Paus Menikahkan Pasangan Hidup Bersama

Paus Menikahkan Pasangan Hidup Bersama
Senin, 15 September 2014 | 08:10 WIB

VATIKAN, KOMPAS.COM - Paus Fransiskus memimpin pernikahan 20 pasangan di Vatikan, termasuk sejumlah pasangan hidup bersama, salah satunya telah memiliki satu anak.

Paus meminta untuk menikahkan 40 orang dari berbagai latar belakang sosial yang mewakili pasangan modern.

Ini adalah untuk pertama kalinya paus melakukan upacara pernikahan seperti ini dalam 14 tahun.

Paus Fransiskus memperlihatkan toleransi yang lebih besar dibandingkan pendahulunya dalam berbagai hal, termasuk nilai-nilai keluarga.

Upacara hari Minggu (14/9/2014) di Basilika Santo Petrus di Roma dilakukan tiga minggu sebelum pertemuan para uskup Katolik dunia untuk mengkaji ajaran gereja mengenai masalah keluarga.

Salah satu pasangan yang menikah adalah seorang pria yang pernikahan sebelumnya dibatalkan, dan seorang ibu yang seorang diri membesarkan anak perempuan dari hubungan sebelumnya.

Paus Fransiskus mengatakan kepada para pasangan dalam upacara selama dua jam bahwa pernikahan "bukanlah jalan yang mudah, kadang-kadang merupakan perjalanan yang bermasalah, tetapi itulah kehidupan," lapor kantor berita AFP.

[You must be registered and logged in to see this link.]


Paus yag satu ini memang beda, lebih dekat dengan umatnya..

Tapi, terlihat lebih lunak.

Lebih humanis, betul..

Lunak sama humanis beda kaliiiyy

siip wrote:

Lunak sama humanis beda kaliiiyy

Nah, menurut saya lebih humanis, menurut anda apa?

Kalau lunak mengarah ke ongol-ongol, kalo humanis mengarah ke manis.
 

Ongol2 itu kenyal, oom

Husada wrote:

Tapi, terlihat lebih lunak.

Enggak juga.
Seperti perikop wanita pendosa.

"Akupun tidak menghukum engkau
Pergilah, jangan berbuat dosa lagi"

Nah, itu......

Saya no comment krn kan ga tau motif dbalik itu.
Bisa positif bisa juga tidak.

siip wrote:

Saya no comment krn kan ga tau motif dbalik itu.
Bisa positif bisa juga tidak.

Tergantung pribadi orang yang mendapat 'pengampunan', seperti saat Jesus dulu berkata kepada wanita yang akan dirajam 'Pergilah, dan jangan melakukan lagi'

Apakah si perempuan itu pergi sambil menyesal dan tidak akan berbuat dosa lagi, atau menganggap aaaaah gampang, nanti kalau ketangkep minta ampun lagi...

Bruce wrote:

nanti kalau ketangkep minta ampun lagi...

tp klo ketangkep lg, kira2 Yesus masih memberi pengampunan lg nda yaa...??

nothingman wrote:

Bruce wrote:

nanti kalau ketangkep minta ampun lagi...

tp klo ketangkep lg, kira2 Yesus masih memberi pengampunan lg nda yaa...??  

Maka, pergunakan ayat ini :

Mat 18:9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.

bruce wrote:

nothingman wrote:

Bruce wrote:

nanti kalau ketangkep minta ampun lagi...

tp klo ketangkep lg, kira2 Yesus masih memberi pengampunan lg nda yaa...??  

Maka, pergunakan ayat ini :

Mat 18:9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.

Ampunilah 70x7 kali

cinzano wrote:

Husada wrote:

Tapi, terlihat lebih lunak.

Enggak juga.
Seperti perikop wanita pendosa.

"Akupun tidak menghukum engkau
Pergilah, jangan berbuat dosa lagi"

Lhah, enggak, gimana maksudnya?
Apa hubungan perikop Cinzan itu dengan berita acuan trit?

Husada wrote:

cinzano wrote:

Husada wrote:

Tapi, terlihat lebih lunak.

Enggak juga.
Seperti perikop wanita pendosa.

"Akupun tidak menghukum engkau
Pergilah, jangan berbuat dosa lagi"

Lhah, enggak, gimana maksudnya?
Apa hubungan perikop Cinzan itu dengan berita acuan trit?

Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa.
Tapi mereka setelah bertobat boleh mendapat sakramen pernikahan.

Jadi enggak termasuk "lunak"

cinzano wrote:

Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa.
Tapi mereka setelah bertobat boleh mendapat sakramen pernikahan.

Jadi enggak termasuk "lunak"

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Cinzan.

Ngomong-ngomong, bagaimana dalilnya sehingga "Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa"? Saya kira, kalo sepasang laki-laki dan perempuan hidup bersama, melakukan aktivitas suami-istri, bagaimana hal itu dinilai sebagai berdosa? Menurut saya, pasangan itu tidak mendapat berkat karna tidak memiliki salurannya. Sakramen pernikahan adalah salurah berkat, maka karean pasangan itu tidak menerima sakramen pernikahan, pasangan itu tidak menjadi berkat. Jadi, pasangan suami istri yang hidup bersama, tidak saling menerimakan Sakramen Pernikahan, tidak terkategori berdosa.

Ah, tapi bagaimana, ya?

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

cinzano wrote:

Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa.
Tapi mereka setelah bertobat boleh mendapat sakramen pernikahan.

Jadi enggak termasuk "lunak"

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Cinzan.

Ngomong-ngomong, bagaimana dalilnya sehingga "Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa"? Saya kira, kalo sepasang laki-laki dan perempuan hidup bersama, melakukan aktivitas suami-istri, bagaimana hal itu dinilai sebagai berdosa? Menurut saya, pasangan itu tidak mendapat berkat karna tidak memiliki salurannya. Sakramen pernikahan adalah salurah berkat, maka karean pasangan itu tidak menerima sakramen pernikahan, pasangan itu tidak menjadi berkat. Jadi, pasangan suami istri yang hidup bersama, tidak saling menerimakan Sakramen Pernikahan, tidak terkategori berdosa.

Ah, tapi bagaimana, ya?

Damai, damai, damai.

Yang dimaksud artikel diatas adalah hidup bersama tanpa pernikahan resmi Gereja dan Negara.

Termasuk dosa lho Om Husada

cinzano wrote:

Husada wrote:

cinzano wrote:

Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa.
Tapi mereka setelah bertobat boleh mendapat sakramen pernikahan.

Jadi enggak termasuk "lunak"

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Cinzan.

Ngomong-ngomong, bagaimana dalilnya sehingga "Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa"? Saya kira, kalo sepasang laki-laki dan perempuan hidup bersama, melakukan aktivitas suami-istri, bagaimana hal itu dinilai sebagai berdosa? Menurut saya, pasangan itu tidak mendapat berkat karna tidak memiliki salurannya. Sakramen pernikahan adalah salurah berkat, maka karean pasangan itu tidak menerima sakramen pernikahan, pasangan itu tidak menjadi berkat. Jadi, pasangan suami istri yang hidup bersama, tidak saling menerimakan Sakramen Pernikahan, tidak terkategori berdosa.

Ah, tapi bagaimana, ya?

Damai, damai, damai.

Yang dimaksud artikel diatas adalah hidup bersama tanpa pernikahan resmi Gereja dan Negara.

Termasuk dosa lho Om Husada

Kalo nggak ngapa-ngapain, dosa juga gak om?

bruce wrote:

cinzano wrote:

Husada wrote:

cinzano wrote:

Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa.
Tapi mereka setelah bertobat boleh mendapat sakramen pernikahan.

Jadi enggak termasuk "lunak"

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Cinzan.

Ngomong-ngomong, bagaimana dalilnya sehingga "Pasangan hidup bersama kan termasuk berdosa"? Saya kira, kalo sepasang laki-laki dan perempuan hidup bersama, melakukan aktivitas suami-istri, bagaimana hal itu dinilai sebagai berdosa? Menurut saya, pasangan itu tidak mendapat berkat karna tidak memiliki salurannya. Sakramen pernikahan adalah salurah berkat, maka karean pasangan itu tidak menerima sakramen pernikahan, pasangan itu tidak menjadi berkat. Jadi, pasangan suami istri yang hidup bersama, tidak saling menerimakan Sakramen Pernikahan, tidak terkategori berdosa.

Ah, tapi bagaimana, ya?

Damai, damai, damai.

Yang dimaksud artikel diatas adalah hidup bersama tanpa pernikahan resmi Gereja dan Negara.

Termasuk dosa lho Om Husada

Kalo nggak ngapa-ngapain, dosa juga gak om?

Menjadi batu sandungan bagi pihak lain yang melihatnya.

Sebaiknya jangan dilakukan

cinzano wrote:

Yang dimaksud artikel diatas adalah hidup bersama tanpa pernikahan resmi Gereja dan Negara.
Termasuk dosa lho Om Husada

Di mana dikatakannya begitu itu, Cinz?
Alkitabkah? Atau KGK? Atau Hukum Kanonik? atau apa?
Bukan untuk mencobai, lho, ya?
Sungguh, karena pingin tahu.

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Cinz.
Juga, menyertai FIKers sekalian.

Husada wrote:

cinzano wrote:

Yang dimaksud artikel diatas adalah hidup bersama tanpa pernikahan resmi Gereja dan Negara.
Termasuk dosa lho Om Husada

Di mana dikatakannya begitu itu, Cinz?
Alkitabkah? Atau KGK? Atau Hukum Kanonik? atau apa?
Bukan untuk mencobai, lho, ya?
Sungguh, karena pingin tahu.

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertaimu, Cinz.
Juga, menyertai FIKers sekalian.

Lho ...
Bukannya hidup bersama tanpa pernikahan termasuk adultery

cinzano wrote:

Lho ...
Bukannya hidup bersama tanpa pernikahan termasuk adultery

Ooo... begitu.
Ternyata, hidup bersama bagi insan berlawanan jenis tanpa ikatan perkawinan dipandang sebagai perzinahan.
Okelah.

Tapi, lantas apa hubungan perikop yang Cinzan kutip dengan kronologis:
bruce: Paus yag satu ini memang beda, lebih dekat dengan umatnya..
Husada: Tapi, terlihat lebih lunak.
Cinzano : Enggak juga. Seperti perikop wanita pendosa. "Akupun tidak menghukum engkau
Pergilah, jangan berbuat dosa lagi"
?

Maksud Cinzan, sikap Paus yang menikahkan pasangan yang sudah hidup bersama itu, yang menurut bruce merupakan sikap yang lebih dekat dengan umatnya, yang Husada katakan Paus yang sekarang lebih lunak, sebenarnya tidak lebih lunak bila dibanding dengan sikap Yesus Kristus?

Kalau demikian itu yang Cinzan maksudkan, itu sudah pasti, bahwa sikap Tuhan Yesus Kristus lebih lunak daripada sikap manusia manapun, termasuk sikap Paus yang sekarang.

Tapi, subyek yang kita maksudkan jadi berbeda. Ketika saya post, "Tapi, terlihat lebih lunak," yang saya maksud ialah bahwa sikap Paus yang sekarang terlihat lebih lunak daripada sikap Paus-Paus sebelumnya, bukan dibandingkan dengan sikap Tuhan Yesus Kristus.

Lhah, kalo dibandingkan dengan sikap Tuhan Yesus Kristus, memang seng ada lawan.