Sungguh gagah berani para pejuang ini

Quote :

Militan Afganistan Latih Pasukan Bocah
Kistyarini | Senin, 11 Juli 2011 | 15:05 WIB

KABUL, KOMPAS.com — Kelompok militan di Afganistan disebut-sebut sedang melatih sejumlah anak untuk menjadi martir. Mereka dilatih bertempur melawan tentara Sekutu.


Sebuah video menunjukkan anak-anak, bahkan ada yang berusia sekitar lima tahun, berlatih menggunakan senjata, meledakkan gedung, bahkan memasang bom pinggir jalan.

Sebuah video menunjukkan anak-anak, bahkan ada yang berusia sekitar lima tahun, berlatih menggunakan senjata, meledakkan gedung, bahkan memasang bom pinggir jalan.

Menurut para komandan pasukan Inggris di Afganistan, makin banyak anak yang dimanfaatkan sebagai pengebom bunuh diri atau tameng hidup dalam berbagai pertempuran.

Dalam rekaman video itu diperlihatkan bagaimana bocah-bocah itu bersorak ketika sebuah mobil mainan serupa mobil polisi hancur berkeping-keping akibat bom yang diledakkan dari ponsel. Yang menekan adalah anak-anak itu sendiri.

Sementara beberapa anak lain, beberapa di antaranya memakai baju kamuflase, berdiri berjajar sambil membawa senjata laras panjang.

Kelompok militan melatih anak-anak itu di sebuah kamp di wilayah Waziristan utara. Setelah dirasa cukup mumpuni, mereka dikirim ke perbatasan untuk berhadapan dengan tentara Barat.

Anak-anak berasal dari suku Turkic, satu kelompok etnis Uyghur, warga Muslim China yang kini berdiam di Pakistan, Afganistan, dan Kazakhstan.

Kepada Sunday Mirror, pakar terorisme Neil Doyle mengatakan, video itu muncul di laman kelompok militan dan dirilis sebagai bagian dari upaya perekrutan.

Quote :

Bocah 9 Tahun Dipaksa Pakai Bom Rompi
Kistyarini | Selasa, 21 Juni 2011 | 09:00 WIB

PESHAWAR, KOMPAS.com — Ketakutan belum hilang dari wajahnhya ketika Sohana Jawed menceritakan pengalamannya yang mengerikan. Bocah 9 tahun itu diculik saat akan berangkat ke sekolah di Peshawar, Pakistan.

Oleh kelompok militan yang menculiknya, Sohana dipaksa mengenakan rompi berisi bom lalu menyuruhnya mendekati sebuah pos paramiliter. Sohana menceritakan kejadian yang dialaminya dalam sebuah konferensi pers yang digelar polisi di Peshawar, Senin (20/6/20110).

Kelompok militan sering menggunakan anak-anak lelaki sebagai pembawa bom, tetapi memanfaatkan anak perempuan sangatlah jarang.

Sohana yang duduk di kelas 3 sekolah dasar itu dibekap dua perempuan dalam perjalanan ke sekolah lalu dia dimasukkan ke dalam sebuah mobil pada Sabtu (18/6/2011). Kata bocah perempuan itu, di dalam mobil sudah ada dua lekaki.

Salah seorang penculiknya membekapnya dengan sebuah saputangan dan itu membuatnya pingsan, kata Sohana dalam wawancara televisi yang dilakukan secar terpisah.

Ketika dia terbangun dan menangis, salah seoarng perempuan itu memberinya kue yang ternyata membuatnya tidak sadarkan diri lagi. Ketika terbangun lagi, dia sudah berada di sebuah rumah asing.

"Pagi tadi, mereka memaksa saya memakai jaket yang berat lalu membawa saya ke mobil lagi," ujar bocah itu.

Rompi itu berisi sekitar 9 kilogram bahan peledak. "Diperkirakan, bom itu akan diledakkan dari jarak jauh karena yang membawanya anak kecil," ujar Salim Marwat, kepala polisi Lower Dir.

Para penculik itu membawanya ke sebuah pos pemeriksaan yang diawasi paramiliter Frontier Corps sekitar 10 kilometer dari Timergarah, kota utama di Distrik Lower Dir.

Ketika para penculik keluar dari mobil, Sohana berlari ke arah para tentara itu seraya menunjukkan rompinya, ujar Marwat.

"Saya mendapat kesempatan melepas tangan dari perempuan itu lalu lari," kata Sohana.

Ketika tentara paramiliter menyadari yang terjadi, para penculik sudah kabur. Menurut Marwat, pihaknya menggelar operasi untuk mencari mereka.

Belum jelas alasan penculik tidak meledakkan bom bunuh diri itu setelah Sohana melepaskan diri. "Mungkin mereka panik dan lari begitu saja," ujar Marwat.

Asif Khan, kepala polisi Hashtnagri, tempat Sohana mengaku tinggal dan diculik, menyatakan belum mendapat laporan anak hilang dan belum berhasil menemukan warga dengan nama Sohana Jawed.

Polisi Lower Dir akan menanyai Sohana lebih lanjut setelah dia diperiksa psikiater yang akan membantunya mengatasi trauma.

"Polisi akan mencoba mendapatkan informasi dari dia setelah kondisi kejiwaannya pulih," kata Marwat.

Apa yang bisa diharapkan dari para 'pejuang' yang sungguh 'gagah perkasa' seperti itu ya?

maksudnya dari para pengecut yang cuman bisa memanfaatkan anak2 kecil yang tak berdosa itu yah bruce?

memang sungguh memprihatinkan mental dari para pengecut yang berkedok pejuang tersebut...

Kalau kemudian ada anak kecil yang 'terpaksa' ditembak karena memegang senapan AK dan menembak, maka yang ribut adalah para 'pejuang' yang gagah berani itu, yang bersembunyi dibelakang para anak kecil yang belum ngerti apa apa itu.

Muak melihat yang seperti itu.