FPI Tolak Ahok jadi gubernur Jakarta

Koperasi simpan pinjam, Bank, DepKeu, KPK, OJK, Rentenir ?

  

bruce wrote:

Koperasi simpan pinjam, Bank, DepKeu, KPK, OJK, Rentenir ?

  

Keliatannya beliau PPATK

 

Waduh.....
Tapi untungnya saya kalau transaksi selalu tunai, jadi gak bisa ditrace om.

  

bruce wrote:

Waduh.....
Tapi untungnya saya kalau transaksi selalu tunai, jadi gak bisa ditrace om.

  

Ga bisa Om ....
Rp. 500 juta keatas harus lapor Om ... walau tunai

cinzano wrote:

bruce wrote:

Ada apa dengan opung GMH ?

Prediksi saya, beliau bekerja di bagian yang periksa2 uang
 

Pakai 3 D, Dilihat, Diraba, Diterawang.
      

cinzano wrote:

bruce wrote:

Waduh.....
Tapi untungnya saya kalau transaksi selalu tunai, jadi gak bisa ditrace om.

  

Ga bisa Om ....
Rp. 500 juta keatas harus lapor Om ... walau tunai

Kalo ketahuan, kalo gak lapor tahu dari mana, hayoooo

  

Rp500.000.000,00 kalo terdiri dari Rp100.000,00-an yang belum digunting, kemudian dihampar, kira-kira seluas apa, ya? Ada seluas lapangan bola? Hayuh, yang gemar itung-itungan, tolong dihitungkan.

cinzano wrote:

bruce wrote:

Waduh.....
Tapi untungnya saya kalau transaksi selalu tunai, jadi gak bisa ditrace om.

  

Ga bisa Om ....
Rp. 500 juta keatas harus lapor Om ... walau tunai

Yang jual yang lapor Om .... bukan yang beli

 

Hanya dengan membaca judul trit ini sudah membias anarkistis. Karna menggunakan inisial 'I', langsung membayang Agama. Dengan agama, langsung ingat PBB yang mengklasifikasi Indonesia termasuk negeri intoleran. Dengan trenyuh membathin, "Kapan petinggi negeri ini benar-benar memperjuangkan Bhinneka Tunggal Ika, ya?"

Kapan? Ya Tunggu Jokowi jadi RI-1 dong

bruce wrote:

Kapan? Ya Tunggu Jokowi jadi RI-1 dong

Yakin?

Yakin, karena gak ada kemungkinan lain.
Kalau yang satunya malah berakibat fatal....

Iya siih. Kalau seseorang pernah menculik dan menghilangkan orang lain, sudah mencerminkan bahwa orang itu tidak mentolerir kebhinnekaan. Orang seperti itu menganut paham bahwa segala sesuatu harus mengikuti dia. Meskipun penculikan dan penghilangan orang itu bukan atas inisiatif sendiri, bahwa dia hanya menjalankan tugas, tetap saja menunjukkan kesetujuannya akan paham totaliter.

Semakin banyak mengetahui, semakin banyak alasan untuk tidak memilih dia.

Semoga saja kecerdasan masyarakat Indonesia sudah mampu melihat dan mengetahui keadaan sebenarnya, atau paling sedikit, menebak-nebak kejadian sebenarnya, menebat berdasarkan berbagai fakta pemberitaan, berupa berita penyangkalan, berita pelurusan, dan semua berita terkait lainnya.

He he he he, repotnya, masih banyak rakyat Indonesia yang bermental 'hamba', yang merasa butuh tokoh 'tegas' dan 'memerintah', bukan tokoh yang mengajak untuk bekerja bersama tanpa pecut.

Betul. Masyarakat masih mengidap mental yang kurang beres, dimana mau bekerja keras kalau ada mandor. Begitu mandor meleng, tidak memperhatikan, bekerjanya menjadi asal-asalan, malas-malasan. Bekerja masih dipandang sebagai kewajiban, belum sebagai kebutuhan.

Tapi syukurlah, sudah semakin banyak yang lebih cerdas. Terbukti dari banyaknya caleg yang 'gila' setelah gagal menjadi aleg. Lhoh... apa hubungannya? Kecerdasan masyarakat sudah melihat tokoh yang benar-benar dapat diteladani, sehingga pada pemilihan umum mereka memilih tokohnya, bukan karena 'serangan fajar'. Masyarakat cerdas, mengambil 'hadiah serangan fajar' tetapi keukeuh memilih tokoh idolanya.

Kalau melihat berbagai gerakan spontan di berbagai pelosok negeri ini, gerakan penuh semangat kaum muda dalam pilpres kali ini, sepertinya kemenangan capres no.2 sudah tidak terbendung lagi.

Salam Dua Jari

Betul.

Karena itu, maka kampanye hitam juga semakin merebak. Secara psikologis, menurut saya, karena sudah 'putus asa' dengan cara fair, maka cara apapun, akan dilakukan. Bahkan Gus Dur yang pernah 'dilecehkan' dikutip kalimat satirnya.

Tadi malam, saya sempat melihat penggalan berita, guru-guru di mana itu, mendapat kiriman amplop berisi surat pribadi capres no1 dilengkapi dengan fotonya, dan uang kertas berbagai tukaran, tetapi uang itu dicap nama capres no1.

Nah itu memang terlihat mereka sedang kalap.

Kembali ke Ahok, sepertinya memang hanya Jokowi yang bisa 'pegang' manusia satu itu. Karena sebagai plt. pun dia sudah mulai ribut dengan Roy Suryo.

Saya kasihan juga dengan yang nantinya diangkat jadi wagub nya, pasti belakangan jadi ribut juga.

Tapi, dengan terpilihnya Ahok sebagai Bupati Belitung Timur, dan sebagai anggota DPR, sudah merupakan bukti tidak terbantahkan bahwa banyak orang yang menerima cara pikir dan cara tindaknya. Artinya, jika Ahok sampai ribut, berarti pasangan ributnya yang tidak sepola pikir dan sepola tindak terhadapnya. Nah, untuk menguji tingkat keberterimaan pola pikir dan pola tindak Ahok atau pasangan ributnya, maka pokok masalah penyebab ribut itu perlu diketengahkan ke masyarakat. Pada gilirannya, masyarakat akan menentukan sikap, meskipun tidak seketika.

Tujuan mungkin benar, tetapi caranya pasti ada yang salah.
Jika tujuannya membuka prop botol beer, caranya dengan membanting botolnya, pasti keliru.

He he he he he

Maksud GMB, tujuan FPI 'menggulingkan' Ahok sudah benar, tetapi cara 'penggulingan' ada yang salah?
 

Husada wrote:

Maksud GMB, tujuan FPI 'menggulingkan' Ahok sudah benar, tetapi cara 'penggulingan' ada yang salah?
 

Terbalik, om.
Tujuan Ahok sudah benar, tetapi caranya terlalu kasar.
Kalau buka botol beer dengan dibanting, ya bubar deh.

Ooo... begitu.

Mungkin karena penganut pola seperti itu pula sehingga Ahok terbilang atau terhitung atau cocok sebagai kader GERINDRA, kan?