Hormat bendera, apakah dilarang?

Pada Top Nine News Metro TV, diberitakan di daerah Karang Anyar ada sekolah berdasarkan agama yang tidak pernah melakukan upacara bendera dan malah melarang muridnya untuk hormat bendera. SSang kepala sekolah mengatakan bahwa sebagai muslim, maka menghormat bendera berarti musryik.

Benarkah sebagai muslim, maka hormat pada bendera negara adalah terlarang?

Apakah sang kepala sekolah 'belum bisa' membedakan antara hormat pada bendera dan sujud kepada Allah?

Ada yag bisa membantu ?

Sepertinya sudah pernah dibahas masalah hormat bendera ini ... eh, apa di forum yang lain, ya?

Ternyata di forum lain ...
Ini ada komentar yang saya nilai cukup masuk akal ...

Quote :

hormat hor.mat
[a] menghargai (takzim, khidmat, sopan): sepatutnyalah kita -- kpd orang tua kita; (2) n perbuatan yg menandakan rasa khidmat atau takzim (spt menyembah, menunduk): hadirin serentak berdiri memberi -- kpd tamu yg datang

hormat-menghormati hor.mat-meng.hor.mati
[v] saling menghormati

berhormat-hormat ber.hor.mat-hor.mat
[v] (1) saling memberi hormat; saling menghormati; (2) terlalu menghormat; berulang-ulang memberi hormat
gila hormat terlalu ingin dihormati orang lain
ragam hormat ragam bahasa yg dipakai jika lawan bicara orang yg dihormati, msl orang tua, atasan
salam hormat salam sbg tanda hormat (menghormati)

[You must be registered and logged in to see this link.]

bendera adalah lambang negara. memang di negara2 arab pecahan otoman, bendera adalah pemecah belah ummat Islam. karena itu mungkin ada sebagian orang yg berpendapat bahwa tidak patut menghormati hal seperti itu.
nah di Indonesia ceritanya lain sama sekali. bendera yg merupakan lambang negara adalah perwujudan dari semangat/simbol/falsafah perjuangan ummat Islam Indonesia. wujud sebelumnya adalah sandi gula kelapa, gula merah - kelapa putih, merah = berani putih=suci. inilah sifat yg menjadi standar para pejuang di Indonesia.

Menurut saya, selama kita tidak mengagungkan atau menyembah atu bahkan menuhankan bendera ... sepertinya tidak apa2 ...

Quote :

memang di negara2 arab pecahan otoman, bendera adalah pemecah belah ummat Islam. karena itu mungkin ada sebagian orang yg berpendapat bahwa tidak patut menghormati hal seperti itu.

nah, berarti ada orang Indonesia yang sangat ke-arab2-an yahhhh...
bahkan mungkin lebih arab dari orang arab sendiri...

Quote :

Menurut saya, selama kita tidak mengagungkan atau menyembah atu bahkan menuhankan bendera ... sepertinya tidak apa2 ...

Memang seharusnya bisa dibedakan, antara Tuhan (Allah) dan bendera itu BERBEDA. Kita tidak pernah menyembah bendera seperti kita menyembah Tuhan, dan kita tidak berlutut bahkan sujud dihadapan bendera.

Saya kok curiga (suudzon ?) bahwa mereka yang melarang menghormai bendera Indonesia, adalah oran orang yang tidak measa sebagai orang Indonesia. Mereka tidak merasa menghargai perjuangan para pahlawan bangsa Indonesia dalam memberikan nyawanya demi Indonesia merdeka.

Entah mereka menganggap Indonesia bukan negara dan hendak mendirikan negara sendiri, atau mereka tidak merasa hidup di Indonesia.

Silancah wrote:

Menurut saya, selama kita tidak mengagungkan atau menyembah atu bahkan menuhankan bendera ... sepertinya tidak apa2 ...

jawabannya kok seperti kurang yakin kang ?

bruce wrote:

Saya kok curiga (suudzon ?) bahwa mereka yang melarang menghormai bendera Indonesia, adalah oran orang yang tidak measa sebagai orang Indonesia. Mereka tidak merasa menghargai perjuangan para pahlawan bangsa Indonesia dalam memberikan nyawanya demi Indonesia merdeka.

Entah mereka menganggap Indonesia bukan negara dan hendak mendirikan negara sendiri, atau mereka tidak merasa hidup di Indonesia.

Good point om.

Selanjutnya kita jg menjadi ragu, seandainya negara kita dijajah (kembali), apakah mereka2 ini akan ikut bertempur utk membela merah putih.

Oh, saya memang sedikit peka dengan sikap anasionalis sepeti itu bro, termasuk juga kepada orang orang saksi yehuwa (mereka juga dilarang hormat bendera), saya katakan bahwa mereka tidak layak tinggal di Indonesia.

Mereka lupa atau tidak tahu atau bahkan tidak mau tahu, bahwa dahulu, untuk sekedar mengibarkan bendera merah putih saja, sudah beresiko ditembak mati oleh penjajah. Sekarang ini, setelah merdeka, mereka justru mengabaikan lambang perjuangan bangsa.

Kemudian, jika ada sekolah yang melarang siswanya hormat bendera dan upacara bendera, apa yang akan dihasilkan oleh sekolah seperti itu?

Dan konon katanya dinas pendidikan di wilayah tersebut hanya mengundang si kepala sekolah untuk bermusyawarah membicarakan larangan tersebut, dan tidak ditanggapi oleh si kepala sekolah. Apakah si dinas pendidikan itu sadar akan tugasnya? Seharusnya bukan undangan musyawarah yang disampaikan, tetapi peringatan tertulis, dan disusul dengan tindakan penutupan sekolah jika tetap melanggar. Itu yag seharusnya.

bruce wrote:

Dan konon katanya dinas pendidikan di wilayah tersebut hanya mengundang si kepala sekolah untuk bermusyawarah membicarakan larangan tersebut, dan tidak ditanggapi oleh si kepala sekolah. Apakah si dinas pendidikan itu sadar akan tugasnya? Seharusnya bukan undangan musyawarah yang disampaikan, tetapi peringatan tertulis, dan disusul dengan tindakan penutupan sekolah jika tetap melanggar. Itu yag seharusnya.

Jangan ditutup sekolahnya Bang ... kasihan para anak didik.
Kepala sekolahnya aja yang diganti kalau peringatan sudah diberikan

Sudah bisa dipastikan kalo di sekolah ini tidak ada ekskul Paskibra

bruce wrote:

Dan konon katanya dinas pendidikan di wilayah tersebut hanya mengundang si kepala sekolah untuk bermusyawarah membicarakan larangan tersebut, dan tidak ditanggapi oleh si kepala sekolah. Apakah si dinas pendidikan itu sadar akan tugasnya? Seharusnya bukan undangan musyawarah yang disampaikan, tetapi peringatan tertulis, dan disusul dengan tindakan penutupan sekolah jika tetap melanggar. Itu yag seharusnya.

Tenang Bruce, tenang.

Berita dari salah satu TV Swasta Nasional siang ini mengungkapkan bahwa Dinas Pendidikan daerah tersebut sudah memperingatkan sekolah itu. Berita itu tidak mengungkapkan apakah peringatannya diberikan tertulis atau hanya lisan. Di-shoot juga pihak yang mewakili Dinas Pendidikan, ibu-ibu, berjilbab. Kata si pemberita, Pemerintah Daerah akan menutup sekolah itu kalau masih tetap tidak bersedia melaksanakan upacara bendera.

Damai bagi Indonesia.

Quote :

Tenang Bruce, tenang.

He he he, saya sih tenang, tapi kalo inget bagaimana pengorbanan para pejuang yang rela mati demi republik ini, dan kemudian jasa mereka dianggap sia-sia seperti itu, rasanya si kepala sekolah itu perlu dididik cara militer dulu deh.

Quote :

He he he, saya sih tenang, tapi kalo inget bagaimana pengorbanan para pejuang yang rela mati demi republik ini, dan kemudian jasa mereka dianggap sia-sia seperti itu, ....

Mengingat sekolah itu sekolah berdasar agama tertentu, mungkin 'pengusaha' sekolah itu menganggap para pembela sesuatu yang bukan agama tertentu itu bukan pahlawan. Mungkin kurikulum sekolah itu juga bukan kurikulum nasional. Mungkin yang diajarkan disana adalah cara berbusana saat ibadah, persiapan fisik sebelum beribadah, tatacara membaca kitab suci, dll yang terkait dengan keberagamaan.

'Pengusaha' sekolah itu hanya mengingat keberagamaan, lupa pada keberagaman. Jangankan keberagaman suku di Indonesia, kebutuhan hidup individu juga cukup beragam, bukan hanya aspek agama saja. Perlu roti, perlu ikan, perlu susu, perlu olah rga, dll.

Quote :

..., rasanya si kepala sekolah itu perlu dididik cara militer dulu deh.

Ufhh... ternyata Bruce ini fans militerisme juga ya? Berarti ngefans donk pada presiden yang dulu menganakemaskan tentara?

Damai, damai, damai.

Quote :

Ufhh... ternyata Bruce ini fans militerisme juga ya? Berarti ngefans donk pada presiden yang dulu menganakemaskan tentara?

Ngga, walau harus diakui bahwa militer juga punya disiplin yang baik, nasionalisme yang mantap, dan kaderisasi yang matang.

Ada bidang yang bisa dipegang oleh militer, ada bidang yang lebih baik dipegang oleh sipil. Saya merujuk pada Amerika, dimana power militer selalu berada dibawah dominasi sipil. Dan saya melihat bahwa di Amerika tidak pernah ada usaha untuk melakukan kudeta atau membuat militer menjadi lebih berkuasa.

Untuk mendisiplinkan si kepala sekolah, saya setuju jika si kepala sekolah yang anasionalis itu dikirim ke rindam, atau langsung ke batujajar, biar dilatih oleh Kopasus.

Quote :

..., biar dilatih oleh Kopasus.

Wah, kayak timnas dong?

Kalo timnas kan ngga pake gaplok dn gampar, kalau untuk yang anasionalis, saya setuju gampar dan gaplok diberlakukan.

bruce wrote:

Kalo timnas kan ngga pake gaplok dn gampar, kalau untuk yang anasionalis, saya setuju gampar dan gaplok diberlakukan.

bisa dituntut pasal penganiayaan gak, Om ?

Dalam dunia pendidikan militer, gaplok dan gampar mah santapan sehari hari om. Ehh kalau kepingin nyobain training gaya militer, boleh Kopasus atau Kostrad, anda bilang saya, ntar saya ikutin seminggu di base camp mereka ya, he he he.

bruce wrote:

Dalam dunia pendidikan militer, gaplok dan gampar mah santapan sehari hari om. Ehh kalau kepingin nyobain training gaya militer, boleh Kopasus atau Kostrad, anda bilang saya, ntar saya ikutin seminggu di base camp mereka ya, he he he.

saya ikutan acara "be aman" aja deh kalo gitu...

T2Y wrote:

saya ikutan acara "be aman" aja deh kalo gitu...

Hehhehheee... be aman ato be a man? Artinya, pernah sebagai bukan a man?

Husada wrote:

T2Y wrote:

saya ikutan acara "be aman" aja deh kalo gitu...

Hehhehheee... be aman ato be a man? Artinya, pernah sebagai bukan a man?

ha..ha..ha..
saya laki2 beneran, kok...

Husada wrote:

Berita dari salah satu TV Swasta Nasional siang ini mengungkapkan bahwa Dinas Pendidikan daerah tersebut sudah memperingatkan sekolah itu. Berita itu tidak mengungkapkan apakah peringatannya diberikan tertulis atau hanya lisan. Di-shoot juga pihak yang mewakili Dinas Pendidikan, ibu-ibu, berjilbab. Kata si pemberita, Pemerintah Daerah akan menutup sekolah itu kalau masih tetap tidak bersedia melaksanakan upacara bendera.

Koran daerahku kemarin (11/6) memberitakan bahwa sekolah itu sudah belajar baris-berbaris, membacakan Pancasila, menyanyikan Indonesia Raya. Katanya, para siswa belajar dengan semangat, terbukti dari meski sedang terik, latihan baris berbaris tetap dikerjakan.

Damai, damai, damai. Jayalah Indonesiaku.

Husada wrote:

Husada wrote:

Berita dari salah satu TV Swasta Nasional siang ini mengungkapkan bahwa Dinas Pendidikan daerah tersebut sudah memperingatkan sekolah itu. Berita itu tidak mengungkapkan apakah peringatannya diberikan tertulis atau hanya lisan. Di-shoot juga pihak yang mewakili Dinas Pendidikan, ibu-ibu, berjilbab. Kata si pemberita, Pemerintah Daerah akan menutup sekolah itu kalau masih tetap tidak bersedia melaksanakan upacara bendera.

Koran daerahku kemarin (11/6) memberitakan bahwa sekolah itu sudah belajar baris-berbaris, membacakan Pancasila, menyanyikan Indonesia Raya. Katanya, para siswa belajar dengan semangat, terbukti dari meski sedang terik, latihan baris berbaris tetap dikerjakan.

Damai, damai, damai. Jayalah Indonesiaku.

Mudah mudahan mereka bisa kembali mendidik anak bangsa menjadi anak anak Indonesia yang cinta tanah air sekaligus taat beragama dan bersikap toleran, mudah mudahan.

Aameen, aaameeen, aaaaa...meeeeeeeeen.

Quote :

Mendiknas: Bedakan Hormat dan Sembah
K2-11 | Tri Wahono | Minggu, 12 Juni 2011 | 17:28 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh meminta kepada masyarakat pendidikan untuk dapat membedakan antara penghormatan dan penyembahan kepada bendera merah putih. Pernyataan ini disampaikan Mendiknas usai menyaksikan kontes robot di Gedung Grha Sabha Pramana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, menanggapi adanya penolakan sebuah sekolah terhadap pengormatan bendera ketika upacara.

"Mohon bisa dibedakan. Kalau penyembahan kaitannya dengan keagamaan. Sedangkan kalau penghormatan bendera biasa saja. Setiap orang punya ekspresi dan cara menghormati bendera. Ada yang dengan menundukkan kepala saja atau dengan mengangkat tangan. Itu biasa saja," ungkap M Nuh di Kampus UGM Minggu (12/6/2011).

Mendiknas yakin, jika nanti dirinya bertemu dengan pengelola sekolah yang menolak penghormatan bendera tersebut dan menjelaskan pemahaman esensi penghormatan bendera, semua akan selesai. Ketika ditanya mengenai wacana penutupan sekolah yang menolak melakukan penghormatan bendera, Mendiknas menyatakan bahwa masalahnya bukan soal tutup-menutup sekolah.

Namun, ia lebih menkankan kepada pemahaman esensi penghormatan bendera yang berbeda dengan penyembahan. "Insya Allah mereka akan bisa memahami. Merah putih adalah bendera nasional dan sudah menjadi kesepakatan sejak dulu," ujarnya.

Sepertinya berita daerah yang dibaca oleh bro Husada belum terlaksana tuh, sepertinya dari berita terakhir juga belum terjadi si sekolah bisa menerima dan mengerti perbedaan antara menyembah dan hormat.

Kalo sebagai pendidik, mereka belum bisa membedakan antara menyembah Tuhan dan hormat pada bendera, maka PECAT saja sang guru nya, ganti yang lebih waras.

bruce wrote:

Sepertinya berita daerah yang dibaca oleh bro Husada belum terlaksana tuh, sepertinya dari berita terakhir juga belum terjadi si sekolah bisa menerima dan mengerti perbedaan antara menyembah dan hormat.

Kalo sebagai pendidik, mereka belum bisa membedakan antara menyembah Tuhan dan hormat pada bendera, maka PECAT saja sang guru nya, ganti yang lebih waras.

Hehhehheee... disini kelihatannya apa yang Bruce lihat lebih luas dan mendasar daripada apa yang saya lihat. Bruce sudah sampai pada alasan mengapa suatu sekolah tidak melakukan upacara bendera, yaitu sekolah belum membedakan penghormatan dan penyembahan. Sementara saya baru melihat bahwa sekolah itu tidak melaksanakan upacara bendera karena tidak mau menghormat bendera.

Di koran daerahku, diberitakan bahwa sekolah yang tadinya tidak mau melakukan upacara pengibaran bendera, sudah mulai berlatih baris berbaris, membacakan Pancasila, menyanyikan Indonesia Raya.

Tapi ternyata, bukan hanya sekolah yang jadi berita itu saja yang tidak mau melaksanakan upacara bendera. Sekolah-sekolah yang dibawah asuhan Departemen Agama, banyak yang tidak mau melakukan upacara bendera, alasannya ya itu seperti yang disinyalir Mendiknas itu, yang tentu saja kita amini, bahwa masih banyak para pendidik yang belum bisa membedakan penghormatan dan penyembahan. Entah bagaimana kemampuan bahasa Indonesia mereka.

Menurutku, seperti yang saya katakan di trit mana itu, hal ini terjadi karena masih banyak warga NKRI ini masih terjajah, atau terdominasi oleh budaya asing (non Indonesia). Karena berjiwa terjajah, mata hati dan mata pikirannya tidak sinkron, atau 'juling' (?), sehingga sulit baginya membedakan hak Tuhan dan hak negara. Terlalu lama dicekoki indoktrinasi.

Begitu menurutku.