkan dan garisbawahi ini,

bruce wrote:

kalau menurut hirarkinya maka otoritas tertinggi adalah Raja/Ratu, itulah sebabnya seorang raja/ratu Inggris tidak boleh menikahi janda atau duda. Sedangkan dalam sistemnya, Uskup of Canterbury (Archbishop of Canterbury).

saya artikan bahwa pemegang otoritas tertinggi di Gereja Anglikan itu adalah Raja/Ratu, dan pelaksana ibadat kegerejaannya diserahkan kepada Archbishop of Canterbury. Maka, sistem kegerejaannya harus tunduk pada aturan Raja/Ratu.

Jadi, kalau ada masalah dalam peribadatan yang tidak mampu ditangani oleh Archbishop of Canterbury, maka Raja/Ratu dipandang kompeten menyelesaikannya sesuai dengan aturan Raja/Ratu selaku pemegang otoritas tertinggi. Bukan begitu?

Quote :

Jadi, kalau ada masalah dalam peribadatan yang tidak mampu ditangani oleh Archbishop of Canterbury, maka Raja/Ratu dipandang kompeten menyelesaikannya sesuai dengan aturan Raja/Ratu selaku pemegang otoritas tertinggi. Bukan begitu?

Sepertinya memang begitu, om.
Di Katedral Canterbury pun Raja/Ratu punya kursi khusus, seperti kursi Uskup di Katedral Gereja Katolik. Mungkin itu secara simbolis menegaskan posisi Raja/Ratu Inggris sebagai pimpinan Gereja Anglican.

bruce wrote:

Sepertinya memang begitu, om.
Di Katedral Canterbury pun Raja/Ratu punya kursi khusus, seperti kursi Uskup di Katedral Gereja Katolik. Mungkin itu secara simbolis menegaskan posisi Raja/Ratu Inggris sebagai pimpinan Gereja Anglican.

Nah, itu yang menjadi menarik menurut pikiran saya.

Padahal, Jesus Kristus pernah mengajarkan apa yang kira-kira mirip dengan signature saya. Artinya, menurut pemahaman saya, dengan apa yang diajarkan Jesus Kristus itu, maka antara pemerintahan negara, harus terpisah dengan peribadatan kegerejaan, meskipun tidak bertabrakan. Seperti rel keretalah. seirama menuju tujuan yang sama tanpa persentuhan. Sementara pada mekanisme dimana Raja/Ratu memegang otoritas tertinggi, dan sistem peribadatan diserahkan kepada Archbishop of Canterbury, maka terkandung pengertian bahwa Raja/Ratu bisa intervensi ke peribadatan, sementara pemegang kuasa peribadatan tidak boleh intervensi ke pemerintahan. Atau, bukan begitu pengertiannya?

Damai, damai, damai.

Itulah mengapa umat Katolik sangat beruntung, karena Gereja Katolik pada abad pertengahan pernah juga terperosok kedalam kondisi itu. Tahun 754 - 1870 dikenal yang disebut sebagai Papal States atau Pontifical States, dengan wilayah yang sekarang adalah negara Italy, (dan Perancis?) San Marino dan Vatican. Beruntunglah bahwa ternyata Tuhan sungguh menyertai GerejaNya, sehingga Gereja Katolik menjadi dewasa seperti sekarang ini.

bruce wrote:

Itulah mengapa umat Katolik sangat beruntung, karena Gereja Katolik pada abad pertengahan pernah juga terperosok kedalam kondisi itu. Tahun 754 - 1870 dikenal yang disebut sebagai Papal States atau Pontifical States, dengan wilayah yang sekarang adalah negara Italy, (dan Perancis?) San Marino dan Vatican. Beruntunglah bahwa ternyata Tuhan sungguh menyertai GerejaNya, sehingga Gereja Katolik menjadi dewasa seperti sekarang ini.

Aminnnn MOd.

Sebenarnya perpecahan menjadki Anglikan kan karena sang raja ingin menikah kembali ya.


:)

cinzano wrote:

bruce wrote:

Itulah mengapa umat Katolik sangat beruntung, karena Gereja Katolik pada abad pertengahan pernah juga terperosok kedalam kondisi itu. Tahun 754 - 1870 dikenal yang disebut sebagai Papal States atau Pontifical States, dengan wilayah yang sekarang adalah negara Italy, (dan Perancis?) San Marino dan Vatican. Beruntunglah bahwa ternyata Tuhan sungguh menyertai GerejaNya, sehingga Gereja Katolik menjadi dewasa seperti sekarang ini.

Aminnnn MOd.

Sebenarnya perpecahan menjadki Anglikan kan karena sang raja ingin menikah kembali ya.


:)

Betul, om, karena Raja Henry VIII tidak punya calon pewaris tahta, sehingga ia ingin menceraikan istrinya dan ingin mengawini wanita lain. Sebagai raja dia tidak salah, tetapi sebagai orang Katolik jelas salah. Dan keputusan yang diambilnya berujung pada terpisahnya gereja Inggris dari Gereja Katolik Roma. Akibat dari terpisahnya Gereja Inggris itu, berujung pada diijinkannya pernikahan sesama jenis oleh sebagian gereja Inggris itu.

bruce wrote:

Gereja Katolik tetap konservatif menolak perceraian, karena apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh manusia.

Pembatalan pernikahan bisa dilakukan, tetapi pribadi yang sudah dibatalkan pernikahannya dituntut untuk hidup selibat selamanya (hingga pasangannya meninggal), dan tidak berhak menerima komuni.

Berat kan?

ooh gtu yah, pantas dulu ada sepupu sy yg menikah Katolik dan kemudian mau bercerai tuh prosesnya panjang dan butuh waktu yg lamaa lebih dr 1 tahun, utk mengurusnya sampai ke uskupan...
tp sepertinya dia tidak diberikan surat cerainya deh bro bruce ??
memang mereka akhirnya pisah, tp tidak diperbolehkan menikah seperti yg bro bruce katakan.. ibaratnya klo mereka mau menikah lg dgn orang lain, mereka harus pindah agama, tidak bisa menikah lg secara Katolik..
ok, thanks ats penjelasan dr bro bruce...

Syalom,

Quote :

ooh gtu yah, pantas dulu ada sepupu sy yg menikah Katolik dan kemudian mau bercerai tuh prosesnya panjang dan butuh waktu yg lamaa lebih dr 1 tahun, utk mengurusnya sampai ke uskupan...
tp sepertinya dia tidak diberikan surat cerainya deh bro bruce ??
memang mereka akhirnya pisah, tp tidak diperbolehkan menikah seperti yg bro bruce katakan.. ibaratnya klo mereka mau menikah lg dgn orang lain, mereka harus pindah agama, tidak bisa menikah lg secara Katolik..
ok, thanks ats penjelasan dr bro bruce...

Syalom,

Memang tidak ada surat cerainya, bro, karena bukan perceraian (menikah kemudian cerai), tetapi dianggap pembatalan pernikahan. Dan memang seperti kata anda, prosesnya tidak mudah, perlu semacam persidangan segala. Dan efek lanjutnya itu, dinyatakan tidak berhak menerima komuni, dan tidak boleh menikah lagi, tentu secara Katolik. Kalau menikah di luar Katolik bagaimana? Ya bisa saja, bahkan kebanyakan yang sempat bercerai memang 'terpaksa' berpisah juga dari Gereja Katolik.

bruce wrote:

Quote :

ooh gtu yah, pantas dulu ada sepupu sy yg menikah Katolik dan kemudian mau bercerai tuh prosesnya panjang dan butuh waktu yg lamaa lebih dr 1 tahun, utk mengurusnya sampai ke uskupan...
tp sepertinya dia tidak diberikan surat cerainya deh bro bruce ??
memang mereka akhirnya pisah, tp tidak diperbolehkan menikah seperti yg bro bruce katakan.. ibaratnya klo mereka mau menikah lg dgn orang lain, mereka harus pindah agama, tidak bisa menikah lg secara Katolik..
ok, thanks ats penjelasan dr bro bruce...

Syalom,

Memang tidak ada surat cerainya, bro, karena bukan perceraian (menikah kemudian cerai), tetapi dianggap pembatalan pernikahan. Dan memang seperti kata anda, prosesnya tidak mudah, perlu semacam persidangan segala. Dan efek lanjutnya itu, dinyatakan tidak berhak menerima komuni, dan tidak boleh menikah lagi, tentu secara Katolik. Kalau menikah di luar Katolik bagaimana? Ya bisa saja, bahkan kebanyakan yang sempat bercerai memang 'terpaksa' berpisah juga dari Gereja Katolik.

Salam Damai


Lha yang merah diatas kan mengulang kasusnya Raja Inggris...

hihihii

:)