Pesawat CN 235 Buatan Indonesia Sering Rusak

Parlemen Korsel: Pesawat CN 235 Buatan Indonesia Sering Rusak
Penulis : Wisnu Dewabrata Rabu, 30 Oktober 2013 | 05:49 WIB

SEOUL, KOMPAS.com — Pesawat patroli maritim buatan Indonesia, CN 235, yang dibeli dan digunakan Pasukan Penjaga Pantai Korea Selatan untuk berpatroli dan memonitor kawasan ekonomi eksklusif negeri itu dinilai gampang rusak. 

Kritik itu disampaikan Kim Jae-won, anggota parlemen Korsel dari partai politik berkuasa, Partai Saenuri. Dia menyampaikannya dalam hasil audit di Gedung Majelis Nasional (parlemen) seperti diwartakan surat kabar Chosun Ilbo, Selasa (29/10/2013). 

Menurut Kim, empat unit pesawat patroli maritim jenis CN 235 yang dibeli Korsel senilai 120 miliar won Korsel atau setara Rp 1,2 triliun pada 2008 itu telah mengalami kerusakan sebanyak 78 kali sepanjang 2011 dan 2012. Angka kejadian tersebut jauh melampaui rata-rata kerusakan pesawat lain, yakni 20 kali dalam kurun waktu yang sama.

Jumlah kejadian kerusakan CN 235 itu juga diketahui 10 kali lipat lebih sering terjadi daripada kerusakan pada 17 helikopter Pasukan Penjaga Pantai Korsel dalam tiga tahun terakhir.

Editor : Palupi Annisa Auliani


 

Alangkah sedihnya .......

Kerusakannya apa ya GMB ?

Hardware atau software ?

Saya berpikir seperti IPhone, ternyata didalamnya menggunakan berbagai macam chip yg diimpor dari berbagai negara.

Sedangkan pesawat produk kita itu apakah 100% merupakan produk kita ataukah masih menggunakan komponen yg dipesan dari berbagai negara?

Ato, kerusakan itu "termasuk dalam rancangan" sehingga pembeli memerlukan montir dari pihak penjual? Itung-itung, agar tetap ada proyek, gitu?

Husada wrote:

Ato, kerusakan itu "termasuk dalam rancangan" sehingga pembeli memerlukan montir dari pihak penjual? Itung-itung, agar tetap ada proyek, gitu?

Waaakakkakaka

Enggak lah kalo sampe begitu.


Kalo masalah hardware, mungkin ilmu metalurgy kita masih belum canggih lho GMH

cinzano wrote:

Waaakakkakaka
Enggak lah kalo sampe begitu.
Kalo masalah hardware, mungkin ilmu metalurgy kita masih belum canggih lho GMH

Ooo... sempat saya agak gembira. Kalo "kerusakan itu termasuk dalam rancangan", artinya bangsa kita sudah mulai pintar dan canggih, seperti negara-negara bangsa pemberi bantuan kepada negara kita dengan syarat harus memakai bahan ato teknisi dari negara mereka.

ato mungkin jg anggaran pembuatan pesawatnya itu dikorup Oom, jd yg dipake komponen2 KW 2 nya..
spt biasa yg terjadi dlm anggaran proyek2 yg dilakukan ol pemerintah..

Setahu saya, CN235 adalah pesawat produksi Indonesia dengan menggunakan rancangan Casa Spanyol. Tetapi kalau dikatakan rancangannya yang salah, tentu ada complain dari negara pengguna lain yang menggunakan produksi Spanyol, sementara yang dikomplain koq yang produksi Indonesia?

Dugaan saya, memang bangsa kita terbiasa untuk hidup hemat, segala sesuatu yang bisa dihemat maka harus dihemat, termasuk penggunaan bahan. He he he he, mudah mudahan sih gak begitu ya.

Lhah, kalo negeri ini terbiasa dengan hemat, dikaitkan dengan kata mutiara Hamat pangkal kaya, maka seharusnya negeri ini sudah kaya, dong?
Oo... memang sudah kaya sejak diciptakan, ya? Hanya saja, perilaku para petinggi negeri ini yang 'memelaratkan' negeri ini.

Husada wrote:

Lhah, kalo negeri ini terbiasa dengan hemat, dikaitkan dengan kata mutiara Hamat pangkal kaya, maka seharusnya negeri ini sudah kaya, dong?
Oo... memang sudah kaya sejak diciptakan, ya? Hanya saja, perilaku para petinggi negeri ini yang 'memelaratkan' negeri ini.

Lhoh, yang kaya kan pelaku hematnya, om, bukan pihak lain.
Kalau saya menjual produk 'hemat' kepada anda, maka yang harus menanggung akibat 'penghematan' yang saya lakukan adalah anda.

Stidaknya kita bikin pesawat terbang...itu udh prestation

siip wrote:

Stidaknya kita bikin pesawat terbang...itu udh prestation

Sependapat, bahwa itu prestasi. Namun mengingat jumlah tahun kemerdekaan sudah 67 tahun, kok terasa miris kalo prestasinya hanya segitu.

Konon, sekitar 35 tahun lalu, masih banyak mahasiswa negara tetangga menimba ilmu di perguruan-perguruan tinggi Indonesia. Sekarang, paling tersisa hanya yang mempelajari bahasa Indonesia.

Husada wrote:

siip wrote:

Stidaknya kita bikin pesawat terbang...itu udh prestation

Sependapat, bahwa itu prestasi. Namun mengingat jumlah tahun kemerdekaan sudah 67 tahun, kok terasa miris kalo prestasinya hanya segitu.

Konon, sekitar 35 tahun lalu, masih banyak mahasiswa negara tetangga menimba ilmu di perguruan-perguruan tinggi Indonesia. Sekarang, paling tersisa hanya yang mempelajari bahasa Indonesia.

Dulu, dosen, guru, pegawai negeri Malaysia, belajar di Indonesia, sekarang pelajar dan mahasiswa Indonesia belajar di Malaysia.

Petronas, dulu belajar dari Pertamina, sekarang walau kemudian banyak yang tutup karena gak laku, banyak Petronas yang buka SPBU di Indonesia.

Memang, kalau bicara prestasi, kita yang sudah 68 tahun merdeka sepertinya berlari ....... ditempat.

bruce wrote:

Memang, kalau bicara prestasi, kita yang sudah 68 tahun merdeka sepertinya berlari ....... ditempat.

Berlari di tempat. Seperti menggunakan alat olah raga yang sering dipromosikan di TV-TV itu, ya?

Husada wrote:

bruce wrote:

Memang, kalau bicara prestasi, kita yang sudah 68 tahun merdeka sepertinya berlari ....... ditempat.

Berlari di tempat. Seperti menggunakan alat olah raga yang sering dipromosikan di TV-TV itu, ya?

Iya, cuma sambil naik keledai ehhhh kebo.

Terlanjur menyingkat "Penelitian dan Pengembangan" menjadi "Litbang" yang kemudian dipanjangkan meleset jadi "Sulit Berkembang".

Terkadang saya menjadi heran.
Tahun 2000 an, printer2 sempat made in Indonesia.
Epson & Canon

Kenapa ya sampai sekarang kita enggak bisa bikin printer sendiri
Berarti cuman titip mesin saja disini

cinzano wrote:

Terkadang saya menjadi heran.
Tahun 2000 an, printer2 sempat made in Indonesia.
Epson & Canon

Kenapa ya sampai sekarang kita enggak bisa bikin printer sendiri
Berarti cuman titip mesin saja disini

Di Metro TV ada acara 'Channel Japan', selain cara hidup di Jepang, sering ditampilkan berbagai macam riset dan penemuan baru bangsa Jepang. Sungguh, walau secara industri Jepang sudah mulai dilewati oleh bangsa China, tetapi dalam riset, di dunia ini hanya ada AS Jepang dan Jerman yang selalu unggul dalam riset. Sementara bangsa lain hanya mampu 'meniru', sedangkan bangsa kita hanya mampu 'membeli' itupun secara hutang pula.

Malasia belum bikin psawat terbang kan?

Sebenarnya, tanpa bermaksud pesimis, IPTN hanyalah perakit pesawat saja, om.

 

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertai LTBers sekalian.

Suatu produk, di satu sisi memang merupakan prestasi. Namun, kalo produk tersebut tidak berguna maksimal, dan malah menambah beban baik untuk pengeluaran mengganti suku cadang, dan menjadi titik lemah sebagai bahan ejekan oleh pihak lain, kok rasanya gimana gitu?

Mbok ya sabar dulu, jangan terlalu emosional bikin pesawat. Ato sekalian, curahkan kemampuan secara penuh, tidak setengah-setengah. Kualitas orang Indonesia sudah terbukti tidak kalah dari kualitas orang lain. Pembedanya hanya dalam etos kerja. Maka, kalo berkeinginan membangun industri pesawat terbang, sekalian perkuat risetnya, dan segala sesuatu yang terkait.

Ato, cukupkan saja membangun industri lainnya dengan teknologi padat karya. Indonesia punya penduduk terbesar keempat di dunia, kan?

Damai, damai, damai.

Quote :

Ato, cukupkan saja membangun industri lainnya dengan teknologi padat karya. Indonesia punya penduduk terbesar keempat di dunia, kan?

Maksud anda bikin pabrik tikar, om?

bruce wrote:

Quote :

Ato, cukupkan saja membangun industri lainnya dengan teknologi padat karya. Indonesia punya penduduk terbesar keempat di dunia, kan?

Maksud anda bikin pabrik tikar, om?

Termasuk.

Kemudian bikin peraturan, semua pekerja harus bekerja secara lesehan.

Pemerintah mbok ya bikin satu stasiun televisi yg siaran nya ke manufaktur, iptek dan agricultural.
Mosok siarannya sinetron melulu

cinzano wrote:

Pemerintah mbok ya bikin satu stasiun televisi yg siaran nya ke manufaktur, iptek dan agricultural.
Mosok siarannya sinetron melulu

Pemerintah?  Mau seperti TVRI jaman doeloe, om?

Kalau manufaktur sepertinya Metro sering, juga Kompas TV yang sering mengambil dari History channel.

Betul, KOMPAS TV ingin mewujudkan Inspirasi Indonesia. GMB memang yahud.