Ada yang tahu agama Muhammad saat menikahi Khadijah?

Damai sejahtera menyertai LTBers sekalian.

Saya pingin bertanya karena memang belum tahu dan ingin tahu. Maka, apabila ada kawan-kawan yang Muslim mengetahui, atau bahkan yang Non Muslim, saya akan sangat senang jika berkenan menjawab.

Menurut sejarah, Muhammad lahir tahun 570 M. Pada usia 12 tahun, Muhammad disertakan oleh pamannya, Abu Thalib dalam ekspedisi dagang ke luar negeri Arab. Pada usia 25 tahun, Muhammad menikahi Khadijah. Pada usia 40 tahun, Muhammad menerima ayat Al Qur'an.

Yang ingin saya tanyakan:
1) Di mana pesta/peresmian pernikahan Muhammad dengan Khadijah dilaksanakan? Apakah di pihak Muhammad, atau di pihak Khadijah, atau di tempat resepsi sewaan?
2) Mengingat Muhammad menikah saat berusia 25 tahun, sementara pengakuan kenabian dan kerasulan bertepatan dengan turunnya ayat Al Qur'an sebagai tuntunan hidup Mukmin pada saat Muhammad berusia 40 tahun, pertanyaannya ialah, apa agama Muhammad ketika menikah?
3) Sejak kapan Dua Kalimat Syahadat wajib diserukan seorang Muslimin/Muslimat?

Saya duga-duga, begini:
1) Suatu situs yang bergaya bahasa Malaysia, yang saya search dengan kata kunci Pernikahan Muhammad dengan Khadijah, tidak jelas diinformasikan tempat pesta pernikahan itu. Saya duga-duga, berdasarkan kutipan berikut:

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Disaat inilah Khadijah berbicara: Paman, sekalipun engkau pemegang semua urusanku dan saksi kehidupanku namun kali ini aku yang labih berhak maju, lalu ia mengucapkan akad nikah sendiri sebagai berikut:

”Muhammad yang mulia, aku nikahkan diriku untukmu dan maskawin serta biaya perkawinan ini aku ambil dari kakayaanku. Katakanlah kepada pamanmu untuk menyembelih unta, menyiapkan resepsi perkawinan dan masuklah ke rumah istrimu kapan saja engkau mau.”

pernikahan sekaligus pesta pernikahan itu dilaksanakan di wilayahnya mempelai perempuan, yaitu Khadijah.

2) Menurut

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Nenek moyang Rasulullah, termasuk kakeknya Abdul Muthalib adalah para ahli waris dan pengurus Ka’bah. Atau secara spesifik adalah penanggung jawab air zamzam yang selalu menjadi primadona dan incaran para jemaah haji dan para penziarah. Hadist Sahih riwayat Tarmizi dan Abdullah bin Amir bin Ash mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda :

Satu riwayat Sahih lainnya menyatakan:
“ Rukun (HajarAswad) dan makam (Batu/Makam Ibrahim) berasal dari batu-batu ruby surga yang kalau tidak karena sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya”.

Dari situ, rasanya tidak berlebihan menduga bahwa Muhammad lahir dari keluarga penyembah berhala, sebab, konon Ka'bah tempo doeloe, sebelum turunnya ayat Al Qur'an, adalah tempat disemayamkannya berhala-berhala penduduk sekitar Ka'bah.

3) Waktu pastinya, saya tidak tahu, tetapi saya duga-duga, setelah Muhammad dinyatakan sebagai Rasulullah.

Itu hanya dugaan saya saja. Untuk memperoleh informasi yang mempunyai nilai kebenaran sejati, tentu harus dikonfirmasikan kepada kawan-kawan yang sudah mempelajarinya secara cermat.

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

Yang ingin saya tanyakan:
1) Di mana pesta/peresmian pernikahan Muhammad dengan Khadijah dilaksanakan? Apakah di pihak Muhammad, atau di pihak Khadijah, atau di tempat resepsi sewaan?
2) Mengingat Muhammad menikah saat berusia 25 tahun, sementara pengakuan kenabian dan kerasulan bertepatan dengan turunnya ayat Al Qur'an sebagai tuntunan hidup Mukmin pada saat Muhammad berusia 40 tahun, pertanyaannya ialah, apa agama Muhammad ketika menikah?
3) Sejak kapan Dua Kalimat Syahadat wajib diserukan seorang Muslimin/Muslimat?

Sependek pengetahuan saya:
1. Saya tidak tahu di mana persemian pernikahan dilangsungkan
2. Agama Nabi Muhammad SAW pada saat itu adalah agama millah Ibrahim hanifaan (agama nabi Ibrahim yang lurus) alias ketauhidan
3. Dua Kalimat Syahadat yang sekarang ini diucapkan diserukan seorang muslim setelah diangkat Muhammad menjadi Nabi utusan Allah SWT di usianya yang ke-40 tahun.
Tetapi syahadat bahwa seorang muslim mengakui ke-esa-an Allah al Wahid dan mengakui .... sebagai rasul-Nya sudah diserukan oleh seorang muslim di zaman Nabi masing2.

Tetapi, ini sependek pengetahuan saya saja, bro Husada.
Insya Allah, saya usahakan mencari informasi lain untuk melengkapinya.

Silancah wrote:

Sependek pengetahuan saya:
1. Saya tidak tahu di mana persemian pernikahan dilangsungkan
2. Agama Nabi Muhammad SAW pada saat itu adalah agama millah Ibrahim hanifaan (agama nabi Ibrahim yang lurus) alias ketauhidan
3. Dua Kalimat Syahadat yang sekarang ini diucapkan diserukan seorang muslim setelah diangkat Muhammad menjadi Nabi utusan Allah SWT di usianya yang ke-40 tahun.
Tetapi syahadat bahwa seorang muslim mengakui ke-esa-an Allah al Wahid dan mengakui .... sebagai rasul-Nya sudah diserukan oleh seorang muslim di zaman Nabi masing2.

Tetapi, ini sependek pengetahuan saya saja, bro Husada.
Insya Allah, saya usahakan mencari informasi lain untuk melengkapinya.

Terima kasih, Cah. Semoga ketemu informasi yang relevan, dan membagikannya untuk forum ini, nggeh?

Kahusus untuk jawaban nomo2, berdasarkan yang saya quote di atas, bahwa nenek moyang Rasulullah, termasuk kakeknya Abdul Muthalib adalah para ahli waris dan pengurus Ka’bah, apakah kurang kuat untuk menduga bahwa leluhur Muhammad adalah penyembah berhala? Sebab, entah di mana, Silancah sendiri pernah menginformasikan bahwa sebelum dibersihkan, Ka'bah adalah tempat penyimpanan berhala-berhala. Maka ketika dibersihkan, Muhammad mengeluarkan sebanyak 359 berhala dari dalamnya.

Nah, kalau Leluhur Muhammad sampai keluarganya (kakeknya) dikatakan sebagai pihak yang mengurus Ka'bah, apakah mungkin bagi mereka mengijinkan berhala ditempatkan di Ka'bah yang diurusnya? Kalau kakek Muhammad penyembah berhala, karena mengijinkan berhala-berhala disimpan di dalam Ka'bah, apakah mungkin Muhammad berbeda sesembahan dengan Kakeknya?

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

Terima kasih, Cah. Semoga ketemu informasi yang relevan, dan membagikannya untuk forum ini, nggeh?

Siap bro :)

Husada wrote:

Kahusus untuk jawaban nomo2, berdasarkan yang saya quote di atas, bahwa nenek moyang Rasulullah, termasuk kakeknya Abdul Muthalib adalah para ahli waris dan pengurus Ka’bah, apakah kurang kuat untuk menduga bahwa leluhur Muhammad adalah penyembah berhala? Sebab, entah di mana, Silancah sendiri pernah menginformasikan bahwa sebelum dibersihkan, Ka'bah adalah tempat penyimpanan berhala-berhala. Maka ketika dibersihkan, Muhammad mengeluarkan sebanyak 359 berhala dari dalamnya.

Kalau menduga2, apa pun menjadi mungkin.
Tetapi, berdasarkan kisah sejarah Nabi Muhammad SAW yang pernah saya baca di sejumlah buku, saya tidak pernah menemukan adanya orang yang menyebutkan Nabi Muhammad SAW adalah penyembah berhala di masa mudanya.

Husada wrote:

Nah, kalau Leluhur Muhammad sampai keluarganya (kakeknya) dikatakan sebagai pihak yang mengurus Ka'bah, apakah mungkin bagi mereka mengijinkan berhala ditempatkan di Ka'bah yang diurusnya? Kalau kakek Muhammad penyembah berhala, karena mengijinkan berhala-berhala disimpan di dalam Ka'bah, apakah mungkin Muhammad berbeda sesembahan dengan Kakeknya?

Damai, damai, damai.

Bukankah Nabi Ibrahim as berbeda sesembahan dengan ayahnya, keluarganya, dan lingkungannya?

Quote :

Bukankah Nabi Ibrahim as berbeda sesembahan dengan ayahnya, keluarganya, dan lingkungannya

Lho, apa iya kang?
Dari referensi apa nih? Quran atau Alkitab?

Salam

Terima kasih, Cah.

Tentang ini,

Silancah wrote:

Bukankah Nabi Ibrahim as berbeda sesembahan dengan ayahnya, keluarganya, dan lingkungannya?

saya tidak punya jawaban, sebab saya tidak pernah mendapat kisah tentang anutan ayah Abraham, apakah berhala atau bukan. Yang saya baca di Alkitab, silsilah Abraham ialah anak dari Terah <-- Nahor <-- Serug <-- Rehu <-- Peleg <-- Eber <-- Selah <-- Arpakhsad <-- Sem <--Nuh. Tidak dikisahkan anutan nenek moyang Abraham itu masing-masing. Hanya saja, Nuh dikatakannya sebagai seorang yang takut akan Allah.

Kalau Silancah punya suatu literatur, ato dokumen, ato informasi tentang sesembahan ayah Abraham sampai ke Nuh, betapa akan sangat mencerahkan. Kembali ke Muhammad, menurut yang saya quote terdahulu, bahwa kakek Muhammad, Abdul Muthalib, yang sempat juga mengasuh Muhammad muda sepeninggal ibunya, adalah penjaga Ka'bah, dimana tersimpan berhala-berhala masyarakat sekitarnya. Tentang sesembahan ayah Muhammad, tidak saya tahu, tetapi ayah Muhammad sudah meninggal sebelum Muhammad dilahirkan oleh Aminah, kan? Jadi, menurut pemahaman saya, mengingat Abdul Muthalib (kakek Muhammad) adalah penjaga Ka'bah yang berisi 359 berhala yang kemudian dibersihkan Muhammad, adalah penyembah berhala. Sebab, kalau bukan demikian, tentu saja Abdul Muthalib tidak bersedia menjaga Ka'bah yang berisi berhala sebelum dibersihkan itu.

Damai, damai, damai.

bruce wrote:

Quote :

Bukankah Nabi Ibrahim as berbeda sesembahan dengan ayahnya, keluarganya, dan lingkungannya

Lho, apa iya kang?
Dari referensi apa nih? Quran atau Alkitab?

Salam

Oalah iya ya... hehehe
Saya menggunakan kaca mata Islam...

Silancah wrote:

bruce wrote:

Quote :

Bukankah Nabi Ibrahim as berbeda sesembahan dengan ayahnya, keluarganya, dan lingkungannya

Lho, apa iya kang?
Dari referensi apa nih? Quran atau Alkitab?

Salam

Oalah iya ya... hehehe
Saya menggunakan kaca mata Islam...

Tolong koreksi kalau saya salah, kang.
Bukankah dalam Islam bahkan dikatakan bahwa nabi Adam juga beragama Islam?

Salam

bruce wrote:

Tolong koreksi kalau saya salah, kang.
Bukankah dalam Islam bahkan dikatakan bahwa nabi Adam juga beragama Islam?

Salam

Betul, semua Nabi (beragama) Islam (berserah diri pada Sang Khalik)

Silancah wrote:

Betul, semua Nabi (beragama) Islam (berserah diri pada Sang Khalik)

Jadi, dari segi membaca dua kalimat syahadat, Islam itu terbagi dua kelompok. Satu kelompok Islam yang tidak membacakan dua kalimat syahadat, yaitu tiap orang yang berserah diri pada Sang Khalik sebelum pengukuhan Muhammad sebagi nabi dan rasul, dan kelompok lainnya, yaitu tiap orang yang berserah diri kepada Sang Khalik dan membacakan dua kalimat syahadat. Kelompok manakah yang lebih Islami? Yang membaca syahadat ato yang bukan?

Damai bagimu, Cah.

Silancah wrote:

Kalau menduga2, apa pun menjadi mungkin.
Tetapi, berdasarkan kisah sejarah Nabi Muhammad SAW yang pernah saya baca di sejumlah buku, saya tidak pernah menemukan adanya orang yang menyebutkan Nabi Muhammad SAW adalah penyembah berhala di masa mudanya.

Saya coba searching, saya dapat ini, merupakan satu alinea dari Sejarah Hidup Muhammad, (perhatikan yang saya tebalkan dan saya garisbawahi)

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Begitu berita sampai kepada Abd'l-Muttalib ia mengutus Harith - anaknya yang sulung - ke Medinah, supaya membawa kembali bila ia sudah sembuh. Tetapi sesampainya di Medinah ia mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan pula, sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Mekah. Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa hati Abd'l-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan seorang suami yang selama ini menjadi harapan kebahagiaan hidupnya. Demikian juga Abd'l-Muttalib sangat sayang kepadanya sehingga penebusannya terhadap Sang Berhala yang demikian rupa belum pernah terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum itu.

Alinea itu menunjukkan bahwa Abdul Muthalib (kakek Muhammad yang sempat mengasuh Muhammad) memang penyembah berhala, pake tebusan segala.

Dan, berselang satu alinea dari alinea itu tadi,

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Aminah sudah hamil, dan kemudian, seperti wanita lain iapun melahirkan. Selesai bersalin dikirimnya berita kepada Abd'l Muttalib di Ka'bah, bahwa ia melahirkan seorang anak laki-laki. Alangkah gembiranya orang tua itu setelah menerima berita. Sekaligus ia teringat kepada bdullah anaknya. Gembira sekali hatinya karena ternyata pengganti anaknya sudah ada. Cepat-cepat ia menemui menantunya itu, diangkatnya bayi itu lalu dibawanya ke Ka'bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal. Kemudian dikembalikannya bayi itu kepada ibunya. Kini mereka sedang menantikan orang yang akan menyusukannya dari Keluarga Sa'd (Banu Sa'd), untuk kemudian menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang dari mereka, sebagaimana sudah menjadi adat kaum bangsawan Arab di Mekah.

Ini menunjukkan bahwa Muhammad yang masih orok, dibawa kakeknya ke Ka'bah untuk memuja berhala.

Alinea ini menggambarkan pengasuhan kakeknya atas Muhammad muda.

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Kemudian Abd'l-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia memeliharanya sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu - pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah - diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Ka'bah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Muhammad yang datang maka didudukkannya ia di sampingnya diatas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu.

Salam bro Husada,

tolong ijinkan sy ikut nimbrung dikit di Trit ini... :)

sebelum menjawab agama yg disembah ol Nabi Muhammad, bolehkah sy bertanya akan satu hal berikut :
"Sebenarnya siapakah Allah yg disembah ol Nabi Muhammad ?" atau
"apakah benar Allah yg disembah ol Muhammad ini sama dgn Allah yg disembah oleh Abraham, Ishak, Yakub, dan Musa ??"
klo emang benar Allah yg mereka sembah ini sama, apa buktinya ? (ayat2 yg menyatakan hal tsb)

nothingman wrote:

Salam bro Husada,

Salam juga Nothingman. Salam hangat lagi.

Quote :

tolong ijinkan sy ikut nimbrung dikit di Trit ini... :)

Malah sangat diharapkan banyak, bukan hanya sedikit. Sepanjang bisa kita sampaikan dalam takaran etika yang pas, saya kira justru itu akan mendinamisir diskusi. Sangat diharapkan, agar tiap partisipan memiliki pemahaman yang sama, lepas dari pilihan akhir. Maksud saya, setelah sama-sama mengetahui 'barangnya', maka masing-masing pihak bebas memilih, apakah akan menggunakan 'barang' tersebut, atau memilih 'barang' lain. Merdeka.

Quote :

sebelum menjawab agama yg disembah ol Nabi Muhammad, bolehkah sy bertanya akan satu hal berikut :
"Sebenarnya siapakah Allah yg disembah ol Nabi Muhammad ?" atau
"apakah benar Allah yg disembah ol Muhammad ini sama dgn Allah yg disembah oleh Abraham, Ishak, Yakub, dan Musa ??"
klo emang benar Allah yg mereka sembah ini sama, apa buktinya ? (ayat2 yg menyatakan hal tsb)

Baiklah kalau begitu. Karena saya tidak tahu jawabannya, karena memang belum pernah mempelajarinya secara detil, maka semoga kawan-kawan, partisipan trit mau menjawabnya, baik sendiri maupun menggunakan jawaban pihak lain, agar tujuan mengetahui bersama dapat tercapai. Setalah sama-sama tahu jawaban sebenarnya, ya, seperti tadi itu, masing-masing partisipan merdeka, mau memegang pengertian itu atau tidak.

Begitu saya kira.

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

Jadi, dari segi membaca dua kalimat syahadat, Islam itu terbagi dua kelompok. Satu kelompok Islam yang tidak membacakan dua kalimat syahadat, yaitu tiap orang yang berserah diri pada Sang Khalik sebelum pengukuhan Muhammad sebagi nabi dan rasul, dan kelompok lainnya, yaitu tiap orang yang berserah diri kepada Sang Khalik dan membacakan dua kalimat syahadat. Kelompok manakah yang lebih Islami? Yang membaca syahadat ato yang bukan?

Semua umat Islam (orang yang berserah diri kepada Allah SWT) pasti bersyahadat (bersaksi).
Hanya ucapan kesaksiannya itu yang mungkin berbeda2 pada setiap zaman hingga diutusnya Rasulullah SAW.

Dan bahkan kesaksian terhadap Sang Khalik sudah dilakukan sebelum mereka dilahirkan ke dunia seperti dijabarkan dalam ayat berikut ini:
QS Al A'raaf 7:172 "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"...."

Husada wrote:

Alinea itu menunjukkan bahwa Abdul Muthalib (kakek Muhammad yang sempat mengasuh Muhammad) memang penyembah berhala, pake tebusan segala.

Baik, menurut Muhammad Haikal memang seperti itu adanya.

Husada wrote:

Ini menunjukkan bahwa Muhammad yang masih orok, dibawa kakeknya ke Ka'bah untuk memuja berhala.

Oke, berarti kakek Nabi membawa beliau ke Ka'bah, tetapi apakah itu berarti si orok memuja berhala?
Tentu tidak... :)

Husada wrote:

Alinea ini menggambarkan pengasuhan kakeknya atas Muhammad muda.

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Kemudian Abd'l-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia memeliharanya sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu - pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah - diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Ka'bah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Muhammad yang datang maka didudukkannya ia di sampingnya diatas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu.

Kembali, pemaparan di atas tidak menunjukkan bhawa Nabi memuja berhala di masa kecilnya.
Kakeknya menyembah berhala... tetapi tidak berarti Nabi turut memuja berhala.

Silancah wrote:

Husada wrote:

Jadi, dari segi membaca dua kalimat syahadat, Islam itu terbagi dua kelompok. Satu kelompok Islam yang tidak membacakan dua kalimat syahadat, yaitu tiap orang yang berserah diri pada Sang Khalik sebelum pengukuhan Muhammad sebagi nabi dan rasul, dan kelompok lainnya, yaitu tiap orang yang berserah diri kepada Sang Khalik dan membacakan dua kalimat syahadat. Kelompok manakah yang lebih Islami? Yang membaca syahadat ato yang bukan?

Semua umat Islam (orang yang berserah diri kepada Allah SWT) pasti bersyahadat (bersaksi).
Hanya ucapan kesaksiannya itu yang mungkin berbeda2 pada setiap zaman hingga diutusnya Rasulullah SAW.

Dan bahkan kesaksian terhadap Sang Khalik sudah dilakukan sebelum mereka dilahirkan ke dunia seperti dijabarkan dalam ayat berikut ini:
QS Al A'raaf 7:172 "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"...."

Sekedar penasaran kang.
Penganut saksi yehuwa, hanya mengakui Allah yang bernama Yehuwa, yang adalah Allah sejak Adam. Jesus bagi mereka hanya ciptaan Allah/Yehuwa.

Apakah anda bisa mengartikan bahwa penganut saksi saksi yehuwa itu Islam ?

Salam

bruce wrote:

Sekedar penasaran kang.
Penganut saksi yehuwa, hanya mengakui Allah yang bernama Yehuwa, yang adalah Allah sejak Adam. Jesus bagi mereka hanya ciptaan Allah/Yehuwa.

Apakah anda bisa mengartikan bahwa penganut saksi saksi yehuwa itu Islam ?

Salam

Mungkin harus kita teliti dulu apakah ajaran saksi yehuwa itu mengajarkan berserah diri kepada Allah SWT?
Kalau di zaman sekarang, kategori berserah diri kepada Allah SWT itu termasuk menerima Al Quran sebagai panduan hidupnya.

Apakah saksi yehuwa menerima kebenaran Al Quran? Bila tidak.. maka mereka bukan Islam.
Sebagaimana halnya Ahmadiyah... mereka tidak menerima kebenaran Al Quran yang menyatakan QS Al Ahzab 33:40 "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."... maka mereka bukan Islam.

Quote :

Mungkin harus kita teliti dulu apakah ajaran saksi yehuwa itu mengajarkan berserah diri kepada Allah SWT?
Kalau di zaman sekarang, kategori berserah diri kepada Allah SWT itu termasuk menerima Al Quran sebagai panduan hidupnya.

Apakah saksi yehuwa menerima kebenaran Al Quran? Bila tidak.. maka mereka bukan Islam.
Sebagaimana halnya Ahmadiyah... mereka tidak menerima kebenaran Al Quran yang menyatakan QS Al Ahzab 33:40 "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."... maka mereka bukan Islam.

Oke, kalau begitu syaratnya untuk bisa disebut Islam sudah berubah dari sebelumnya, ya, kang.

Salam

bruce wrote:

Oke, kalau begitu syaratnya untuk bisa disebut Islam sudah berubah dari sebelumnya, ya, kang.

Salam

Pada prinsipnya sih tidak berubah.
Islam adalah berserah diri pada Allah SWT dan ketentuan-Nya yang mencakup penunjukkan Nabi/Rasul dan Kitab Suci yang diberikan kepada Nabi/Rasul-Nya tersebut.

Silancah wrote:

bruce wrote:

Oke, kalau begitu syaratnya untuk bisa disebut Islam sudah berubah dari sebelumnya, ya, kang.

Salam

Pada prinsipnya sih tidak berubah.
Islam adalah berserah diri pada Allah SWT dan ketentuan-Nya yang mencakup penunjukkan Nabi/Rasul dan Kitab Suci yang diberikan kepada Nabi/Rasul-Nya tersebut.

Maksuda saya, dengan kehadiran Nabi Muhamad, maka pengertian Islam dalam arti 'luas' telah berubah menjadi pengertian Islam dalam arti yang lebih 'sempit', betulkah pengertian ini?

Salam

Damai bagimu, Cah.

Silancah wrote:

Husada wrote:

Alinea itu menunjukkan bahwa Abdul Muthalib (kakek Muhammad yang sempat mengasuh Muhammad) memang penyembah berhala, pake tebusan segala.

Baik, menurut Muhammad Haikal memang seperti itu adanya.

Husada wrote:

Ini menunjukkan bahwa Muhammad yang masih orok, dibawa kakeknya ke Ka'bah untuk memuja berhala.

Oke, berarti kakek Nabi membawa beliau ke Ka'bah, tetapi apakah itu berarti si orok memuja berhala?
Tentu tidak... :)

Artinya, karena Muhammad masih orok ketika dibawa kakeknya ke Ka'bah, secara tidak disadari oleh Muhammad, kakek Muhammad mengajak Muhammad memuja berhala, bukan?

Quote :

Quote :

Husada wrote:

Alinea ini menggambarkan pengasuhan kakeknya atas Muhammad muda.

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Kemudian Abd'l-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia memeliharanya sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu - pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah - diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Ka'bah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Muhammad yang datang maka didudukkannya ia di sampingnya diatas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu.

Kembali, pemaparan di atas tidak menunjukkan bhawa Nabi memuja berhala di masa kecilnya.
Kakeknya menyembah berhala... tetapi tidak berarti Nabi turut memuja berhala.

Mari kita perhatikan yang saya garis bawahi dan saya tebalkan itu. Bagaimana menurut kita?
Menurut saya, itu dilakukan oleh Abdul Muthalib adalah dalam rangka mensejajarkan Muhammad muda dengan Abdul Muthalib. Meski ketika itu Muhammad masih sangat belia, kanak-kanak, tetapi Abdul Muthalib mensejajarkan Muhammad dengan dirinya (Abdul Muthalib), Muhammad didudukkan bersebelahan dengan Abdul Muthalib yang kemudian dikelilingi oleh orang lain (termasuk paman-paman Muhammad) sehingga paman-paman Muhammad tidak membiarkan Muhammad di belakang lingkaran dalam Ka'bah ketika itu.
Nah, kalau Abdul Muthalib adalah seorang penyembah berhala, Abdul Muthalib mensejajarkan Muhammad (cucu Abdul Muthalib) dengan dirinya, artinya, Muhammad muda juga penyembah berhala (lepas dari disadarinya atau tidak). Atau ada analisis menyatakan sebaliknya?

Damai, damai, damai.

bruce wrote:

Maksuda saya, dengan kehadiran Nabi Muhamad, maka pengertian Islam dalam arti 'luas' telah berubah menjadi pengertian Islam dalam arti yang lebih 'sempit', betulkah pengertian ini?

Salam

Menjadi lebih sempit?
Hmmm.... rasanya tidak.

Dahulu syahadatnya "Saya bersaksi tiada ilah yang patut disembah kecuali Allah dan saya bersaksi Nuh adalah rasul-Nya"
Sekarang syahadatnya "Saya bersaksi tiada ilah yang patut disembah kecuali Allah dan saya bersaksi Muhammad adalah rasul-Nya"

Hanya berubah kesaksian saja... tidak menjadi lebih sempit. Sama 'sempit' atau sama 'luas'nya dengan dahulu....

Husada wrote:

Artinya, karena Muhammad masih orok ketika dibawa kakeknya ke Ka'bah, secara tidak disadari oleh Muhammad, kakek Muhammad mengajak Muhammad memuja berhala, bukan?

Saya tidak tahu apakah kakeknya mengajak Rasulullah SAW menyembah berhala dengan membawanya ke Ka'bah.
Mungkin saja kakeknya hanya ingin memanjatkan syukur.

Lagipula jika niat sang kakek mengajak beliau memang untuk menyembah berhala, apakah dengan dibawanya bayi ke depan Ka'bah sudah maka kita bisa mengatakan/menyimpulkan bahwa si bayi SEDANG menyembah berhala?

Husada wrote:

Quote :

Husada wrote:

Alinea ini menggambarkan pengasuhan kakeknya atas Muhammad muda.

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Kemudian Abd'l-Muttalib yang bertindak mengasuh cucunya itu. Ia memeliharanya sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini. Biasanya buat orang tua itu - pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Mekah - diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Ka'bah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua. Tetapi apabila Muhammad yang datang maka didudukkannya ia di sampingnya diatas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu.

Kembali, pemaparan di atas tidak menunjukkan bhawa Nabi memuja berhala di masa kecilnya.
Kakeknya menyembah berhala... tetapi tidak berarti Nabi turut memuja berhala.

Mari kita perhatikan yang saya garis bawahi dan saya tebalkan itu. Bagaimana menurut kita?
Menurut saya, itu dilakukan oleh Abdul Muthalib adalah dalam rangka mensejajarkan Muhammad muda dengan Abdul Muthalib. Meski ketika itu Muhammad masih sangat belia, kanak-kanak, tetapi Abdul Muthalib mensejajarkan Muhammad dengan dirinya (Abdul Muthalib), Muhammad didudukkan bersebelahan dengan Abdul Muthalib yang kemudian dikelilingi oleh orang lain (termasuk paman-paman Muhammad) sehingga paman-paman Muhammad tidak membiarkan Muhammad di belakang lingkaran dalam Ka'bah ketika itu.
Nah, kalau Abdul Muthalib adalah seorang penyembah berhala, Abdul Muthalib mensejajarkan Muhammad (cucu Abdul Muthalib) dengan dirinya, artinya, Muhammad muda juga penyembah berhala (lepas dari disadarinya atau tidak). Atau ada analisis menyatakan sebaliknya?

Damai, damai, damai.[/quote]

Saya sih melihatnya itu hanya bentuk kasih sayang sang kakek kepada cucunya.
Jadi tidak ada maksud bahwa dia ingin mensejajarkan Rasulullah SAW cilik dengan dirinya yang berarti beliau sekarang menjadi penyembah berhala.

Jika ada keterangan bahwa Rasulullah SAW melakukan ibadah penyembahan seperti yang dilakukan oleh kakeknya, misalnya berthawaf telanjang mengitari Ka'bah maka itu bukti nyata bahwa beliau memang menyembah berhala/mengikuti ajaran pagan Arab.

Kalau cuma duduk2 di pangkuan kakek sih... saya tidak menganggap beliau otomatis seorang penyembah berhala :)

Silancah wrote:

bruce wrote:

Maksuda saya, dengan kehadiran Nabi Muhamad, maka pengertian Islam dalam arti 'luas' telah berubah menjadi pengertian Islam dalam arti yang lebih 'sempit', betulkah pengertian ini?

Salam

Menjadi lebih sempit?
Hmmm.... rasanya tidak.

Dahulu syahadatnya "Saya bersaksi tiada ilah yang patut disembah kecuali Allah dan saya bersaksi Nuh adalah rasul-Nya"
Sekarang syahadatnya "Saya bersaksi tiada ilah yang patut disembah kecuali Allah dan saya bersaksi Muhammad adalah rasul-Nya"

Hanya berubah kesaksian saja... tidak menjadi lebih sempit. Sama 'sempit' atau sama 'luas'nya dengan dahulu....

Ehmmm, begini kang.

Syahadat itu, senadainya diucapkan oleh pengikut Ibrahim menjadi : "Saya bersaksi tiada ilah yang patut disembah kecuali Allah dan saya bersaksi Ibrahim adalah rasul-Nya" betul begitu?

Nah, ketika jaman Musa, maka nama Ibrahim digantikan dengan Musa, betul?
Kemudian ketika jaman Isa, maka Musa diganti menjadi Isa, betul ya?
Terakhir ketika Muhamad, maka Isa diganti dengan Muhamad, seperti itu?

Nah jika benar seperti itu, maka kita bisa lihat bahwa pengikut Musa ada yang mengikut Isa, tetapi ada yang tidak. Maka berarti sudah lebih sempit.

Kemudian, ketika Pengikut Isa ada yang mengikut Muhamad ada yang tidak. Maka menjadi lebih sempit lagi.

Jadi, bukankah seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa sejak kehadiran Muhamad, maka pengertian Islam menggunakan arti sempit?

Salam

bruce wrote:

Ehmmm, begini kang.

Syahadat itu, senadainya diucapkan oleh pengikut Ibrahim menjadi : "Saya bersaksi tiada ilah yang patut disembah kecuali Allah dan saya bersaksi Ibrahim adalah rasul-Nya" betul begitu?

Nah, ketika jaman Musa, maka nama Ibrahim digantikan dengan Musa, betul?
Kemudian ketika jaman Isa, maka Musa diganti menjadi Isa, betul ya?
Terakhir ketika Muhamad, maka Isa diganti dengan Muhamad, seperti itu?

bruce wrote:

Sejauh ini saya sepakat

Nah jika benar seperti itu, maka kita bisa lihat bahwa pengikut Musa ada yang mengikut Isa, tetapi ada yang tidak. Maka berarti sudah lebih sempit.

Kemudian, ketika Pengikut Isa ada yang mengikut Muhamad ada yang tidak. Maka menjadi lebih sempit lagi.

Ini kita membicarakan jumlah pengikut yang lebih sempit (sedikit?) atau arti syahadat yang semakin sempit?
Kalau jumlah pengikut, bisa lebih sempit/sedikit bisa juga tidak... karena di luar pengikut Nabi Musa as, saya rasa ada orang lain yang mengikuti Nabi Isa as.
Begitu pula seterusnya... ada pengikut Nabi Isa as yang mengikuti Nabi Muhammad SAW tetapi ada juga yang tidak... tetapi di luar itu ada juga orang lain (misalnya orang Quraisy yang menyembah berhala) yang mengikuti Nabi Muhammad SAW.

Jadi mungkin saja pengikut Nabi Muhammad SAMA luasnya/banyaknya dengan pengikut Nabi Isa as

bruce wrote:

Jadi, bukankah seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa sejak kehadiran Muhamad, maka pengertian Islam menggunakan arti sempit?

Salam

Mungkin perlu diluruskan dulu apa yang dimaksudkan dengan "arti sempit" itu.. apakah jumlahnya atau maksud syahadatnya.
Kalau yang dimaksudkan syahadatnya... seperti saya jelaskan di post sebelumnya... arti syahadat itu tidak menyempit maupun meluas.