Masih banyakkah pemuja Usamah Bin Laden?

bruce wrote:

@prince

Apa ayng anda tanyakan itu, memang tetap merupakan pertanyaan di kepala saya, yang sampai saat ini tetap tidak terjawab, bro.

Menyatakan bukan agama kekerasan, tetapi kekerasan atas nama agama tetap terjadi. Memang harus saya akui bahwa bukan seluruh penganut adalah pelaku kekerasan, tetapi seolah tidak jelas batasnya, dimana penganut kekerasan dan dimana yang anti kekerasan. Tentu kita tidak bisa berkata bahwa para anggota densus 88 itulah contoh bahwa Islam itu anti kekerasan, bukankah begitu?

Betul bro...anehnya kan muslim yang katanya anti kekerasan krn tidak sesuai dengan ajaran Islam malah banyak yang menghujat densus 88.

Atau lihat kasus terbaru di Bima NTT yang bro postingkan juga. Bagaimana tidak diidentikkan dengan kekerasan bila pesantren saja demikian. Mungkin ada rekan muslim yang berkata, ah itu kan hanya satu dari sekian banyak pesantren tapi dengan diamnya para muslim dan organisasi muslim lainnya seakan tidak mempermasalahkan hal itu.

Anehnya ....ini benar2x aneh nih, saya kutipkan yang dikatakan menteri agama di kompas.com:

Quote :

"Memang pesantren ini (Khilafiah Umar bin Khattab) eksklusif. Saat berdiri kira-kira tahun 2004 lalu Kementerian Agama masuk ke sana, tetapi hanya bisa melakukan pembinaan satu kali. Berikutnya Kementerian Agama tidak bisa masuk. Mereka (ponpes) enggak mau dicampuri. Ini ganjil. Dengan tidak mau dimasuki oleh Kementerian Agama itu sudah sebuah keganjilan," ujar Menteri Agama Suryadharma Ali di Gedung DPR, Jakarta, Rabu

Lah sudah tahu ada keganjilan kok diam aja ...dari 2004 lho..sudah 7 tahun.

Betul bro, seharusnya mereka bisa berpikir panjang, 'Apa yang bisa diharapkan kalau sejak dini seorang anak manusia sudah dijejali dengan kekerasan?'

Tetapi, anehnya tidak banyak suara yang menentang keberadaan pesantren yang justru mengajarkan kekerasan, seperti di Bima itu ataupun di Ngruki. Padahal, ibarat virus di kandang ayam, satu tertular, maka kemungkinan besar seluruh ayam sudah terkena, paling tidak sudah menjadi pembawa virus. Apalagi dalam hal ini justru pengajarnya yang menjadi penular virus.

Lantas akan kemana bangsa ini menuju?

Prince wrote:

Lalu bagaimana dengan ajaran Ahmadyah yang dikatakan menodai ajaran Islam?
Mungkin biar lebih jelas saya sharing saja apa yang menjadi pemikiran saya.

Ahmadiyah jelas menodai ajaran Islam karena mereka telah mencatut ayat2 di dalam Al Quran lalu merubahnya dan memasukannya ke dalam kitab suci mereka, Tadzkirah.
Mereka pun menyatakan diri sebagai bagian dari agama Islam padahal jelas2 telah melanggar apa yang ada di dalam Al Quran ... karena orang yang beragama Islam itu mengakui ketauhidan Allah al Wahid dan kerasulan terakhir Muhammad SAW

Prince wrote:

Dengan hal 2x yang saya sebutkan di atas sulit bagi umat muslim untuk menjadikan agama Islam tidak identik dengan kekerasan.

Sejujurnya saya sedih membaca kesimpulan anda sebagaiman saya pun sedih saat mendengar rekan2 muslim mengatakan bahwa Kristen (khususnya Katolik) identik dengan pelecehan terhadap anak kecil hanya karena segelintir pasturnya melakukan hal itu ... lalu Kristen identik dengan seks bebas karena segelintir orang2 yang mengaku beragama Kristen dan mengenakan atribut yang identik dengan penganut agama Kristen melakukannya.

Tapi itu hak anda sebagai manusia yang memiliki pemikiran yang bebas ....

bruce wrote:

Betul bro, seharusnya mereka bisa berpikir panjang, 'Apa yang bisa diharapkan kalau sejak dini seorang anak manusia sudah dijejali dengan kekerasan?'

Tetapi, anehnya tidak banyak suara yang menentang keberadaan pesantren yang justru mengajarkan kekerasan, seperti di Bima itu ataupun di Ngruki. Padahal, ibarat virus di kandang ayam, satu tertular, maka kemungkinan besar seluruh ayam sudah terkena, paling tidak sudah menjadi pembawa virus. Apalagi dalam hal ini justru pengajarnya yang menjadi penular virus.

Lantas akan kemana bangsa ini menuju?

Mungkin ada suara yang menentang hanya idak terekspos ke permukaan.
Mungkin kementrian agama dan MUI setempat sedang melakukan usaha yang damai untuk 'membongkar' pesantern yang eksklusif ini instead of meminta polisi atau tentara untuk menggerebek hanya karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesantren itu setelah tahun 2004.

Saat fakta NII KW 9-Az Zaytun terungkap ke media massa tentang bagaimana ajaran mereka telah membuat seorang anak untuk mendurhakai ortunya dan mensyahkan kegiatan pencurian ... mungkin rekan2 di sini akan bertanya dan memprotes kenapa sih NII KW 9 yang didirikan pada tahun 1992 ini dibiarkan saja oleh umat Islam padahal jelas2 mereka telah melakukan hal2 yang menyesatkan dan memperburuk citra Islam.

Tetapi anda kan tidak tahu bagaimana para ulama dan umat muslim telah berusaha untuk melaporkan hal ini kepada pemerintah Indonesia yang selalu sia2 belaka karena pemerintah tidak melakukan apa2 untuk menyelidiki atau membubarkannya?

Begitu mungkin gambarannya ...

Quote :

Mungkin ada suara yang menentang hanya idak terekspos ke permukaan.
Mungkin kementrian agama dan MUI setempat sedang melakukan usaha yang damai untuk 'membongkar' pesantern yang eksklusif ini instead of meminta polisi atau tentara untuk menggerebek hanya karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesantren itu setelah tahun 2004.

Saat fakta NII KW 9-Az Zaytun terungkap ke media massa tentang bagaimana ajaran mereka telah membuat seorang anak untuk mendurhakai ortunya dan mensyahkan kegiatan pencurian ... mungkin rekan2 di sini akan bertanya dan memprotes kenapa sih NII KW 9 yang didirikan pada tahun 1992 ini dibiarkan saja oleh umat Islam padahal jelas2 mereka telah melakukan hal2 yang menyesatkan dan memperburuk citra Islam.

Tetapi anda kan tidak tahu bagaimana para ulama dan umat muslim telah berusaha untuk melaporkan hal ini kepada pemerintah Indonesia yang selalu sia2 belaka karena pemerintah tidak melakukan apa2 untuk menyelidiki atau membubarkannya?

Begitu mungkin gambarannya ...

Terlalu banyak 'mungkin' kang, padahal yang kita hadapi adalah NYATA.

Salam

mungkin kalau gereja yang dijadikan tempat perakitan bom seperti pesantren dibawah ini :

Quote :

Bom di Ponpes untuk Serang Polisi
Sandro Gatra | Heru Margianto | Selasa, 12 Juli 2011 | 16:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Bom rakitan yang dipersiapkan di dalam Pondok Pesantren Khilafatul bin Khatab di Desa Sonolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, akan digunakan untuk menyerang kepolisian. Bom itu meledak Senin (12/7/2011) pukul 15.30 WITA.

"Diduga bom itu adalah bom rakitan yang nantinya akan digunakan untuk menyerang polisi," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Selasa (12/7/2011).

Anton mengatakan, entah doktrin apa yang diajarkan oleh para pengajar, para santri tidak bisa menerima kehadiran polisi. Mereka tidak mengizinkan polisi masuk ke lokasi. Sejak semalam, mereka menghadang polisi dengan berbagai senjata tajam dan panah.

mungkin akan lain ceritanya, mungkin FPI atw ormas2 keagamaan lain akan bertindak terlebih dahulu...

Silancah wrote:

Prince wrote:

Lalu bagaimana dengan ajaran Ahmadyah yang dikatakan menodai ajaran Islam?
Mungkin biar lebih jelas saya sharing saja apa yang menjadi pemikiran saya.

Ahmadiyah jelas menodai ajaran Islam karena mereka telah mencatut ayat2 di dalam Al Quran lalu merubahnya dan memasukannya ke dalam kitab suci mereka, Tadzkirah.
Mereka pun menyatakan diri sebagai bagian dari agama Islam padahal jelas2 telah melanggar apa yang ada di dalam Al Quran ... karena orang yang beragama Islam itu mengakui ketauhidan Allah al Wahid dan kerasulan terakhir Muhammad SAW

Bukannya bro sendiri yang bilang:

Silancah wrote:

Jadi bila ditanya apakah ajaran Islam ternodai oleh perbuatan oknum2 ini?
Saya rasa tidak ada yang bisa menodai ajaran Islam.
Karena apa yang dilakukan oknum2 ini tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Semoga menjawab ...

Lalu kenapa Ahmadyah dikatakan menodai ajaran Islam? Bukankah kedua2x nya sama 2x merusak iman Islam?
Menurut saya Osama, Imam, dkk nya lebih parah karena selain membelokkan ajaran Islam, yang menurut bro bukan ajaran kekerasan, tindakan mereka juga menghilangkan banyak nyawa. TETAPI kenapa hanya ke Ahmadyah para muslim banyak bersuara keras? Serusak-rusaknya ajaran Ahmadyah paling tidak mereka tidak mengganggu keamanan orang lain spt halnya Osama, Imam, dkk

Silancah wrote:

Prince wrote:

Dengan hal 2x yang saya sebutkan di atas sulit bagi umat muslim untuk menjadikan agama Islam tidak identik dengan kekerasan.

Sejujurnya saya sedih membaca kesimpulan anda sebagaiman saya pun sedih saat mendengar rekan2 muslim mengatakan bahwa Kristen (khususnya Katolik) identik dengan pelecehan terhadap anak kecil hanya karena segelintir pasturnya melakukan hal itu ... lalu Kristen identik dengan seks bebas karena segelintir orang2 yang mengaku beragama Kristen dan mengenakan atribut yang identik dengan penganut agama Kristen melakukannya.

Tapi itu hak anda sebagai manusia yang memiliki pemikiran yang bebas ....

Coba baca postingan saya sebelumnya...saya justru mengatakan:

Quote :

Saya yakin para muslimin seperti bro Lancah dan mungkin yang lainnya juga berusaha agar Islam tidak diidentikkan dengan kekerasan

Justru saya berbagi pemikiran kenapa selama ini non muslim sering kali mengaitkan Islam dengan kekerasan. Opini mereka terbentuk karena adanya hal 2x yang saya sebutkan sebelumnya. Bila ingin Islam tidak diidentikkan dengan kekerasan seharusnya umat muslim ikut menentang dengan keras segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh Osama, Imam, dkk. Tapi yang ada malah dukung mendukung.

Ini fakta bro, bila ada segerombolan orang menggunakan baju gamis, sorban jalan beramai-ramai...banyak yang non muslim memilih menghindarinya. Bahkan saat saya pernah berpas-pasan dengan arak-arakan FPI, rekan saya yang notabene muslim memilih jalan lain, saat saya tanyakan dia bilang lebih baik jangan dekat-dekat. Saya akui saya pun akan menghindar bila melihat orang2x bersorban bahkan di mall sekalipun, tetapi saya tidak pernah menghindar saat bertemu dengan segerombolan biksu atau saat di bali saat bertemu orang-orang yang berbaju khas Hindu.

Prince wrote:

Ini fakta bro, bila ada segerombolan orang menggunakan baju gamis, sorban jalan beramai-ramai...banyak yang non muslim memilih menghindarinya. Bahkan saat saya pernah berpas-pasan dengan arak-arakan FPI, rekan saya yang notabene muslim memilih jalan lain, saat saya tanyakan dia bilang lebih baik jangan dekat-dekat. Saya akui saya pun akan menghindar bila melihat orang2x bersorban bahkan di mall sekalipun, tetapi saya tidak pernah menghindar saat bertemu dengan segerombolan biksu atau saat di bali saat bertemu orang-orang yang berbaju khas Hindu.

Memang kejiwaan orang per orang itu berbeda satu sama lain. Itu yang dicoba dikelompokkan oleh para psikolog. Dikelompokkan sebagai orang yang agresif, orang yang melankolis, dll,dll. Sepertinya, kalau sudah bergerombol seperti itu, memang memacu adrenalin. Kalau sehari-hari ketika tanpa teman gerombolannya, seseorang bersikap bagaikan si manis alias kucing kurap. Tapi kalau sudah dalam gerombolan, akan bersikap bak macan sangar.

Ketika berada dalam 'gerombolan' berbaris demikian, pernah saya rasakan pada saat pelatihan prajabatan yang dilatih oleh tentara, memang ada rasa percaya diri penuh. Seolah-olah tidak ada sebarang kekuatan yang dapat menghentikan 'gerombolan' itu. Tanpa rasa sungkan, mata melotot pada masyarakat yang berpapasan.

Mungkin perasaan demikian juga bercokol pada tiap anggota 'gerombolan' berbaju gamis dan bersorban itu. Nah, kalau teman Prince yang adalah muslim aja memilih menghindari berdekatan dengan gerombolan itu, dapat ditaksir seberapa besar upaya non muslim untuk menghindarinya. Pokoke mengerikan.

Yang sering jadi pertanyaan dalam hati saya melihat 'gerombolan' seperti itu adalah, apakah orang-orang itu tidak menghargai 'sesuatu' yang disimbolkan oleh busananya? Atau, apakah memang penebaran rasa takut bagi sekitarnya itukah yang menjadi tujuan pemakaian busana gamis dan sorban itu? Wallahu a'lam.

Quote :

Ketika berada dalam 'gerombolan' berbaris demikian, pernah saya rasakan pada saat pelatihan prajabatan yang dilatih oleh tentara, memang ada rasa percaya diri penuh. Seolah-olah tidak ada sebarang kekuatan yang dapat menghentikan 'gerombolan' itu. Tanpa rasa sungkan, mata melotot pada masyarakat yang berpapasan.

Mungkin perasaan demikian juga bercokol pada tiap anggota 'gerombolan' berbaju gamis dan bersorban itu. Nah, kalau teman Prince yang adalah muslim aja memilih menghindari berdekatan dengan gerombolan itu, dapat ditaksir seberapa besar upaya non muslim untuk menghindarinya. Pokoke mengerikan.

Itu disebabkan dalam kelompok yang seragam, identitas diri lenyap, digantikan dengan identitas kelompok bro. Dan dalam identitas kelompok ini akan berlaku azas kolektif juga, satu orang berteriak, semua berteriak, satu orang memukul semua memukul, satu orang dipukul semua balas memukul, nah repot jadinya.

Saya sih kalau berpapasan dengan gerombolan liar seperti ini di jalan raya, saya lebih baik menjauh, biar saja mereka berlagak di jalan raya mempermalukan identitas yang mereka kenakan itu.