|
| Membela saudara sebangsa | |
| | Pengirim | Message |
---|
bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Membela saudara sebangsa 14th January 2013, 18:41 | |
| - Quote :
- TKW Indonesia Terbanyak Hadapi Hukuman Mati di Saudi
Senin, 14 Januari 2013 | 16:25 WIB
Lebih dari 45 pekerja rumah tangga (PRT) asal berbagai negara sedang menunggu eksekusi di Arab Saudi. Pekerja Indonesia disebut sebagai yang terbanyak.
Para tahanan yang dihukum mati termasuk seorang PRT yang dihukum karena memukul majikannya hingga tewas saat majikannya itu diduga telah mencoba untuk memperkosanya.
Rabu lalu, pihak berwenang Saudi mengabaikan permintaan dunia internasional dan memenggal PRT asal Sri Lanka bernama Rizana Nafeek, 24 tahun. Ia dihukum karena membunuh bayi majikannya meskipun gadis itu menyatakan dirinya tidak bersalah.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia yakin PRT dari Indonesia merupakan yang terbanyak yang menanti dihukum mati. Selain itu ada warga Sri Lanka, Filipina, India dan Ethiopia.
Para aktivis mengatakan, kebanyakan dari 1,5 juta pekerja migran di Arab Saudi, sekitar 375.000 di antaranya warga Sri Lanka, tertarik ke negara itu karena prospek bekerja pada keluarga kaya tetapi mereka justru menghadapi eksploitasi dan pelecehan. Hal itu dapat mencakup kerja keras berbulan-bulan tanpa bayar hingga kekerasan fisik. Mereka mendapat perlindungan hukum yang sangat lemah. Akses mereka terhadap pengacara, penerjemah dan kedutaan sering kali diblokir. Aktivis Human Rights Watch (HRW), Nisha Varia, mengatakan kepada The Observer, "Sistem peradilan Saudi diwarnai penangkapan sewenang-wenang, pengadilan yang tidak adil dan hukuman yang keras. Seorang PRT yang mengalami pelecehan atau eksploitasi dari majikannya mungkin bisa melarikan diri tetapi kemudian dituduh melakukan pencurian. Majikan dapat menuduh PRT, terutama yang berasal dari Indonesia, punya dukun. Korban perkosaan dan pelecehan seksual beresiko untuk dituduh melakukan perzinahan dan percabulan."
Kelompok hak asasi manusia mengatakan, 69 orang dieksekusi di Arab Saudi tahun lalu dan 79 orang tahun sebelumnya, termasuk lima perempuan, salah satunya dipenggal karena dituduh punya ilmu ihir dan dukun.
Peniliti Amnesty International Arab Saudi, Dina el-Mamoun, mengatakan ada peringatan meningkat terkait jumlah buruh migran yang dijatuhi hukuman mati. Sejauh ini lebih dari 120 warga asing diketahui terancam hukuman mati. Dia mengatakan, para pekerja migran di Arab Saudi beresiko besar jika mereka berakhir di sistem peradilan pidana. Ia menambahkan, negara-negara asal para pekerja harus menasihati warganya tentang 'risiko sangat nyata dan mematikan' itu.
Mamoun mengatakan, "Dalam banyak kasus mereka menjalani serangkaian persidangan di mana mereka tidak memahami proses, yang seluruhnya dilakukan dalam bahasa Arab, dan tanpa terjemahan. Mereka sering tidak diberi akses untuk mendapat bantuan konsuler."
Tahanan yang dihukum mati dan sedang menunggu eksekusi antara lain Tuti Tursilawati binti Warjuki, 27 tahun, dari Indonesia. Ia menghadapi eksekusi karena membunuh majikannya pada 2010 saat majikannya itu diduga telah mencoba untuk memerkosanya. Pendukung Tuti mengatakan ia disiksa pria itu sejak tiba di negara tersebut setahun sebelumnya. Siti Zainab, juga dari Indonesia, telah dijatuhi hukuman mati setelah dinyatakan bersalah tahun 1999 karena menikam majikan perempuannya sampai tewas. Dia mengaku melakukan pembunuhan namun pihak berwajib tampaknya mengabaikan kekhawatiran soal kesehatan mentalnya. PRT Indonesia yang lain, yaitu Satinah binti Jumadi Ahmad, 40 tahun, ditangkap tahun 2007 karena membunuh majikan perempuannya. Pemerintah Indonesia siap membayar uang kompensasi senilai Rp 24 miliar yang dituntut keluarga perempuan itu demi menyelamatkan Satinah.
Pemerintah Sri Lanka telah menentang eksekusi terhadap Rizana Nafeek ia dipenggal di depan umum pekan lalu. Nafeek dijatuhi hukuman mati tahun 2007. Pada 2005 smajikan prianya menuduh dia mencekik bayi empat bulannya setelah perselisihan dengan ibu anak itu. Keluarganya dan kelompok hak asasi manusia berulang kali meminta kepada Raja Abdullah untuk mengampuni Nafeek, yang menyatakan dirinya tidak bersalah dan mengatakan bayi itu tersedak hingga mati selagi diberi susu botol.
Pendukung gadis itu mengatakan usia pada paspor yang gunakannya untuk memasuki negara itu tahun 2005 diubah sehingga dia bisa mendapatkan pekerjaan. Menurut akte kelahirannya, dia berusia 17 tahun ketika bayi itu meninggal.
Nafeek mengatakan, ia disiksa agar mengaku dan jasa penerjemahan tidak tersedia baginya. Amnesty mengatakan gadis itu tidak punya akses ke pengacara baik selama interogasi pra-sidang atau pun pada pengadilannya tahun 2007.
Philip Luther, direktur program Amnesti untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan sebelum eksekusi, "Tampaknya ia sendiri seorang anak pada saat itu dan ada kekhawatiran yang sangat soal keadilan persidangannya."
Sumber :Daily Mail Editor :Egidius Patnistik
Apakah sebagai sesama anak bagsa kita wajib diam saja, hanya karena yang menghukum mati adalah negara dimana agama Islam berawal? | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Membela saudara sebangsa 15th January 2013, 08:02 | |
| Kerna di artikel atas itu ada menyebut bahwa hal hukum mati di sana sudah menjadi perhatian lembaga Human Rights Watch (Pemerhati Hak Asasi Manusia), membawa benak saya pada pertanyaan, "Apakah Islam dengan syariahnya tidak mengakui Hak Asasi Manusia?". Karena PRT biasanya perempuan, pertanyaan tadi makin dipersempit, "Apakah Islam dengan syariahnya tidak menghargai kemanusiaan perempuan?"
Dimana perlindungan kepada warga negara yang dicantumkan di konstitusi itu? Apakah itu hanya pemanis ayat-ayat konstitusi alias hanya untuk menjaga imej di pergaulan antarbangsa? Luar biasa banyaknya keanehan di NKRI ini. Sulit mengurainya. Kusut.
Terakhir diubah oleh Husada tanggal 16th January 2013, 15:56, total 1 kali diubah | |
| | | nothingman Perwira Menengah
Jumlah posting : 1503 Join date : 13.11.12
| Subyek: Re: Membela saudara sebangsa 16th January 2013, 14:56 | |
| yg lebih sulit lg dlm pengadilan SI itu menuntut para terdakwa menghadirkan 4 orang saksi bila terdakwanya seorang wanita.. jd seperti pd berita yg bro bruce sampaikan diatas, TKI wanita yg melakukan pembunuhan thd majikan yg menurutnya ingin memperkosa dirinya itu akan sulit sekali menghadirkan saksi2 yg membelanya, apa lg kejadian tsb berada dirumah majikannya itu, siapa yg akan membela dirinya... jd susah sih klo sistem pengadilan jaman prasejarah itu mau diterapkan pd jaman modern yg lebih beradab ini bro.. sudah banyak hal2 yg tidak sesuai lg dgn sikon saat ini.. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Membela saudara sebangsa 16th January 2013, 16:30 | |
| Tapi, memang dahsyat juga itu. SI yang dari sebelum merdeka sudah dicoba untuk dijadikan dasar negeri ini, yang sampai dewasa ini prov. NAD menjadi percontohan penerapan SI, yang nyata-nyata tidak ada hebatnya, kenapa masih didambakan, ya? Ada yang kurang beres ini.
Bahkan kalau dikaitkan dengan membela sesama, justru ketika prov. NAD diterjang tsunami, yang paling awal membela dalam bentuk pemberian sembako, bukan dari Timteng sono. Kok masih pingin banget mereka menerapkan peraturan yang bercikal-bakal dari Timteng, ya? Heran. Benar-benar dahsyat daya cengkeramnya. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Membela saudara sebangsa 16th January 2013, 16:35 | |
| - Husada wrote:
- Tapi, memang dahsyat juga itu. SI yang dari sebelum merdeka sudah dicoba untuk dijadikan dasar negeri ini, yang sampai dewasa ini prov. NAD menjadi percontohan penerapan SI, yang nyata-nyata tidak ada hebatnya, kenapa masih didambakan, ya? Ada yang kurang beres ini.
Bahkan kalau dikaitkan dengan membela sesama, justru ketika prov. NAD diterjang tsunami, yang paling awal membela dalam bentuk pemberian sembako, bukan dari Timteng sono. Kok masih pingin banget mereka menerapkan peraturan yang bercikal-bakal dari Timteng, ya? Heran. Benar-benar dahsyat daya cengkeramnya. Seandainya, ada negara yang ingin mengusung berdirinya negara dengan hukum "Katolik', dimana cara cara penerapan pada abad pertengahan ingin diterapkan. Maka, dengan segala hormat, saya yang akan menjai penentang pertama. Nah, sepertinya dalam masyarakat umat Islam juga seperti itu, bro, yang cuma tahu sebagian, merasa hukum syariah itu wajib dijalankan kalau menjadi Muslim. Sementara yang bisa berpikiran maju, bisa membedakan, mana yang hukum abad 7 dan mana yang bisa diterapkan pada masyarakat abad 21. jangan tertinggal 14 abad, kalau kata anak anak sekarang, itu hukum jadul, yang udah kuno outdated pula. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Membela saudara sebangsa 18th January 2013, 15:45 | |
| | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Membela saudara sebangsa | |
| |
| | | | Membela saudara sebangsa | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |