Pilih pahala atau innova

Quote :

Hadiah Shalat Dzuhur Ditambah 1 Mobil dan 67 Motor
Rabu, 19 Februari 2014 | 22:15 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com — Kendati menuai kritikan, program shalat dzuhur berhadiah di Kota Bengkulu tetap berlanjut. Bahkan, kali ini hadiahnya bertambah.

Sebelumnya, program yang digagas Wali Kota Helmi Hasan ini menyediakan hadiah pemberangkata haji, umrah, mobil Innova, dan Avanza, tetapi kali ini ditambah dengan mobil Daihatsu Ayla dan 67 motor, ratusan unit televisi, lemari es dan lainnya.

Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan menyatakan, penambahan hadiah itu didapat dari berbagai pihak yang tergugah untuk berpartisipasi dalam program tersebut. "Ini murni untuk meramaikan masjid, jadi wajar bila banyak pihak yang terketuk untuk berpartisipasi," kata Helmi Hasan, Rabu (19/2/2014).

Menurutnya, hadiah-hadiah untuk shalat dzuhur berjemaah tersebut akan dipajang di beberapa masjid masing-masing kecamatan dan kelurahan. Hadiah dari Pemerintah Kota Bengkulu akan disimpan di masjid At-Taqwa, sementara hadiah sponsor di masjid-masjid kelurahan.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Masjid At-Taqwa —lokasi pelaksanaan shalat dzuhur berhadiah setiap Rabu— pada Rabu (19/2/2014) ramai dikunjungi ribuan jemaah yang didominasi pegawai negeri sipil (PNS) Pemerintah Kota Bengkulu. Bahkan karena banyaknya, jemaah membeludak hingga ke luar masjid.

Tidak hanya itu, lapangan parkir di masjid juga dipenuhi kendaraan motor dan mobil peserta shalat dzuhur berhadiah.

Program wali kota saat ini terus berkembang di tengah masyarakat, dan wali kota tetap akan melanjutkan program tersebut.

Apakah beribadah dengan tujuan materi juga mendapatkan pahala?
Perlukah 'berkomunikasi' dengan Sang Kuasa diberi iming iming hadiah?
Adakah member Muslim yang bisa menjelaskan fenomena aneh ini?

Salam

Idiih... menurut saya, pemberian hadiah begitu perlu diselidiki, dari mana sumber dananya? Sebab, perlu diwaspadai, kalau-kalau sumber dananya dari hasil yang tidak benar, bisa-bisa di akhirnya akan didakwa sebagai pencucian uang. Wong para penyanyi yang melakukan menyanyi (bekerja mencari uang) juga ada yang didakwa ikut serta dalam pencucian uang. Apalagi dalam hal berdoa (pekerjaan mencari pahala), tiba-tiba mendapat motor ato mobil, bisa gawat itu, dituduh bersekongkol mencuci uang.

Tapi, kalo sudah diselidiki dan ternyata sumber dananya tidak bermasalah, saya kira bisa-bisa saja dilanjutkan, meskipun selaku orang beragama kok terasa janggal ya mendapat materi karena berdoa. Yang selama ini saya tahu, berdoa tidak langsung menghasilkan materi. Tetap juga melalui perantaraan karya.
  

Tlepas dari sumber uang (apakah cuci uang or not) dan tlepas dari motif program (apakah mdekati pilkada or not), saya sih ga problem dg program ini. Program ini jauh mdingan daripada santunan yg orang sampe harus antri dan kjepit.

Bhw pnunjung mbludak (yg sblm program ngga sbanyak itu), itu mnunjukkan suatu fenomena sosial bhw masyarakat emang sedang sakit.

Saya pun mdambakan kl di gereja kelak ada santunan bagi jemaat (jd bukan hanya jemaat yg dminta kolekte). Spt di masa para rasul dulu, harta blimpah utk dbagi-bagikan (tentunya bagi yg mbutuhkan).

siip wrote:

Tlepas dari sumber uang (apakah cuci uang or not) dan tlepas dari motif program (apakah mdekati pilkada or not), saya sih ga problem dg program ini. Program ini jauh mdingan daripada santunan yg orang sampe harus antri dan kjepit.

Bhw pnunjung mbludak (yg sblm program ngga sbanyak itu), itu mnunjukkan suatu fenomena sosial bhw masyarakat emang sedang sakit.

Saya pun mdambakan kl di gereja kelak ada santunan bagi jemaat (jd bukan hanya jemaat yg dminta kolekte). Spt di masa para rasul dulu, harta blimpah utk dbagi-bagikan (tentunya bagi yg mbutuhkan).

Perlu juga dipertimbangkan, apakah seseorang datang beribadah itu demi memuliakan Sang Mahakuasa, atau demi hadiah. Apakah umat berjibun karena hadiah dan beribadah demi doorprize, apakah itu yang diharapkan? Yang penting hadir, terserah di dalam rumah ibadah cuma bengong ataupun melamun, yang penting hadir?

  

Kayaknya saya rada-rada sependapat dengan GMB.

Kalo dicermati perekrutan rasul Yesus Kristus, mereka tidak diiming-imingi apapun. "Ayo, ikut Saya," kata Yesus Kristus, maka ikutlah mereka. Sementara bagi orang kebanyakan, yang datang menghadiri pelayanan dan pengajaran Yesus Kristus, memang sebagian besar berpamrih, berharap disembuhkan. Orang banyak itu tidak dipersalahkan. Bahkan ketika para murid hampir 'putus asa' melihat banyaknya orang yang datang ke daerah yang sunyi dan tidak ada pedagang makanan, dan diperintah lagi agar para rasul menyediakan makanan bagi orang banyak, ketar-ketir deh para rasul. Untung ada anak yang bawa dua ekor ikan dan lima potong roti.

Jadi, kalo saya pikir-pikir, tidak salah berpamrih mendapat kesembuhan mendorong mengikuti peribadatan. Tapi kalo berpamrih mendapat materi, bahkan makanan jasmani sekalipun, kok kurang elok, ya? Tentang peristiwa pemberian makan beribu-ribu orang itu, pantas saja, sebab mereka berada di wilayah yang jauh dari mana-mana.
  

Lagian, saya pikir, Tuhan Yesus Kristus menginginkan kualitas kemuridan, bukan kuantitas murid.

Nah, itu cuma datang untuk beribadahpun PERLU diberi iming iming hadiah.
Apa yang akan terjadi jika harus merelakan nyawanya demi mempertahankan imannya? Bisa?

  

bruce wrote:

Nah, itu cuma datang untuk beribadahpun PERLU diberi iming iming hadiah.
Apa yang akan terjadi jika harus merelakan nyawanya demi mempertahankan imannya? Bisa?
  

Sulit. Pasti sulit. Sepanjang semangat yang diajarkan adalah semangat untuk dilayani, bukan semangat melayani, akan sangat sulit mendapatkan iman yang berkualitas.

Husada wrote:

bruce wrote:

Nah, itu cuma datang untuk beribadahpun PERLU diberi iming iming hadiah.
Apa yang akan terjadi jika harus merelakan nyawanya demi mempertahankan imannya? Bisa?
  

Sulit. Pasti sulit. Sepanjang semangat yang diajarkan adalah semangat untuk dilayani, bukan semangat melayani, akan sangat sulit mendapatkan iman yang berkualitas.

Rupanya itulah sebabnya mengapa mereka sangat phobia kalau ada rumah ibadah agama lain yang dibangun di lingkungan mereka. Karena mereka sadar, betapa lemah iman umat mereka sehingga mudah goyah. Rupanya itulah sebabnya mengapa kaum wanita haru menutupi seluruh tubuhnya, karena mereka sadar iman kaum pria mereka sangat mudah tergetar ketika melihat lawan jenis. Rupanya itulah sebabnya ketika mereka berpuasa, jusru tempat makan yang harus tutup, bukan melatih iman tetapi justru menghilangkan godaan.

Tapi, yaah, begitulah.

  

bruce wrote:

Husada wrote:

bruce wrote:

Nah, itu cuma datang untuk beribadahpun PERLU diberi iming iming hadiah.
Apa yang akan terjadi jika harus merelakan nyawanya demi mempertahankan imannya? Bisa?
  

Sulit. Pasti sulit. Sepanjang semangat yang diajarkan adalah semangat untuk dilayani, bukan semangat melayani, akan sangat sulit mendapatkan iman yang berkualitas.

Rupanya itulah sebabnya mengapa mereka sangat phobia kalau ada rumah ibadah agama lain yang dibangun di lingkungan mereka. Karena mereka sadar, betapa lemah iman umat mereka sehingga mudah goyah. Rupanya itulah sebabnya mengapa kaum wanita haru menutupi seluruh tubuhnya, karena mereka sadar iman kaum pria mereka sangat mudah tergetar ketika melihat lawan jenis. Rupanya itulah sebabnya ketika mereka berpuasa, jusru tempat makan yang harus tutup, bukan melatih iman tetapi justru menghilangkan godaan.

Tapi, yaah, begitulah.

  

sy sangat setuju dgn pendapat Oom Bruce diatas, sehingga utk menjaga imannya mereka harus di 'motivasi' dgn cara2 spt itu..

namun klo ada Gereja yg memberikan hadiah mobil spt itu, sy sih setuju2 aj, walaupun hal itu nda mempengaruhi motivasi sy utk pergi ke Gereja..
mungkin istri sy si Joan jg bakalan setuju klo ada doorprizenya tuh bro..  hehehe

tp apa iya cara tsb bisa diterapkan di Gereja ya bro..? lah wong tanpa diberi hadiah aj, Gereja2 yg ada di Indonesia selalu penuh membludak krn kekurangan kapasitasnya, itupun sudah dibagi2 jadwalnya..
  

Quote :

lah wong tanpa diberi hadiah aj, Gereja2 yg ada di Indonesia selalu penuh membludak krn kekurangan kapasitasnya, itupun sudah dibagi2 jadwalnya..

itupun masih dihambat pembangunan/renovasi nya, yang adapun disegel.

  

nothingman wrote:

sy sangat setuju dgn pendapat Oom Bruce diatas, sehingga utk menjaga imannya mereka harus di 'motivasi' dgn cara2 spt itu..

namun klo ada Gereja yg memberikan hadiah mobil spt itu, sy sih setuju2 aj, walaupun hal itu nda mempengaruhi motivasi sy utk pergi ke Gereja..
mungkin istri sy si Joan jg bakalan setuju klo ada doorprizenya tuh bro..  hehehe

tp apa iya cara tsb bisa diterapkan di Gereja ya bro..? lah wong tanpa diberi hadiah aj, Gereja2 yg ada di Indonesia selalu penuh membludak krn kekurangan kapasitasnya, itupun sudah dibagi2 jadwalnya..
  

kamu sembarangan, mana mungkin aku setuju dengan pemberian doorprize macem itu, mending minta doorprizenya sama kamu mas.   

aku yakin Gereja Katolik nggak akan menggunakan cara-cara seperti itu karena sangat tidak sesuai dengan semangat Gereja Katolik yang miskin/sederhana dan berfokus pada pelayanan. Jadi tidak akan ada Gereja Katolik yang memberikan doorprize dengan tujuan menarik minat umatnya untuk berkunjung ke Gereja, kalaupun ada pemberian semacem pemberian macem sembako/kebutuhan hidup lainnya pasti tujuannya adalah untuk memberikan bantuan sosial terhadap bencana atau semacamnya, bukan untuk menarik minat orang supaya datang ke gereja atau untuk menarik penganut Non Katolik supaya pindah agama.
Mana mungkin Gereja Katolik akan mengikuti cara yang bodoh macem itu.   

Nah, setuju dengan sis Joan

  

bruce wrote:

Nah, setuju dengan sis Joan

  

setuju dgn yg mana bro..
klo setuju dgn minta doorprizenya ke sy sih ampyuuuun deh..  

Raihan Danielsan wrote:

bruce wrote:

Apakah beribadah dengan tujuan materi juga mendapatkan pahala?
Perlukah 'berkomunikasi' dengan Sang Kuasa diberi iming iming hadiah?
Adakah member Muslim yang bisa menjelaskan fenomena aneh ini?

Salam

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda," Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”. (HR. Muslim)

Bisa dibantu untuk menjelaskan ayat yang anda berikan itu, mas?

Thankyou

bruce wrote:

Raihan Danielsan wrote:

bruce wrote:

Apakah beribadah dengan tujuan materi juga mendapatkan pahala?
Perlukah 'berkomunikasi' dengan Sang Kuasa diberi iming iming hadiah?
Adakah member Muslim yang bisa menjelaskan fenomena aneh ini?

Salam

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda," Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”. (HR. Muslim)

Bisa dibantu untuk menjelaskan ayat yang anda berikan itu, mas?

Thankyou

Menurut Ibnu Rajab berkaitan dg hadist tsb,

“Dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya.”

Ibnu Rajab berkata, “Perkataan ini menerangkan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan hasil dari amalannya melainkan apa yang telah diniatkannya; jika dia meniatkan untuk kebaikan niscaya akan memperoleh kebaikan, dan jika meniatkan untuk kejelekan niscaya akan memperoleh kejelekan pula. Dan kalimat ini bukan semata-mata pengulangan dari kalimat pertama, karena kalimat pertama menunjukkan bahwa baik dan buruknya amalan tergantung pada niat yang melakukannya, sedangkan kalimat kedua menunjukkan bahwa pelakunya mendapat pahala amalan kalau niatnya baik dan akan mendapatkan siksa kalau niatnya jelek. Niat bisa saja dalam hal yang mubah (boleh) di mana amalannya pun mubah (boleh) sehingga seseorang tidak memperoleh pahala maupun siksa. Jadi, amalan seseorang dianggap baik, buruk, atau mubah tergantung pada niatnya; apakah baik, jelek, atau mubah.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/27-28).

Bila seseorang niatnya sholat ingin mendapatkan imbalan keduniaan dari orang lain, bukan karena Allah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa (pahala) dari sholatnya.

Raihan Danielsan wrote:

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda," Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”. (HR. Muslim)

Selamat datang, Niel.

Bagaimana kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat dalam lindungan Tuhan, ya?

Hayuh, bagikan ilmu kepada teman-teman di sini. Mungkin banyak yang bisa mendatangkan kemanfaatan.

Damai bagimu.

Quote :

Bila seseorang niatnya sholat ingin mendapatkan imbalan keduniaan dari orang lain, bukan karena Allah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa (pahala) dari sholatnya.

Sependapat, mas, jadi tujuan sang bupati, walau tujuannya baik, sebenarnya dalam sisi lain ia melakukan kesia siaan. Setuju gak dalam hal ini?

Salam

Husada wrote:

Selamat datang, Niel.

Bagaimana kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat dalam lindungan Tuhan, ya?

Hayuh, bagikan ilmu kepada teman-teman di sini. Mungkin banyak yang bisa mendatangkan kemanfaatan.

Damai bagimu.

Kabar baik, kang.

Saya juga masih banyak belajar dari yg lain, kang ... Insya Allah, kalau memang saya bisa.

bruce wrote:

Quote :

Bila seseorang niatnya sholat ingin mendapatkan imbalan keduniaan dari orang lain, bukan karena Allah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa (pahala) dari sholatnya.

Sependapat, mas, jadi tujuan sang bupati, walau tujuannya baik, sebenarnya dalam sisi lain ia melakukan kesia siaan. Setuju gak dalam hal ini?

Salam

Wah, Wallahu a'lam, kang bruce. Kembali kepada niatnya masing-masing ... Awalnya barangkali didorong disebabkan hadiah, lama kelamaan karena terbiasa, dapat juga niat itu berubah, yg tadinya ke Masjid menginginkan hadiah, karena tak kunjung dia dapatkan, kemudian melupakan niatnya itu dan menjadi niat hanya beribadah kepada Allah. ... Who knows?

Raihan Danielsan wrote:

bruce wrote:

Quote :

Bila seseorang niatnya sholat ingin mendapatkan imbalan keduniaan dari orang lain, bukan karena Allah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa (pahala) dari sholatnya.

Sependapat, mas, jadi tujuan sang bupati, walau tujuannya baik, sebenarnya dalam sisi lain ia melakukan kesia siaan. Setuju gak dalam hal ini?

Salam

Wah, Wallahu a'lam, kang bruce. Kembali kepada niatnya masing-masing ... Awalnya barangkali didorong disebabkan hadiah, lama kelamaan karena terbiasa, dapat juga niat itu berubah, yg tadinya ke Masjid menginginkan hadiah, karena tak kunjung dia dapatkan, kemudian melupakan niatnya itu dan menjadi niat hanya beribadah kepada Allah. ... Who knows?

Memang bisa terjadi seperti itu, seperti juga pepatah jawa yang berbunyi 'witing tresno jalaran seko kulino', betul, mudah mudahan niat baik sang bupati terlaksana.

Salam

Raihan Danielsan wrote:

Menurut Ibnu Rajab berkaitan dg hadist tsb,

“Dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya.”

Ibnu Rajab berkata, “Perkataan ini menerangkan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan hasil dari amalannya melainkan apa yang telah diniatkannya; jika dia meniatkan untuk kebaikan niscaya akan memperoleh kebaikan, dan jika meniatkan untuk kejelekan niscaya akan memperoleh kejelekan pula. Dan kalimat ini bukan semata-mata pengulangan dari kalimat pertama, karena kalimat pertama menunjukkan bahwa baik dan buruknya amalan tergantung pada niat yang melakukannya, sedangkan kalimat kedua menunjukkan bahwa pelakunya mendapat pahala amalan kalau niatnya baik dan akan mendapatkan siksa kalau niatnya jelek. Niat bisa saja dalam hal yang mubah (boleh) di mana amalannya pun mubah (boleh) sehingga seseorang tidak memperoleh pahala maupun siksa. Jadi, amalan seseorang dianggap baik, buruk, atau mubah tergantung pada niatnya; apakah baik, jelek, atau mubah.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/27-28).

Bila seseorang niatnya sholat ingin mendapatkan imbalan keduniaan dari orang lain, bukan karena Allah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa (pahala) dari sholatnya.

Ooo... saya mengerti sekarang mengapa seorang host suka menyarankan agar orang lain berdoa jelek atas kelompok rival-nya.

Satu stasion TV Swasta Nasional mengemas acara keluarga, dimana dipertemukan dua keluarga untuk menebak hasil jawaban survey. Pada saat satu keluarga hampir menyelesaikan menjawab hasil suatu survey, si host menyarankan/mengusulkan agar keluarga yang satu lagi berdoa jelek untuk keluarga yang dapat giliran menjawab. Ketika mula-mula saya dengar saran atau usul itu, saya terkekeh. Namun setelah semakin sering disarankan, saya mulai bertanya-tanya, "Memang Tuhan berkenan mengabulkan doa seseorang kalau doa itu dimaksudkan mencelakai orang lain?"

Nah, posting Danielsan ini memberi jawaban di pemahaman saya. "Perkataan ini menerangkan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan hasil dari amalannya melainkan apa yang telah diniatkannya; jika dia meniatkan untuk kebaikan niscaya akan memperoleh kebaikan, dan jika meniatkan untuk kejelekan niscaya akan memperoleh kejelekan pula". Mungkin saya belum mengerti secara paripurna, tetapi di benak saya sekarang, dengan poting Danielsan itu membuka cakrawala pikiran saya, bahwa menurut kepercayaan si host acara keluarga itu, Tuhan akan mengabulkan doa, walaupun doa itu dimaksudkan menjelekkan orang lain. Menarik.

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

Raihan Danielsan wrote:

Menurut Ibnu Rajab berkaitan dg hadist tsb,

“Dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya.”

Ibnu Rajab berkata, “Perkataan ini menerangkan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan hasil dari amalannya melainkan apa yang telah diniatkannya; jika dia meniatkan untuk kebaikan niscaya akan memperoleh kebaikan, dan jika meniatkan untuk kejelekan niscaya akan memperoleh kejelekan pula. Dan kalimat ini bukan semata-mata pengulangan dari kalimat pertama, karena kalimat pertama menunjukkan bahwa baik dan buruknya amalan tergantung pada niat yang melakukannya, sedangkan kalimat kedua menunjukkan bahwa pelakunya mendapat pahala amalan kalau niatnya baik dan akan mendapatkan siksa kalau niatnya jelek. Niat bisa saja dalam hal yang mubah (boleh) di mana amalannya pun mubah (boleh) sehingga seseorang tidak memperoleh pahala maupun siksa. Jadi, amalan seseorang dianggap baik, buruk, atau mubah tergantung pada niatnya; apakah baik, jelek, atau mubah.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/27-28).

Bila seseorang niatnya sholat ingin mendapatkan imbalan keduniaan dari orang lain, bukan karena Allah, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa (pahala) dari sholatnya.

Ooo... saya mengerti sekarang mengapa seorang host suka menyarankan agar orang lain berdoa jelek atas kelompok rival-nya.

Satu stasion TV Swasta Nasional mengemas acara keluarga, dimana dipertemukan dua keluarga untuk menebak hasil jawaban survey. Pada saat satu keluarga hampir menyelesaikan menjawab hasil suatu survey, si host menyarankan/mengusulkan agar keluarga yang satu lagi berdoa jelek untuk keluarga yang dapat giliran menjawab. Ketika mula-mula saya dengar saran atau usul itu, saya terkekeh. Namun setelah semakin sering disarankan, saya mulai bertanya-tanya, "Memang Tuhan berkenan mengabulkan doa seseorang kalau doa itu dimaksudkan mencelakai orang lain?"

Nah, posting Danielsan ini memberi jawaban di pemahaman saya. "Perkataan ini menerangkan bahwa seseorang tidak akan mendapatkan hasil dari amalannya melainkan apa yang telah diniatkannya; jika dia meniatkan untuk kebaikan niscaya akan memperoleh kebaikan, dan jika meniatkan untuk kejelekan niscaya akan memperoleh kejelekan pula". Mungkin saya belum mengerti secara paripurna, tetapi di benak saya sekarang, dengan poting Danielsan itu membuka cakrawala pikiran saya, bahwa menurut kepercayaan si host acara keluarga itu, Tuhan akan mengabulkan doa, walaupun doa itu dimaksudkan menjelekkan orang lain. Menarik.

Damai, damai, damai.

Mungkin maksudnya doa seorang yg dizalimi terhadap yg menzaliminya. Sebagaimana yg dijelaskan dalam sebuah hadist,

"Hati-hati terhadap orang yang dizalimi, sebab tidak ada hijab antara dia dengan Allah" (HR. Bukhari dan Muslim)

O, begitu. Terima kasih.

Damai bagimu.

Quote :

Tak Butuh Shalat Berhadiah Innova, Warga Ingin Perbaikan Jalan
Minggu, 16 Maret 2014 | 18:28 WIB

[You must be registered and logged in to see this image.]

BENGKULU, KOMPAS.com — Puluhan warga Kelurahan Kandang Limun, Jalan Medan Baru, Kota Bengkulu, Minggu (16/3/2014) sekitar pukul 08.30 WIB, menggelar aksi memancing dan menanam pohon pisang di jalan berlubang di wilayah tinggal mereka.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah setempat. Tidak saja memancing dan menanam pohon pisang, warga juga memasang tulisan besar berwarna hijau bertuliskan "Kami tak butuh Innova tapi perbaiki jalan".

Kontan saja kejadian tersebut membuat warga lain yang kebetulan lewat ikut serta dalam aksi yang dilakukan sekitar satu jam itu.

Hasyim, salah seorang warga yang melakukan aksi, menjelaskan bahwa mereka gerah dengan jalan yang rusak, tetapi tak kunjung diperbaiki Pemerintah Kota Bengkulu.

"Jalan ini sudah tiga tahun rusak berlubang, kami juga telah melakukan swadaya perbaikan tapi rusak lagi karena dana terbatas, mengajukan usul perbaikan dengan wali kota juga sudah tapi tak pernah ditanggapi, jalan tetap rusak parah, maka dari itu jika jalan tak kunjung diperbaiki maka kami akan ancam golput pemilu," kata Hasyim.

Hal senada disampaikan warga lain, Mahdin. Ancaman golput pada pemilu mendatang menurutnya serius apalagi dengan pemilih di daerah itu yang mencapai jumlah ribuan.

Warga juga sempat "menyentil" program shalat berhadiah Innova dari wali kota yang mereka nilai tak merakyat. "Daripada menghambur-hamburkan uang untuk shalat berhadiah, mendingan perbaiki jalan kami, shalat itu ibadah wajib makanya tak perlu pakai hadiah segala," tutup Mahadin mengakhiri pembicaraannya.

Rupanya sang walikota kurang tepat dalam menentukan skala prioritas.