Apakah Yesus mengklaim diriNya adalah Allah?
Banyak orang bersedia menerima Yesus Kristus sebagai orang baik, atau nabi besar, tapi berpandangan bahwa Yesus tidak pernah mengklaim diriNya adalah Allah. Mereka yang menolak ke-Tuhan-an Yesus dengan merujuk pada ayat-ayat yang mendukung keyakinan mereka bahwa Yesus tidak pernah bermaksud disembah sebagai Allah.
Kendati begitu, bukti-bukti mengindikasikan sejak jaman para rasul, Yesus sudah disembah sebagai Tuhan. Setelah para rasul meninggal, beberapa pemimpin gereja abad pertama dan kedua menulis mengenai ke-Tuhan-an Yesus. Akhirnya, tahun 325, para pemimpin gereja menegaskan keyakinan mereka bahwa Yesus sepenuhnya Allah.[1]
Sejumlah orang berargumentasi bahwa gereja “menciptakan” ke-Tuhan-an Yesus dengan menulis ulang injil. Baru-baru ini, novel fiksi paling laku sedunia, The Da Vinci Code berhasil terjual lebih dari 40 juta kopi dengan membuat klaim semacam itu. (Lihat “Apa ada Konspirasi Da Vinci ?”). Meskipun buku itu telah membuat pengarangnya, Dan Brown, kaya raya, catatan fiksinya dijuluki oleh para ahli sebagai sejarah yang buruk. Kenyataannya, Perjanjian Baru telah dipandang sebagai “catatan yang paling handal dari semua dokumen historis kuno” (Lihat. “Apakah Injil itu benar?”).
Dalam artikel ini kita akan memeriksa apa yang dikatakan Yesus Kristus mengenai diriNya. Apa yang dimaksudkan Yesus dengan istilah “Anak Manusia” dan “Anak Allah?” Jika Yesus bukan Allah, kenapa para musuhNya menuduh dia telah “menghujat?” Lebih penting lagi, jika Yesus bukan Allah, kenapa Dia menerima penyembahan.
Pertama-tama, kita lihat dengan singkat apa yang dipercaya orang Kristen terhadap Yesus Kristus.
Dari Pencipta Jadi Tukang Kayu?Inti KeKristenan adalah keyakinan bahwa Allah datang ke Dunia secara Pribadi di dalam AnakNya. Alkitab mengajarkan Yesus bukanlah mahluk ciptaan seperti malaikat, tetapi Dia adalah Pencipta alam semesta. Sebagai teolog, J.I Packer menulis, “Injil mengatakan kepada kita bahwa Pencipta kita telah menjadi Penebus kita.”[2]
Perjanjian Baru mengungkapkan, atas kehendak Bapa, Yesus untuk sementara mengesampingkan kuasa dan kemuliaanNya untuk menjadi bayi mungil tak berdaya. Setelah besar, Yesus bekerja di bengkel tukang kayu, mengalami rasa lapar, capai, menderita rasa sakit, dan kematian seperti kita. Kemudian pada usia 30 tahun, Dia memulai pelayananNya.
Allah Yang EsaAlkitab mengungkap Allah adalah Pencipta alam semesta. Dia tak terbatas, kekal, maha kuasa, maha tahu, hadir sebagai pribadi, maha benar, maha kasih, maha adil, dan maha suci. Dia menciptakan kita menurut gambarNnya untuk menyembahNya. Menurut Alkitab, Allah membuat kita untuk selalu selama-lamanya berhubungan dengan Dia.
Ketika Allah berbicara kepada Musa di semak berapi 1500 tahun sebelum Kristus, Dia menegaskan kembali bahwa Dia adalah Allah yang Esa. Allah mengatakan kepada Musa namaNya adalah Yahweh, (AKU). (Kebanyakan dari kita lebih biasa dengan terjemahan Inggris, Jehovah atau LORD (TUHAN)[3] Sejak saat itu, dasar dari ayat (Shema) Yudaisme adalah:
“Dengarlah, hai orang Israel; TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.”
(Ulangan 6:4)
Kedalam dunia yang punya keyakinan monoteisme inilah Yesus hadir, berkhotbah, dan mulai melontarkan klaim yang mengejutkan siapapun yang mendengarnya. Dan menurut Ray Stedman, Yesus adalah tema sentral ayat-ayat kitab suci Yahudi (Perjanjian Lama).
“Disini, dalam bentuk manusia hidup bernapas, adalah seseorang yang cocok dan memenuhi semua simbol dan nubuatan mulai dari Kitab Kejadian sampai Kitab Maleakhi. Ketika pindah dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, kita temukan bahwa satu orang, Yesus dari Nazareth, adalah titik perhatian kedua Perjanjian.[4]
Namun jika Yesus adalah pemenuhan dari Perjanjian Lama, klaimNya harus mengkonfirmasi bahwa “Allah adalah Allah yang esa,” dimulai dari apa yang dikatakanNya mengenai diriNya. Mari kita lihat lebih jauh.
Nama Kudus Dari AllahKetika Yesus memulai pelayananNya, mujizat-mujizatNya dan pengajaran radikalNya langsung menarik sejumlah besar orang dan menciptakan hiruk-pikik kegembiraan. Ketika popularitasNya menyelimuti massa besar, para pemimpin Yahudi (Farisi, Saduki, dan Ahli Taurat) mulai melihat Yesus sebagai ancaman. Kemudian, mereka mulai mencari jalan untuk memerangkap Dia.
Satu hari, Yesus berdebat dengan beberapa orang Farisi di rumah ibadah, ketika mendadak Dia mengatakan kepada mereka bahwa Dia adalah “terang dunia.” Hampir aneh menggambarkan kejadian itu, ketika tukang kayu yang berkelana dari dataran rendah Galilea mengatakan kepada para ahli agama bahwa Dia adalah “terang dunia?” Karena keyakinan bahwa Yahweh adalah terang dunia, mereka langsung menjawab dengan marah
“Engkau bersaksi tentang diriMu, kesaksianMu tidak benar.” (Yohanes 8:13).
Kemudian Yesus mengatakan kepada mereka, 2.000 tahun lalu, Abraham telah melihat Dia. Mereka meresponnya dengan keraguan,
“UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” (Yohanes 8:57)
Kemudian Yesus makin mengejutkan mereka,
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku ada.” (Yohanes 8:5)
Tiba-tiba, tukang kayu tanpa gelar agama mengklaim diriNya kekal. Apalagi, Dia menggunakan titel AKU (ego eimi)[5], nama suci Allah untuk diriNya sendiri! Para pakar religius, yang hidup dan bernapas dalam firman Perjanjian Lama, mendeklarasikan hanya Yahweh saja adalah Allah. Mereka tahu firman yang diutarakan melalui Yesaya,
“Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu.” (Yesaya 43:11 )
Karena hukuman terhadap penghujatan adalah dilempari batu sampai mati, para pemimpin Yahudi dengan marah mengambail batu untuk membunuh Yesus. Mereka pikir Yesus telah menyebut diriNya sendiri, “Allah”. Pada saat itu, Yesus bisa saja mengatakan,”Tunggu dulu!” Kamu salah paham — saya bukan Yahweh.” Tetapi Yesus tidak mengubah pernyataannya, meski sedang menghadapi resiko terbunuh.
Lewis menjelaskan kemarahan mereka,
“Dia mengatakan …. Aku diperanakkan oleh Allah yang Esa, sebelum Abraham, Aku ada’, dan ingat apa kata “AKU” dalam bahasa Ibrani. Itu adalah nama Allah, yang tidak boleh diucapkan oleh setiap manusia, nama yang menyebabkan kematian bagi yang mengucapkannya.”[6]
Ada orang-orang yang berargumen ini hanyalah kejadian khusus (terisolasi) saja. Namun Yesus juga menggunakan “AKU” bagi diriNya pada beberapa kejadian lain. Mari kita lihat beberapa kejadian dan mencoba membayangkan reaksi kita ketika mendengar klaim radikal Yesus:
“Aku terang dunia.” (Yohanes 8:12)
“Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” (Yohanes 14:6)
“Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”(Yohanes 14:6)
“Akulah kebangkitan dan hidup” (Yohanes 11:25)
“Akulah gembala yang baik (Yohanes 10:11)
“Akulah pintu (Yohanes 10:9)
“Akulah roti hidup” (Yohanes 6:51)
“Akulah pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1)
“Akulah Alfa dan Omega” (Wahyu 1:7,
Ketika Lewis mengamati, jika semua klaim itu tidak berasal dari Allah sendiri, Yesus akan dianggap gila. Tapi apa yang membuat Yesus kredibel bagi mereka yang mendengarNya adalah mujizat kreatif yang dilakukanNya, dan otoritas pengajaran bijakNya.
Anak ManusiaBeberapa orang mengatakan Yesus tidak memaksudkan nama AKU berarti Dia adalah Allah. Mereka berargumentasi Yesus merujuk diriNya sendiri sebagai “Anak Manusia”, membuktikan bahwa Dia tidak mengklaim ke-Tuhan-an. Jadi dalam konteks apa gelar “Anak Manusia” itu, dan apa artinya?
Packer menulis tentang nama, “Anak Manusia” merujuk pada peran Yesus sebagai Raja Penyelamat, memenuhi nubuatan mesias dari Yesaya 53.[7] Yesaya 53 merupakan nubuatan tentang mesias paling lengkap dan jelas memperlihatkan Dia sebagai Penyelamat yang menderita. Yesaya juga merujuk Mesias sebagai “Allah Perkasa”, “Bapa yang kekal”, “Raja damai” (Yesaya 9:6).
Sebagai tambahan, banyak pakar mengatakan Yesus merujuk diriNya sebagai pemenuhan nubuatan Daniel tentang “Anak Manusia”. Daniel bernubuat bahwa “anak manusia” akan diberi kuasa atas seluruh manusia dan menerima penyembahan:
“Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu dan ia dibawa ke hadapannya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.”(Daniel 7:13, 14)
Jadi siapa “anak manusia” dan kenapa dia disembah, padahal hanya Allah saja yang boleh disembah. Yesus mengatakan kepada murid-muridNya, pada saat Dia kembali ke Bumi, “Maka setiap orang akan melihat Anak Manusia datang bersama awan-awan dengan kuasa dan kemuliaan besar.” (Lukas 21:27). Apakah di sini Yesus menyatakan Dialah pemenuhan nubuatan Daniel?
Anak AllahYesus juga mengklaim sebagai, “Anak Allah.” Gelar ini tidak berarti Yesus adalah anak biologis Allah. Istilah “Anak” juga bukan berarti menyiratkan lebih rendah posisinya, seperti anak manusia yang pada dasarnya lebih rendah dihadapan ayahnya. Seorang anak juga mempunyai DNA ayahnya, dan kendati dia berbeda, mereka berdua manusia. Para ahli menjelaskan istilah “Anak Allah” dalam bahasa asli merujuk pada keserupaan, atau “dari unit yang sama”. Yesus memaksudkan itu bahwa Dia punya esensi ke-Tuhan-an, atau dalam istilah abad 21, “DNA Allah”. Professor Peter Kreeft menjelaskan,
“Apa yang Yesus maksudkan ketika Dia menyebut diriNya Anak Allah?” Anak manusia adalah manusia. (Kedua istilah ‘anak’ dan ‘manusia’, sama artinya untuk laki-laki dan perempuan.) Anak monyet adalah monyet. Anak anjing adalah anjing. Anak hiu adalah hiu. Dan demikian juga Anak Allah adalah Allah. ‘Anak Allah’ adalah gelar ke-Tuhan-an”[8]
Dalam Yohanes 17, Yesus berbicara tentang kemuliaan, yang dialami, Dia dan Bapa sebelum dunia dijadikan. Tapi dengan menyebut diri “Anak Allah”, apa Yesus mengklaim sama dengan Allah? Packer menjawab:
Ketika Alkitab memproklamirkan Yesus sebagai Anak Allah, pernyataan itu berarti sebagai penegasan ke-Tuhan-anNya.[9]
Jadi nama-nama yang Yesus pakai untuk diriNya menunjuk pada fakta bahwa Dia mengklaim kesamaan (kesetaraan) dengan Allah. Tapi apakah Yesus berbicara dan bertindak dengan otoritas Allah?
Mengampuni DosaDalam agama Yahudi, mengampuni dosa hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Pengampunan selalu personal; seseorang tidak bisa memberi pengampunan atas nama orang yang menderita akibat kesalahan orang lain (haruslah yang menderita itu yang memberikan pengampunan) , terutama jika Orang itu itu adalah Allah. Namun pada beberapa peristiwa, Yesus bertindak seakan-akan Dialah Allah dengan mengampuni pendosa. Para pemimpin agama akhirnya meledak dengan kemarahan mendidih terhadap Yesus, ketika Dia mengampuni dosa orang yang lumpuh di hadapan mereka.
“Mengapa orang ini berkata-kata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah sendiri?”(Markus 2:7)
Lewis membayangkan reaksi kekagetan dari semua orang yang mendengar Yesus,
“Kemudian tiba syok sebenarnya,” tulis Lewis, “Di antara orang Yahudi itu tiba-tiba ada orang yang berbicara seakan-akan Dia adalah Allah. Dia mengklaim mengampuni dosa. Dia mengatakan Dia selalu ada (kekal). Dia mengatakan Dia akan datang untuk menghakimi dunia pada akhir jaman (kiamat). Sekarang, mari kita memperjelas hal ini. Diantara penganut agama banyak allah (atau dewa-dewa), setiap orang mungkin bisa mengatakan dia adalah bagian dari Allah, atau orang yang bersama Allah ….. tapi orang ini, karena Dia Yahudi, tidak bisa berarti semacam bagian dari Allah. Allah, dalam bahasa mereka, berarti Mahluk diluar dunia, yang telah membuat dunia dan secara tak terhingga sangat berbeda dari segala sesuatu. Dan ketika anda memahami itu, anda akan lihat bahwa apa yang dikatakan orang itu, sederhananya, hal paling mengejutkan yang pernah diucapkan dari bibir manusia.”[10]
Klaim Kesatuan Dengan Allah.Mereka yang mendengar Yesus, mengamati kesempurnaan moralNya, dan melihat Dia melakukan mujizat, akan berpikir apakah Dia adalah Mesias yang sudah lama dijanjikan. Akhirnya para penentangnya mengelilingi Dia di Bait Allah, bertanya,
“Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.”
Yesus menjawab, “pekerjaan-pekarjaan yang Kulakukan dalam nama BapaKu; itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku.” Dia membandingkan para pengikutnya dengan domba dan mengatakan, “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu.” Kemudian Dia mengungkapkan kepada mereka bahwa, “BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun,” dan tindakanNya atas perintah Bapa.Yesus sudah pasti menanggalkan kerendahan hatiNya. Tapi kemudian Yesus menjatuhkan bom, mengatakan kepada mereka (Johanes 10:25-30)
“Bapa dan Aku adalah satu”Jika Yesus hanya bermaksud Dia setuju dengan Allah, maka tidak akan ada reaksi keras. Tapi , sekali lagi orang Yahudi mengambil batu untuk membunuhNya. Kata Yesus kepada mereka, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?”
Jawab orang-orang Yahudi itu,” Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau memnghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.” (Johanes 10:32 – 33).
Pada saat Yesus menyiapkan para muridNya menghadapi kematianNya di salib dan kenaikan (ke surga), Tomas ingin tahu kemana Dia pergi dan jalan menuju ke situ. Yesus menjawab Tomas,
“Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun bisa datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes14:6) Jika engkau mengenal Aku, maka engkau telah mengenal BapaKu. Engkau sudah mengenal dan melihat Dia.” (Johanes 14:5-9)
Mereka bingung. Filipus kemudian bertanya kepada Yesus untuk “memperlihatkan kepada kami Bapa.” Yesus menjawab Filipus dengan kalimat mengejutkan ini,
“Telah sekian lama Aku bersama-sama denganmu Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa!”
Dengan kata lain Yesus katakan, “Filipus jika kamu ingin melihat Bapa, lihatlah Aku!”?
Dalam Yohanes 17, Yesus mengungkapkan kesatuanNya dengan Bapa telah ada sejak semula, “sebelum dunia dijadikan”. Menurut Yesus, tidak pernah terjadi Dia tidak bersama-sama Allah dalam kemuliaan dan esensinya.
Otoritas AllahOrang Yahudi selalau memandang Allah maha kuasa. Kekuasaan (otoritas) adalah istilah yang dikenal baik di Israel, yang sedang dijajah Romawi. Pada masa itu, perintah Kaisar bisa langsung mengirim pasukan ke medan perang, mengutuk atau menghukum penjahat, dan menetapkan hukum dan mengatur pemerintahan. Pada kenyataannya, kekuasaan Kaisar begitu besar sehingga dia sendiri mengklaim dirinya sama dengan Tuhan.
Sebelum meninggalkan dunia, Yesus menjelaskan cakupan otoritasnya:
“KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Apa yang dimaksudkan dengan Yesus telah “diberikan” kuasa? ?(Matius 28:18).
Dalam kalimat menakjubkan ini, Yesus mengklaim mempunyai ke-maha kuasa-an bukan saja di dunia tapi juga di sorga. John Piper menjelaskan,
“Inillah kenapa teman dan musuh Yesus kaget dan kaget lagi atas apa yang Dia katakan dan lakukan. Dia bisa berjalan di sebuah jalanan, terlihat sama seperti orang biasa lain, kemudian berbalik dan mengatakan sesuatu seperti, “Sebelum Abraham, Aku ada.” Atau, “Jika kamu melihat Aku, kamu sudah melihat Bapa.” Atau, dengan sangat tenang, setelah dituduh menghujat, dia akan mengatakan, “Anak Manusia punya kuasa di dunia untuk mengampuni dosa.” Kepada orang meninggal Dia mengatakan, “Keluar”, atau “Bangkitlah.” Dan mereka taat. Kepada badai di laut Dia akan mengatakan, “Tenang.” Dan kepada potongan roti Dia akan mengatakan, “Jadilah makanan untuk ribuan (orang)”. Dan itu langsung terjadi.[11]
Beberapa mungkin berargumen karena kekuasaan datang dari BapaNya, tidak berarti Yesus itu Allah. Namun Allah tidak pernah memberikan kuasaNya untuk menciptakan mahluk yang akan disembah. Melakukan itu artinya melanggar Perintah Allah sendiri.
Menerima PenyembahanTidak ada lebih mendasar di agama Yahudi dari fakta bahwa hanya Allah yang disembah. Nyatanya, perintah pertama di Sepuluh Perintah adalah,
“Jangan menyembah tuhan lain selain Aku.” (Keluaran 20:3 )
Jadi, dosa paling berat seorang Yahudi adalah menyembah mahluk lain selain Allah, atau menerima penyembahan. Jadi jika Yesus bukan Allah, maka akan jadi penghujatan untuk menerima penyembahan.
Setelah kebangkitan Yesus, para murid menceritakan kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Tuhan hidup (Johanes 20:24-29). Tomas tidak percaya dan mengatakan kepada mereka dia akan percaya jika dia sudah mecucukkan jarinya ke luka di tangan dan perut Yesus. Delapan hari kemudian, semua murid berkumpul di ruang yang terkunci, tiba-tiba Yesus hadir dihadapan mereka. Yesus melihat Tomas dan berkata kepadanya,” Taruh jarimu di sini dan lihat tanganKu. Taruh tanganmu di luka perutKu.”
Tomas tidak memerlukan bukti lebih banyak lagi. Dia langsung percaya dan berseru kepada Yesus,
“Tuhanku dan Allahku!”
Tomas menyembah Yesus sebagai Allah! Jika Yesus bukan Allah, Dia pasti akan langsung memperingatkan Tomas. Tapi daripada memperingatkan Tomas karena menyembahNya sebagai Allah, Yesus malah memuji dia,
“Kamu percaya karena telah melihatKu Diberkatilah mereka yang tidak melihat namun percaya.”
Yesus menerima penyembahan atas sembilan peristiwa. Dalam konteks keyakinan Yahudi, penerimaan Yesus atas penyembahan berbicara banyak atas klaim ke-Tuhan-anNya. Meskipun begitu, para murid belum mengerti sepenuhnya sampai Yesus naik ke surga. Sebelum Yesus terangkat, Dia mengatakan kepada para murid untuk “membaptiskan murid-murid baru dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19), menempatkan Roh Kudus dan diriNya pada tingkat yang sama dengan Bapa.[12]
Alfa Dan OmegaKetika Rasul Yohanes dibuang ke Pulau Patmos, Yesus mengungkapkan visi-visi akhir jaman kepadanya. Dalam visi-visi itu, Yohanes menggambarkan kejadian menakjubkan ini,
“Lihat! Dia datang dengan awan-awan dari surga. Dan setiap orang akan melihat Dia — bahkan dia yang menusuknya …. Aku Alfa dan Omega —- permulaan dan akhir, firman Tuhan Allah. ‘Aku yang pertama, yang selalu, dan akan datang, Yang Mahakuasa.”
Jadi siapa Orang yang disebut “Alfa dan Omega,” “Tuhan Allah,” Yang Mahakuasa”? Kita diberitahukan Dialah yang di tusuk. Yang membuatnya jelas bahwa Alfa dan Omega adalah Yesus. Dia yang telah ditusuk (ditombak) di atas salib.
Yohanes, yang paling dekat dengan Yesus dibandingkan para murid lain, melihat citra sebuah Pribadi berbicara dengan dia. Dia menulis,
“…ada seorang serupa Anak Manusia …… Kepala dan rambutNya putih bagaikan bulu yang putih metah, Dan matanya bagaikan nyala api ….. dan wajahNya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.” (Wahyu 1:13, 14, 16b)
Kita tidak bisa memahami emosi Yohanes ketika dia melihat satu Pribadi seperti matahari bersinar penuh kekuatan, dengan mata seperti jilatan api. Dia langsung jatuh seperti orang mati di depan Pribadi yang dia lihat. Jika (Pribadi) itu Yesus, kenapa Yohanes tidak mengenal Dia? Apa mungkin dia berpikir itu adalah malaikat? Mari kita dengar kata-kata Yohanes.
“…tapi Ia meletakkan tangan kananNya di atasku, lalu berkata, “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir. dan Yang Hidup, Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya.” (Wahyu 1:17-18)
Yang Esa berbicara kepada Yohanes dengan mengidentifikasi dirinya sebagai, “yang Pertama dan yang Akhir”, sebuah rujukan jelas akan keabadian. Dan karena hanya Allah yang abadi, ini pasti Allah. Namun pada kalimat yang sama dia mengatakan kepada Yohanes bahwa dia adalah “yang hidup yang pernah mati,” jadi, kita tahu hal ini bukanlah Allah Bapa karena Bapa tidak pernah menderita kematian seperti manusia.
“Lalu aku melihat takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya . . . Ia yang duduk di atas takhta itu berkata, …… . . Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir……” (Wahyu 20:11; 21:5 – 6)
Apakah Tuhan Yesus Kristus yang memerintah dari tahta putih besar. Yesus telah mengatakan kepada para murid bahwa Dia akan menjadi hakim manusia. Dia berjanji bagi siapa yang percaya kepadaNya akan selamat dari penghakiman dosa, tapi mereka yang menolak akan dihakimi.
KesimpulanJadi apakah Yesus mengklaim diriNya Allah, atau Dia hanya salah mengerti saja. Mari kita lihat pada klaim Yesus lainnya dan bertanya, apakah Yesus akan membuat klaim seradikal itu jika Dia bukan Allah?
Yesus menggunakan nama Allah untuk diriNya.
Yesus menyebut diriNya “Anak Manusia”.
Yesus menyebut diriNya “Anak Allah”.
Yesus mengklaim mengampuni dosa.
Yesus mengklaim ke-satu-an dengan Allah.
Yesus mengklaim seluruh kuasa.
Yesus menerima penyembahan.
Yesus menyebut diriNya “Alfa dan Omega”.
Orang mungkin berkata, “bagaimana kita bisa mempercayai klaim Yesus? Bukti apa yang Dia tinggalkan?”?
Tiga hari setelah penyaliban Dia, murid-mudridNya mengklaim mereka melihat Dia hidup . Jika cerita mereka bohong, maka kebohongan akan terungkap setelah penguasa Romawi menyiksa mereka secara mengerikan, dengan cara-cara yang pernah diketahui manusia. Tapi keyakinan dan kejujuran mereka mengatasi Roma dan mengubah dunia kita (Lihat “Apa benar Yesus Bangkit dari kematian ?“). Lewis menjelaskan alasan-alasan keyakinan mereka,
“Apa yang dibalik ruang dan waktu, apa yang belum diciptakan, abadi, menjadi alami, turun dari alamNya, dan naik kembali.”[13]
Pakar brilian ini sebelumnya berpendapat Yesus hanyalah mitos, sama seperti allah-allah buatan manusia pada jaman Romawi dan Yunani kuno. Namun ketika dia mulai melihat bukti-bukti Yesus Kristus, dia menyadari bahwa catatan Perjanjian Baru tentang Yesus Kristus didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang solid. Mantan kritikus ini menyimpulkan bukti-bukti investigasinya terhadap Yesus Kristus dengan pandangan,
“Anda harus memiih: apakah orang ini adalah Anak Allah : atau orang gila atau yang lebih buruk lagi ….. Namun kita jangan dengan sembarangan menyebutNya sebagai guru besar kemanusiaan. Dia tidak membuka hal semacam itu kepada kita.”[14]
Lewis menemukan bahwa hubungan personal dengan Yesus memberinya hidup penuh arti, tujuan, dan kebahagiaan yang melampaui semua impiannya. Dia tidak pernah menyesali pilihannya dan menjadi jurubicara terkemuka bagi Yesus Kristus. Bagaimana dengan anda? Apakah anda telah memilih ?
“Apakah Para Rasul Percaya Yesus Adalah Allah?”
Jika Yesus itu Allah, maka kita bisa berharap para pengikut terdekatNya memproklamirkan ke-Tuhan-anNya dalam testimoni tertulis mereka. KeKristenan mendasarkan keyakinannya dalam ke-Tuhan-an Yesus atas tulisan-tulisan mereka.
ENDNOTES1. Ravi Zacharias, Jesus Among Other Gods (Nashville: Word, 2000), 38.
2. J. I. Packer, Knowing God (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1993), 189.
3. The Hebrew Scriptures sometimes join Yahweh (Jehovah) with an additional word to emphasize God’s dealing with man. “Yahweh Elohim” and “Adonai Yahweh” are translated “Lord God,” and “Yahweh Sabaoth” is translated “Lord of hosts.” (C.I Scofield, The Scofield Reference Bible (New York: Oxford University Press, 1996), 6, 983.
4. Ray C. Stedman, Adventuring Through the Bible (Grand Rapids, MI: Discovery House, 1997), 479.
5. Ego eimi is the Greek equivalent of the Hebrew name Isaiah used to describe God in Isaiah 43:10, 11. Dr. James White notes, “The closest and most logical connection between John’s usage of ego eimi and the Old Testament is to be found in the Septuagint rendering of a particular Hebrew phrase, ani hu in the writings (primarily) of Isaiah. The Septuagint translates the Hebrew phrase ani hu as ego eimi in Isaiah 41:4, 43:10 and 46:4.” (http://www.aomin.org/EGO.html)
6. Lewis, 157.
7. Packer, 198.
8. Why I am a Christian, Norman L. Geisler, Paul K. Hoffman, eds, “Why I Believe Jesus is the Son of God” (Grand Rapids, MI: Baker Books, 2001), 223.
9. Packer, 57.
10. C.S. Lewis, Mere Christianity (San Francisco: HarperCollins, 1972), 51.
11. John Piper, The Pleasures of God (Sisters, OR: Multnomah, 2000), 35.
12. Christians believe that there is one God who exists in three distinct, equal Persons: the Father, the Son, and the Holy Spirit (trinity). No earthly analogy can adequately explain how one God can exist as three Persons. However, two scientific examples illustrate how one entity can exist in multiple forms. 1. Light exists as a duality, appearing in nature as both a wave and a particle. 2. The H20 molecule is one essence, yet exists as steam, water, and ice. The God of the Bible, however, is beyond our full comprehension, being infinite, eternal, immutable, omniscient, omnipresent, and omnipotent.
13. Lewis, God in the Dock, 80.
14. Lewis, Mere Christianity, 52.
Permission to reproduce this article: Publisher grants permission to reproduce this material without written approval, but only in its entirety and only for non-profit use. No part of this material may be altered or used out of context without publisher’s written permission. Printed copies of Y-Origins and Y-Jesus magazine may be ordered at:
[You must be registered and logged in to see this link.] 2007 B&L Publications. This article is a supplement to Y-Jesus magazine by Bright Media Foundation & B&L Publications: Larry Chapman, Chief Editor.