Status kaya dan miskin, apakah berpengaruh terhadap keselamatan ?

Ada roh gendut dan roh kurus ?

Seperti ini :

[You must be registered and logged in to see this image.]

bruce wrote:

Begini, bro. Saya melihat pada fakta sehari hari di lapangan. Kalaulah anda seorang pengusaha, memiliki perusahaan, maka waktu anda sehari hari habis untuk mengurus perusahaan. Waktu luang anda tinggal hari Sabtu dan Minggu. Yang umumnya habis pula untuk ibadah dan untuk keluarga. Mana waktu untuk Tuhan? Belum lagi kalau ada masalah ataupun project besar dengan dateline yang ketat.

Sementara, saya lihat orang orang yang bisa aktif menjadi pengurus lingkungan, pengurus gereja, bahkan anggota paduan suara di gereja, kebanyakan justru adalah orang orang yang tidak tergolong kaya.

Syalom

waduuuh, postingan bro Bruce yg ini benar2 membuat hati sy sediiih... [You must be registered and logged in to see this image.]
walaupun sy bukanlah pengusaha, cm seorang pegawai rendahan tp waktu sy banyak terpakai utk mengurusi kerjaan yg kebetulan jg kerjaan proyek yg ada deadlinenya.. dan keseringan demi mengejar tenggat waktu tsb, kerjaan kantor harus sy bawa pulang utk dikerjakan dirumah lg.. dan memang klo pun ada waktu luang yg cukup, waktu tsb sy pake buat mengerjakan proyek sampingan utk menambah penghasilan agar kebutuhan keluarga bisa tercukupi..
Tapi walau begitu, sy selalu menyediakan waktu utk keluarga dan tentu aj utk beribadah ke Gereja disetiap hari Sabtu-Minggu bro, sebab itu bagi sy adl termasuk kebutuhan utama.. yah emg waktu luang sy hanya cukup utk beribadah bersama keluarga sih bro, jd belum bisa meluangkan waktu utk jd pelayan/pengurus di Lingkungan Paroki, paling sy cuma bisa ikut sbg peserta dlm kegiatan2 ibadah di lingkungan, bukan sbg pengurusnya.. Dan memang pengurus2 di Lingkungan sy kebanyakan orang2 tua yg sudah pensiun atau ibu2 RT yg kebetulan sudah tidak terlalu sibuk utk mengurusi kerjaan rumah krn anak2nya sudah pd dewasa.. Para pria yg seusia sy kebanyakan cm jadi partisipan aj krn memang waktunya habis utk mengurusi kerjaan di kantornya masing2 bro..
Memang terkadang masalah kesibukan bekerja ini mjd dilema bagi orang2 spt sy yg masih jauuh utk bisa dikatakan 'makmur' bro, terlebih bidang pekerjaan sy yg mengurusi kerjaan Proyek, memang orientasinya kpd hasil dan pasti ada tenggat waktunya, jd tidak macam perkerjaan rutin spt bagian adm atau bag. keuangan gitu bro.. jangankan Tuhan, istri sy sendiri pun sering komplain krn kesibukan sy utk mengurusi kerjaan.. tp mau gimana lg bro, pekerjaan sy emg spt itu dan sebetulnya sy pun terkadang/bahkan sering merasa 'tertekan' thd tuntutan pekerjaan tsb, makanya utk meredakan rasa tertekan itu, tiap Minggu sy harus ke Gereja utk mengadukan semua keluhan dan rasa tekanan yg sy alami itu, supaya esoknya sy bisa bekerja lg dgn baik dan penuh semangat.. jd klo hari Sabtu/Minggu sy nda ke Gereja, bisa kacau deh perasaan sy bro..
walah, sy kok malah jd curhat disini ya... [You must be registered and logged in to see this image.]

Tapi benar kan apa yang saya sampaikan di atas itu?

Tp org kaya mbri makan banyak orang bro dan skali mberkati bisa bbuat jauh lebih banyak dr sumbangan seluruh karyawannya.

Apa sih ukuran kesalehan itu atau ukuran sso yg layak masuk Kerajaan Sorga?

siip wrote:

Tp org kaya mbri makan banyak orang bro dan skali mberkati bisa bbuat jauh lebih banyak dr sumbangan seluruh karyawannya.

Apa sih ukuran kesalehan itu atau ukuran sso yg layak masuk Kerajaan Sorga?

Lhoh, jangan tercampur dengan seorang pimpinan perusahaan secara pribadi dan perusahaan, bro.

Seorang pemilik pabrik seperti Gudang Garam yang memiliki 70.000 buruh bukan berarti berbuat amal terhadap para buruhnya kan? Sang buruh juga merasa mereka makan karena bekerja atas hasi keringatnya lho, bukan karena belas kasih si boss.

Lain kalau si boss memberi sumbangan dari kantung pribadi (bukan dari dan atas nama perusahaan, yang kemudian dipotong dalam perhitungan SPT), nah itu baru amal.

Hehhhh.... ada apa ya antara Bruce dan orang kaya???

siip wrote:

Hehhhh.... ada apa ya antara Bruce dan orang kaya???

Entah juga bro, bisa jadi cita cita tak tercapai, atau karena melihat kenyataan di lapangan, he he he he.

bruce wrote:

Tapi benar kan apa yang saya sampaikan di atas itu?

[You must be registered and logged in to see this image.]

ya emg benar bro Bruce, kan sy jg bilang hal itu jd sebuah 'dilema' bagi sy yg kebetulan masih tergolong orang 'miskin', dan harus bekerja keras utk mencukupi kebutuhan keluarga yg makin hari kebutuhan tsb semakin melambung.. Dan karna harus mengikuti aturan perusahaan dan jg krn tuntutan pekerjaan pd sebuah project, waktu sy habis utk menyelesaikan tugas2 dan pekerjaan sy tsb.. jd otomatis sy nda memiliki waktu luang yg cukup utk digunakan dlm mengurusi tugas2 pelayanan/sosial yg ada di lingkungan..
Memang pd akhirnya dlm hidup ini, kita harus menentukan mana yg akan kita prioritaskan mana yg akan kita lakukan/kerjakan lebih dulu, krn sbg manusia kita memiliki batasan2, dan batasan2 yg ada dlm tiap2 individu itu berbeda2.. dan dimana2 tentu kita harus memprioritaskan utk mengutamakan kebutuhan pribadi/keluarga lebih dulu, sebelum kita melakukannya utk orang lain.. tp bukan berarti kita harus bersikap individualis dan tidak peduli kpd orang lain yg membutuhkan ya bro.. maksud sy adlh tiap2 individu harus berusaha utk menolong/berguna bagi dirinya dan keluarganya lebih dulu, sebelum dia bisa berguna bagi orang lain.. tp itu utk orang awam/normal spt kita, klo bagi biarawan/romo yg memang berkaul dan membaktikan dirinya bagi Tuhan utk melayani dan mengutamakan kepentingan orang lain sih laen lg ya bro..
Memiliki cita2 atau keinginan utk mjd orang 'kaya' atau berusaha utk mjd lebih baik tentu tidak salah, tp bukan berarti kita bersikap spt layaknya orng kaya yg sombong dan nda peduli kpd orang lain gitu bro.. makanya sy setuju dgn pendapatnya bro Husada diatas yg mengatakan bhw spririt/semangatnya kita tetap spt orang miskin, yaitu tetap peduli kpd sesamanya yg membutuhkan..
Syalom, [You must be registered and logged in to see this image.]

Terima kasih, terima kasih, terima kasih.