Pemulung Luar Biasa

Quote :

Pemulung Ini Kembalikan Emas Rp 300 Juta kepada Pemiliknya (1)
Penulis : Kontributor Denpasar, Muhammad Hasanudin | Sabtu, 6 April 2013 | 13:45 WIB

[You must be registered and logged in to see this image.]
Ahmad (kiri) pemulung yang mengembalikan perhiasan emas senilai Rp 300 juta kepada pemiliknya saat ditemui tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Bank Sampah Arta Ayu, Jalan Kendedes, Denpasar, Sabtu (06/04/2013)

DENPASAR, KOMPAS.com — Keterbatasan ekonomi tak membuat Ahmad (17), seorang pemulung di Denpasar, Bali, tergiur dengan barang yang bukan miliknya. Remaja asal Desa Kesambi Rampak, Kapongan, Situbondo, Jawa Timur, ini beberapa hari lalu mengembalikan tiga kotak berisi perhiasan emas senilai Rp 300 juta yang ditemukan di bak truk sampah kepada pemiliknya. Saat Kompas.com bertandang ke tempat kerja sekaligus tempat tinggalnya di Bank Sampah Arta Ayu, Jalan Kendedes, Denpasar, Sabtu (6/3/2013) siang, Ahmad dengan senang hati berbagi cerita tentang pengalamannya tersebut.

"Kalau enggak salah hari Selasa. Di atas (bak truk) sampah ada tiga kotak seperti kotak yoyo isinya emas. Karena takut salah, saya tunggu (simpan) dulu," ujarnya.

Putra ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sali dan Akmauwiyah ini kemudian melaporkan penemuan ini kepada bosnya, pemilik Bank Sampah, Made Raka.

Tak lama setelah kembali ke tempat kerjanya, ada seorang perempuan bernama Desak Putu menanyakan tiga kotak perhiasan emas tersebut. Awalnya, Ahmad dan Made Raka tak langsung memberikan karena belum ada bukti Desak adalah pemiliknya.

"Terus dia sebutin ciri-cirinya satu per satu, benar semua. Akhirnya dikembalikan," ujar remaja lulusan MTs Nurul Hikam, Kesambi Rampak, Situbondo, ini.

Kotak perhiasan itu berisi cincin, kalung, gelang, dan sebuah keris yang nilainya mencapai Rp 300 juta. Atas kejujurannya, sang pemilik perhiasan memberikan sejumlah uang tunai dan bahan pokok kepada Ahmad.

Ketika ditanya, mengapa ia mengembalikan emas bernilai ratusan juta itu, Ahmad mengatakan, "Kita orang sampah, tapi hatinya harus lebih besar."

Remaja yang baru sebulan tinggal di Bali ini mengaku lebih senang mendapatkan kepercayaan dari orang dan saudara baru di tanah rantau daripada harta melimpah yang tidak halal. (Bersambung)

Editor :Inggried Dwi Wedhaswary

Quote :

Pemulung Ini Kembalikan Emas Rp 300 Juta kepada Pemiliknya (2)
Penulis : Kontributor Denpasar, Muhammad Hasanudin | Sabtu, 6 April 2013 | 14:50 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com — Ahmad (17), seorang pemulung di Denpasar, Bali, mendadak jadi buah bibir setelah ia mengembalikan perhiasan emas senilai Rp 300 juta kepada pemiliknya. Ahmad menemukan emas-emas itu dalam tiga kotak yang berada di tumpukan sampah yang diangkutnya (Baca: Pemulung Ini Kembalikan Emas Rp 300 Juta ke Pemiliknya)

Ahmad, yang baru satu bulan mengadu nasib di "Pulau Dewata" ini, berasal dari keluarga petani di Desa Kesambi Rampak, Kapongan, Situbondo, Jawa Timur. Ia putra ketiga pasangan Sali dan Akmauwiyah. Sejak kecil, ia terbiasa hidup prihatin. Orangtuanya yang hanya bekerja sebagai petani harus membiayai tujuh anak. Keterbatasan ekonomi dan kemampuan finansial pun membuat Ahmad tak bisa melanjutkan pendidikan ke SMA. Ia menamatkan pendidikan terakhirnya di MTs Nurul Hikam, Situbondo.

"SMA berhenti enggak ada biayanya," ujar Ahmad saat ditemui di tempat kerja sekaligus tempat tinggalnya, Bank Sampah Arta Ayu, Denpasar, Sabtu (6/4/2013) siang.

Setelah menamatkan pendidikan menengah pertamanya, Ahmad bekerja serabutan dengan menjadi buruh bangunan. "Apa saja dilakonin yang penting halal," ujar Ahmad.

Sekitar sebulan lalu, ia mendapatkan tawaran pekerjaan sebagai pemulung di Bali oleh teman sekampungnya. Tanpa pikir panjang, Ahmad langsung menyambut tawaran itu. Gaji yang diterimanya sebesar Rp 700.000 per bulan. Ia cukup bersyukur karena dengan penghasilannya, Ahmad dapat menyisihkan untuk dikirimkan kepada orangtua di Situbondo.

Ia masih berharap dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ditanya cita-citanya, Ahmad dengan semangat menjawab, "Kepengen jadi wartawan. Dari SD ditanyain guru cita-citanya apa, pengen jadi wartawan, soalnya suka lihat berita," ungkapnya.

(Selesai)

Luar biasa, sungguh senang hati ini membaca berita seperti ini. Ternyata masih ada kejujuran di bumi Indonesia ini. Masih ada permata walaupun tercampur dengan sampah.

kalau ga jujur, resikonya bisa panjang tuh Bro. bisa dituduh pencuri, tukang tadah, dll.
bui deh jawaban akhirnya..

Logis. Berterima juga di akal saya pernyataan Kitty ini. [You must be registered and logged in to see this image.]Makasih Kit.

Seandainya si Ahmad menyembunyikan temuannya diam diam, tidak lapor kepada Made Raka. Dan diam diam melarikan diri ke Jawa. Tentu sulit dilacak, terlebih lagi yang dilakukannya bukanlah pencurian. Polisi pasti 'segan' bergerak.

Seandainya si Ahmad pura pura tidak tahu, dan mengatakan tidak ditemukan apapun di bak truk selain sampah. Maka Desak Putu pasti tidak bisa memaksa.

Pada akhirnya, tetaplah memang karena ada kejujuran di hati kecil Ahmad yang membuatnya lapor ke Made Raka. Begitu juga Made Raka seharusnya dihargai, karena bisa saja justru Made Raka menyarankan penemuan itu dibagi dua dan sama sama tutup mulut.

Kejujuran itu memang tidak menjanjikan kekayaan, tetapi menjanjikan kebahagiaan.

Syalom

Kalimat yang bernas dari Ahmad itu ialah "Kita orang sampah, tapi hatinya harus lebih besar."

Setuju?
[You must be registered and logged in to see this image.]

Saya langsung membandingkan dengan para wakil rakyat terhormat di senayan itu. Seandainya pada pagi hari mereka masuk kantor, dan ada uang tiga ratus juta di laci meja mereka, apakah ada yang bertanya?

Jangan jangan pertanyaannya berbunyi 'Lhoh... koq cuma segini.....'

bruce wrote:

Saya langsung membandingkan dengan para wakil rakyat terhormat di senayan itu. Seandainya pada pagi hari mereka masuk kantor, dan ada uang tiga ratus juta di laci meja mereka, apakah ada yang bertanya?

Jangan jangan pertanyaannya berbunyi 'Lhoh... koq cuma segini.....'

[You must be registered and logged in to see this image.]

Lhah, yang begitu bukan kalimat "Orang Sampah". Itu adalah kalimat "Anggota Dewan yang Terhormat". [You must be registered and logged in to see this image.]