|
| Pendidikan di Indonesia | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Pendidikan di Indonesia 22nd November 2012, 16:23 | |
| Suruh Siswa Bercinta, Guru AU Dipecat Penulis : Kontributor Pinrang, Suddin Syamsuddin | Kamis, 22 November 2012 | 11:16 WIB
PAREPARE, KOMPAS.com — Dinas Pendidikan Kota Parepare tidak tinggal diam menyikapi adanya tenaga pendidik yang melakukan perbuatan asusila terhadap siswa. Kepala Dinas Pendidikan setempat, Mustafa Mappangara, yang dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (22/11/2012), mengaku telah memerintahkan Kepala SMP Negeri 9 untuk menggelar rapat internal membahas pemecatan terhadap AU, guru yang kini telah menjadi tersangka.
"Meskipun guru itu terampil, tapi kalau telah mencoreng lembaga pendidikan itu harus dipecat. Apalagi guru itu masih berstatus tenaga sosial sehingga proses pemecatannya hanya melalui internal SMPN 9," kata Mustafa.
Dinas Pendidikan tidak mengikuti rapat internal antara kepala SMPN 9 bersama dengan para guru karena proses penerimaan guru tersebut dilakukan secara internal di SMPN 9. "Jadi, proses pemecatannya harus juga melalui rapat internal sekolah di SMP 9. Apalagi sudah ada dasar pihak sekolah melakukan pemecatan dengan adanya surat teguran terhadap gejala sebelumnya," tegas Mustafa.
Sementara Kepala Pendidikan Dasar (Diksar) Dinas Pendidikan Kota Parepare Arifuddin juga mengaku menyesali adanya tindakan oknum guru yang telah mencoreng dunia pendidikan di Kota Parepare. Perbuatan tersebut tidak perlu ditoleransi lagi, meskipun guru itu terkenal kreatif dan terampil sebagai pelatih drumband.
Rencana rapat internal SMP 9 untuk membahas kasus yang dialami AU akan dibahas hari ini. Bahkan sejumlah rekan guru tidak menyangka jika peristiwa itu terjadi di lingkungan SMPN 9. "Dia sebenarnya sudah ditahan selama seminggu dengan kasus pemukulan siswa. Dan sampai saat ini masih wajib lapor di polisi," jelas Arifuddin lagi.
Seperti diberitakan sebelumnya, AU ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pencabulan terhadap siswanya dan dijebloskan ke dalam sel Mapolres Parepare sejak Rabu kemarin. Kasat Reskrim Polres Parepare Ajun Komisaris Emile R Hartanto mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan korban dan saksi, hingga saat ini belum ada penambahan jumlah korban perbuatan cabul tersangka.
AU dituding melakukan pelecehan seksual terhadap siswanya berinisial A. Pelaku sebelumnya menyuruh A untuk bercinta dengan siswi, teman A. Setelah gairahnya muncul, pelaku meminta siswi keluar, lalu A yang notabene laki-laki itu disodomi oleh pelaku yang juga pria.
Berita ini adalah kelanjutan dari berita di bawah ini :
| |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 22nd November 2012, 16:26 | |
| Suruh Siswa Bercinta, Guru AU Jadi Tersangka Penulis : Kontributor Pinrang, Suddin Syamsuddin | Rabu, 21 November 2012 | 19:13 WIB
PAREPARE, KOMPAS.com — AU, guru salah satu SMP di Kota Parepare, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pencabulan terhadap siswanya sendiri, A. Guru yang masih berstatus honorer ini dijebloskan ke dalam sel Mapolres Parepare, Rabu (21/11/2012).
Kasat Reskrim Polres Parepare Ajun Komisaris Emile R Hartanto mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan korban dan saksi, hingga saat ini belum ada penambahan jumlah korban perbuatan cabul tersangka.
"Jadi, sampai saat ini, baru A yang menjadi korban pencabulan yang dilakukan oleh gurunya sendiri. Adapun rekan yang juga siswa, kami telah mintai keterangan, hanya sebatas saksi," katanya.
"Setelah diperiksa oleh penyidik, guru tersebut kami tahan dan dijadikan tersangka dalam kasus dugaan pencabulan terhadap siswa untuk proses pengembangan lebih lanjut," tutur Kasat Reskrim Polres Parepare.
Selain ditetapkan sebagai tersangka, AU juga terancam dipecat dari sekolah tempatnya mengajar. Sementara itu AU yang sempat ditemui enggan memberikan komentar kepada sejumlah awak media yang berusaha mewawancarainya. AU hanya tertunduk saat berlalu dari ruang penyidikan menuju sel Polres Parepare.
Sebelumnya diberitakan, AU dituding melakukan pelecehan seksual terhadap siswanya berinisial A. Pelaku sebelumnya menyuruh A untuk bercinta dengan siswi, teman A. Setelah gairahnya muncul, pelaku meminta siswi keluar, lalu A yang notabene laki-laki itu disodomi oleh pelaku yang juga pria.
Entah dunia ini sudah gila, negara nya yang gak beres, ajaran agamanya yang ngga bener, atau pelakunya yang miring otaknya?
| |
| | | cinzano Moderator
Jumlah posting : 2124 Join date : 26.10.12 Lokasi : Buaya City
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 22nd November 2012, 19:51 | |
| - bruce wrote:
Entah dunia ini sudah gila, negara nya yang gak beres, ajaran agamanya yang ngga bener, atau pelakunya yang miring otaknya?
Dosa2 lain terjadi diluar tubuh. Kalo dosa seksual, menunjuk pada kitab kejadian dimana mereka menjadi satu tubuh.... dosa yang terjadi didalam tubuh. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| | | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 23rd November 2012, 07:25 | |
| Dan apa yang dilakukan oleh pelajar di luar sekolah ? - Quote :
- Satu Pelajar Pembajak Bus Patas Jadi Tersangka
Penulis : Imanuel More | Jumat, 23 November 2012 | 01:35 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Polres Metro Jakarta Selatan menetapkan seorang pelajar SMK Grafika sebagai tersangka lantaran membawa senjata tajam di ruang publik. Pelajar tersebut merupakan satu dari 35 pelajar yang diamankan setelah terjadi pembajakan bus Patas 54 (Depok-Grogol) oleh sekitar 250 pelajar.
"Salah satu di antaranya kita tetapkan tersangka karena terbukti membawa senjata tajam," terang Kepala Polrestro Jakarta Selatan Komisaris Besar Wahyu Hadiningrat di Mapolres, Kamis (22/11/2012).
Pelajar tersebut berinisial D (16), siswa SMK Grafika Lebak Bulus. Ia diamankan petugas Polsektro Pasar Minggu setelah dilakukan penghadangan atas bus yang dibajak pelajar di Jalan Rawa Bambu, Pasar Minggu. Bersama D, polisi mengamankan barang bukti berupa senjata tajam sepanjang sekitar 1 meter yang dimodifikasi dari batangan penggaris besi.
"Kepada tersangka akan kita kenakan pasal berlapis. Pertama, Pasal 368 KUHP tentang perampasan dan Pasal 170 ayat 1 KUHP karena melakukan pengrusakan secara bersama-sama," tambah Kasat Reskrim Polrestro Jaksel AKBP Hermawan. Selain itu, karena masih terhitung anak-anak, perbuatan tersangka juga akan dijerat dengan UU darurat No 12 tahun 2001 tentang perlindungan anak.
Hermawan juga menambahkan, tidak hanya D yang membawa senjata tajam saat melakukan pembajakan di Halte Universitas Indonesia Jalan Raya Lenteng Agung. Dari sekitar 250 pelajar yang melakukan pembajakan, petugas kepolisian tengah mencari beberapa di antaranya yang terlihat membawa sajam. "Ada beberapa lagi yang masih DPO (daftar pencarian orang)," sambung Hermawan.
Sementara itu, dari 35 orang yang telah diamankan Rabu (21/11) malam, penyidik menemukan 18 siswa yang diduga tengah berada di bawah pengaruh minuman keras. Kapolres menyatakan, pelajar-pelajar tersebut masih akan diperiksa lebih dalam.
Pembajakan bus Patas 54 terjadi pada Rabu sore di Halte UI, Jagakarsa. Pembajakan dilakukan oleh sekitar 250 pelajar dari tiga sekolah, yakni SMK Grafika Lebak Bulus, SMK Grafika Tanjung Barat, dan SMK Grafika Jakarta Timur. Mereka menyuruh seluruh penumpang turun dan memaksa pengemudi bus, Arifin Situmeang, membawa ke arah yang ditunjukkan mereka.
Petugas Patwal yang melihat kejadian tersebut lalu melaporkan ke Polsektro Pasar Minggu. Penghadangan yang dilakukan petugas di Jalan Rawa Bambu hanya berhasil membekuk dua pelajar. 33 pelajar lainnya diamankan di sekitar Jalan Raya Lenteng Agung oleh petugas Polsektro Jagakarsa.
Editor :A. Wisnubrata
Diajari apa saja sih di sekolah mereka itu? Koq hasilnya seperti ini? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 24th November 2012, 10:10 | |
| Rupanya masih ada yang lebih 'serius' dalam melakukan praktek kerja lapangan : - Quote :
- Kawanan Pencuri Motor Itu adalah Pelajar SMP dan SMA
Penulis : Kontributor Bone, Abdul Haq | Sabtu, 24 November 2012 | 09:32 WIB
BONE, KOMPAS.com - Empat pelajar yang merupakan kawanan pencuri sepeda motor berhasil dibekuk aparat gabungan Reserse dan Kriminan (Reskrim) Polres Bone Reskrim Mapolsek Tanetriattang, Sulawesi Selatan, Sabtu, (24/11/2012). Apes, keduanya tertangkap tangan saat mendorong motor curian.
Polisi mengaku masih mengambangkan kasus ini, terutama menyelidiki kemungkinan kelompok ini terkait dengan sindikat tertentu. "Para tersangka kami amankan dan mudah-mudahan bisa dikembangkan untuk mengungkap sejumlah kasus pencurian sepeda motor di Kabupaten Bone," tegas Kompol Abd. Muin, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Polres Bone, Sabtu.
Muin menceritakan, peristiwa ini bermula saat polisi mendapat laporan adanya aksi pencurian sepeda motor di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) I Watampone. Sejumlah polisi lalu turun ke tempat kejadian perkara (TKP). Saat menuju lokasi, di Jalan HOS. Cokroaminoto, polisi melihat dua orang siswa tengah mendorong sepeda motor Suzuki Satria. Keduanya adalah SB (13), pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan AD pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA).
Lantaran curiga, polisi akhirnya mengamankan kedua pelajar ini dan menggelandangnya ke Mapolres Bone. Keduanya mengaku sepeda motor yang mereka dorong adalah hasil curian. Sepeda Motor itu milik siswa SMK I Watampone yang diparkir di halaman sekolah.
Dari pengakuan kedua pelajar ini terungkap, aksi mereka dilakukan dalam kelompok. Dua rekan mereka yang juga masih pelajar ikut membantu aksi pencurian. Polisi kemudian membekuk DS (15) dan ES (16).
Informasi yang dihimpun Kompas.com, dalam menjalankan aksinya keempatnya berbagi tugas. Satu orang melakukan pengintaian, dua orang melakukan eksekusi, sementara satu lainnya mencari pembeli. Kawanan ini telah mencuri sembilan sepeda motor. Masing-masing sepeda motor dijual dengan harga Rp 3 juta per unit.
Editor :Heru Margianto
| |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 27th November 2012, 17:20 | |
| - Quote :
- Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia
Selasa, 27 November 2012 | 15:11 WIB
KOMPAS.com - Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua diraih oleh Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.
Peringkat itu memadukan hasil tes internasional dan data seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson, mengatakan peringkat disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan.
Perbandingan internasional dalam dunia pendidikan telah menjadi semakin penting dan tabel liga terbaru ini berdasarkan pada serangkaian hasil tes global yang dikombinasikan dengan ukuran sistem pendidikan seperti jumlah orang yang dapat mengenyam pendidikan tingkat universitas.
Gambaran perpaduan itu meletakkan Inggris dalam posisi yang lebih kuat dibandingkan tes Pisa dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang juga merupakan salah satu tes dalam proses penyusunan peringkat. Pertimbangan-pertimbangan dalam peringkat ini diproduksi untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit.
Kompetisi global
Dua kekuatan utama pendidikan adalah Finlandia dan Korea Selatan, lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura.
Inggris yang dianggap sebagai sistem tunggal juga dinilai sebagai "di atas rata-rata" lebih baik dari Belanda, Selandia Baru, Kanada dan Irlandia. Keempat negara itu juga berada di atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Prancis.
Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang termasuk matematika, sains dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi tujuan utamanya adalah memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson bernama Learning Curve.
Melihat dari sistem pendidikan yang berhasil, studi itu menyimpulkan bahwa mengeluarkan biaya adalah hal penting namun tidak sepenting memiliki budaya yang mendukung pendidikan. Studi itu mengatakan biaya adalah ukuran yang mudah tetapi yang lebih kompleks dampak yang lebih kompleks adalah perilaku masyarakat terhadap pendidikan, hal itu dapat membuat perbedaan besar.
Kesuksesan negara-negara Asia dalam peringkat ini merefleksikan nilai tinggi pendidikan dan pengharapan orang tua. Hal ini dapat menjadi faktor utama ketika keluarga bermigrasi ke negara lain, kata Pearson.
Ada banyak perbedaan di antara kedua negara teratas yaitu Finlandia dan Korea Selatan, menurut laporan itu, tetapi faktor yang sama adalah keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas pentingnya pendidikan dan "tujuan moral."
Kualitas guru
Laporan itu juga menekankan pentingnya guru berkualitas tinggi dan perlunya mencari cara untuk merekrut staf terbaik. Hal ini meliputi status dan rasa hormat serta besaran gaji.
Peringkat itu menunjukkan bahwa tidak ada rantai penghubung jelas antara gaji tinggi dan performa yang lebih baik. Dan ada pula konsekwensi ekonomi langsung atas sistem pendidikan performa tinggi atau rendah, kata studi itu, terutama di ekonomi berbasis keterampilan dan global. Tetapi tidak ada keterangan jelas mengenai pengaruh manajemen sekolah dengan peringkat pendidikan.
Peringkat untuk tingkat sekolah menunjukkan bahwa Finlandia dan Korea Selatan memiliki pilihan tingkat sekolah terendah. Namun Singapura yang merupakan negara dengan performa tinggi memiliki tingkat tertinggi.
Sumber :BBC Indonesia Editor :Caroline Damanik
Indonesia oh Indonesia, masih adakah harapan untuk memperbaiki negeri ini? Masa depan bangsa hanya dapat dicapai dengan generasi penerus yang handal. Generasi penerus yang handal hanya bisa diperoleh dari pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik termasuk diantaranya adalah guru yang baik. | |
| | | cinzano Moderator
Jumlah posting : 2124 Join date : 26.10.12 Lokasi : Buaya City
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 27th November 2012, 19:26 | |
| Kog saya skeptis dengan pendidikan Indonesia. Sekolah swasta dan sekolah negeri sama2 mahalnya. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| | | | cinzano Moderator
Jumlah posting : 2124 Join date : 26.10.12 Lokasi : Buaya City
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 27th November 2012, 20:15 | |
| Yang ini enggak bisa komentar ya. Di Surabaya banyak didirikan sekolah2 dengan latar belakang Kristen dengan menonjolkan kelebihan antara lain : - International - Dua bahasa - Full day school dll Tetapi uang sekolahnya yang enggak ketulungan... Sedih juga mikirnya.....IMHO Karena lebih banyak kearah profit. Beda dengan waktu saya sekolah dulu..... (puluhan tahun lampau) Yayasan mengarahkan sekolah bukan untuk profit tapi ke pendidikan............. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 27th November 2012, 20:21 | |
| Betul sekali om. Salah satu gejala yang sangat terlihat sekarang ini adalah sekolah sekolah Kristen/Katolik menjadi sekolah mahal. Dulu sekolah Katolik terkenal dengan disiplin prima kualitas prima dengan harga terjangkau. Sekarang disiplin masih bagus, kualitas masih bagus, tetapi tidak lagi terjangkau. SMA Katolik peringkat atas, sekarang ini untuk uang pangkal sudah mulai dari 30juta ke atas. Begitu juga sekolah Kristen (Protestan) terbaik di Jakarta sudah lebih mahal lagi. Jika dulu yayasan pendidikan Katolik diadakan untuk misi sosial dan pengabaran Injil, sekarang sepertinya justru bersaing dengan sekolah sekolah berlabel internasional. Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana nasib anak anak Katolik yang pandai dengan orang tua tidak mampu, kemana mereka akan bersekolah? Hal seperti ini seharusnya disadari oleh para pengelola yayasan pendidikan Katolik. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 08:28 | |
| - bruce wrote:
- Betul sekali om.
Salah satu gejala yang sangat terlihat sekarang ini adalah sekolah sekolah Kristen/Katolik menjadi sekolah mahal. Dulu sekolah Katolik terkenal dengan disiplin prima kualitas prima dengan harga terjangkau. Sekarang disiplin masih bagus, kualitas masih bagus, tetapi tidak lagi terjangkau. SMA Katolik peringkat atas, sekarang ini untuk uang pangkal sudah mulai dari 30juta ke atas. Begitu juga sekolah Kristen (Protestan) terbaik di Jakarta sudah lebih mahal lagi. Jika dulu yayasan pendidikan Katolik diadakan untuk misi sosial dan pengabaran Injil, sekarang sepertinya justru bersaing dengan sekolah sekolah berlabel internasional. Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana nasib anak anak Katolik yang pandai dengan orang tua tidak mampu, kemana mereka akan bersekolah? Hal seperti ini seharusnya disadari oleh para pengelola yayasan pendidikan Katolik. Ketika baru-baru ini saya mengikuti coaching di Jogja, widyaiswaranya seorang ibu berjilbab. Di sela penyampaian materinya, beliau cerita bahwa beliau masih hormat dan bangga dengan almamater SLTAnya yang adalah sekolah Katolik khusus untuk para putri. Dikatakannya, sampai sekarang, sistem subsidi silang masih berlaku di sana, bahwa orang tua siswi yang punya kemampuan ekonomi bagus, tidak sama bayar bulanan dengan orang tua siswi yang kemampuan ekonominya lemah, walaupun memang sudah terbilang suangat muahal. Demikian juga sekolah 'para preman' alias khusus untuk putra, masih berlaku subsidi silang, tapi ya tetap saja terbilang suangat muahal. Nah, yang ingin saya sampaikan, mari, para pemerhati dan peduli pendidikan, bagaimana caranya menghimbau yayasan-yayasan itu (khususnya yang spiritnya dekat dengan kita) untuk mengembalikan spirit pendidikan ke benar-benar pendidikan, bukan ke motif finansial. Yok, kita pikir sama-sama, bagaimana caranya? :) | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 08:37 | |
| - Quote :
- Ketika baru-baru ini saya mengikuti coaching di Jogja, widyaiswaranya seorang ibu berjilbab. Di sela penyampaian materinya, beliau cerita bahwa beliau masih hormat dan bangga dengan almamater SLTAnya yang adalah sekolah Katolik khusus untuk para putri. Dikatakannya, sampai sekarang, sistem subsidi silang masih berlaku di sana, bahwa orang tua siswi yang punya kemampuan ekonomi bagus, tidak sama bayar bulanan dengan orang tua siswi yang kemampuan ekonominya lemah, walaupun memang sudah terbilang suangat muahal. Demikian juga sekolah 'para preman' alias khusus untuk putra, masih berlaku subsidi silang, tapi ya tetap saja terbilang suangat muahal.
Nah, yang ingin saya sampaikan, mari, para pemerhati dan peduli pendidikan, bagaimana caranya menghimbau yayasan-yayasan itu (khususnya yang spiritnya dekat dengan kita) untuk mengembalikan spirit pendidikan ke benar-benar pendidikan, bukan ke motif finansial. Yok, kita pikir sama-sama, bagaimana caranya?
Sekedar melepas uneg uneg 'dendam lama' om. Sekolah Katolik menerapkan cara 'devide et impera' dalam penetapan uang pangkal. Apa maksudnya? Bahwa orang tua murid 'diadu' dengan orang tua murid yang baru. Pihak sekolah akan minta orang tua murid yang lama sebagai negotiator pihak sekolah dan berhadapan dengan ortu murid baru. Sekarang bayangkan kalau anda dulu 'digebug' 30 juta, maka dengan alasan 'demi sekolah kita bersama' anda akan menggebug ortu baru di atas nilai yang dulu pernah anda bayarkan. Kalau ortu baru ternyata keberatan, biasanya berbagai sindiran dan ucapan akan anda keluarkan, walau pada akhirnya si ortu murid baru akan berhadapan dengan kepsek. Menurut saya, cara cara model begini kurang elok. Saat ini, sekolah tempat anak kedua saya bersekolah, adalah sekolah Katolik (tempat Obama pernah sekolah di Jakarta dulu) yang dikelola yayasan dengan penetapan uang pangkal seragam, uang sekolah seragam, tanpa tawar menawar. Kecuali jika kita mengajukan kurang mampu (surat romo), itu dapat keringanan. Ini justru lebih adil. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 08:49 | |
| - bruce wrote:
- Sekedar melepas uneg uneg 'dendam lama' om.
Sekolah Katolik menerapkan cara 'devide et impera' dalam penetapan uang pangkal. Apa maksudnya? Bahwa orang tua murid 'diadu' dengan orang tua murid yang baru.
Pihak sekolah akan minta orang tua murid yang lama sebagai negotiator pihak sekolah dan berhadapan dengan ortu murid baru. Sekarang bayangkan kalau anda dulu 'digebug' 30 juta, maka dengan alasan 'demi sekolah kita bersama' anda akan menggebug ortu baru di atas nilai yang dulu pernah anda bayarkan. Kalau ortu baru ternyata keberatan, biasanya berbagai sindiran dan ucapan akan anda keluarkan, walau pada akhirnya si ortu murid baru akan berhadapan dengan kepsek. Menurut saya, cara cara model begini kurang elok.
Saat ini, sekolah tempat anak kedua saya bersekolah, adalah sekolah Katolik (tempat Obama pernah sekolah di Jakarta dulu) yang dikelola yayasan dengan penetapan uang pangkal seragam, uang sekolah seragam, tanpa tawar menawar. Kecuali jika kita mengajukan kurang mampu (surat romo), itu dapat keringanan. Ini justru lebih adil. Nah, salah satu tawaran solusi ternyata sudah Bruce ungkapkan. Sekarang, masih adakah cara lain? Selanjutnya, bagaimana menginformasikan itu kepada pengurus yayasan-yasan pendidikan itu? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 08:55 | |
| - Quote :
- Nah, salah satu tawaran solusi ternyata sudah Bruce ungkapkan. Sekarang, masih adakah cara lain? Selanjutnya, bagaimana menginformasikan itu kepada pengurus yayasan-yasan pendidikan itu?
Saya sudah pernah bicara, om. Dan dibantah dengan alasan yang juga masuk akal. Bahwa selain menerapkan subsidi silang antar siswa, yayasan juga menerapkan subsidi silang antar sekolah. Seperti contohnya adalah sekolah yang berada pada lingkungan yang miskin, misalnya di Kampung sawah itu, sekolah sekolah dari yayasan Katolik yang membuka sekolah di sana tentu saja tidak bisa menutup biaya sekolahnya kalau tanpa bantuan dari sekolah sekolah yang kebetulan berada di daerah yang 'plus'. Maka ortu siswa yang 'dianggap mampu' harus menanggung biaya subsidi silang antar siswa dan antar sekolah. Yang jadi masalah serius adalah, jika ada ortu yang sebenarnya tidak mampu, tetapi disangka mampu, maka bisa pusing tujuh keliling bayar uang pangkal dan uang sekolah yang berada di atas kemamuannya, seperti yang pernah saya rasakan dulu. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 09:06 | |
| - bruce wrote:
- Saya sudah pernah bicara, om. Dan dibantah dengan alasan yang juga masuk akal. Bahwa selain menerapkan subsidi silang antar siswa, yayasan juga menerapkan subsidi silang antar sekolah. Seperti contohnya adalah sekolah yang berada pada lingkungan yang miskin, misalnya di Kampung sawah itu, sekolah sekolah dari yayasan Katolik yang membuka sekolah di sana tentu saja tidak bisa menutup biaya sekolahnya kalau tanpa bantuan dari sekolah sekolah yang kebetulan berada di daerah yang 'plus'. Maka ortu siswa yang 'dianggap mampu' harus menanggung biaya subsidi silang antar siswa dan antar sekolah.
Yang jadi masalah serius adalah, jika ada ortu yang sebenarnya tidak mampu, tetapi disangka mampu, maka bisa pusing tujuh keliling bayar uang pangkal dan uang sekolah yang berada di atas kemamuannya, seperti yang pernah saya rasakan dulu.
Hmmm... jika itu benar, bahwa Bruce benar-benar dinilai tidak sesuai dengan kondisi Bruce sebenarnya, saya kira, jalan paling sederhana ialah tidak menyekolahkan anak di sana. Kriteria yang ditentukan oleh sekolah itu tidak mampu Bruce penuhi. Jika dipaksakan, saya khawatir, akan selalu menjadi beban mental bagi Bruce, yang mau tidak mau, akan terimbas ke anak terkasih. Maka, saya setuju dengan sikap sekolah yang Bruce ceritakan itu, bahwa sekolah menetapkan uang pangkal secara rata, sehingga para orang tua murid akan menilai kemampuannya, apakah akan menyekolahkan anaknya di sana atau tidak. Efek negatifnya, memang ya salah satunya seperti itu, bahwa anak yang mempunyai prestasi bagus, akan kehilangan kesempatan menimba ilmu di sana hanya karena kemampuan ekonomi orang tuanya tidak menunjang. Nah, untuk mengakomodir keinginan anak yang berprestasi bagus tetapi kemampuan ekonomi orang tua tidak mendukung, lha itu tadi, bawa surat dari RT, RW, dan Pastor Paroki. | |
| | | cinzano Moderator
Jumlah posting : 2124 Join date : 26.10.12 Lokasi : Buaya City
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 11:06 | |
| - Husada wrote:
- bruce wrote:
- Saya sudah pernah bicara, om. Dan dibantah dengan alasan yang juga masuk akal. Bahwa selain menerapkan subsidi silang antar siswa, yayasan juga menerapkan subsidi silang antar sekolah. Seperti contohnya adalah sekolah yang berada pada lingkungan yang miskin, misalnya di Kampung sawah itu, sekolah sekolah dari yayasan Katolik yang membuka sekolah di sana tentu saja tidak bisa menutup biaya sekolahnya kalau tanpa bantuan dari sekolah sekolah yang kebetulan berada di daerah yang 'plus'. Maka ortu siswa yang 'dianggap mampu' harus menanggung biaya subsidi silang antar siswa dan antar sekolah.
Yang jadi masalah serius adalah, jika ada ortu yang sebenarnya tidak mampu, tetapi disangka mampu, maka bisa pusing tujuh keliling bayar uang pangkal dan uang sekolah yang berada di atas kemamuannya, seperti yang pernah saya rasakan dulu.
Hmmm... jika itu benar, bahwa Bruce benar-benar dinilai tidak sesuai dengan kondisi Bruce sebenarnya, saya kira, jalan paling sederhana ialah tidak menyekolahkan anak di sana. Kriteria yang ditentukan oleh sekolah itu tidak mampu Bruce penuhi. Jika dipaksakan, saya khawatir, akan selalu menjadi beban mental bagi Bruce, yang mau tidak mau, akan terimbas ke anak terkasih.
Maka, saya setuju dengan sikap sekolah yang Bruce ceritakan itu, bahwa sekolah menetapkan uang pangkal secara rata, sehingga para orang tua murid akan menilai kemampuannya, apakah akan menyekolahkan anaknya di sana atau tidak. Efek negatifnya, memang ya salah satunya seperti itu, bahwa anak yang mempunyai prestasi bagus, akan kehilangan kesempatan menimba ilmu di sana hanya karena kemampuan ekonomi orang tuanya tidak menunjang. Nah, untuk mengakomodir keinginan anak yang berprestasi bagus tetapi kemampuan ekonomi orang tua tidak mendukung, lha itu tadi, bawa surat dari RT, RW, dan Pastor Paroki. Satu hal yang hilang di Sekolah Katolik saya terdahulu..... Kemajemukan .... entah salah siapa ya ?? Dahulu saya sekolah dengan komunitas beragam. Sekarang komunitasnya hampir seragam. (mudah2an ngerti maksud saya). | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 11:25 | |
| - cinzano wrote:
- Satu hal yang hilang di Sekolah Katolik saya terdahulu.....
Kemajemukan .... entah salah siapa ya ?? Dahulu saya sekolah dengan komunitas beragam. Sekarang komunitasnya hampir seragam. (mudah2an ngerti maksud saya). Maksudnya sih saya ngerti. Jawaban atas pencarian 'salah siapa' itu yang belum dapat saya jawab akurat. Kalo sekedar menduga-duga sih, karena sekolah-sekolah 'bermutu' sekarang hampir sudah tersedia oleh komunitas-komunitas. Komunitas Islam sudah memiliki lembaga pendidikan yang 'bermutu', Komunitas lain juga sudah memiliki lembaga persekolahan yang 'bermutu'. Itu dari segi keber agamaan. Dari segi finansial, bahwa persekolahan sekarang sudah sangat mahal, sebab, guru-guru harus digaji, gedung harus disediakan dan diperbaiki, fasilitas lain harus memadai, semua itu harus ditanggung oleh yayasan, yang mau tidak mau, harus dibebankan kepada para siswa. Sementara, kemampuan orang tua siswa tidak seluruhnya mampu, maka jadilah, yang dapat bersekolah di sana hanya anak-anak dari kalangan mampu. Anak-anak yang orang tuanya kurang mampu, akan bersekolah di sekolah gratis. Okey, itu dugaan saya. SIlahkan ditambah oleh kawan-kawan lain. Damai, damai, damai. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th November 2012, 12:26 | |
| - Quote :
- Satu hal yang hilang di Sekolah Katolik saya terdahulu.....
Kemajemukan .... entah salah siapa ya ??
Dahulu saya sekolah dengan komunitas beragam. Sekarang komunitasnya hampir seragam. (mudah2an ngerti maksud saya). Ha ha ha ha, sebenarnya kalau soal ini masih tetap, om. Tergantung daerahnya. Sekolah Katolik di Jakarta Barat, tetap seragam sejak dulu higga sekarang. Sekolah Kristen di Jakarta Barat tetap seragam dari dulu hingga sekarang. Sedangkan sekolah Katolik di Jakarta Pusat masih beragam, begitu pula di Jakarta Selatan. Keberagaman dalam satu sekolah seharusnya tetap ada, karena anak anak yang akan menjadi penerus masa depan, bisa belajar sejak dini untuk hidup dalam masyarakat yang beragam. Sehingga tidak hidup inklusif. Contoh sangat bagus di forum ini adalah kang Silancah, beliau adalah tamatan sekolah Katolik terbaik di Bandung. Hanya sayang, bahwa kecenderungan non Katolik untuk menyekolahkan anak anaknya di sekolah Katolik, sepertinya sekarang sudah sangat jauh berkurang. Sebabnya mungkin karena saat ini Islam juga sudah memiliki sekolah yang berkualitas. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 17th December 2012, 19:47 | |
| - Quote :
- Kopertis: Jika Terbukti Ijazah Bodong, Izin Unas Bisa Dicabut
Penulis : Fabian Januarius Kuwado | Senin, 17 Desember 2012 | 19:11 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Izin Universitas Nasional (Unas) terancam dicabut oleh Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Kondisi tersebut bisa saja terjadi jika pelaporan sejumlah alumnnus Unas ke Polda Metro Jaya bahwa kampusnya mengeluarkan ijazah bodong, 9 Desember 2012 lalu, terbukti.
"Kita rekomendasi ke Ditjen Dikti Kemendiknas (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional) untuk dicabut izin program studinya," ujar Kepala Bagian Ujian Akademik dan Kemahasiswaan Kopertis Budhi Hery saat dihubungi, Senin (17/12/2012) sore.
Meski demikian, langkah itu belum bisa dilakukan Kopertis. Pasalnya, selain kasus tersebut belum terbukti secara hukum, pihaknya pun belum mendapatkan klarifikasi dari Unas atas tuduhan para alumninya hingga saat ini. Namun, pihaknya berkomitmen tetap menjalankan prosedur yang berlaku.
"Makanya itu, kami akan meminta klarifikasi terkait kasus terhadap Unas. Kalau sudah terbukti dari klarifikasi, kami beri surat peringatan dulu sampai kedua," tutur Budi.
Sebelumnya, sejumlah alumnus Fakultas Hukum Universitas Nasional (Unas), Jakarta Selatan, mengadukan kampusnya ke Polda Metro Jaya. Alumnus itu menganggap ijazah yang diberikan pada wisuda September 2011 silam tidak tercantum akreditasi karena masa akreditasi universitas telah habis pada 5 Oktober 2011.
Hal yang disayangkan alumni, lembar surat pengesahan lulus sidang skripsi, buku panduan mahasiswa baru, dan laman situs kampus, masih tercantum bahwa Fakultas Hukum Unas masih memiliki akreditasi A. Kondisi demikian dinilai merugikan para alumnus yang diwisuda pada periode September 2012.
Kasus tersebut dikecam oleh pihak universitas. Pasalnya Unas, melalui bagian humasnya mengatakan, kondisi yang dilaporkan alumninya tak beralasan. Pihak universitas tengah berupaya melakukan reakreditasi ke BANPT. Rencananya, pihak universitas pun akan menggugat balik para alumninya atas tuduhan pencemaran nama baik.
Editor :Ana Shofiana Syatiri
Oalah, setahu saya UNAS ini adalah Universitas yang cukup lama berdiri, didirikan oleh Sutan Takdir Alisyahbana, jika akhirnya seperti ini, sungguh menyedihkan. Adakah alumni Unas di LTB? Mudah mudahan ngga ada. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 23rd December 2012, 18:26 | |
| - Quote :
- Legislator Prihatin Matematika Indonesia di Bawah Palestina
Minggu, 23 Desember 2012 | 16:34 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi X DPR, Rohmani, prihatin atas publikasi "Trends in International Mathematics and Science Studies" (TIMSS) terkait urutan nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII di Indonesia yang berada di bawah Palestina.
Dalam publikasi tersebut, katanya melalui pernyataan di Jakarta, Minggu (23/12/2012), Indonesia menempati urutan ke-38 dari 42 negara. Ia menyatakan, yang membuat miris, Indonesia berada di bawah Palestina, negara yang didera konflik berkepanjangan.
"Sungguh kita prihatin melihat urutan Indonesia. Di bawah kita negara-negara, seperti Ghana, Suriah, dan Oman," kata legislator asal daerah pemilihan Brebes-Tegal itu.
Karena itu, kata dia, pemerintah harus menjadikan publikasi TIMSS ini sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan pendidikan nasional. Ia berharap hasil publikasi ini mendorong pemerintah lebih cermat dalam memotret persoalan pendidikan nasional.
"Saat ini, pemerintah harus jeli melihat akar persoalan pendidikan nasional. Selama ini, akibat kesalahan mendefinisikan akar pendidikan menjadikan solusinya tidak bisa menjawab persolan yang ada," katanya.
Rohmani berpandangan episentrum perbaikan pendidikan nasional ada pada guru. Ia menilai, guru menjadi titik awal dalam menyelesaikan persoalan pendidikan. Faktanya, guru menjadi faktor utama dalam pembelajaran di sekolah.
Kondisi tersebut, kata dia, telah terbukti di negara-negara maju di mana guru menjadi perhatian utama mereka. "Guru-guru terbaik dipersiapkan untuk mendidik tunas muda bangsa mereka. Guru-guru tersebut direkrut dari lima lulusan terbaik dari perguruan tinggi," katanya.
Dia mengakui bahwa persoalan guru ini kompleks, mulai dari kesejahteraan hingga penyebaran kuantitas dan kualitas, di mana semua persoalan itu harus diuraikan satu per satu.
Sumber :Antara Editor :Farid Assifa
Sedih kan? Tapi coba suruh hitung komisi untuk proyek, cepat luar biasa, hebatnya lagi bisa tersembunyi, he he he. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 24th December 2012, 12:22 | |
| Kesedihan anggota dewan ini menurut hemat saya akan digunakan untuk study banding untuk memastikannya. Para anggota dewan akan beramai-ramai ke parlemennya Palestina untuk menghimpun informasi tingkat kematematikaan yang diterapkan di sana. Hasilnya? Ya sekedar memastikan isu keterbelakangan Indonesia, sebagai acuan menyusun teori pengejaran ketertingalan. Setelah teori terbentuk, ya dibiarkan saja sebagai teori tanpa tindak lanjut. Hasilnya? Tetap sebagai negeri berkembang, memperhalus istilah negara tertinggal. | |
| | | cinzano Moderator
Jumlah posting : 2124 Join date : 26.10.12 Lokasi : Buaya City
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 17th January 2013, 09:16 | |
| - Quote :
indosiar.com, Blitar - (Selasa, 15.01.2013) Sebanyak 6 sekolah swasta di kota Blitar, Jawa Timur terancam ditutup oleh pemerintah daerah karena menolak memberikan tambahan pelajaran agama bagi siswanya yang beragama Islam. Walikota Blitar mengeluarkan aturan yang mewajibkan setiap anak didik harus bisa membaca Al Quran.
6 sekolah swasta di kota Blitar yang diperingatkan oleh pemerintah kota Blitar karena tidak menerapkan pendidikan agama bagi siswanya yang beragama lain adalah SMA Katolik Diponegoro, STM Katolik, TK Santa Maria, SD Katolik Santa Maria serta SD Katolik dan SMP Yos Sudarso.
Ke 6 sekolah tersebut tidak bersedia memberikan tambahan kurikulum atau pelajaran agama bagi siswanya yang beragama Islam. Pihak sekolah beralasan, penerapan kurikulum yang diberlakukan sekolahnya bisa diterima siswa ataupun wali murid.
Sementara peringatan Walikota Blitar terkait SK No.8 tahun 2012 yang mewajibkan setiap anak didik harus bisa membaca Al Quran mengacu pada Peraturan Pemerintah No.55 tahun 2007 tentang pendidikan agama.
Pemkot Blitar mewajibkan seluruh sekolah menjalankan kurikulum agama Islam hingga 19 Januari 2013, namun pihak sekolah masih menunggu hasil petunjuk dari pimpinan yayasan yang berada di Jakarta.
Kepala Seksi Madrasyah dan Pendidikan Agama Islam (kasi Mapenda) Kantor Kementrian Agama Kota Blitar Baharudin mengatakan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi terhadap sekolah-sekolah yang berada di kota Blitar sejak akhir tahun 2012. Namun, hingga kini ada 6 sekolah swasta yang tidak bersedia memberikan pelajaran tambahan bagi anak yang beragama Islam.
Pihak kantor Kementrian Agama sudah tiga kali memberi peringatan. Jika hingga batas waktu 19 Januari 2013, pihak sekolah belum menyatakan kesiapan untuk memberikan tambahan pelajaran, maka pemerintah akan mencabut ijin operasional 6 sekolah tersebut.
Rencananya ke 6 pengelola sekolah swasta ini akan menggelar rapat tertutup membahas ancaman penutupan sekolah mereka melibatkan para pengurus yayasan, komite, alumni serta wali murid. (Danu Sukendro/Sup) dikutip dari [You must be registered and logged in to see this link.]Hmmmm.... Gimana yaahh ?? Any comment ??? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 17th January 2013, 09:36 | |
| Memang aneh negeri ini, benarkah peraturan itu berlaku untuk kedua belah pihak? Bagaimana dengan pelajaran agama Kristen bagi siswa Kristen yang sekolah di SD Muhamadiyah? Kalau memang berlaku untuk kedua belah pihak, maka saya no comment. Tetapi kalau sekolah Islam menerapkan persyaratan baca ayat Quran sebelum di terima, apakah mereka mau kalau diterapkan aturan hafal ayat Alkitab bagi sekolah Kirsten / Katolik? Walaupun pada sekolah Katolik tempat putera saya sekolah memang terdapat pelajaran agama Islam bagi siswa Muslim, saya masih penasaran, apakah di sekolah Islam terdapat guru pelajaran agama Kristen. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia 28th February 2013, 21:06 | |
| Ada lagi yang lebih menjijikan - Quote :
- Seorang Guru di Jaktim Paksa Murid Lakukan Oral Seks
Penulis : Fabian Januarius Kuwado | Kamis, 28 Februari 2013 | 20:34 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang siswi kelas III salah satu SMA negeri di Matraman, Jakarta Timur, menjadi korban pelecehan seksual oleh gurunya berinisial T (46). Dengan menggunakan sejumlah ancaman, siswi berinisial MA itu dipaksa oleh T untuk melakukan oral seks sebanyak empat kali.
MA menuturkan, peristiwa amoral itu pertama kali dilakukan pada 26 Juni 2012. T yang merupakkan wakil kepala sekolah sekaligus guru Biologi tersebut mengajak MA bertemu di suatu tempat dengan alasan membicarakan urusan sekolah. Namun, MA malah dibawa ke area wisata di Jakarta Utara dan dipaksa melampiaskan nafsu bejatnya.
"Sampai sana jam 18.30 WIB. Mobilnya disimpan di tempat parkir yang gelap. Saya dipaksa untuk melakukan oral seks sama dia," ujar MA kepada wartawan di kediamannya yang tidak jauh dari sekolahnya, Kamis (28/2/2013) sore. Setelah pulang dari sana, putri pertama dari dua bersaudara itu diturunkan di suatu tempat dekat dengan rumahnya dan diberi uang tunai Rp 50.000 untuk ongkos pulang.
Tak berhenti sampai di situ, satu bulan kemudian, sang guru kembali mengajak MA bertemu di tempat yang sama dan dengan modus yang sama pula. T pun memaksa MA kembali melakukan oral seks di dalam mobil Toyota Avanza miliknya itu. Lagi-lagi T memberikan uang Rp 50.000 untuk ongkos MA kembali ke rumah.
Seminggu kemudian, T kembali mengajak MA bertemu. Tanpa disangka, MA dibawa ke sebuah restoran bakmi di daerah Sentul, Bogor, Jawa Barat. Berbeda dari sebelumnya, kali ini T menyertai aksinya dengan bujuk rayu dan iming-iming. Mulai dari mengajak makan, nonton film di bioskop, hingga an belanja di mal.
"Tapi saya tolak semua. Saya teriak minta pulang karena sudah malam. Akhirnya diparkir lagi di tempat gelap, dia maksa melakukan itu lagi. Pas pulang dikasih uang lagi Rp 50.000," tutur MA.
Tak berhenti di situ, tiga hari kemudian T memaksa MA melakukan oral seks di rumahnya sendiri di Bekasi, Jawa Barat. T mengelabui istrinya, yang diketahui tengah hamil, untuk mencuri waktu menjemput MA.
T membawa MA ke rumahnya secara sembunyi-sembunyi dengan menyuruh MA bersembunyi di bagasi agar tak diketahui oleh para tetangganya. Untuk masuk ke dalam rumah, MA pun diminta masuk melalui pintu samping. MA terkejut karena kamar T nampaknya telah dipersiapkan betul untuk melancarkan aksi bejat tersebut. T pun kembali memaksa MA melakukan oral seks di kamarnya dan memulangkannya ke rumah korban dengan modus yang sama persis seperti tiga kejadian sebelumnya.
MA mengaku tidak bisa melawan tindakan bejat sang guru sebab T selalu mengancam akan mempersulit dikeluarkannya nilai kelas dan ijazah sekolah jika korban memberitahukan peristiwa itu ke orang lain. MA pun mengaku takut dan tak berani menceritakan peristiwa memalukan tersebut kepada siapa pun.
Namun, setelah tekanan batin dalam dirinya cukup berat, ia pun terpaksa menceritakan aksi T pada seorang guru lainnya di sekolah tersebut. Setelah sang guru itu melakukan koordinasi dengan orangtua korban, mereka memberanikan diri untuk melaporkan aksi amoral pelaku ke Polda Metro Jaya pada 9 Februari 2013. Korban juga telah melakukan visum psikologis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tiga hari setelah laporan.
Hingga kini, penyelidikan telah memasuki panggilan kedua saksi dan korban. "Saya mau ini enggak terulang lagi, baik sama saya atau pun sama adik-adik kelas saya," ujarnya.
Editor :Laksono Hari W
Jika, ini jika, peristiwanya terjadi seperti dikisahkan oleh MA, maka kita sungguh sangat prihatin terhadap kasus ini. Hal ini membuktikan bahwa sistem pendidikan di Indonesia sudah sangat rusak, bahkan moral seorang guru bisa segitu rusaknya hingga melakukan perbuatan bejad seperti itu. Tetapi, jika ditinjau dengan jujur, maka banyak keanehan dari kisah itu. Pengulangan peristiwa yang sama hingga empat kali, itu bisa diartikan suka sama suka. Menerima uang 50.000 berulang kali bisa diartikan menerima 'pembayaran'. Dan dalam penyidikan, entah bagaimana membuktikan terjadinya peristiwa itu? Monica Lewinsky bisa membuktikan dengan bajunya yang sengaja disimpan. Sementara MA? | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Pendidikan di Indonesia | |
| |
| | | | Pendidikan di Indonesia | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |