Nama yang terlarang

Quote :

Pemerintah Arab Saudi Larang 50 Nama Bayi
Jumat, 14 Maret 2014 | 18:11 WIB

RIYADH, KOMPAS.com - Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi melarang sedikitnya 50 nama untuk digunakan sebagai nama bayi. Nama-nama yang dilarang itu termasuk nama yang terkait keluarga kerajaan, nama yang dikaitkan dengan penistaan agama atau nama "asing".

Akibat larangan ini, maka warga Saudi kelak tak bisa lagi menamai anak mereka dengan nama seperti Amir (pangeran), Linda atau Abdul Nabi.

Departemen Urusan Warga Sipil mengatakan nama-nama itu dilarang karena bertentangan dengan kebudayaan Arab, bertentangan dengan agama, merupakan nama asing atau sekadar dianggap "tidak pantas".

Lalu nama-nama apa saja yang bisa diberikan untuk para bayi Arab Saudi? Ada tiga katagori untuk menentukan apakah sebuah nama bisa diberikan atau tidak.

Katagori itu adalah nama-nama tersebut tidak mengandung sensibilitas agama, tidak terkait dengan keluarga kerajaan dan tidak berasal dari budaya non-Arab atau non-Islam.

Nama Benyamin, termasuk nama yang dilarang. Sebab, meski Islam meyakini Benyamin adalah nama putra Nabi Yakub dan saudara Nabi Yusuf, namun nama itu juga digunakan PM Israel, Benyamin Netanyahu.

Abdul Nasser adalah nama lain yang dilarang. Sebab nama itu sama dengan nama pemimpin nasionalis Mesir terkenal yang juga adalah musuh Arab Saudi.

Nama seperti Abdul Nabi dan Abdul Hussein, yang banyak digunakan baik oleh Muslim Sunni maupun Syiah, ternyata juga masuk daftar nama terlarang, sebab nama-nama ini bisa memiliki arti ganda.

Dalam bahasa Arab, Abdul bisa berarti "pemuja" atau "budak dari" seseorang. Jadi jika kedua kata itu digabungkan menjadi satu nama maka bisa mengundang interpretasi berbeda. Jadi misalnya nama Abdul Nabi bisa diartikan "pemuja Nabi" atau "budak Nabi".

Nama-nama lain yang dilarang adalah yang terkait dengan keluarga kerajaan, terutama gelar-gelar kebangsawanan seperti Sumuw (yang mulia), Malek (raja) dan Malika (ratu) atau istilah lain misalnya Al Mamlaka (kerajaan).

Nama-nama lain yang dilarang pemerintah juga merupakan nama yang banyak digunakan warga Saudi misalnya Malak (malaikat), Amir (pangeran), Abdul Nasser dan Jibril.

Weleh weleh, ini termasuk pelanggaran hak asasi atau tidak ya?

  

Saya pikir, hanya untuk mempertegas ketotaliteran saja.
  

Husada wrote:

Saya pikir, hanya untuk mempertegas ketotaliteran saja.
  

Memang ada juga sih negara lain yang melarang penamaan bayi yang cenderung aneh aneh. Ada yang '.' (titik), ada yang 'setan', ada yang tidak bisa dibaca 'htrsfddfs'.

Nah, kalau yang seperti ini ditolak sih wajar, karena menunjukan ortunya rada gak beres. Kalau untuk yang seperti saya kutip itu, yaaah, mungkin arogansi karena berkuasa.

  

Bagaimana pula dengan 'nama terlarang' itu yang sudah sempat digunakan dan dikenal sebelum aturan pelarangan diberlakukan? Semua harus mengganti akte lahir?  

Husada wrote:

Bagaimana pula dengan 'nama terlarang' itu yang sudah sempat digunakan dan dikenal sebelum aturan pelarangan diberlakukan? Semua harus mengganti akte lahir?  

He he he, jadi ingat semasa babeh harto berkuasa, ada yang menamai anaknya dengan 'Ganyang Suharto', sepertinya mendapat tentangan dari catatan kependudukan.
Yang pasti, agak aneh kalau memberi nama anaknya dengan sesuatu yang mengingatkan akan kebencian. Itu namanya kebablasan.

Betul.
Kalo nama bermuatan kebencian, ujungnya ya kurang sehat.
Lhah, kalo seperti Amir yang berarti pangeran, bukan bernada kebencian, kan?
Memang aneh-aneh negeri padang pasir yang kaya minyak itu. Entah dikemanakan logika sehatnya.
  

jiaaahahahahaha..   

dulu krn masalah muka orang kegantengan dilarang tampil didepan umum, sekarang menyandang nama yg bagus pun dilarang..
untuung kita nda hidup dinegara spt itu ya Oom..   

tp herannya kok ada aj sebagian warga kita yg 'bermimpi' ingin negara kita mjd spt itu ya..?
bener2 nda waras otaknya...   

Sepertinya engga lho, menurut kang Lancah waktu itu, katanya Kerajaan Arab Saudi bukanlah contoh dari negara Islam, karena dalam syariah Islam tidak ada kerajaan, dalam arti kekuasaan diturunkan turun temurun.

Syalom

bruce wrote:

Sepertinya engga lho, menurut kang Lancah waktu itu, katanya Kerajaan Arab Saudi bukanlah contoh dari negara Islam, karena dalam syariah Islam tidak ada kerajaan, dalam arti kekuasaan diturunkan turun temurun.

Syalom

lhoo klo Arab Saudi bukan contoh dr negara Islam atau setidaknya negara yg menerapkan syariah Islam dgn benar, lalu negara mana lg yg patut di jadikan contoh ya Oom..? apakah spt Afganistan, Iran, ato negara mana lg..?

klo negara2 tsb bukan termasuk salah satunya, apakah orang2 (sebagian warga negara kita) yg mengharapkan berdirinya negara Islam itu hanya berkhayal ato bermimpi, sebab selama ini di dunia belum/tidak pernah ada negara Islam yg patut dijadikan contoh yg baik..

sayang sekali kang Lancah nda pernah mampir lg dimari..

nothingman wrote:

bruce wrote:

Sepertinya engga lho, menurut kang Lancah waktu itu, katanya Kerajaan Arab Saudi bukanlah contoh dari negara Islam, karena dalam syariah Islam tidak ada kerajaan, dalam arti kekuasaan diturunkan turun temurun.

Syalom

lhoo klo Arab Saudi bukan contoh dr negara Islam atau setidaknya negara yg menerapkan syariah Islam dgn benar, lalu negara mana lg yg patut di jadikan contoh ya Oom..? apakah spt Afganistan, Iran, ato negara mana lg..?

klo negara2 tsb bukan termasuk salah satunya, apakah orang2 (sebagian warga negara kita) yg mengharapkan berdirinya negara Islam itu hanya berkhayal ato bermimpi, sebab selama ini di dunia belum/tidak pernah ada negara Islam yg patut dijadikan contoh yg baik..

sayang sekali kang Lancah nda pernah mampir lg dimari..

Kalau gak salah waktu itu dikatakan bahwa yang ideal adalah kekalifahan Islam jaman nabi dulu. Walau bisa saya katakan bahwa itu cuma merupakan cita cita saja, atau bisa disebut negara utopia.

  

bruce wrote:

Kalau gak salah waktu itu dikatakan bahwa yang ideal adalah kekalifahan Islam jaman nabi dulu.

weleeeh.. ideal apanya..?   

sesaat setelah Hijrahnya Muhammad, Madinah dijadikan 'neraka' bagi kaum Yahudi dan Non Muslim lainnya.. yg nda mau nurut mengakui dan mengikuti ajaran sang Nabi dibantai habis, keluarga yg lainnya yg masih anak2 dan wanita di perbudak.. sisa2nya yg menyerah dan nda brani melawan hidup ditindas dgn dikenakan pajak Jizyah.. setelah kematiannya Muhammad, penindasan dan pembaintaian semakin meluas lg ke daerah2 sekitar Arab, Timur Tengah, Afrika dan Eropa..
dan parahnya lg di jaman kekalifahan, diantara para pendukung sahabat2 Nabi dan pihak keluarga Nabi terjadi peperangan dan pembantaian shg menimbulkan perpecahan yg jd 2 kubu Sunni dan Syiah, ya sampe sekarang ini bro..

ya klo emg idealnya spt itu berarti spt yg terjadi di Afganistan sana saat ini bro..  

Quote :

Walau bisa saya katakan bahwa itu cuma merupakan cita cita saja, atau bisa disebut negara utopia.

  

klo pun benar itu semua cuma merupakan cita2 atau sekedar impian mereka, kok menurut sy mimpi mereka itu bener2 buruk atau nightmare ya bro..

gile beneeer, ada orang yg ingin mimpi buruknya bener2 terwujud...   

Ideal bagi perorangan yang dikatakannya sebagai difirmankan Allah, padahal, kalo dicermati dengan nalar sehat, adalah merupakan strategi untuk keluar dari penderitaan kemiskinan atas hal duniawi.