SEJARAH PERINGATAN TAHUN BARU IMLEK
Asal-usul perayaan Tahun Baru Imlek
Tahun Baru Imlek ini sudah terlalu tua dan lama untuk dikaji dan ditelusuri. Walau bagaimanapun, pendapat umum mengatakan, bahasa Mandarin ‘Nian’ atau yang bermaksud ‘Tahun’ dalam bahasa Melayu, pada mulanya adalah nama untuk sejenis Mahluk Raksasa yang sering mencari mangsa pada malam hari sebelum Tahun Baru Imlek tiba.
Menurut legenda, Nian mempunyai mulut yang sangat besar, sehingga mampu memakan manusia dengan sekali telan. Manusia pada waktu itu sangat takut akan raksasa Nian ini dan sang Mahluk Nian ini pasti akan turun pada malam Tahun Baru yang bersamaan dengan habisnya Musim Dingin dan disusul dengan tibanya Musim Semi.
Diperkirakan binatang ini mungkin sejenis Beruang raksasa yang sangat besar ataupun sejenis Yeti yaitu Manusia Salju Raksasa yang diperkirakan masih ada sampai sa’at ini di pegunungan Himalaya, mahluk ini selama musim dingin bersembunyi dan berpuasa didalam goa-goa diatas gunung dan begitu musim semi tiba Mahluk ini turun untuk mengisi perutnya yang sudah berpuasa selama musim dingin.
Pada satu hari, persis malam Tahun Baru Imlek ada kebun buluh yang berdekatan perkampungan penduduk terbakar. Buluh-buluh yang terbakar itu meletup dan mengeluarkan bunyi yang sangat kuat seperti mercon dan mengeluarkan cahaya kemerahan . Suara-suara ini telah membuat Nian menjadi ketakutan, lalu Nian itu lalu malah seperti menari-nari dan pergi menjauhi perkampungan itu maupun kampung lain yang berdekatan, maka sejak saat itu setiap akhir musim dingin selalu diadakan tetabuhan yang sangat riuh dan penyalaan mercon yang sambung menyambung yang dimaksudkan agar mahluk Nian menjadi takut.
Menurut legendanya sejak saat itu setiap kali Nian tersebut turun diakhir musim dingin, dibunyikan tetabuhan yang membuat Nian malah menari-nari mengikuti tetabuhan yang ada dan masyarakatpun bergotong royong memberinya makanan agar Nian tidak lagi memangsa manusia, setelah selesai makan dengan kenyang Nian itu kembali keatas gunung dengan damai, kemungkinan inilah awal mulanya orang memberikan angpao pada Barongsay yang datang ke rumah-rumah mereka.
Dari saat itu para orang-orang tua berpesan kepada seluruh warga dan orang-orang kampung lainnya untuk menggantungkan kertas berwarna merah di pintu-pintu, Jendela dan atap rumah mereka pada setiap waktu menjelangnya tahun baru dan membuat bunyi-bunyian yang gaduh, karena mereka tahu bahwa Nian tidak akan mengganas lagi seperti semula.
Ternyata warna merah sangat ditakuti oleh Nian dan bunyi-bunyian keras sangat membuat Nian menjadi tidak berselera untuk memakan manusia lagi, dan ternyata itu semua mampu menghalau mahluk raksasa itu.
Begitulah legenda yang dipercayai oleh masyarakat di daratan Tiongkok dahulu kala . Kebiasaan bermain mercon Tahun baru Imlek dan menggantung kertas merah masih diteruskan hingga hari ini, walaupun ada di antara masyarakat terutama yang masih muda tidak tahu tujuan sebenarnya dari dilakukannya kebiasaan tersebut . Mereka hanya beranggapan bahwa kebiasaan tersebut hanya akan menceriakan suasana menyambut Tahun Baru.
Bermain mercon pada malam Tahun Baru merupakan suatu cara untuk mengucapkan selamat tinggal kepada tahun yang akan ditinggalkan, dan merayakan ketibaan tahun baru. Pada waktu tengah malam sebelum tahun baru, semua pintu dan jendela mesti dibuka untuk membiarkan Tahun yang lama berlalu.
Mercon dan Tarian Singa ( Barongsay )
Mercon dan tarian singa adalah hal yg tidak terpisahkan dalam perayaan Tahun Baru Imlek, karena amat identik dengan perayaan menyambut Tahun Baru Imlek. Mercon dinyalakan dengan tujuan untuk mengusir makhluk dan kekuatan jahat lain yang sering menganggu ketenteraman manusia. Tetapi sekarang ini dari tahun ke tahun , mercon hanya sekedar dinyalakan untuk menandai tibanya musim perayaan tahun baru.
Tarian Singa alias Barongsay sekarang ini telah menjadi tarian yang penuh dengan nilai sakral dan nilai seni yang tinggi dan menjadi simbol yang menakjubkan bagi masyarakat Daratan Tiongkok. Biasanya Barongsay dimainkan oleh dua pemain, dan memakan waktu yang lama untuk berlatih sebelum seseorang benar-benar mahir memainkan Barongsay dan pada umumnya dipercaya bahwa pada zaman dulu para pemainnya diharuskan mahir memainkan jurus-jurus Kung Fu.
Barongsay inilah yang diperkirakan adalah merupakan perwujudan dari Mahluk Nian pada zaman dulu dan telah berevolusi menjadi barongsay dengan bentuknya seperti yang sekarang kita kenal dalam banyak perayaan.
Angpau
Mengapa pada setiap perayaan Tahun Baru Imlek Angpao sangat dinanti-nantikan terutama oleh anak-anak dan kaum muda yang belum menikah, pemberian ‘angpau’ atau sampul merah yang berisi duit ini merupakan salah satu ciri khas dari perayaan Tahun Baru Imlek , mereka yang layak untuk menerima angpau adalah mereka yang datang kepada orang yang lebih tua dan memberikan Ucapan Selamat , penghormatan dan mendoakan mereka yang lebih tua , dan dengan pemberian Angpao ini juga dimaksudkan untuk membantu generasi yang lebih muda untuk bisa meraih masa depan yang lebih baik .
Bagi orang-orang tua pemberian uang atau angpau ini dimaksudkan untuk memberikan balasan atas ucapan selamat dari anak-anak nya maupun saudara-saudaranya yang lebih muda dan berharap memperoleh rejeki , kekayaan dan nasib yang lebih baik untuk tahun yang akan dilewati. Buat orang yang merayakannya ini merupakan sejenis amal dan ini juga merupakan simbol tingkat kekayaan yang dimiliki, bagi keluarga yang lebih kaya akan memberikan Angpao yang lebih besar. Dan ada kepercayaan uang tersebut akan sangat baik bila dipergunakan untuk modal kerja dan boleh juga digunakan untuk membayar hutang yang tertunggak, maka tak heran bila zaman dahulu banyak orang akan mengantri di rumah-rumah para Tauke dan orang-orang kaya untuk sekedar mendapatkan Angpao pada saat Tahun Baru Imlek .
Pantangan dan Larangan ketika menyambut Tahun Baru Imlek
Pembersihan rumah
Seluruh kawasan rumah mesti dicuci dan dibersihkan sebelum tibanya Tahun Baru Imlek. Pada malam sebelum Tahun Baru, semua alat penyapu, alat mengepel dan semua jenis alat mencuci harus di simpan di tempat yang aman. Menyapu , mengepel dan membersihkan rumah sangat pantang dan tidak patut dilakukan pada hari Tahun Baru Imlek , karena menurut banyak kepercayaan pada masyarakat daratan Tiongkok dari zaman dulu , nasib baik akan ikut tersapu bersama dengan sampah-sampah tersebut.
Selewatnya perayaan dan hari Tahun Baru, lantai dan rumah baru boleh dibersihkan , bermula dari pintu utama menuju ke tengah rumah dan sampah-sampah yang disapu tidak boleh dibuang dulu karena masih harus ditaruh didalam rumah minimal sampai hari ke lima setelah Tahun Baru, barulah sampah-sampah tersebut boleh dibuang .
Aktivitas di Tahun Baru
Semua hutang sebaiknya dibayar sebelum Tahun Baru Imlek tiba. Semua orang harus menjaga tingkah lakunya masing-masing pada hari Tahun Baru tersebut . Dilarang keras menggunakan kata-kata kotor dan apalagi makian yang dipercaya bisa membawa sial dan akan berakibat tidak baik, Dilarang melakukan tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan keributan ataupun pertengkaran, pokoknya semua harus bersuasana Riang & Gembira dan semua dendam juga harus dihapuskan.
Membicarakan dan menyayangkan pada tahun yang lepas pun dilarang pada hari Tahun Baru itu karena segala-segalanya mestilah maju ke depan dan tidak boleh memandang ke belakang lagi. Pada hari Tahun Baru pun sama sekali Dilarang untuk bersedih apalagi menangis, karena dikhawatirkan orang tersebut akan bersedih dan menangis sepanjang tahun tersebut.
Kebersihan dan penampilan diri
Pada hari Tahun Baru, sama sekali dilarang mencuci rambut apalagi memotongnya , karena dikhawatirkan hal ini akan mengakibatkan orang tersebut mengusir pergi segala nasib baik pada Tahun Baru yang akan dilalui itu. Pakaian merah banyak dianjurkan untuk dipakai. Karena warna Merah dianggap warna cerah , terang dan membawa hoki , hal ini memungkinkan pemakainya memperolehi masa depan yang terang dan cerah. Dipercaya bahwa cara berpakaian yang baik pada tahun baru akan menentukan nasib seseorang itu pada tahun tersebut.
Kalender Imlek / Kalender Lunar / Kalender Bulan
Kalender Lunar / Kalender Imlek ini merupakan salah satu kalendar yang tertua di dunia, karena telah mulai digunakan sejak 2600 Sebelum Masehi ( +/- hampir 5000 tahun yang lalu ) jadi penghitungan menurut kalender ini buat orang-orang Daratan Tiongkok lebih merupakan tradisi yang sudah berlangsung ribuan tahun bahkan jauh sebelum lahirnya Nabi Khongcu maupun Nabi Lautze, Kalender Imlek ini sudah berlaku dan diikuti oleh masyarakat luas .
Pengggunaan kalender ini pada mulanya diperkenalkan oleh Maharaja Huang Ti. Seperti kalender barat / Internasional ( Gregorian ), Kalender Imlek juga berdasarkan pada perhitungan yang mengenal ada 12 bulan setiap tahunnya , pergantian tahun dan permulaan tahun dimulai berdasarkan pergantian bulan ( Cia Gwee ). permulaan tahun bagi Kalender Imlek ini selalu jatuh di sekitar akhir bulan Januari sampai akhir bulan Februari , hal ini menurut perhitungan para astrolog Tiongkok zaman dulu selalu bertepatan dengan mulai mencairnya salju pertanda berakhirnya musim dingin dan bermulanya musim Semi ataupun musin tanam, maka Tahun Baru Imlek di Tiongkok juga disebut sebagai Chuen Chie atau Pesta Musim Semi dan semua orang bersuka ria karena akan menyambut tanaman dan panenan yang baru , hal ini identik dengan rejeki baru maka orang akan saling mengucapkan “ Sin Cun Kiong Hie “ yang arti secara harafiahnya kurang lebih adalah “ Selamat merayakan Musim Semi “ .
Sedangkan istilah “ Kong Xie Fat Choi “ ( kalau tidak salah berasal dari Bhs daerah Kongfu ) yang dikenal sekarang ini sebenarnya kurang lebih atau secara umum berarti “ Selamat dan Semoga Sukses “ , istilah ini baru timbul belakangan dan diperkirakan istilah itu mulai timbul dan populer di Hong Kong pada sekitar dekade Tahun 1970 an, demikian juga dengan Angka Keberuntungan , di daratan Tiongkok dari dahulu kala Angka Keberuntungan adalah 9 ( sembilan ) karena angka ini dianggap sebagai angka yang tertinggi, maka tidak heran bila para Kaisar Tiongkok Zaman dahulu selalu mengagungkan angka 9 ini , bahkan konon kabarnya ada satu Kaisar yang mempunyai selir sampai sebanyak 9.999 ( bayangkan kalau sehari 1 selir yg digilir, lalu selir yg terakhir harus menunggu sampai berapa lama ?? keburu menjadi nenek-nenek peyot ) ,
Tetapi belakangan timbul kepercayaan baru bahwa Angka Keberuntungan adalah 8 , disebutkan bahwa angka 8 ini adalah satu-satu angka yang tidak terputus waktu dituliskan dan ini akan membuat Hoki kita juga tidak terputus, hal ini sampai-sampai membuat pemerintah Tiongkok di zaman modern ini pun percaya dan mengadakan Pesta Olimpiade pada Tanggal 8 , bulan 8 , Tahun ’08 dan dibuka tepat pada jam 8 ( malam , di Tiongkok tidak dikenal pukul 20.00 ), karena mereka juga percaya pada keagungan angka 8 ini, maka jangan heran kalau pada hari dan tanggal tersebut banyak ibu-ibu hamil yang percaya pada keagungan angka 8 ini minta anaknya dilahirkan pada hari tersebut ( biar Hoki katanya ).
Satu putaran lengkap Kalender Imlek ini adalah selama 60 tahun, hal ini karena pada Kalender Imlek dikenal 12 simbol Tahun ( Shio ) yang dilambangkan dengan 12 binatang dan disamping itu ada Lima Unsur yang disebut sebagai Ngo Heng , penamaan Tahun juga disebut dengan nama dan lambang Binatang dan Unsur yang menaunginya, diyakini oleh masyarakat Tiongkok kuno bahwa 12 shio ini mempunyai pengaruh terhadap sifat, sikap dan personalitas setiap orang yang dilahirkan dibawah simbol binatang dan unsur tersebut. Pada setiap pergantian 12 tahun maka Unsur yang mempengaruhi tahun tersebut juga berganti .
Simbol binatang dalam Kalender Imlek ini adalah Tikus , Kerbau , Kelinci , Harimau , Naga , Ular , Kuda , Kambing , Monyet , Ayam , Anjing dan Babi , sedangkan yang disebut sebagai Ngo Heng alias lima unsur yang terdiri dari unsur Emas, Kayu, Tanah, Api dan Air, Lima Unsur inipun dipercaya membawa hikmahnya masing-masing, karena Lima Unsur ini bisa saling menguatkan, saling membutuhkan dan bahkan bisa saling “ membunuh “, misalkan unsur Kayu akan sangat membutuhkan unsur Tanah untuk tumbuh, dan unsur Tanah sangat membutuhkan unsur Air agar Kayu / Pohon bisa tumbuh sedangkan unsur Emas dan unsur Kayu tidak boleh berdekatan dengan unsur Api karena pasti kan terbakar ataupun meleleh .
Kalender ini juga adalah satu-satunya Kalender Lunar yang mengenal pengulangan Bulan ( Loen , yang biasanya terjadi sekitar 3 thn sekali ) yaitu penyesuaian antara Perhitungan Bulan dan Perhitungan Matahari, berbeda dengan Kalender Arab yang juga sama-sama perhitungannya berdasarkan bulan tetapi tidak dikenal adanya penyesuaian ( Loen ) tersebut, maka Kalender Arab selalu maju antara 11 hari sampai 12 hari setiap tahunnya sedangkan Kalender Imlek akan maju dan mundur berdasarkan hitung-hitungan para Astronom nya.
Tahun Baru Imlek pada umumnya dirayakan sampai 15 hari setelah Tahun Baru , pada hari kedelapan malam bagi yang masih merayakan biasanya diadakan Sembahyang pada Thian ( Tuhan / Allah ) dengan maksud mengucapkan Bhakti , Syukur dan memohon Rejeki yang lebih baik pada Tahun yang Baru yang akan dijalani, dan setelah hari kelima belas atau yang biasa disebut sebagai Cap Go Meh ( dahulu disebut juga dengan Goan Siauw ) orang akan bergembira merayakan akhir dari rentetan acara Tahun Baru dan pada umumnya dibarengi dengan bersembahyang di Vihara ataupun di Kelenteng-kelenteng , karena setelah lewat Cap Go Meh orang sudah tidak lagi saling mengucapkan Sin Cun Kiong Hie ataupun Kong Xie Fat Choi ( tabu katanya ).
Demikianlah di zaman Tiongkok Kuno didalam melakukan segala sesuatu harus penuh dengan hitung-hitungan rumit semacam itu, pada akhirnya sampai sekarang ini yang masih tersisa antara lain adalah Hitungan Feng - Sui, Hitungan Feng-Sui banyak digunakan bila seseorang akan membangun atau menempati Rumah baru yang akan ditempati ataupun soal hari dan tanggal perkawinan dan juga dipercaya bisa membawa Rezeki dan keberuntungan buat yang cocok dan percaya ataupun bisa-bisa malah menimbulkan Celaka dan Mara Bahaya buat yang tidak cocok, di Hong Kong suatu ketika pernah terjadi ada sebuah Bank yang cukup kuat menjadi bangkrut hanya gara-gara seorang Suhu Feng-Sui yang sangat terkenal membuat pernyataan bahwa Gedung Bank tersebut tidak membawa Hoki, lalu para nasabah pun mulai menarik uangnya dan bangkrutah Bank tersebut.
Hiasan pada hari Tahun Baru Imlek
Sebelum menyambut Tahun Baru Imlek , para keluarga Tionghoa akan menghias rumah dengan pot-pot berisi bunga yang sedang mekar dan berkembang, menyediakan kantong-kantong berisi jeruk, dan juga kantong-kantong berisi 8 jenis manisan buah kering. Di dinding dan pintu akan digantung Lian dengan hiasan indah yang berisi puisi-puisi dengan maksud dan tulisan yang sangat indah dan ucapan tahun baru yang dilukiskan di atas kertas merah.
Jeruk
Kebiasaan lain dari masyarakat Tionghoa zaman dulu , mereka akan membawa satu tas yang berisi jeruk dan angpau yang akan diberikan apabila mengunjungi sahabat , kawan dan keluarga yang lebih senior sepanjang dua minggu sampai degan Cap Go Meh. Menurut kepercayaan orang Tiongkok dahulu, jeruk yang masih mempunyai daun yang melekat mempunyai maksud agar hubungan seseorang dengan yang lain akan terjalin lebih erat. Buat yang baru menikah maka hal ini melambangkan hubungan perkawinan yang akan terjalin erat dan akan mekar sehingga mendapatkan banyak anak. Jeruk adalah lambang kegembiraan bagi masyarakat Tionghoa.
Kantong Manisan
Kantong manisan ada yang berbentuk bulat atau segi delapan da penuh berisi pelbagai jenis manisan dimaksudkan agar Tahun yang Baru bisa dilalui dengan penuh ‘kemanisan’.
Setiap manisan dalam kantong ada arti dan melambangkan tuah yang tersendiri:
* Manisan Tembikai ( sejenis Kiam Bui ) - melambangkan pertumbuhan dan kesihatan yang baik
* Kuaci - melambangkan kegembiraan, kebenaran dan kejujuran
* Buah Leci - melambangkan ikatan kekeluargaan yang erat
* Kumkuat ( sejenis jeruk Lemon ) – melambangkan kekayaan
* Manisan Kelapa – melambangkan keakraban
* Kacang Tanah – melambangkan kehidupan dan kekekalan
* Longan ( Kelengkeng ) - melambangkan seseorang akan memperoleh banyak anak lelaki
* Buah / Biji Teratai – melambangkan banyak anak.
Mungkin disini kita bisa mengambil suatu kesimpulan sederhana bahwa Tahun Baru Imlek itu sebenarnya secara hakiki lebih bersifat merayakan Tradisi dan bukan hanya “ milik “ suatu agama tertentu, walaupun ada agama yang menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai Hari Raya nya.
Karena Tahun Baru Imlek ini sendiri sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sebelum agama tersebut ada dan dianut oleh umatnya, artinya ( menurut saya ) Tahun Baru Imlek boleh-boleh saja dirayakan dan diramaikan oleh semua orang Tionghoa apapun agama dan kepercayaan nya, sejauh tidak diikuti dengan melakukan ritual-ritual keagamaannya, karena kan tidak ada agama apapun yang melarang seseorang untuk melakukan penghormatan kepada orang yang lebih tua dan dihormatinya.