Minuman Keras, bagaimana seharusnya?

Quote :

GPK dan FPI Tolak Raperda Minuman Keras
Penulis : Kontributor Ungaran, Syahrul Munir | Senin, 11 Maret 2013 | 17:27 WIB

UNGARAN, KOMPAS.com -- Rencana Pemerintah Kabupaten Semarang menerbitkan peraturan daerah yang mengatur tentang peredaran minuman keras ditentang oleh dua organisasi masyarakat (ormas) Islam, yakni Gerakan Pemuda Kabah (GPK) dan Front Pembela Islam (FPI).

Saat mengikuti public hearing atau forum dengar pendapat dalam rangka penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan dan Pengendalian minuman beralkohol di ruang paripurna DPRD setempat, Senin (11/3/2013) siang, kedua ormas tersebut mencurigai adanya mafia miras di balik penyusunan Raperda.

Sekretaris GPK Jateng, Muhammad Mustafid mengungkapkan, dengan dicantumkannya kata "pengadaan" di dalam Raperda mengindikasikan pemerintah seolah-olah membuka peluang yang besar bagi produsen dan distributor miras di Kabupaten Semarang. Selain itu, pihaknya juga menyoal pengaturan kadar alkohol yang bisa diperjualbelikan hingga 55 persen.

"Kami mensinyalir ada mafia miras di balik semua ini. Jika ingin melindungi generasi muda dari kerusakan moral, seharusnya Raperda itu sifatnya mengawasi dan mengendalikan. Bukan malah mengatur mulai dari pengadaannya. Kami tegaskan, GPK meminta pembatasan kadar alkohol sampai nol persen seperti Kabupaten Kudus," tegas Mustafid.

Hal senada juga diungkap Ketua MUI Kabupaten Semarang, Miftahudin. Menurutnya, kewajiban pemerintah adalah melindungi kesejahteraan jasmani dan rohani, sehingga seharusnya dengan Raperda ini tidak berhenti hanya mengatur peredaran miras, akan tetapi mengurangi, bahkan sampai menghilangkannya.

"Andai saya tidak salah tafsir, Raperda ini justru melindungi kepentingan para pengedar. Sepanjang alkohol mudah didapat baik legal maupun ilegal, maka tujuan untuk melindungi masyarakat dari alkohol tidak akan tercapai," ungkap Miftahudin.

Menanggapi hal itu, ketua Panitia Khusus (Pansus) Raperda Miras, Bambang DN mengatakan, masukan dari semua elemen masyarakat akan menambah pengayaan materi Raperda sebelum nantinya ditetapkan sebagai Perda. Termasuk keberatan-keberatan yang disampaikan oleh ormas-ormas Islam.

"Kami harus mengakomodir semua kepentingan masyarakat. Termasuk para pengusaha hiburan," jelasnya.

Editor :Farid Assifa

Ada komentar?

bruce wrote:

Quote :

GPK dan FPI Tolak Raperda Minuman Keras
Penulis : Kontributor Ungaran, Syahrul Munir | Senin, 11 Maret 2013 | 17:27 WIB

UNGARAN, KOMPAS.com -- Rencana Pemerintah Kabupaten Semarang menerbitkan peraturan daerah yang mengatur tentang peredaran minuman keras ditentang oleh dua organisasi masyarakat (ormas) Islam, yakni Gerakan Pemuda Kabah (GPK) dan Front Pembela Islam (FPI).

Saat mengikuti public hearing atau forum dengar pendapat dalam rangka penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan dan Pengendalian minuman beralkohol di ruang paripurna DPRD setempat, Senin (11/3/2013) siang, kedua ormas tersebut mencurigai adanya mafia miras di balik penyusunan Raperda.

Sekretaris GPK Jateng, Muhammad Mustafid mengungkapkan, dengan dicantumkannya kata "pengadaan" di dalam Raperda mengindikasikan pemerintah seolah-olah membuka peluang yang besar bagi produsen dan distributor miras di Kabupaten Semarang. Selain itu, pihaknya juga menyoal pengaturan kadar alkohol yang bisa diperjualbelikan hingga 55 persen.

"Kami mensinyalir ada mafia miras di balik semua ini. Jika ingin melindungi generasi muda dari kerusakan moral, seharusnya Raperda itu sifatnya mengawasi dan mengendalikan. Bukan malah mengatur mulai dari pengadaannya. Kami tegaskan, GPK meminta pembatasan kadar alkohol sampai nol persen seperti Kabupaten Kudus," tegas Mustafid.

Hal senada juga diungkap Ketua MUI Kabupaten Semarang, Miftahudin. Menurutnya, kewajiban pemerintah adalah melindungi kesejahteraan jasmani dan rohani, sehingga seharusnya dengan Raperda ini tidak berhenti hanya mengatur peredaran miras, akan tetapi mengurangi, bahkan sampai menghilangkannya.

"Andai saya tidak salah tafsir, Raperda ini justru melindungi kepentingan para pengedar. Sepanjang alkohol mudah didapat baik legal maupun ilegal, maka tujuan untuk melindungi masyarakat dari alkohol tidak akan tercapai," ungkap Miftahudin.

Menanggapi hal itu, ketua Panitia Khusus (Pansus) Raperda Miras, Bambang DN mengatakan, masukan dari semua elemen masyarakat akan menambah pengayaan materi Raperda sebelum nantinya ditetapkan sebagai Perda. Termasuk keberatan-keberatan yang disampaikan oleh ormas-ormas Islam.

"Kami harus mengakomodir semua kepentingan masyarakat. Termasuk para pengusaha hiburan," jelasnya.

Editor :Farid Assifa

Ada komentar?

Waduhhh.........
Jangan sampai dilarang total dong.
Karena terkadang tidak untuk mabuk2an ... terkadang bisa buat masakan.
Dirumah setiap masak babi kecap selalu saya tuangi sedikit Cognac Henessy biar wangi.

Miras, hendak dikonsumsi atau tidak, terserah pada manusianya. Pemerintah Daerah ingin mengatur pengadaan, pengedaran, penjualan, pengawasan dan pengendalian atasnya, saya kira wajar. Kalau ada elemen masyarakat yang tidak berkenan dengan hal tersebut, sebaiknya elemen itu diabaikan saja. Elemen masyarakat seperti itu hendaknya menganggap pengadaan, pengedaran, penjualan, pengawasan dan pengendalian tersebut tidak ada.

Pemerintah Daerah memiliki kewenangan penuh mengatur daerahnya. Justru kalau tidak ada pengaturan tersebut membuka peluang miras diadakan dan diedarkan seenak perut masyarakat, dan besar kemungkinan akan semrawut. Jadi, saya sependapat kalau miras diatur pengadaan, dan peredarannya.

Terima kasih.

Sebenarnya, aturan cara AS sudah sangat bagus. Karena tidak ada salahnya orang minum untuk kesenangannya sendiri, tetapi, kalau sudah berada di tempat umum, atau mengganggu ketertiban, maka akan ditindak. Begitupun saat mengemudi, sangat dilarang sambil minum minuman keras, kadar alkohol di dalam darah pengemudipun sangat dibatasi.

Betul, bahwa adalah ebih baik untuk tidak mabuk, tetapi caranya bukan tidak boleh diatur. Karena kalau tidak diatur, itu sama saja dengan menyembunyikan sampah di bawah karpet, bersih terlihat tetapi sebenarnya kotor.

Tetapi, bagi sebagian masyarakat kita, pola pikirnya memang terbalik balik. Kalau sudah berbaju putih dianggap badannya bersih.

Berita di running text Metro TV pk.11.40 Selasa 12 Maret 2013. '51 orang di Libya tewas karena minum miras oplosan' ....

Nah lho, yang doyan minum mereka sendiri koq.

Benar benar seperti ucapan Jesus dulu :

Mat 23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.

Kalo dilarang total malah larinya ke yang tidak2

Ada yang oplos spiritus dengan fanta ........

Ujung2nya kena saraf retina mata.


Penjualannya diperketat saja.

Sepertinya yang pada protes itu tidak mau kalau sampai ada aturan yang mengatur peredaran minuman, om. Jadi, dengan kondisi tanpa aturan, mereka bisa menggerebek dan merampas miras miras itu. Jangan jangan, sekedar mau minum gratisan aja ya?

Quote :

Korban Tewas karena Alkohol Capai 60 Orang di Libya
Rabu, 13 Maret 2013 | 08:38 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com - Jumlah orang yang tewas karena minuman beralkohol buatan sendiri yang tercemar racun meningkat hingga sedikitnya 60 orang dan lebih 700 orang lainnya harus mendapat perawatan, kata sejumlah pejabat Libya, Selasa (12/3).

Mereka menambahkan, sejumlah orang ditangkap karena menjual minuman itu secara ilegal. Konsumsi dan penjualan alkohol dilarang di negara Afrika Utara itu tapi tak sulit menemukannya di pasar gelap.

Dalam jumpa pers hari Selasa , Menteri Kesehatan Libya, Nurideen Doghman, mengatakan 60 orang meninggal karena meminum minuman keras buatan sendiri, yang dikenal dengan nama boukha yang mengandung methanol. "Ada lebih 709 kasus terkait minuman beralkohol yang beracun," katanya.

Dalam satu jumpa pers kemudian, perwira keamanan Tripoli, Kolonel Mahmoud Sharif, mengatakan 79 orang meninggal. "Di antara mereka terdapat 10 perempuan, warga Libya dan warga dari negara-negara Arab lainnya," katanya. "Enam orang telah ditahan dan petugas keamanan sedang menyelidiki kasus ini. Dua lainnya diduga kabur tapi nama mereka telah diberikan ke petugas di perbatasan," katanya.

Hari Senin, kementerian itu mengatakan pihaknya mendata 51 orang meninggal dan 378 kasus keracunan. Sebagian besar kematian tercatat di Tripoli. Pejabat-pejabat kementerian itu mengatakan beberapa pasien harus dibawa ke rumah sakit di luar Tripoli karena jumlah korban meningkat begitu cepat dan klinik-klinik di ibu kota itu tak bisa menampung.

Sumber :ANT, REUTERS
Editor :Egidius Patnistik

Astagaaaaaa ......

Quote :

FPI Cianjur Hancurkan Miras di Depan Penjualnya
Sabtu, 16 Maret 2013 | 19:10 WIB

CIANJUR, KOMPAS.com -- Massa yang tergabung dalam Front Pembela Islam (FPI) Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (16/3/2013) menjelang malam, mengelar razia minuman keras di depot jamu yang tersebar di wilayah tersebut.

Aksi itu sempat membuat sejumlah pemilik depot jamu terkejut dan tidak dapat berbuat banyak, ketika puluhan orang di antaranya masuk ke dalam depot dan menyita minuman keras yang disimpan pemilik.

Minuman keras yang dirazia langsung dimusnahkan di depan masing-masing kios yang menjual minuman keras berkedok depot jamu tersebut.

Ustad Awal, kordinator aksi mengatakan, semakin menjamur dan merajalelanya penjualan minuman keras berkedok depot jamu itu, membuat resah masyarakat sekitar.

Pihaknya menilai perlu melakukan razia agar Cianjur bersih dari minuman keras yang mudah didapat, dan penjual yang terus menjamur. Namun pihaknya mengakui tidak semua depot jamu menjual minuman keras. Namun semua depot yang ada di wilayah luar dan dalam kota, tidak luput dari razia FPI.

"Setiap malam minggu remaja dan pemuda banyak yang mabuk di pinggir-pinggir jalan dan terlibat aksi tawuran. Geng motor semakin marak dan beringas karena mengonsumsi minuman keras," katanya.

Untuk menyikapi hal tersebut, FPI Cianjur merasa perlu memberantas dan membersihkan Cianjur yang terkenal sebagai kota santri dari minuman keras.

Sementara itu, aksi ratusan massa FBI tersebut, tidak mendapat pengawalan dari petugas kepolisian. Sehingga menjadi tontonan masyarakat yang sempat dikejutkan dengan aksi pemusnahan langsung di setiap depot jamu yang kedapatan menyimpan minuman keras.

Selama aksi massa FPI berlangsung, sejumlah ruas jalan protokol di Cianjur macet, karena sebagian besar warga memarkir kendaraan sembarangan untuk menonton aksi tersebut.

Sumber :Antara
Editor :Farid Assifa

Tujuan yang benar dengan cara yang salah tidak menjadikannya benar.

Entah kapan mereka bisa belajar memahaminya?

Ada kemungkinan tidak akan faham-faham mengingat 'bibit-bibit' ajaran yang diterima bisa diterjemahkan keras, dan bisa diterjemahkan lembut. Tergantung seleralah. Nah, yang namanya manusia, pikirannya selalu dinamis, kadang keras dan kadang lembut. Jadi, pada saat pikiran keras menerjemahkan ajaran secara keras, jadi deh. Merasa benar sendiri, dan yang berbeda dengan pemikirannya, harus ditumpas habis, tanpa mempertimbangkan cara yang benar.

Husada wrote:

Ada kemungkinan tidak akan faham-faham mengingat 'bibit-bibit' ajaran yang diterima bisa diterjemahkan keras, dan bisa diterjemahkan lembut. Tergantung seleralah. Nah, yang namanya manusia, pikirannya selalu dinamis, kadang keras dan kadang lembut. Jadi, pada saat pikiran keras menerjemahkan ajaran secara keras, jadi deh. Merasa benar sendiri, dan yang berbeda dengan pemikirannya, harus ditumpas habis, tanpa mempertimbangkan cara yang benar.

Sebenarnya sikap keras terhadap suatu larangan agama adalah bagus, asalkan mengarah ke dalam, diri sendiri. Seorang yang karena larangan agamanya dilarang minum miras, maka kalau ia berkeras untuk tidak pernah membiarkan setitik miras pun memasuki mulutnya, tentu patut dipuji. Seorang yang taat beragama, sehingga selalu puasa hingga tuntas, tentulah baik. Seorang yang karena ajaran agamanya selalu jujur dan tidak pernah korupsi, tnetulah dihargai orang lain.

Nah, sikap keras ini menjadi keliru dan pastilah salah, jika diterapkan kepada orang lain. Jangan karena dirinya tidak mampu menolak minum miras, maka orang lain yang minum miras dipukuli, lapak penjualnya dirusak, ini yang pasti keliru. Begitu juga karena pikiranya yang kotor, maka orang yang memakai pakaian sexy dihukum. Itu justru menunjukan sifat munafik.

2000 tahun yang lalu sudah ada sindiran terhadap perilaku seperti ini :

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

Memang mengerikan memelihara karakter keledai liar.