Spiritualitas Katolik

Quote :

 
Spiritualitas Katolik adalah spiritualitas yang otentik
Sebagai orang Katolik, kita percaya bahwa spiritualitas yang dinyatakan oleh Kristus adalah spiritualitas yang otentik, meskipun Gereja Katolik tidak menolak apa yang benar dan kudus yang dinyatakan oleh agama-agama lain.[[You must be registered and logged in to see this link.]] Dikatakan otentik karena spiritualitas ini berasal dari Tuhan sendiri, yang kini berada di dalam Gereja Katolik yang dipimpin oleh penerus Rasul Petrus dan para uskup pembantunya, meskipun ada banyak unsur pengudusan dan kebenaran ditemukan di luar struktur Gereja Katolik.[[You must be registered and logged in to see this link.]] Berakar dari Firman Tuhan dan ajaran Gereja inilah, kita mengetahui bahwa panggilan hidup kita sebagai manusia adalah agar kita hidup kudus dan mengasihi, karena Allah itu Kudus dan Kasih (Im 19:2, 1Yoh 4:16). Di sini kekudusan berkaitan erat dengan memegang dan melakukan perintah Tuhan[[You must be registered and logged in to see this link.]], yang adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan sesama (Mat 22:37-39; Mrk 12:30-31) (Lihat artikel: [You must be registered and logged in to see this link.]). Hanya dengan cara ini, maka kita dapat bertumbuh untuk menjadi ‘serupa’ dengan Allah, dan dikuduskan oleh Allah. Panggilan hidup kudus adalah panggilan bagi semua orang Kristen, bahkan panggilan untuk semua orang, karena kita semua diciptakan oleh Tuhan yang satu dan sama. Jadi kekudusan bukan monopoli kelompok para pastor, suster dan religius lainnya tetapi harus menjadi tujuan bagi kita semua.
Konsili Vatikan II menyerukan pada semua orang panggilan untuk hidup kudus. Siapapun kita, dalam kondisi yang berbeda satu dengan lainnya, dipanggil Tuhan untuk menjadi kudus, sebab Allah sendiri adalah Kudus.[[You must be registered and logged in to see this link.]] Jadi panggilan ini berasal dari Allah yang satu, dan berlaku untuk semua orang, karena Allah menciptakan semua orang di dalam kesatuan, dan menginginkan kesatuan itu kembali di dalam diriNya, yang berlandaskan kasih. Maka nyatalah bahwa Spiritualitas Katolik mengarah kepada kekudusan dan kasih di dalam kesatuan yang universal, yaitu yang merangkul semua orang kepada persatuan di dalam Tuhan. Persatuan ini adalah kesempurnaan dari hidup Kristiani, yang dihasilkan dari penerapan pengajaran Tuhan di dalam kehidupan sehari- hari.[[You must be registered and logged in to see this link.]] Jadi spiritualitas yang otentik haruslah diikuti oleh penerapan di dalam perbuatan, sebab jika tidak, spiritualitas menjadi hanya sebatas teori.

Ciri-ciri Spiritualitas Katolik
Dengan demikian, ciri-ciri dari Spiritualitas Katolik adalah[[You must be registered and logged in to see this link.]]:

1. Berpusat pada Kristus. Kristuslah yang menciptakan hidup spiritual, sebab di dalam Dia, Tuhan menyatakan diriNya oleh kuasa Roh Kudus. Oleh karena itu spiritualitas tergantung dari semua pengajaran Kristus.
   
2. Melalui Kristus menuju kesatuan dengan Allah Tritunggal. Karena Kristus adalah Pribadi kedua di dalam kesatuan Tritunggal Maha Kudus, maka jika kita bersatu dengan Kristus, maka kita akan bersatu dengan Allah Tritunggal.
   
3. Keikutsertaan di dalam misteri Paska Kristus (salib, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga), melalui rahmat Tuhan, iman, kasih, dan nilai-nilai Kristiani lainnya. Singkatnya, Spiritualitas Katolik tak terlepas dari Salib Kristus,[[You must be registered and logged in to see this link.]] penderitaan dan kesadaran diri akan dosa- dosa kita yang membawa kita pada kebangkitan di dalam Dia. Karena misi Keselamatan Kristus diperoleh melalui Salib, maka sebagai pengikutNya, kita-pun selayaknya mengambil bagian dalam penderitaan itu, terutama dengan kesediaan untuk terus-menerus bertobat dan mau menanggung penderitaan demi keselamatan sesama, dan dengan demikian kita dapat mengambil bagian di dalam kemuliaan-Nya. Jika kita hanya mau mengambil bagian dalam ‘kemuliaan’ tanpa mau mengambil bagian dalam ‘penderitaan’ –yang dizinkan oleh Tuhan untuk terjadi di dalam hidup kita- maka kita tidak menerapkan Injil dengan seutuhnya.
   
4. Berdasarkan kesaksian akan Kasih Tuhan. Kitab Suci bukan hanya wahyu Tuhan, tapi juga pernyataan akan pengalaman manusia di dalam wahyu Tuhan itu. Apa yang dialami oleh Adam dan Hawa, Nabi Abraham, Ayub, Bunda Maria, Rasul Petrus dan Paulus, dapat dialami oleh kita semua.
   
5. Disertai kesadaran akan dosa dan belas kasihan Tuhan. Spiritualitas Katolik berlandaskan atas keyakinan akan Kasih Tuhan di atas segalanya yang mampu mengubah segala sesuatu. Pada saat Tuhan mengasihi kita, dan jika kita membuang segala dosa yang menghalangi kita untuk menerima kasih-Nya, dan dengan iman dan doa, maka kita dapat sungguh diubah, dikuduskan dan dimampukan berbuat baik.
   
6. Mengarah pada kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Allah.
   
7. Melihat Bunda Maria sebagai contoh teladan. Spiritualitas Katolik menerima segala kebijaksanaan Tuhan yang selalu menggunakan peran pengantara, yaitu Musa, para nabi, Yohanes Pembaptis, dan terutama Bunda Maria untuk menyelenggarakan karya keselamatan-Nya. Karya Tuhan yang ajaib juga nampak dalam mukjizat keperawanan Maria dan melalui ketaatan dan kesediaan Maria, Allah menganugerahkan rahmat yang tiada batasnya, yaitu kelahiran Yesus Kristus, Penyelamat kita di dunia.
   
8. Mangacu pada Gereja-Nya, Gereja Katolik. Gereja merupakan sumber atau alat yang meneruskan rahmat Tuhan. Rahmat Tuhan ini kita peroleh melalui sakramen-sakramen terutama Ekaristi; dan juga melalui ketaatan kita pada para penerus Rasul Kristus yang telah dipilih oleh- Nya. Gereja sebagai kesatuan (komuni) manusia dengan Tuhan, selalu memperjuangkan martabat manusia, dan memperhatikan kesatuannya dengan para orang kudus; sebab melalui kesatuan ini Allah dimuliakan.
   

Kesimpulan
Dengan melihat ciri-ciri di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan akhir Spiritualitas Katolik adalah kemuliaan Tuhan, yang diwujudkan oleh kasih kepada Tuhan dan sesama. Untuk mencapai hal ini, bukan kesuksesan yang menjadi tolok ukurnya melainkan kesetiaan untuk bergantung pada Kristus, sebab tanpa Dia kita tidak bisa berbuah (bdk. Yoh 15:15). Bentuk wujud kesatuan dengan Kristus yang paling nyata di dunia ini adalah melalui Ekaristi kudus, di mana kita menyambut Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke-Ilahian Kristus, sehingga olehNya kita dipersatukan dengan Allah Tritunggal. Oleh karena itu, Spiritulitas Katolik selalu berpusat dan bersumber pada Ekaristi, yang adalah Allah sendiri,[[You must be registered and logged in to see this link.]] karena kekudusan adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan. Melalui Ekaristi, kita tinggal di dalam Kristus dan dimampukan untuk mengikuti teladan-Nya, sehingga dapat berjalan menuju kekudusan, yaitu persekutuan dengan Allah, yang menjadi sumber kebahagiaan kita. Di sinilah kebahagiaan kita sebagai manusia menjadi juga kemuliaan bagi Allah, karena Allah menciptakan kita agar kita berbahagia bersama-Nya!

Quote :

Salam Felisitas,
Semua Keuskupan, Ordo dan kongregasi mempunyai Pusat-Pusat SpiritualitasKatolik. Ada banyak, saya hanya sebutkan beberapa:
*) Pusat Spiritualitas Girisonta, dikelola oleh para pater Jesuit, info selengkapnya ada di [You must be registered and logged in to see this link.]
*) Pusat Spiritulitas Pratista, dikelola oleh para imam Ordo Salib Suci, info selengkapnya ada di [You must be registered and logged in to see this link.]
*) Institut Roncalli, untuk pembinaan lanjut para biarawan dan biarawati dengan aneka kursus spiritualitas, di Jl Diponegoro 90 Salatiga. Berita ada di [You must be registered and logged in to see this link.]
*) Pusat Spiritualitas (Puspita) Keuskupan Surabaya ada di Jl. Dharmahusada Permai XII/5; Blok N-403 Surabaya Telp (031)5935656; Fax (031) 5942799 website[You must be registered and logged in to see this link.] dan Email : [You must be registered and logged in to see this link.]
*) Para petapa / rahib OCSO pria di Rawaseneng Temanggung dan di Lamanabi Larantuka, dan rahib perempuan (rubiah) di Gedono Salatiga selalu siap menerima Anda dalam bimbingan doa. Silahkan klik [You must be registered and logged in to see this link.] dan [You must be registered and logged in to see this link.] serta [You must be registered and logged in to see this link.]
*) Pusat Spiritualitas Karmel bisa dilihat di [You must be registered and logged in to see this link.] serta [You must be registered and logged in to see this link.]
Rumah-rumah retret biasanya memiliki Direktur dan Spiritualis yang bisa Anda hubungi untuk bimbingan rohani.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

Dikutip dari [You must be registered and logged in to see this link.]

Kepada teman2 semua.
Adakah yang memiliki pengalaman dalam Spiritualitas Katolik.

Waaah, apa yang bisa dikomentari, om?

bruce wrote:

Waaah, apa yang bisa dikomentari, om?

 Barangkali ikut Adorasi Sakramen Maha Kudus, atau doa Koronka atau doa St. Bridgitta ...
Serta pengaruh positif yang didapat.

Wah saya jarang ikut yang seperti itu, om.
He he he he he

bruce wrote:

Wah saya jarang ikut yang seperti itu, om.
He he he he he

 Kebanyakan membaca sapaan Tuhan, tanpa menyapa balik ....

Nanti komunikasinya monoton lho GMB

cinzano wrote:

bruce wrote:

Wah saya jarang ikut yang seperti itu, om.
He he he he he

 Kebanyakan membaca sapaan Tuhan, tanpa menyapa balik ....

Nanti komunikasinya monoton lho GMB

 Sampaikan dalam doa harian dong, om

bruce wrote:

cinzano wrote:

bruce wrote:

Wah saya jarang ikut yang seperti itu, om.
He he he he he

 Kebanyakan membaca sapaan Tuhan, tanpa menyapa balik ....

Nanti komunikasinya monoton lho GMB

 Sampaikan dalam doa harian dong, om

 
Ohh sipp sippp

Soalnya saya jarang doa harian

Lhoh, lantas sehari berdoa berapa kali, om?

bruce wrote:

Lhoh, lantas sehari berdoa berapa kali, om?

 Sering tapi tidak dalam jadwal rutin.

Memang GMB bisa rutin karena biasa doa brevier ya

Gak juga, cuma saya terbiasa untuk berdoa di saat tidak mengerjakan apa apa, misalnya. Ngobrol saja, seperti kita ngobrol dengan sahabat, dalam hati tentunya. He he he he.

Kalau yang saya khususkan adalah malam hari saat menjelang tidur.

bruce wrote:

Gak juga, cuma saya terbiasa untuk berdoa di saat tidak mengerjakan apa apa, misalnya. Ngobrol saja, seperti kita ngobrol dengan sahabat, dalam hati tentunya. He he he he.

Kalau yang saya khususkan adalah malam hari saat menjelang tidur.

 

Sippp deh Om

bruce wrote:

Gak juga, cuma saya terbiasa untuk berdoa di saat tidak mengerjakan apa apa, misalnya. Ngobrol saja, seperti kita ngobrol dengan sahabat, dalam hati tentunya. He he he he.

Kalau yang saya khususkan adalah malam hari saat menjelang tidur.

Mau menikmati rejeki dalam bentuk makanan dan minuman cukup seperti Maradona baru cetak gol?

Husada wrote:

bruce wrote:

Gak juga, cuma saya terbiasa untuk berdoa di saat tidak mengerjakan apa apa, misalnya. Ngobrol saja, seperti kita ngobrol dengan sahabat, dalam hati tentunya. He he he he.

Kalau yang saya khususkan adalah malam hari saat menjelang tidur.

Mau menikmati rejeki dalam bentuk makanan dan minuman cukup seperti Maradona baru cetak gol?

 Maksudnya, om?

bruce wrote:

Husada wrote:

bruce wrote:

Gak juga, cuma saya terbiasa untuk berdoa di saat tidak mengerjakan apa apa, misalnya. Ngobrol saja, seperti kita ngobrol dengan sahabat, dalam hati tentunya. He he he he.

Kalau yang saya khususkan adalah malam hari saat menjelang tidur.

Mau menikmati rejeki dalam bentuk makanan dan minuman cukup seperti Maradona baru cetak gol?

 Maksudnya, om?

 
"Tangan Tuhan"

Semua yang disentuh Mod Bruce, menjadi emas  

Seperti raja midas, begitu? Ogah ahhh

bruce wrote:

Seperti raja midas, begitu? Ogah ahhh

 Tapi apakah begitu, setiap malam bercakap2 dengan Allah, untuk menjadikan tangan anda menjadi "tangan Tuhan".


Bisakah diberikan gambaran sedikit saja


hehehehe 

Jangan ahhhh...

bruce wrote:

Jangan ahhhh...

 
Kalo dahulu, spiritualitas Katolik sebagian besar ke doa rosario.

Sekarang banyak pilihan, mulai dari Adorasi Sakramen Maha Kudus, doa Koronka kerahiman Illahi dll.

Bagaimana pendapat teman2 dengan banyaknya pilihan ini.

Ke arah positifkah ?

Adorasi Sakramen Mahakudus, Rosario, Koronka, sangat baik bagi spiritualitas Katolik.
Yang masih perlu ditingkatkan adalah pendalaman Alkitab, om. Saya lihat masih sangat kurang dari saudara saudara Katolik.

Maksud saya seperti Maradona itu ialah, ketika hendak makan ato minum, hanya bikin tanda salib, bahkan verbal tanda salib itupun tidak diucapkan. Hanya dengan tangan ke jidat, ke dada, ke bahu kiri, ke bahu kanan, langsung melahap.
 

Saya sependapat kalo menggalakkan pendalaman Alkitab.
Saya duga, salah satu faktor sehingga Katolik jarang baca Alkitab, karena di Gereja umat hanya mendengar. Tata ibadatnya kan bilang, "Demikianlah Sabda Allah/Tuhan", ato, "Inilah Injil..." Jadi. Kalo mau baca sendiri, sudah ada di stensilan, bareng dengan warta Gereja (di tingkat paroki biasanya). Baca di rumah, kayaknya hanya untuk orang-orang tertentu (sebagian kecil) umat yang menyempatkan diri membaca Alkitab. Nah, kalo ada acara-acara lingkungan/komunitas, sangat baik kalo diisi pendalaman Alkitab, tanpa meninggalkan devosi-devosi lainnya.

Husada wrote:

Maksud saya seperti Maradona itu ialah, ketika hendak makan ato minum, hanya bikin tanda salib, bahkan verbal tanda salib itupun tidak diucapkan. Hanya dengan tangan ke jidat, ke dada, ke bahu kiri, ke bahu kanan, langsung melahap.
 

Saya sependapat kalo menggalakkan pendalaman Alkitab.
Saya duga, salah satu faktor sehingga Katolik jarang baca Alkitab, karena di Gereja umat hanya mendengar. Tata ibadatnya kan bilang, "Demikianlah Sabda Allah/Tuhan", ato, "Inilah Injil..." Jadi. Kalo mau baca sendiri, sudah ada di stensilan, bareng dengan warta Gereja (di tingkat paroki biasanya). Baca di rumah, kayaknya hanya untuk orang-orang tertentu (sebagian kecil) umat yang menyempatkan diri membaca Alkitab. Nah, kalo ada acara-acara lingkungan/komunitas, sangat baik kalo diisi pendalaman Alkitab, tanpa meninggalkan devosi-devosi lainnya.

 
Mungkin, kekurangan pemahaman Alkitab (dan sedikit theology) pada umat Katolik, karena memang dibutuhkan peran aktif dari umat sendiri. Umat yang hanya pasif dan menerima saja apa yang iberikan di gereja setiap minggunya, tentu tidak memperoleh pendalaman, karena waktunya terlalu singkat. PPadahal, dalam Gereja Katolik juga terdapat pendalaman ALkitab yang astagaaa, luar biasa berat. Tetapi tentu butuh minat dari umat sendiri.

Itu dari pegalaman saya 

Meski kekurangan pemahaman Alkitab, saya pikir, sepanjang menerapkan hukum Kasih yang diajarkan oleh Tuhan Jesus Kristus, tidak terlalu jadi masalah. Hanya saja, dengan kondisi yang begitu, akan menjadi kagok kalo dipertanyakan oleh kelompok lain.

Dan para ABK akan menjadikan orang seperti itu sebagai sampel untuk menguatkan pemahaman mereka menolak Katolik, atau setidaknya semakin teguh berprasangka bahwa kelompoknya lebih benar.

Jadi, adalah memang lebih baik kalau Katolik menambah pendalaman Alkitab bagi umat.

Mungkin, ini mungkin lhoh ya, justru itulah peran forum diskusi seperti ini, yakni bisa memberikan pemahaman tentang Kekristenan pada umumnya dan Kekatolikan pada khususnya, walaupun sedikit.
Mudah mudahan.

Kalo dipikir2 ulang.
Mengenai spiritualitas, mengapa kog tidak mendaraskan doa Bapa Kami saja  

Sesuai yang diajarkan Tuhan Yesus

cinzano wrote:

Kalo dipikir2 ulang.
Mengenai spiritualitas, mengapa kog tidak mendaraskan doa Bapa Kami saja  

Sesuai yang diajarkan Tuhan Yesus

Saya kira, mendaraskan doa Bapa Kami juga, kalo dihayati perlahan-lahan, adalah kegiatan yang semakin mendalamkan spiritualitas. Kalo didaraskan hanya sekedar didaraskan, seperti ada pihak yang mengejar-ngejar, tidak begitu bermanfaat. Tapi kalo didaraskan secara perlahan-lahan dengan mencoba mencari maksud doa tersebut diajarkan, akan dapat merasakan kedalaman spiritualitas. Coba saja Cinz.