Apakah Penggiat Perdamaian itu Akan Mendirikan Ordo/Kongregasi Baru?

bruce wrote:

Jakarta banjir karena penuh perhatian kepada wilayah sekitarnya om.
Kalau Surabaya sebenarnya lebh gawat, bayangkan yang terjadi kalau lumpur lapindo terus menerus keluar, Surabaya bisa lenyap lho.

Serem kan?

  

Lumpur lapindo seudah mengecil Bro

 

cinzano wrote:

bruce wrote:

Jakarta banjir karena penuh perhatian kepada wilayah sekitarnya om.
Kalau Surabaya sebenarnya lebh gawat, bayangkan yang terjadi kalau lumpur lapindo terus menerus keluar, Surabaya bisa lenyap lho.

Serem kan?

  

Lumpur lapindo seudah mengecil Bro

 

Pernah terpikir apa yang mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh lumpur yang keluar, om?

  

bruce wrote:

cinzano wrote:

bruce wrote:

Jakarta banjir karena penuh perhatian kepada wilayah sekitarnya om.
Kalau Surabaya sebenarnya lebh gawat, bayangkan yang terjadi kalau lumpur lapindo terus menerus keluar, Surabaya bisa lenyap lho.

Serem kan?

  

Lumpur lapindo seudah mengecil Bro

 

Pernah terpikir apa yang mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh lumpur yang keluar, om?

  

Sudah Om .... di globe, dibelakang kota Sidoarjo itu laut.


 

Weh, ada gejala pertanyaan judul trit tidak akan terjawab. Kalo lazimnya 'diam tanda setuju', kelihatannya untuk trit ini 'diam tanda tidak setuju' dalam arti, tidak dijawab berarti tidak akan ada ordo ato tarekat ato kongregasi ato kumpulan lainnya yang akan dibentuk oleh Pastor Dear, ye?

Soalnya Amerika jauh juga sih, om, susah memantaunya.

   

He'eh.
Mau cari bocoran rencana Pastor John Dear, SJ, tidak bisa wawancara langsung. Mau menggunakan metode wawancara jarak jauh, tidak tahu alamat. Mau nanya kepausan, tidak punya akses.   

Husada wrote:

He'eh.
Mau cari bocoran rencana Pastor John Dear, SJ, tidak bisa wawancara langsung. Mau menggunakan metode wawancara jarak jauh, tidak tahu alamat. Mau nanya kepausan, tidak punya akses.   

Udah coba berdoa dan tanya Tuhan?

  

bruce wrote:

Husada wrote:

He'eh.
Mau cari bocoran rencana Pastor John Dear, SJ, tidak bisa wawancara langsung. Mau menggunakan metode wawancara jarak jauh, tidak tahu alamat. Mau nanya kepausan, tidak punya akses.   

Udah coba berdoa dan tanya Tuhan?

  

Saya kira ini jalan sementara terbaik.
Semoga semua yg terjadi, supaya keagungan Allah lebih besar

Ad Majorem Dei Gloriam

Husada wrote:

Kalo menduga-duga pikiran dan perasaan Pastor John Dear SJ, kira-kira bagaimana tingkat galaunya beliau? Ada yang mau menaksir?

Kalo bergerak dari pikiran awam seperti saya, andaikan saya menjadi pastor itu, mungkin dada saya sudah meledak, sesak oleh kecewa dan bingung. Di satu sisi, diberi kebebasan memperhatikan maslah-masalah sosial, tetapi di sisi lain, tidak diijinkan membuat tulisan sejenis laporan hasil penelitiannya. Begitu dipublikasi, malah dipecat dari ordonya.

Kalo mengutip salah satu kebiasaan GMB, pastor itu saya duga akan bilang, "Nasiiib, nasib," gitu. Padahal, dia sendiri yang mengkritik (protest?), bahkan mengkritik kebijakan ordonya yang bekerjasama dengan tentara Amerika.

Eh, belum jelas juga sih, bentuk kerja sama yang digalang. Kalo Jesuit diminta untuk menguatkan mental para serdadu, saya kira, Jesuit tidak salah menjalin kerja sama dengan tentara Amerika, guna membekali mentalitas serdadu (biasanya Jesuit tidak menitikberatkan perhatian pada agama anutan orang lain, kan? Layak dibantu, pasti dibantu. Begitu, kan?

huahahahahaa..   

klo menurut sy sih sbg seorang Pastor, atau setidaknya bagi seseorang yg memiliki 'panggilan jiwa' utk mjd seorang biarawan apa lg sampai sudah ditahbiskan mjd Imam, tidak lg mengalami kegalauan hati spt kita yg orang awam ini Oom Hus..

jd pastor John Dear nda akan sampai berteriak "ya nasib.. ya nasiiiib.."..   

yaah, kita emg tidak bisa menilai masalah ini lebih jauh krn keterbatasan info yg dimiliki.. apa yg ditulis dan menyebabkan 'perselisian' antara beliau dan ordonya pun kita masih blum jelas..

yg jelas pastor John Dear pasti punya prinsip dan alasan dibalik tindakannya tsb, begitu pula Ordo Jesuit jg punya alasan dan aturannya sendiri kenapa sampai memecat beliau.. Ordo Jesuit termasuk ordo yg besar, integritas dan track recordnya pun sangat baik dan memiliki sejarah yg panjang pula, jd tidak akan 'gegabah' memecat anggotanya tanpa alasan yg jelas..
  

nothingman wrote:

Husada wrote:

Kalo menduga-duga pikiran dan perasaan Pastor John Dear SJ, kira-kira bagaimana tingkat galaunya beliau? Ada yang mau menaksir?

Kalo bergerak dari pikiran awam seperti saya, andaikan saya menjadi pastor itu, mungkin dada saya sudah meledak, sesak oleh kecewa dan bingung. Di satu sisi, diberi kebebasan memperhatikan maslah-masalah sosial, tetapi di sisi lain, tidak diijinkan membuat tulisan sejenis laporan hasil penelitiannya. Begitu dipublikasi, malah dipecat dari ordonya.

Kalo mengutip salah satu kebiasaan GMB, pastor itu saya duga akan bilang, "Nasiiib, nasib," gitu. Padahal, dia sendiri yang mengkritik (protest?), bahkan mengkritik kebijakan ordonya yang bekerjasama dengan tentara Amerika.

Eh, belum jelas juga sih, bentuk kerja sama yang digalang. Kalo Jesuit diminta untuk menguatkan mental para serdadu, saya kira, Jesuit tidak salah menjalin kerja sama dengan tentara Amerika, guna membekali mentalitas serdadu (biasanya Jesuit tidak menitikberatkan perhatian pada agama anutan orang lain, kan? Layak dibantu, pasti dibantu. Begitu, kan?

huahahahahaa..    

klo  menurut sy sih sbg seorang Pastor, atau setidaknya bagi seseorang yg memiliki 'panggilan jiwa' utk mjd seorang biarawan apa lg sampai sudah ditahbiskan mjd Imam, tidak lg mengalami kegalauan hati spt kita yg orang awam ini Oom Hus..

jd pastor John Dear nda akan sampai berteriak "ya nasib.. ya nasiiiib.."..   

yaah, kita emg tidak bisa menilai masalah ini lebih jauh krn keterbatasan info yg dimiliki.. apa yg ditulis dan menyebabkan 'perselisian' antara beliau dan ordonya pun kita masih blum jelas..

yg jelas pastor John Dear pasti punya prinsip dan alasan dibalik tindakannya tsb, begitu pula Ordo Jesuit jg punya alasan dan aturannya sendiri kenapa sampai memecat beliau.. Ordo Jesuit termasuk ordo yg besar, integritas dan track recordnya pun sangat baik dan memiliki sejarah yg panjang pula, jd tidak akan 'gegabah' memecat anggotanya tanpa alasan yg jelas..
  

sangat setuju dengan pendapat Bro Nothingman diatas

 

nothingman wrote:

klo  menurut sy sih sbg seorang Pastor, atau setidaknya bagi seseorang yg memiliki 'panggilan jiwa' utk mjd seorang biarawan apa lg sampai sudah ditahbiskan mjd Imam, tidak lg mengalami kegalauan hati spt kita yg orang awam ini Oom Hus..   

Itu satu kemungkinan Nothing. Kemungkinan lain, justru karena 'panggilan jiwa' dan kaulnya itu pula menjadi penyebab dia berjuang sekuat tenaga, namun dinilai melawan 'kebijakan' ordo, maka jadi galau. Iya, apa iya?
  

Husada wrote:

nothingman wrote:

klo  menurut sy sih sbg seorang Pastor, atau setidaknya bagi seseorang yg memiliki 'panggilan jiwa' utk mjd seorang biarawan apa lg sampai sudah ditahbiskan mjd Imam, tidak lg mengalami kegalauan hati spt kita yg orang awam ini Oom Hus..   

Itu satu kemungkinan Nothing. Kemungkinan lain, justru karena 'panggilan jiwa' dan kaulnya itu pula menjadi penyebab dia berjuang sekuat tenaga, namun dinilai melawan 'kebijakan' ordo, maka jadi galau. Iya, apa iya?
  

Milih Ordo kan sdh diperhitungkan dengan panggilan jiwa serta kaul yang hendak dipilih


 

Sebenarnya untuk ordo para imam itu, yang menentukan si calon imam atau sang calon ditawari oleh ordo tertentu sih? Ada yang bisa batu penjelasannya?

bruce wrote:

Sebenarnya untuk ordo para imam itu, yang menentukan si calon imam atau sang calon ditawari oleh ordo tertentu sih? Ada yang bisa batu penjelasannya?

Ini yang bisa jawab cuman Romo Yopi dan Romo Husada

 

cinzano wrote:

bruce wrote:

Sebenarnya untuk ordo para imam itu, yang menentukan si calon imam atau sang calon ditawari oleh ordo tertentu sih? Ada yang bisa batu penjelasannya?

Ini yang bisa jawab cuman Romo Yopi dan Romo Husada

 

Nah, mari kita nantikan dengan hikmat

Quote :

APA BEDA IMAM “DIOSESAN” DAN IMAM “RELIGIUS”? Pertama-tama, semua imam adalah orang-orang yang dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk melayani umat-Nya. Karya kerasulan mereka meliputi khotbah / ceramah, pelayanan Sakramen dan sebagai gembala umat.

Para imam diosesan adalah para imam yang tergabung dalam suatu wilayah geografis yang disebut keuskupan. Para imam diosesan berada di bawah kepemimpinan seorang uskup. Mereka ditahbiskan untuk melayani umat dalam wilayah keuskupan, biasanya mereka ditempatkan di suatu daerah tertentu yang disebut paroki. Bekerjasama dengan Bapa Uskup, para imam diosesan melayani kebutuhan rohani umat dan mewartakan Injil di wilayah tersebut.

Para imam religius, yang adalah anggota suatu komunitas religius, melaksanakan pelayanan imamat mereka sesuai dengan SPIRITUALITAS dan MISI komunitas religius mereka. Contoh komunitas religius adalah Serikat Sabda Allah (SVD) dan Passionis (CP). Para imam religius terikat pada kelompok religius mereka oleh kaul yang mereka ucapkan. Karya pelayanan mereka adalah seluas misi komunitas religius. Mereka dapat berkarya di wilayah sini atau sana; mereka dapat ditugaskan di manapun sesuai yang ditetapkan pimpinan biara bagi mereka. Jadi, para imam religius tidak terikat oleh wilayah tertentu. Di manapun mereka berkarya, para imam religius melaksanakan pelayanan imamat mereka sesuai spiritualitas dan misi komunitas religius mereka. Passionis didirikan oleh [You must be registered and logged in to see this link.] untuk senantiasa menghidupkan kenangan akan Sengsara dan Wafat Kristus. Serikat Sabda Allah (SVD) didirikan oleh [You must be registered and logged in to see this link.] untuk dengan semangat kasih kepada Allah Tritunggal mewartakan Sabda Allah. Baik para imam Passionis maupun SVD melaksanakan karya kerasulan mereka dengan berbagai macam cara dan di berbagai macam negara di segenap penjuru dunia.

dikutip dari [You must be registered and logged in to see this link.]




Siapa tau GMB "Terpanggil"

Yang anda kutip itu belum menjawab pertanyaan saya, om, siapa yang menentukan seorang calon romo menjadi anggota ordo tertentu, si calon ataukah ordo yang mengangkatnya?

bruce wrote:

Yang anda kutip itu belum menjawab pertanyaan saya, om, siapa yang menentukan seorang calon romo menjadi anggota ordo tertentu, si calon ataukah ordo yang mengangkatnya?

Hadoohhhhhhhhhhh.............

Maksud saya .... GMB masuk saja di seminari Garum, atau STFT WidyaSasana 

Nahhh trs cerita ke kita2 gimana penentuannya

 

cinzano wrote:

bruce wrote:

Yang anda kutip itu belum menjawab pertanyaan saya, om, siapa yang menentukan seorang calon romo menjadi anggota ordo tertentu, si calon ataukah ordo yang mengangkatnya?

Hadoohhhhhhhhhhh.............

Maksud saya .... GMB masuk saja di seminari Garum, atau STFT WidyaSasana 

Nahhh trs cerita ke kita2 gimana penentuannya

 

Nasi sudah jadi bubur, om

  

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertai LTBers sekalian.

bruce wrote:

Sebenarnya untuk ordo para imam itu, yang menentukan si calon imam atau sang calon ditawari oleh ordo tertentu sih? Ada yang bisa batu penjelasannya?

Berdasarkan cerita orangtua seorang seminaris, yang saya peroleh ketika menjadi warga Paroki Santo Arnoldus Janssen Bekasi, yang memilih ordo ialah seminaris itu sendiri. Namun, berbagai disiplin ordo bersangkutan harus dipenuhi, dan itu dinilai dari keseharian selama menjadi seminaris.

Jadi, dimungkinkan, walaupun si seminaris ingin masuk ke ordo tertentu, namun beberapa kedisiplinan tidak terpenuhi olehnya, maka dia tidak diterima di ordo bersangkutan. Dan, yang menyedihkan, bila si seminaris sangat ingin menjadi imam, tetapi tidak mampu memenuhi nilai kedisiplinan suatu ordo, maka si seminaris tidak dapat menjadi imam. Kembali ke rumah orang tua.

Ada beberapa yang begitu di mantan lingkungan saya di Bekasi.

Damai, damai, damai.

Ya .. ya .. ya...
Kadang2 lingkungan memberi stigma negatif bagi lulusan seminaris tapi tidak meneruskan jadi biarawan atau imam.

Betul. Dituduh macem-macem, tetapi tidak diungkapkan secara verbal. Lama-lama, bisa menjadi fitnah yang mendzolimi.
  

Husada wrote:

Betul. Dituduh macem-macem, tetapi tidak diungkapkan secara verbal. Lama-lama, bisa menjadi fitnah yang mendzolimi.
  

Dulu dari seminari ya GMH

 

Husada wrote:

Damai sejahtera Tuhan Jesus Kristus menyertai LTBers sekalian.

bruce wrote:

Sebenarnya untuk ordo para imam itu, yang menentukan si calon imam atau sang calon ditawari oleh ordo tertentu sih? Ada yang bisa batu penjelasannya?

Berdasarkan cerita orangtua seorang seminaris, yang saya peroleh ketika menjadi warga Paroki Santo Arnoldus Janssen Bekasi, yang memilih ordo ialah seminaris itu sendiri. Namun, berbagai disiplin ordo bersangkutan harus dipenuhi, dan itu dinilai dari keseharian selama menjadi seminaris.

Yuup, benar spt yg dikatakan ol Om Husada dan sama dgn yg pernah sy dengar dr ayah mertua dulu beliau pernah mjd seminaris yg ada di daerah Mertoyudan, Sendangsono itu, apa ya namanya seminari Van Lith kah ? sy lupa..

Quote :

Jadi, dimungkinkan, walaupun si seminaris ingin masuk ke ordo tertentu, namun beberapa kedisiplinan tidak terpenuhi olehnya, maka dia tidak diterima di ordo bersangkutan. Dan, yang menyedihkan, bila si seminaris sangat ingin menjadi imam, tetapi tidak mampu memenuhi nilai kedisiplinan suatu ordo, maka si seminaris tidak dapat menjadi imam. Kembali ke rumah orang tua.

Ada beberapa yang begitu di mantan lingkungan saya di Bekasi.

Damai, damai, damai.

betul sekali Oom, seleksi dan penilaian para seminaris tsb sangat ketat bukan cuma masalah akademis aj, sikap dan prilaku mereka bener2 diseleksi.. jd yg berhasil mjd seorang romo bukan cuma pinter doank, sikap dan kepribadiannya jg udah pasti jempolan..

konon katanya pendidikan diseminari itu sangat berat, jd klo tidak sungguh2 memiliki panggilan jiwa utk mjd seorang romo pasti tidak akan berhasil lulus atau bertahan dgn pendidikan yg berat itu Oom, ya klo nda dikeluarin pasti si seminaris tsb akan keluar dgn sendirinya spt mendiang ayah mertua sy..
  

cinzano wrote:

Ya .. ya .. ya...
Kadang2 lingkungan memberi stigma negatif bagi lulusan seminaris tapi tidak meneruskan jadi biarawan atau imam.

aah nda jg kok Cinz..
yg dpt stigma negatif itu lulusan seminaris ato mantan biarawan yg pindah agama ato keyakinan macem hajah Irene Handono itu..

wakakakakkk