|
| Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini | |
| | Pengirim | Message |
---|
Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 7th June 2011, 13:30 | |
| Selasa, 07/06/2011 13:25 WIB Kamil, Juara Olimpiade Geologi yang Ditolak PTN Ken Yunita - detikNews
Jakarta - Menjadi juara olimpiade geologi tingkat internasional, ternyata tidak menjamin lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, Serpong, ini mulus meneruskan pendidikannya. Kamil Ismail ditolak untuk mengikuti SMPTN jalur undangan (dulu PMDK) oleh sejumlah PTN di Indonesia.
Mengapa peraih medali perak di International Earth Science Olympiad 2010 itu ditolak? Penyebabnya adalah sebuah aturan ranking.
Humas MAN Insan Cendekia Serpong, Deni Samsudin, bercerita, Kamil tidak bisa mengikuti jalur undangan itu karena prestasi akademik Kamil tidak memenuhi syarat yang ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
"Kuota di PTN mensyaratkan 75 persen ranking terbaik untuk jalur undangan. Nah Kamil ini berdasarkan ranking akademik tidak termasuk ranking di kelasnya," cerita Deni Samsudin saat berbincang dengan detikcom, Selasa (7/5/2011).
Meski tidak masuk ranking, kata Deni, Kamil tentu saja bukan siswa kurang pintar. Nilai-nilai Kamil sempat merosot karena anak pedagang pisang goreng di Ciawi, Jawa Barat, itu sibuk mengikuti pelatihan untuk persiapan olimpiade geologi, baik di UGM maupun ITB.
"Meski nggak ranking tapi nilainya dia tetap bagus, karena di sekolah kami itu kan kumpulan anak-anak pintar. Jadi nilainya mungkin saja lebih unggul dari anak-anak dari sekolah lain yang mendapat ranking bagus," kata Deni.
Pihak sekolah sebenarnya sudah mengusahakan agar Kamil, yang telah mengharumkan nama bangsa, mendapat 'kekhususan'. Namun usaha itu akhirnya mentok karena seluruh perguruan tinggi yang didatangi oleh sekolah tetap bersikukuh pada aturan yang ada.
"Mereka tetap bilang kalau aturannya memang seperti itu, mereka, para PTN itu malah meminta sekolah untuk mengubah ranking Kamil agar bisa memenuhi syarat. Namun tentu saja itu tidak dapat dilakukan karena itu akan menzalimi anak lain kan?" ujar Deni.
Karena berbagai ikthiar sudah dicoba dan sia-sia, mau tidak mau, Kamil harus menempuh SMPTN jalur reguler. Kamil harus 'berebut' dengan ratusan ribu siswa lulusan SLTA lainnya untuk mendapatkan satu bangku kuliah.
Menurut Deni, sebenarnya bukan masalah bagi Kamil untuk menempuh jalur reguler itu. Biasanya, siswa lulusan MAN Insan Cendekia Serpong berhasil lolos masuk ke perguruan tinggi karena memang mereka siswa-siswi terpilih.
"Seperti lulusan lainnya, Kamil juga ingin melanjutkan kuliah meski orang tuanya termasuk tidak mampu. Dia ingin bisa kuliah di Fakultas Geologi salah satu PTN di Indonesia," kata Deni.
Namun Deni sangat menyayangkan mengapa tidak ada kemudahan sedikit pun untuk siswa berprestasi seperti Kamil untuk meneruskan pendidikan dengan mudah. Deni berharap, ke depan, pemerintah dapat mengakomodir siswa-siswi yang telah berjuang untuk Indonesia.
"Kita sangat sayangkan mengapa tidak ada pintu untuk anak-anak seperti Kamil ini. Kita harap nanti ada, supaya ada penghargaan untuk anak-anak yang telah berjasa untuk bangsa ini," kata Deni.
Bisa jadi, bukan hanya Kamil yang mengalami nasib seperti ini. Di luar sana, mungkin banyak anak Indonesia yang pintar dan berprestasi namun bernasib kurang beruntung. Adakah yang bisa dilakukan Kemendiknas sebelum negeri tetangga "mencuri" mereka? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 7th June 2011, 13:57 | |
| Membaca posting kang lancah di atas, selalu kita diingatkan bahwa negara kita sejatinya kaya akan anak anak berprestasi, punya peluang untuk menjadi tulang punggung teknologi di negara kita ini. Tetapi, negara, dalam hal ini birokrat kita, abai akan prestasi bangsa sendiri. Ada yang tahu berapa biaya untuk menjadi dokter spesialis di republik ini? Yang terakhir saya dengar adalah sekitar 1 milyar. Suatu jumlah yang sangat mustahil dibayar oleh sebagian besar penduduk negeri ini. Dan, mohon maaf, apalagi untuk yang WNI keturunan china, adalah mustahil menjadi dokter spesialis untuk bidang bidang favorit. Apa yang kemudian terjadi jika ada yang melanjutkan spesialis di luar negeri? Ijasah spesialis ybs tidak diakui oleh pemeritah kita. Lantas buat apa sekolah spesialis jika tidak bisa digunakan, atau lebih jauh lagi untuk apa kembali ke tanah air jika tidak diakui? Maka banyak dokter spesialis kita yang kemudian tidak kembali ke negara yang telah melahirkannya. Berpraktek dan berkarya di negara orang, dan celakanya kemudian menjadi warga negara seberang. Bukankah negara kita juga membutuhkan dokter spesialis? Maka jangan heran jika kebanyakan pejabat kita, orang orang kaya negara kita, berobat ke negara seberang. Negara kita tidak pernah punya dokter ahli yang mencukupi. Kalaupun ada, biaya berobat ke dokter ahli sangat luar biasa, hingga ada ungkapan ' orang miskin dilarang sakit'. Itu dari satu bidang, kedokteran. Begitu juga yang terjadi di banyak bidang lain, bidang teknik juga memberlakukan hal seperti itu. Kisah nyata (pernah saya tulis di LT). Putera saya, ketika SMP sekolah di sekolah swasta Jakarta. Dan menjelang kelulusannya, sebuah team dari Singapore datang khusus ke sekolah putera saya itu, dipilihlah 5 anak terbaik dari tiap kelas untuk di test. Dari hasil test terbaik kemudian diwawancara, dan putera saya beruntung mendapat bea siswa penuh dari pemerintah Singapore untuk melanjutkan High School dan Junior College di sana, di sekolah terbaik di Singapore, bea siswa penuh disini meliputi seluruh biaya, mulai uang sekolah, akomodasi, transport, buku, bahkan ticket dan fiskal (ketika itu). Semua itu diberikan tanpa ikatan dinas, tanpa ketentuan apapun. Sya tanyakan ketika itu, latas apa keuntungan dari pemerintah Singapore memberikan scholarship kepada siswa siswa dari Malaysia, Indonesia, Vietnam dan China? Apa jawab mereka? Link, jaringan, diharapkan para siswa terbaik dari negara negara itu kelak, setelah kembali ke negaranya tetap menjalin hubungan satu sama lain, hingga setelah menjadi pemimpin politik, pemimpin perusahaan, militer atau apapun tetap terjadi jaringan yang kuat. Dan tetu saja jaringan itu pada akhirnya akan menguntungkan Singapore. Itulah visi yang sangat jauh ke depan. Dan setamat dari Junior college di Singapore, saya dengan kemampuan keuangan kelas bawah tidak mampu untuk membiayai putera saya ke Univ di sana. Jadi saya minta anak saya kembali ke tanah air untuk kuliah di Jkt. Apa yang terjadi? Ijasah junior college putera saya yang diakui berstandar Cambridge, dan diakui di Inggris, Singapore, Australia, Malaysia dan Amerika, tidak diakui di Indonesia. Putera saya harus ikut ujian Paket C untuk ijasah SMA nya. Ironis kan? Itulah negara kita, kita hanya menutup mata, visi dari para pemimpin kita hanya sebatas pada sejauh mana uang dapat masuk ke dalam kantung pribadi. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 7th June 2011, 14:46 | |
| - Silancah wrote:
- Selasa, 07/06/2011 13:25 WIB
Kamil, Juara Olimpiade Geologi yang Ditolak PTN Ken Yunita - detikNews
Jakarta - Menjadi juara olimpiade geologi tingkat internasional, ternyata tidak menjamin lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, Serpong, ini mulus meneruskan pendidikannya. Kamil Ismail ditolak untuk mengikuti SMPTN jalur undangan (dulu PMDK) oleh sejumlah PTN di Indonesia.
Hmmhhh... yang begini ini salah satu yang menunjukkan bahwa di negeri kita ini sulit mencari sosok yang kata dan perbuatannya sinkron. Saya simpulkan demikian mengacu pada cerita ayah saya mendiang. Suatu saat, ayah saya pernah cerita/berbincang-bincang dengan saya, begini: Coba kamu perhatikan beberapa orang yang punya keahlian, bandingkan keberhasilan hidupnya kalau diukur dari yang tampak. Itu, yang berumah di ujung jalan itu, dia pandai mencukur, tukang sol sepatu, tukang jam, dan bertani sayur-mayur. Dia punya rumah seperti itu dan kendaraannya hanya motor butut. Bandingkan dengan itu, yang berumah diseberangnya. Dari rumah kedua orang itu sudah tampak siapa yang lebih berhasil kan? Meski mereka sama-sama hanya punya motor, yang satu punya motor butut, yang lainnya punya motor model baru. Padahal, yang punya motor model baru itu hanya tahu menyolder peralatan dapur. Kamu tahu kira-kira apa penyebabnya? Kujawab, "Si tukang solder peralatan dapur kerjanya lebih keras, Yah". Ya, itu hanya satu faktor. Faktor utamanya adalah, profesionalisme. Bahwa si tukang solder peralatan dapur itu lebih profesional daripada si tukang cukur, tukang sol sepatu, tukang jam, dan petani sayur-mayur. Kembali ke topik cerita Silancah. Saya katakan, dari berita yang Silancah petik itu, kelihatan bahwa perguruan-perguruan tinggi di negeri ini tidak mendukung program pemerintah dalam hal profesionalisme. Pada pidato-pidato nasional, sering terdengar bahwa pemerintah akan menggalakkan profesionalisme. Ternyata, sistem yang diterapkan oleh perguruan-perguruan tinggi dalam penentuan peserta SMPTN jalur undangan (dulu PMDK) yang menggunakan sistem ranking, mengorbankan profesionalisme si peserta didik. Sistem ranking, kalau tidak salah, adalah dengan menghitung nilai rata-rata dari seluruh pelajaran yang dicantumkan dalam rapor dan/atau ijazah. Nah, ketepatan tokoh berita Silancah tidak mahir dalam semua pelajaran, sehingga angka nilai rata-rata yang diraihnya tidak sebagus raihan rekan-rekannya. Padahal, Kamil Ismail itu telah membuktikan keprofesionalannya dalam geologi, terbukti dari peraihan medali perak di International Earth Science Olympiad 2010. Prestasi profesionalisme Kamil Ismail yang diakui oleh kalangan internasional, tidak berarti apa-apa bagi perguruan-perguruan tinggi nasional. Kamil Ismail yang memiliki bakat profesional sejati, ahli di bidang geologi, biasa-biasa saja di pelajaran lainnya, harus terhenti bersekolah. Lantas, bagaimana sih negeri ini akan mencetak para profesional sejati? Uhhh... kapan negeri ini bisa maju? Wallahu a'lam. Moga aja postingan ini tidak disalahtafsirkan oleh para pembaca, hehhee | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 7th June 2011, 17:53 | |
| @Bruce kalau SG mah jangan dibandingin sama sini, Om... :) kalau disana pendidikan memang diutamakan, kalau disini ? "wani piro ?" |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 7th June 2011, 18:14 | |
| - Quote :
- kalau SG mah jangan dibandingin sama sini, Om...
kalau disana pendidikan memang diutamakan, kalau disini ? Maksudnya? Bahwa ijazah berstandar cambridge dan diakui USA, Australia, SIngapore, Malaysia, itu masih dibawah standar pendidikan SLTA kita ya bro? Saya punya kisah lain lagi saat nganterin anak saya ikut ujian paket C itu. Singkatnya, anak saya dengan ijazah Singapore sudah diterima dan kuliah di univ swasta di Indo, tetapi tetap diminta punya ijazah SLTA Indonesia, jadi harus ikut ujian paket C. Saya daftarkan, dan pada tanggal yg ditetapkan ikut ujian di sekolah swasta di daerah Kemayoran. Tadinya saya kira yang ikut kebanyakan anak anak yang 'bodoh' dan tidak lulus ujian, ternyata sebagian besar yang datang bermobil mewah (bawa mobil sendiri), dan dari penampilannya rupanya lulusan sekolah international di Jkt dan luar negeri. Memang ada juga yang dari penampiannya yang sembarangan, rupanya anak anak yg memang pantas untuk tidak lulus. Sementara ada juga yang dari umurnya, rupanya orang yang sudah bekerja tetapi tidak punya ijazah SLTA. Ternyata, menurut anak saya, materi yang diuji tergolong sangat mudah. Tetapi, yang paling mengejutkan adalah, sang guru pengawas (2 orang per kelas) saat setengah waktu ujian, dengan santai ngobrol di lur kelas. Hal itu saya tanyakan ke anak saya, apa di kelas ngga pada saling nyontek kalau pengawas keluar kelas? Dan jawaban anak saya justru bikin saya geleng kepala. Setengah jam menjelang waktu habis, sang pengawas membacakan jawaban isi soal ujian! Astaga! Saya tanyakan, apa anak saya juga menunggu jawaban itu? Dijawab, untuk apa, soalnya mudah mudah kok. Dan katanya lagi, buat apa repot repot diadakan ujian paket C kalau jawabannya dibacain saat ujian? Nah, seperti itulah dunia pendidikan di Indonesia ini. Tidak mengakui standar Cambridge (iternational) tetapi standar tinggi nya sungguh memalukan! | |
| | | Tamu Tamu
| | | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 8th June 2011, 10:04 | |
| - T2Y wrote:
- pengawas nya baik hati sekali yah ?
Apakah tidak sebaiknya baik hati di kalimat tersebut pakai tanda petik? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 8th June 2011, 10:16 | |
| - Husada wrote:
- T2Y wrote:
- pengawas nya baik hati sekali yah ?
Apakah tidak sebaiknya baik hati di kalimat tersebut pakai tanda petik? Tergantung juga kali ya, kalau di sekolah Katolik di Jakarta Pusat, bahkan seorang murid yang ketahuan mencontek saat ulangan/ujian, akan langsung dikeluarkan tanpa peringatan lagi. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 8th June 2011, 11:04 | |
| Jadi menurut Bruce, baik hati pada kalimat T2Y itu adalah baik hati benaran, bahwa pengawas ujian sekolah memberitahukan kunci jawaban kepada peserta ujian adalah baik hati benaran?
Menurutku, kata baik hati itu sebaiknya pakai tanda kutip untuk menunjukkan bahwa kata itu bukan dalam arti sebenarnya.
Tentang sekolah Katolik, Silancah tahu itu. Saya juga tahu, kerna saya jebolan (bukan jeblogan lo) sekolah Katolik.
Hehhehheee.... damai, damai, damai... | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 8th June 2011, 19:46 | |
| - Quote :
- Kecurangan Ujian Nasional Sudah Gawat
Anwar Hudijono | Nasru Alam Aziz | Rabu, 8 Juni 2011 | 19:19 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Zainuddin Maliki menyatakan, kecurangan yang terjadi pada ujian nasional di semua tingkatan pendidikan sudah sangat gawat. Kecurangan begitu sistematis melibatkan banyak pemangku kepentingan, seperti tenaga pendidik, penyelenggaran pendidikan, murid. Hal ini sungguh bertentangan dengan harkat dan martabat pendidikan.
Kasus murid SD Negeri Gadel II Tandes, Kota Surabaya, yang diprotes dan dikecam karena mengaku disuruh oleh gurunya untuk memberi contekan kepada teman-temannya pada ujian nasional yang lalu, adalah fenomena gunung es. Kebetulan saja mencuat. Tapi sangat banyak yang tidak terungkap," tutur Zainuddin, Rabu (8/6/2011) di Surabaya.
Murid yang dicontohkan Zainuddin adalah Aam. Orangtuanya mengadu ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya karena anaknya tertekan setelah disuruh memberikan contekan kepada teman-temannya. Yang merekayasa justru gurunya sendiri. Proses contekan itu juga melalui try out . Aam tertekan karena pada satu sisi dia diajar untuk berbuat jujur, tetapi oleh gurunya sendiri disuruh tidak jujur.
Langkah Aam ini mendapat protes dan kecaman dari wali murid yang lain dan gurunya. Malah dia yang dituduh menawarkan jasa contekan. Difitnah meminta bayaran. Tidak sedikit wali murid yang berpendapat bahwa saling mencontek adalah hal biasa. Apalagi masih anak kecil.
Menurut Zainuddin, kecurangan pada pelaksanaan ujian nasional itu melibatkan banyak pemangku kepentingan, seperti orangtua, murid, sekolah, penyelenggara pendidikan. Murid tak rela kalau tak lulus. Demikian pula sekolah dan orangtua murid tentu ingin anak atau muridnya gagal. Bagi penyelenggara pendidikan, tingkat kelulusan juga dipakai ukuran keberhasilannya dalam mengelola pendidikan sehingga tidak jarang ikut merekayasa kelulusan.
"Jadi sebenarnya kecurangan itu sudah bersifat sistematis. Sayangnya pemerintah belum menganggap hal ini sebagai masalah besar. Belum menjadi ancaman harkat dan martabat pendidikan. Sehingga praktis tidak ada langkah signifikan untuk memperbaiki sistem pendidikan, khususnya pelaksanaan unas. Padahal masalah kecurangan itu sudah sangat signifikan," ungkap Zainuddin.
Menurut dia, sudah saatnya pemerintah melakukan evaluasi mendasar terhadap sistem evaluasi nasional. Ia mencontohkan, bisa menggunakan sistem kredit semester, menyelenggarakan ujian nasional dua kali pada tahun ke-11 atau ke-12. Memang hebat tingkat kejujuran di negara kita ini. | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 9th June 2011, 09:42 | |
| - Husada wrote:
- T2Y wrote:
- pengawas nya baik hati sekali yah ?
Apakah tidak sebaiknya baik hati di kalimat tersebut pakai tanda petik? memang baik hati kok mereka itu, bro... takut yang udah ikut ujian capek2 ternyata gak lulus, makanya dilulusin aja. |
| | | Djo Perwira Pertama
Jumlah posting : 794 Join date : 28.01.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 9th June 2011, 12:16 | |
| menurut saya ini terjadi sejak standard kelulusan ditentukan oleh hasil UAN. Sekolah tentu malu jika banyak siswanya yg tidak lulus UAN, karena itu sekolah berbuat sedemikian rupa agar siswa2nya ini dapat lulus. Padahal dulu standard kelulusan di pegang oleh tiap2 sekolah masing2.
Kalau jaman dulu ada anak nggak lulus, komentarnya begini :
Sekolah ini hebat ya, mungkin standard mutunya tinggi, jadi dia nggak diluluskan.
kalau jaman sekarang ada anak nggak lulus, komentarnya begini :
itu sekolah jelek amat sih, masa ada anak yg nggak lulus ? bisa ngajar nggak sih ?
Nama baik/reputasi sekolah amat sangat dipertaruhkan dgn sistem UAN seperti ini, karena itu hal2 diatas amat sangat bisa terjadi.
| |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini 9th June 2011, 13:06 | |
| - Quote :
- Nama baik/reputasi sekolah amat sangat dipertaruhkan dgn sistem UAN seperti ini, karena itu hal2 diatas amat sangat bisa terjadi.
Tapi masih banyak tuh sekolah yang tingkat kelulusan siswanya 0 persen, alias tidak ada yang lulus. Nah untuk yang seperti itu, seharusnya guru gurunya yang dipecat dan diganti. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini | |
| |
| | | | Mirisnya nasib anak berprestasi di Indonesia ini | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |