|
| Apakah Sola Scriptura cukup ? | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
epafras Bintara
Jumlah posting : 50 Join date : 11.09.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 12:59 | |
| Shallom, Bro Bruce,
Seperti yang sudah saya nyatakan, tadinya saya ingin mengenal jalan pikiran GRK. Tapi jika dalam menjawabnya ternyata mengambil cara mengedepankan fenomena negatif pihak non-Katolik, maka saya akan kurang memperoleh penambahan pemahaman tentang GRK (kecuali penambahan pemahaman tentang fenomena negatif di pihak non-GRK).
Padahal ada nuansa yang cukup kental dari pertanyaan saya, bahwa saya mengarah ke 'depan': bagaimana saya bisa benar-benar dianggap adik kandung, dan sekaligus punya kakak kandung yang menerima saya 'luar' dan 'dalam', total dan tidak setengah-setengah... diterima di 'jiwa' sekalipun mungkin masih terkendala di aspek 'organisasional'.
Tentang fenomena dalam gereja atau gerakan kekristenan: Penafsiran kita tentang peristiwa/fakta/data positif saja bisa melenceng menjadi negatif. Terlebih lagi kalau kita membicarakan peristiwa/fakta/data negatif.
Kekuatiran saya saat menyatakan, "tidak dijawab pun tidak apa-apa" ternyata menjadi kenyataan (bukan karena saya sudah tahu jawabannya sebelum bertanya), yaitu disajikan adalah tentang non-GRK, dan itu pun yang negatif pula.
Jadi, demi menjaga relasi agar tetap hangat dan cair 'luar-dalam' sebaiknya saya tidak lanjutkan pertanyaan saya... (karena di thread lain saya diberi PR banyak dan berat, dan saya harus bertanggung jawab).
Salam damai,
Epafras | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 15:34 | |
| Damai bagi LTBers. Mohon ijin, nimbrung. - Quote :
- Seperti yang sudah saya nyatakan, tadinya saya ingin mengenal jalan pikiran GRK. Tapi jika dalam menjawabnya ternyata mengambil cara mengedepankan fenomena negatif pihak non-Katolik, maka saya akan kurang memperoleh penambahan pemahaman tentang GRK (kecuali penambahan pemahaman tentang fenomena negatif di pihak non-GRK).
Hehhehheee... untuk mengenal sesuatu boleh saja dari berbagai cara. Dari sisi baiknya, dari sisi buruknya, dari cerita orang lain, dll, dll. Jika satu metode tertentu tidak dapat memuaskan hasrat keingintahuan kita, kan masih terbuka dengan metode lainnya? Saya sendiri tidak berani menyatakan bahwa pemikiran, pemahaman, dan segala sesuatu yang saya utarakan adalah pemikiran GRK, meskipun saya seorang penganut Katolik. Saya kira, demikian juga dengan Bruce atau siapa saja, yang tidak memiliki otoritas mewakili denom tertentu. Kecuali dinyatakan dengan jelas, misalnya pada saat Bruce mengutip KGK, yang hegitu itu memang merupakan jalan pikiran GRK. - Quote :
- Padahal ada nuansa yang cukup kental dari pertanyaan saya, bahwa saya mengarah ke 'depan': bagaimana saya bisa benar-benar dianggap adik kandung, dan sekaligus punya kakak kandung yang menerima saya 'luar' dan 'dalam', total dan tidak setengah-setengah... diterima di 'jiwa' sekalipun mungkin masih terkendala di aspek 'organisasional'.
Menurut hemat saya, adik kandung dan kakak kandung diatas juga sebaiknya diapit oleh tanda kutip, sebab toh yang dimaksud bukan secara genetis atau organisatoris, kan? Kalau saya cermati ketika Yesus Kristus memberi amanat mengenai pendirian jemaat-Nya, tidak saya temukan indikasi yang mengungkapkan bahwa jemaat yang dimaksudkan-Nya bakal beradik dan beranak pinak. Dikatakan-Nya, Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Nah, kalau dewasa ini nyata-nyata banyak kumpulan orang yang menyatakan diri sebagai jemaat Kristus, sepertinya layak dipertanyakan, apakah kumpulan itu berdiri di atas batu karang yang dimaksudkan oleh Yesus? - Quote :
- Tentang fenomena dalam gereja atau gerakan kekristenan: Penafsiran kita tentang peristiwa/fakta/data positif saja bisa melenceng menjadi negatif. Terlebih lagi kalau kita membicarakan peristiwa/fakta/data negatif.
Kekuatiran saya saat menyatakan, "tidak dijawab pun tidak apa-apa" ternyata menjadi kenyataan (bukan karena saya sudah tahu jawabannya sebelum bertanya), yaitu disajikan adalah tentang non-GRK, dan itu pun yang negatif pula. Saya sependapat dengan ini, dalam artian, bahwa untuk mengartikan atau menerjemahkan atau mengasosiasikan sesuatu, seseorang sering terjebak pada latar belakang pengetahuannya. Yang sering terjadi di forum-forum diskusi lintas agama, penganut agama tertentu menitikberatkan pemahamannya berdasarkan ajaran agamanya, mencoba menginterpretasikan ajaran agama orang lain. Parahnya, memaksakan pula, maka sering hanya bagaikan menggantang asap. - Quote :
- Jadi, demi menjaga relasi agar tetap hangat dan cair 'luar-dalam' sebaiknya saya tidak lanjutkan pertanyaan saya... (karena di thread lain saya diberi PR banyak dan berat, dan saya harus bertanggung jawab).
Sikap yang bijak. Layak mendapat penghargaan. Namun, agar tidak selalu mengganjal, sepertinya tidak salah kalau pertanyaan dilanjutkan. Kata orang bijak, meski terasa pahit, pil akan menyembuhkan. Memang perlu diperhatikan, agar apa yang ditanyakan tidak mendapat jawaban yang berbeda, ada baiknya kalau pertanyaan lebih fokus. Maksud saya begini. Dari kalimat, "Kekuatiran saya saat menyatakan, "tidak dijawab pun tidak apa-apa" ternyata menjadi kenyataan (bukan karena saya sudah tahu jawabannya sebelum bertanya), yaitu disajikan adalah tentang non-GRK, dan itu pun yang negatif pula," dapat diketahui bahwa jawaban yang diberikan tidak memenuhi harapan penanya, justru kekhawatiran penanya yang terjadi. Nah, agar tidak terulang, menurut hemat saya, pertanyaan itu harus fokus. Itu sedikit timbrungan saya. Terima kasih, semoga tidak menjadi penghambat diskusi. Damai, damai, damai. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 16:06 | |
| Damai bagi semua.
Ngomong-ngomong, apakah pertanyaan judul trit sudah terjawab? Sola Scriptura kalau diartikan hanya Injil semata, atau Injil saja, atau Injil sendirian, atau terjemahan apapun, yang dijadikan dasar hidup dan kehidupan Gereja, apakah cukup? Sementara itu, pemahaman tentang Injil adalah Tubuh Kristus yang tertulis yang berarti Injil itu bukan prbadi Yesus Kristus itu sendiri, apakah Injil itu sendiri cukup dijadikan dasar hidup dan kehidupan Gereja?
Menurut hemat saya, sekalipun tanpa mengutip ayat-ayat Alkitab, berangkat dari pengertian bahwa Injil merupakan Tubuh Kristus yang tertulis, maka saya lebih cenderung mengimani dan mengamini bahwa Injil saja masih kurang dalam rangka hidup dan kehidupan Gereja. Saya berkecenderungan demikian karena saya sadar bahwa pribadi Yesus Kristus tidak hanya sebatas yang tertulis dalam Injil. Saya haqqul yaqqin bahwa masih ada 'sesuatu' dari pribadi Yesus Kristus yang tidak ditulis dalam Injil.
Karena itu, maka Gereja yang mendasarkan hidup dan kehidupannya di atas Injil, dan Tradisi (mewakili 'sesuatu' yang belum dituliskan dalam Injil) lebih saya percayai merupakan pengejawantahan jemaat Kristus. Apabila dalam perjalanan waktu, terdapat hal-hal yang perlu ditetapkan oleh Gereja, maka diperlukan pihak yang memiliki otoritas untuk itu, yaitu Magisterium. Jadi, saya lebih condong mengatakan bahwa untuk kehidupan Gereja, Sola Scriptura belum cukup.
Damai, damai, damai. | |
| | | epafras Bintara
Jumlah posting : 50 Join date : 11.09.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 16:48 | |
| - Husada wrote:
- Damai bagi LTBers.
Mohon ijin, nimbrung.
Hehhehheee... untuk mengenal sesuatu boleh saja dari berbagai cara. Dari sisi baiknya, dari sisi buruknya, dari cerita orang lain, dll, dll. Jika satu metode tertentu tidak dapat memuaskan hasrat keingintahuan kita, kan masih terbuka dengan metode lainnya? Saya sendiri tidak berani menyatakan bahwa pemikiran, pemahaman, dan segala sesuatu yang saya utarakan adalah pemikiran GRK, meskipun saya seorang penganut Katolik. Saya kira, demikian juga dengan Bruce atau siapa saja, yang tidak memiliki otoritas mewakili denom tertentu. Kecuali dinyatakan dengan jelas, misalnya pada saat Bruce mengutip KGK, yang hegitu itu memang merupakan jalan pikiran GRK.
Sikap yang bijak. Layak mendapat penghargaan. Namun, agar tidak selalu mengganjal, sepertinya tidak salah kalau pertanyaan dilanjutkan. Kata orang bijak, meski terasa pahit, pil akan menyembuhkan.
Memang perlu diperhatikan, agar apa yang ditanyakan tidak mendapat jawaban yang berbeda, ada baiknya kalau pertanyaan lebih fokus. Maksud saya begini. Dari kalimat, "Kekuatiran saya saat menyatakan, "tidak dijawab pun tidak apa-apa" ternyata menjadi kenyataan (bukan karena saya sudah tahu jawabannya sebelum bertanya), yaitu disajikan adalah tentang non-GRK, dan itu pun yang negatif pula," dapat diketahui bahwa jawaban yang diberikan tidak memenuhi harapan penanya, justru kekhawatiran penanya yang terjadi. Nah, agar tidak terulang, menurut hemat saya, pertanyaan itu harus fokus.
Itu sedikit timbrungan saya. Terima kasih, semoga tidak menjadi penghambat diskusi.
Damai, damai, damai. Shallom, Bro Husada, Terima kasih untuk masukannya. Pertama, ekses negatif (dalam segala aspek dan skala) bukanlah monopoli non-Katolik. Jadi, kalau tidak melihat 'ujung' dari diskusi fenomenologi (istilah saya) ini, maka terlalu banyak energi yang terbuang (sisi manusiawi), dan juga tidak menjaga api kesatuan (Mzm 133). Kedua, prinsip apologetika yang saya terapkan: Berhasil membuktikan orang lain keliru Tidak otomatis Menjadikan diri kita benar.
Jadi, kalau 'ujung' dari fenomenologi negatif diperkirakan tidak akan membawa manfaat, saya enggan terlibat didalamnya. Tugas TS di sini adalah membuktikan Sola Scriptura memang tidak cukup, dan dalam postingannya, dibuktikan pula bahwa Sola Scriptura itu keliru. Lalu apakah saya mau berkecimpung disitu? Belum tahu. Tapi kalaupun sudah dibuktikan keliru, itu baru setengah jalan. Katolik-ers disini masih harus membuktikan bahwa dirinya benar. Sejatinya, pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan bukanlah untuk membuktikan GRK keliru. Sama sekali tidak. Itu bukan semangat saya. Dalam benak saya, pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan adalah untuk membantu TS membangun argumen pada frase "bagaimana membuktikan diri sebagai pihak yang benar" setelah berhasil membuktikan pihak lain keliru. Tapi kalau pertanyaan saya tidak dijawab dengan efektif dan produktif, saya kuatir ada pihak-pihak yang akan menggunakan pertanyaan saya untuk maksud yang tidak sehat. Itulah sebabnya, dan juga karena saya mengerti pergumulan Bro Bruce sebagai moderator di forum ini, saya tidak ingin melanjutkan pertanyan saya. (Bahkan saya ingin menghapus pertanyaan saya di postingan atas). Satu pertanyaan dari Bro. Bruce yang mungkin dapat saya jawab: "Sekedar cetusan pertanyaan dari saya pribadi, bro. Dahulu, sebelum Konsili Vatican II, apalagi pada sebelum abad 20, Katolik terkesan kuno dan sangat kolot dalam pemikiran, ini harus diakui. Tetapi, saat ini, jika anda bandingkan, terlihat justru terbalik, Katolik lebih modern dalam pemikiran, sedangkan Protestan justru mundur kebelakang, mengapa bisa terjadi?" Walaupun saya tidak pernah kontak dengan KGK dan berbagai dokumen-dokumen formal lain dari GRK, termasuk hasil Konsili Vatikan II ini, tetapi ditinjau dari segi waktu, memang ada tanggung jawab moral untuk menyatakan adanya suatu kemajuan. Persoalannya, apakah kemajuan yang dicapai itu memang signifikan atau tidak? Tentu kita harus berhubungan dengan alat ukur untuk menguji signifikansinya. Penerimaan GRK terhadap gerakan pembaharuan Karismatik tentu dapat menjadi kabar gembira. Tapi ketiadaan pertimbangan terhadap keberatan hati nurani pihak lain setelah sekian abad berlangsung, tentu tidak dapat disumbangsihkan bagi signifikansi kemajuan tersebut. Akhirnya, saya tidak mengetahui apakah ada ukuran yang sudah menjadi konsensus bersama disini untuk menilai apakah Protestan memang justru mundur ke belakang. Kalangan Pentakosta-Karismatik mungkin tidak setuju dengan kesimpulan demikian atas dasar ukuran tertentu pula. Mereka bisa saja berkata: "Tidak ada satu denom pun yang bisa membuktikan bahwa kami belum hadir di sana". Jadi, ada kemungkinan diskusi akan berkembang tetapi terfokus pada tanggapan saya ini, bukan? Apakah saya akan melanjutkannya? Tentu saja tidak, karena diskusi demikian bisa dilakukan orang lain, dan saya tidak yakin akan ada hal positif (berkat?) yang bisa diperoleh dari saya. Begitu, Bro Husada... Salam damai. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 18:06 | |
| - Quote :
- Shallom, Bro Husada,
Terima kasih untuk masukannya. Damai bagimu Epafras. Terima kasih juga atas responmu. - Quote :
- Pertama, ekses negatif (dalam segala aspek dan skala) bukanlah monopoli non-Katolik. Jadi, kalau tidak melihat 'ujung' dari diskusi fenomenologi (istilah saya) ini, maka terlalu banyak energi yang terbuang (sisi manusiawi), dan juga tidak menjaga api kesatuan (Mzm 133).
Saya sependapat, bahwa hal-hal buruk serta hal-hal baik di dunia ini bukan monopoli suatu kumpulan. Di tiap kumpulan, ada saja yang baik, ada saja yang buruk. - Quote :
- Kedua, prinsip apologetika yang saya terapkan:
Berhasil membuktikan orang lain keliru Tidak otomatis Menjadikan diri kita benar.
Jadi, kalau 'ujung' dari fenomenologi negatif diperkirakan tidak akan membawa manfaat, saya enggan terlibat didalamnya. Ini juga saya sependapat. Sering di berbagai diskusi, saya analogikan ke sistem bilangan yang mengenal negatip dan positip. Sering dilupakan, selain keduanya, masih ada 0 (nol) yang bukan negatip dan juga bukan positip. Artinya,kalau bukan negatip, belum tentu positip, demikian sebaliknya, masih ada kemungkinan lain, yaitu nol. Jadi, kalau kita berhasil menunjukkan keburukan orang lain, tidak dengan sendirinya kita adalah baik, dan sebaliknya, bila kita dapat membuktikan bahwa kita baik, tidak dengan sendirinya orang lain buruk. - Quote :
- Tugas TS di sini adalah membuktikan Sola Scriptura memang tidak cukup, dan dalam postingannya, dibuktikan pula bahwa Sola Scriptura itu keliru. Lalu apakah saya mau berkecimpung disitu? Belum tahu. Tapi kalaupun sudah dibuktikan keliru, itu baru setengah jalan. Katolik-ers disini masih harus membuktikan bahwa dirinya benar.
Tanpa niatan mengambil alih tuntutanmu pada TS, saya ingin mengemukakan pendapat, seperti yang telah saya posting terkait kecukupan Sola Scriptura, saya copas lagi: - Quote :
-
- Quote :
- Ngomong-ngomong, apakah pertanyaan judul trit sudah terjawab? Sola Scriptura kalau diartikan hanya Injil semata, atau Injil saja, atau Injil sendirian, atau terjemahan apapun, yang dijadikan dasar hidup dan kehidupan Gereja, apakah cukup? Sementara itu, pemahaman tentang Injil adalah Tubuh Kristus yang tertulis yang berarti Injil itu bukan prbadi Yesus Kristus itu sendiri, apakah Injil itu sendiri cukup dijadikan dasar hidup dan kehidupan Gereja?
Menurut hemat saya, sekalipun tanpa mengutip ayat-ayat Alkitab, berangkat dari pengertian bahwa Injil merupakan Tubuh Kristus yang tertulis, maka saya lebih cenderung mengimani dan mengamini bahwa Injil saja masih kurang dalam rangka hidup dan kehidupan Gereja. Saya berkecenderungan demikian karena saya sadar bahwa pribadi Yesus Kristus tidak hanya sebatas yang tertulis dalam Injil. Saya haqqul yaqqin bahwa masih ada 'sesuatu' dari pribadi Yesus Kristus yang tidak ditulis dalam Injil.
Karena itu, maka Gereja yang mendasarkan hidup dan kehidupannya di atas Injil, dan Tradisi (mewakili 'sesuatu' yang belum dituliskan dalam Injil) lebih saya percayai merupakan pengejawantahan jemaat Kristus. Apabila dalam perjalanan waktu, terdapat hal-hal yang perlu ditetapkan oleh Gereja, maka diperlukan pihak yang memiliki otoritas untuk itu, yaitu Magisterium. Jadi, saya lebih condong mengatakan bahwa untuk kehidupan Gereja, Sola Scriptura belum cukup. Tentang Katolik-ers disini masih harus membuktikan bahwa dirinya benar, menurut hemat saya (entahlah bagi penganut Katolik lainnya), selaku seorang Katolik, saya tidak akan berupaya membuktikan diri saya benar, karena pernah saya dengar entah di ayat mana itu, dikatakannya bahwa jangan seorangpun yang menganggap dirinya benar, atau setidaknya senada seperti itu. Jadi, menurut saya, saya tidak perlu membuktikan bahwa diri saya itu benar, lebih kompeten kalau orang lain yang menilainya. Agak terkait dengan itu, mengingatkan pada kalimat Yesus Kristus ketika Dia ditampar, kira-kira begini, "Kalau perkataan Saya salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi kalau perkataan Saya benar, mengapa engkau menampar Aku?". - Quote :
- Sejatinya, pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan bukanlah untuk membuktikan GRK keliru. Sama sekali tidak. Itu bukan semangat saya. Dalam benak saya, pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan adalah untuk membantu TS membangun argumen pada frase "bagaimana membuktikan diri sebagai pihak yang benar" setelah berhasil membuktikan pihak lain keliru. Tapi kalau pertanyaan saya tidak dijawab dengan efektif dan produktif, saya kuatir ada pihak-pihak yang akan menggunakan pertanyaan saya untuk maksud yang tidak sehat. Itulah sebabnya, dan juga karena saya mengerti pergumulan Bro Bruce sebagai moderator di forum ini, saya tidak ingin melanjutkan pertanyan saya. (Bahkan saya ingin menghapus pertanyaan saya di postingan atas).
Syukur bagi Tuhan, terima kasih bagimu atas semangat membangun yang engkau miliki. Biarlah porsi-porsi yang fokus bagi TS diambilnya untuk ditanggapi. Tentang keinginan penghapusan posting-an, mungkin Bruce mau membantu. Namun, mengingat gaya kepustakaan yang dianut oleh Vatikan, yang mungkin juga dianut oleh Bruce, jika sesuatu itu tidak berdasarkan alasan yang jelas-jelas perlu dihapus, maka itu akan tidak dihapus. Maka di perpustakaan Vatikan itu, konon dapat dicari berbagai literatur yang dilabeli "DANGER" atau sejenisnya. - Quote :
- Satu pertanyaan dari Bro. Bruce yang mungkin dapat saya jawab:
"Sekedar cetusan pertanyaan dari saya pribadi, bro. Dahulu, sebelum Konsili Vatican II, apalagi pada sebelum abad 20, Katolik terkesan kuno dan sangat kolot dalam pemikiran, ini harus diakui. Tetapi, saat ini, jika anda bandingkan, terlihat justru terbalik, Katolik lebih modern dalam pemikiran, sedangkan Protestan justru mundur kebelakang, mengapa bisa terjadi?"
Walaupun saya tidak pernah kontak dengan KGK dan berbagai dokumen-dokumen formal lain dari GRK, termasuk hasil Konsili Vatikan II ini, tetapi ditinjau dari segi waktu, memang ada tanggung jawab moral untuk menyatakan adanya suatu kemajuan. Persoalannya, apakah kemajuan yang dicapai itu memang signifikan atau tidak? Tentu kita harus berhubungan dengan alat ukur untuk menguji signifikansinya. Penerimaan GRK terhadap gerakan pembaharuan Karismatik tentu dapat menjadi kabar gembira. Tapi ketiadaan pertimbangan terhadap keberatan hati nurani pihak lain setelah sekian abad berlangsung, tentu tidak dapat disumbangsihkan bagi signifikansi kemajuan tersebut. Meski saya seorang penganut Katolik, detil dari isi Konsili Vatikan II belum pernah saya baca komprehensif. Beberapa isinya telah di- posting-kan Bruce. Secara verbal, guru rohani saya pernah bilang bahwa 'monumen utama' isi Konsili Vatikan II ialah penegasan pandangan Gereja bahwa terdapat kebenaran diluar Gereja. Entah bagaimana bahasanya dalam isi Konsili Vatikan II, belum pernah saya cermati. - Quote :
- Akhirnya, saya tidak mengetahui apakah ada ukuran yang sudah menjadi konsensus bersama disini untuk menilai apakah Protestan memang justru mundur ke belakang. Kalangan Pentakosta-Karismatik mungkin tidak setuju dengan kesimpulan demikian atas dasar ukuran tertentu pula. Mereka bisa saja berkata: "Tidak ada satu denom pun yang bisa membuktikan bahwa kami belum hadir di sana".
Sepanjang yang saya ketahui, belum pernah ada konsensus seperti yang engkau maksudkan itu. - Quote :
- Jadi, ada kemungkinan diskusi akan berkembang tetapi terfokus pada tanggapan saya ini, bukan? Apakah saya akan melanjutkannya? Tentu saja tidak, karena diskusi demikian bisa dilakukan orang lain, dan saya tidak yakin akan ada hal positif (berkat?) yang bisa diperoleh dari saya.
Saya mengapresiasi ke- lowprofile-anmu. Engkau memberikan begitu banyak pencerahan, tetapi tetap merasa belum memberi apa-apa. Penghargaan tulus dariku untukmu. Damai bagimu Epafras. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 19:45 | |
| @epafras dan Husada Syalom untuk anda berdua. - Quote :
- Padahal ada nuansa yang cukup kental dari pertanyaan saya, bahwa saya mengarah ke 'depan': bagaimana saya bisa benar-benar dianggap adik kandung, dan sekaligus punya kakak kandung yang menerima saya 'luar' dan 'dalam', total dan tidak setengah-setengah... diterima di 'jiwa' sekalipun mungkin masih terkendala di aspek 'organisasional'.
Apakah dalam 'bersaudara' diartikan tidak ada'perbedaan' dan 'selalu sepakat' bro? Sepertinya tidak begitu kan? Masing masing pasti memiliki prinsip dan privacy, masing masing memiliki sifat yang berbeda. Bahkan masing masing memiliki kegemaran yang berbeda juga. Karena jangankan saudara, pasangan hidup saja bisa memiliki sifat yang sangat jauh berbeda. - Quote :
- Saya sependapat dengan ini, dalam artian, bahwa untuk mengartikan atau menerjemahkan atau mengasosiasikan sesuatu, seseorang sering terjebak pada latar belakang pengetahuannya. Yang sering terjadi di forum-forum diskusi lintas agama, penganut agama tertentu menitikberatkan pemahamannya berdasarkan ajaran agamanya, mencoba menginterpretasikan ajaran agama orang lain. Parahnya, memaksakan pula, maka sering hanya bagaikan menggantang asap
Saya sangat setuju reply bro Husada ini. Dalam berdiskusi, kadang kita lupa, bahwa tulisan dan bahasa adalah satu satunya cara lawan diskusi menilai kita. Akibatnya saat kita menulis yang salah dipahami, walau kita dalam kenyataannya sambil tersenyum, bisa berakibat ditanggapi secara salah oleh lawan diskusi kita. Karenanya, dengan pengalaman berforum ria lebih dari 3 tahun, dengan posting puluhan ribu, saya cenderung bermain aman. Saya memperlakukan lawan diskusi seperti lawan diskusi memperlakukan saya. Dan itu memang, jujur saja, kadang kadang malah memberi snowball effect yang berakibat tidak enak pada semua pihak. Bro Husada mungkin mengenal saya di LT lama, dan bro Epafras mengenal saya di FK, di dua forum itu, sepertinya sikap saya agak berbeda dengan di LTB sini. Karena ibaratnya, di dua forum itu, suasana yang tercipta, jauh dari kesan damai dan sejuk. - Quote :
- Tugas TS di sini adalah membuktikan Sola Scriptura memang tidak cukup, dan dalam postingannya, dibuktikan pula bahwa Sola Scriptura itu keliru. Lalu apakah saya mau berkecimpung disitu? Belum tahu. Tapi kalaupun sudah dibuktikan keliru, itu baru setengah jalan. Katolik-ers disini masih harus membuktikan bahwa dirinya benar.
Tidak bro, dalam diskusi di forum seperti LTB, ataupun FK, sangat jarang kita temukan diskusi dengan hasil akhir berupa kesimpulan. Kadang disengaja, kadang karena meman tidak pernah bisa ditemukan titik temu, selain sepakat untuk tidak sepakat. Karena untuk urusan iman, sungguh sulit dipaksakan untuk sepakat. Dengan menyampaikan judul thread 'Apakah Sola Scriptura Cukup', saya justru ingin mengajak para penganut Sola Sciptura untuk menyampaikan doktrinnya. Tujuan saya, agar kita sama sama saling mengerti pihak lain, dan pihak lain juga bisa mengerti apa yang menjadi keberatan kita. Dengan diskusi yang baik, seharusnya bisa diperoleh hasil yang baik, tanpa ada yang merasa menang atau kalah berdebat. - Quote :
- Sejatinya, pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan bukanlah untuk membuktikan GRK keliru. Sama sekali tidak. Itu bukan semangat saya. Dalam benak saya, pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan adalah untuk membantu TS membangun argumen pada frase "bagaimana membuktikan diri sebagai pihak yang benar" setelah berhasil membuktikan pihak lain keliru. Tapi kalau pertanyaan saya tidak dijawab dengan efektif dan produktif, saya kuatir ada pihak-pihak yang akan menggunakan pertanyaan saya untuk maksud yang tidak sehat. Itulah sebabnya, dan juga karena saya mengerti pergumulan Bro Bruce sebagai moderator di forum ini, saya tidak ingin melanjutkan pertanyan saya. (Bahkan saya ingin menghapus pertanyaan saya di postingan atas).
Terus terang, saya tidak pernah berminat menunjukan orang lain salah hanya karena ingin dianggap benar. - Quote :
- Satu pertanyaan dari Bro. Bruce yang mungkin dapat saya jawab:
"Sekedar cetusan pertanyaan dari saya pribadi, bro. Dahulu, sebelum Konsili Vatican II, apalagi pada sebelum abad 20, Katolik terkesan kuno dan sangat kolot dalam pemikiran, ini harus diakui. Tetapi, saat ini, jika anda bandingkan, terlihat justru terbalik, Katolik lebih modern dalam pemikiran, sedangkan Protestan justru mundur kebelakang, mengapa bisa terjadi?"
Walaupun saya tidak pernah kontak dengan KGK dan berbagai dokumen-dokumen formal lain dari GRK, termasuk hasil Konsili Vatikan II ini, tetapi ditinjau dari segi waktu, memang ada tanggung jawab moral untuk menyatakan adanya suatu kemajuan. Persoalannya, apakah kemajuan yang dicapai itu memang signifikan atau tidak? Tentu kita harus berhubungan dengan alat ukur untuk menguji signifikansinya. Penerimaan GRK terhadap gerakan pembaharuan Karismatik tentu dapat menjadi kabar gembira. Tapi ketiadaan pertimbangan terhadap keberatan hati nurani pihak lain setelah sekian abad berlangsung, tentu tidak dapat disumbangsihkan bagi signifikansi kemajuan tersebut.
Akhirnya, saya tidak mengetahui apakah ada ukuran yang sudah menjadi konsensus bersama disini untuk menilai apakah Protestan memang justru mundur ke belakang. Kalangan Pentakosta-Karismatik mungkin tidak setuju dengan kesimpulan demikian atas dasar ukuran tertentu pula. Mereka bisa saja berkata: "Tidak ada satu denom pun yang bisa membuktikan bahwa kami belum hadir di sana". Ha ha ha, pendapat itu timbul karena diskusi saya di forum sebelah (FK). Saya tidak bisa membayangkan reaksi penganut Protestan dalam menyikapi pendapat anda yang 'diluar Alkitab' seperti yang anda sampaikan secara menarik di thread sebelah. Dari pengalaman saya diskusi dengan teman teman Protestan, mereka sangat 'ketat' dan cenderung 'kaku' dalam menyikapi ajaran, terlebih bila berbenturan dengan ajaran yang 'berbeda'. Sementara Katolik yang dikabarkan berada dalam 'indoktrinasi' Magisterium koq nyatanya bisa lebih terbuka dalam menerima (belum tentu setuju) pendapat lain. Itu yang saya rasakan, entah benar atau tidak, entah anda rasakan yang sama seperti saya rasakan atau tidak. Hal lain adalah masalah pertentanganantara doktrin gereja dengan science, dimana pihak Protestan akan cenderung langsung 'menolak', sementara Ktolik lebih dahulu untuk 'menerima' walau belum tentu setuju. Mungkin bisa menjadi alur diskusi tersendiri jika kita lanjutkan, he he he, tetapi itu murni dari yang saya rasakan. - Quote :
- Tentang keinginan penghapusan posting-an, mungkin Bruce mau membantu. Namun, mengingat gaya kepustakaan yang dianut oleh Vatikan, yang mungkin juga dianut oleh Bruce, jika sesuatu itu tidak berdasarkan alasan yang jelas-jelas perlu dihapus, maka itu akan tidak dihapus. Maka di perpustakaan Vatikan itu, konon dapat dicari berbagai literatur yang dilabeli "DANGER" atau sejenisnya.
Wadududu bro Husada, saya masih jauh dari Vatican, he he he. Tetapi memang betul. sepertinya sayan juga kaau di hapus, karena biasanya reply pertama yang tanpa editan malah memberi reply yang paling jujur. - Quote :
- Meski saya seorang penganut Katolik, detil dari isi Konsili Vatikan II belum pernah saya baca komprehensif. Beberapa isinya telah di-posting-kan Bruce. Secara verbal, guru rohani saya pernah bilang bahwa 'monumen utama' isi Konsili Vatikan II ialah penegasan pandangan Gereja bahwa terdapat kebenaran diluar Gereja. Entah bagaimana bahasanya dalam isi Konsili Vatikan II, belum pernah saya cermati.
Betul, saya ketika membaca naskah naskah Konsili Vatican II beberapa tahun lalu, sempat berpikir secara lancang, Katolik tidak akan menjadi agama utama seperti saat ini jika Konsili Vatican II tidak pernah ada. KV II merupakan lompatan 'teknologi' dari Gereja Katolik. Demikianlah yang bisa saya reply untuk anda berdua. Salam kasih. GBU | |
| | | epafras Bintara
Jumlah posting : 50 Join date : 11.09.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 22:53 | |
| - bruce wrote:
- @epafras dan Husada
Syalom untuk anda berdua.
Terus terang, saya tidak pernah berminat menunjukan orang lain salah hanya karena ingin dianggap benar.
GBU Bagaimana dengan hal ini Bro? - bruce wrote:
Sola Scriptura tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci
Jika “Sola Scriptura” adalah doktrin yang benar, tentunya Kitab Suci harus secara eksplisit mengatakannya, namun tidak demikian yang kita baca dari Kitab Suci:
1. Kitab Suci memberitahukan kepada kita pentingnya pengajaran lisan para rasul. Jemaat mula-mula “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul… ” (Kis 2:42, lih. 2 Tim 1:14), dan ini sudah terjadi sebelum kitab Perjanjian Baru ditulis, dan berabad- abad sebelum kanon Perjanjian Baru ditetapkan. Kitab Suci juga mengatakan bahwa pengajaran para rasul disampaikan secara lisan, “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” (2 Tim 2:2); dan bahwa pengajaran para rasul tersebut disampaikan “baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15; lihat juga 1 Kor 11:2)
2. Kitab Suci mengatakan bahwa tidak semua ajaran Kristus terekam dalam Kitab Suci. “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25) Kitab Perjanjian Baru sendiri mengacu kepada Tradisi suci, yaitu pada saat mengutip perkataan Yesus yang tidak terekam pada Injil, yaitu pada Kis 20:35.
3. Kitab Suci sendiri mengatakan bahwa Kitab Suci memerlukan pihak yang mempunyai otoritas untuk menginterpretasikannya (lih. Kis 8:30-31; 2 Pet 1:20-21; 2 Pet 3:15-16). Rasul Petrus mengatakan bahwa ada hal-hal di dalam Alkitab yang memang sulit untuk dicerna, dan ketidakhati-hatian dalam penafsiran akan mendatangkan kesalahan yang fatal. Berapa banyak kita mendengar dari agama lain, yang menggunakan Alkitab untuk menyanggah kebenaran iman Kristen, seperti tentang ajaran Tritunggal Maha Kudus, ataupun bahwa Yesus adalah sungguh- sungguh Tuhan.
4. Kristus memberikan otoritas kepada Gereja yang dimulai dari para rasul-Nya untuk mengajar dalam nama-Nya (lih. Mat 16:13- 20; 18:18; Luk 10:16). Gereja akan bertahan sampai pada akhir jaman, dan Kristus oleh kuasa Roh Kudus akan menjaganya dari kesesatan (lih. Mat 16:18; 28:19-20; Yoh 14:16). Karena itu, Kristus memberikan kuasa wewenang mengajar kepada Magisterium Gereja yang terdiri dari para rasul dan para penerusnya. Magisterium/ wewenangan mengajar ini hanya ada untuk melayani Sabda Allah, sehingga ia tidak berada di atas Kitab Suci maupun Tradisi Suci, namun melayani keduanya.
5. Kitab Suci mengacu kepada Tradisi Suci untuk menyelesaikan masalah di dalam jemaat, contohnya dalam hal sunat. Pada saat terjadinya krisis itu sekitar tahun 40-an, kitab PB belum terbentuk, dan Kristus sendiri tidak pernah mengajarkan secara eksplisit tentang sunat ini. Namun atas inspirasi Roh Kudus, atas kesaksian Rasul Petrus, maka Konsili Yerusalem menetapkan bahwa sunat tidak lagi diperlukan bagi para pengikut Kristus (Kis 15). Konsili inilah yang menginterpretasikan kembali Kitab Suci PL yang mengharuskan sunat (lih. Kej 17, Kel12:48) dengan terang Roh Kudus dan penggenapannya oleh Kristus dalam PB, sehingga ketentuan sunat tidak lagi diberlakukan. Di dalam Konsili itu, Magisterium Gereja: para rasul dan penerusnya, dan pemimpin Gereja lainnya berkumpul untuk memeriksa Sabda Tuhan, yang tertulis atau yang tidak, dan membuat suatu pengajaran apostolik sesuai dengan ajaran Kristus.
6. Maka di sini terlihat bahwa Gereja/ jemaat (bukan Kitab Suci saja) adalah “tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1 Tim 3:15) Kristus mendirikan Gereja, dan bukannya menulis Kitab Suci, tentu juga ada maksudnya, bahwa Gereja-lah yang dipercaya oleh Kristus untuk mengajar dan menafsirkan semua firman-Nya.
7. Kitab Suci tidak mengatakan bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya sumber Sabda/ Firman Tuhan. Kristus itu sendiri adalah Firman Allah (lih. Yoh 1:1, 14) dan dalam 1 Tes 2:13 Rasul Paulus mengatakan bahwa ia telah menyampaikan pemberitaan Firman Allah (“when you received the Word of God which you heard from us“- RSV) dan ini adalah Tradisi Suci.
Sola Scriptura tidak sesuai dengan sejarah Gereja
Selanjutnya, jangan lupa bahwa Tradisi Suci sudah ada lebih dahulu dari Kitab Suci, dan yang melahirkan Kitab Suci adalah Tradisi Suci melalui Magisterium Gereja Katolik.
Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan mengetahui bahwa Tradisi Suci, yaitu pengajaran iman Kristiani yang berasal dari pengajaran lisan Kristus dan para rasul itu sudah ada terlebih dahulu daripada pengajaran yang tertulis. Silakan anda membaca bagaimana terbentuknya Kitab Suci yang terbentuk pertama kali menurut kanon yang ditetapkan oleh Paus Damaskus pada tahun 382, Konsili Hippo (393), Carthage (397) dan Chalcedon (451) seperti yang pernah ditulis di artikel ini, silakan klik. Ini adalah bukti penerapan ayat 1 Tim 3:15. Jadi mengatakan bahwa Kitab Suci saja “cukup” atau “hanya satu-satunya” sebagai pedoman iman, itu tidaklah benar, sebab asal mula Kitab Suci itu sendiri melibatkan Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.
Sola Scriptura membawa perpecahan Gereja
Sering kita melihat bahwa perpecahan gereja diakibatkan karena keinginan untuk menafsirkan ayat-ayat Kitab Suci secara pribadi. Sebagai contoh Martin Luther, John Calvin dan Ulrich Zwingli mempunyai banyak perbedaan pandangan dalam hal Ekaristi Kudus dalam menginterpretasikan perikop Yoh 6, hal Pengakuan Dosa, dll. Pendapat manakah yang benar dari para pendiri ini, yang masing-masing mendasarkan ajarannya hanya berdasarkan Alkitab? Belum lagi dalam hal- hal lain seperti apakah Pembaptisan itu perlu atau hanya simbol saja, hal Pembaptisan bayi, Pembaptisan dalam nama Allah Trinitas atau dalam nama Yesus saja, dan seterusnya. Tiap-tiap kelompok yang bertentangan mengklaim bahwa Alkitab saja cukup jelas untuk menentukannya, namun terjadi bermacam- macam interpretasi. Maka secara fakta harus diakui bahwa Alkitab saja tidak cukup jelas mengajarkannya, dan diperlukan peran otoritas Magisterium untuk menginterpretasikannya.
Hal ini mirip dengan yang terjadi di setiap negara, yang mempunyai konstitusi, namun juga mempunyai kekuasaan yudikatif untuk menginterpretasikannya dengan benar. Jika setiap warga dapat mengartikan sendiri konstitusi ini, tanpa adanya kuasa otoritas yang menjaga dan melestarikannya, maka dapat terjadi kekacauan. Tuhan pastilah lebih bijaksana daripada para bapa pendiri negara dalam hal ini. Ia tidak mungkin hanya meninggalkan dokumen tertulis sebagai pedoman tanpa otoritas untuk menjaga dan menginterpretasikannya dengan benar.
Kalau memang “hanya Alkitab” saja cukup, dan dapat membawa persatuan Gereja, bersama-sama kita perlu merenungkan, kenapa setelah revolusi Gereja oleh Martin Luther di abad pertengahan, gereja menjadi terpecah belah sehingga sampai saat ini ada sekitar 28,000 denominasi? Seharusnya kalau memang kembali kepada kemurnian jemaat awal, katanya hanya berdasarkan Alkitab, maka Gereja seharusnya bersatu dan bukannya tercerai berai. Hal ini sungguh bertentangan dengan pesan Yesus terakhir yang menginginkan seluruh dunia melihat ada kesatuan di dalam tubuh Kristus, sehingga dunia dapat tahu bahwa kita semua adalah pengikut Kristus (lih Yoh 17). Dan inilah yang menjadi kerinduan Gereja Katolik untuk menyatukan seluruh umat Allah, yang dapat dilihat dari dekrit tentang Ekumenisme (Unitatis Redintegratio).
| |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 5th October 2011, 23:03 | |
| Apakah ada yang keliru dari pernyataan saya itu bro? Terlalu langsung mungkin?
:)
Salam damai | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 6th October 2011, 10:21 | |
| Damai bagimu Epafras. Menurut pemahaman saya, apa yang di- posting oleh Bruce kemudian di- quote oleh Epafras, tidak mengandung kesalahan. Namun, sepertinya dapat saya rasakan 'sesuatu' yang menyulut 'ketidaksetujuan' Epafras (maaf kalau saya salah duga). Terkait dengan itu, saya ingin memberi komentar berikut: - Quote :
Sola Scriptura tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci Menurut hemat saya, banyak pihak akan terlonjak setelah membaca kalimat tersebut. Diartikannya sebagai Sola Scriptura bertentangan dengan ajaran Kitab Suci. Padahal, tidak sesuai bukan dengan sendirinya bertentangan. Menurut pemahaman saya, kalimat Sola Scriptura tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci diatas harus diartikan bahwa didalam Kitab Suci, tidak ada ajaran yang eksplisit bahwa Sola Scriptura sudah cukup sebagai dasar Gereja. "Ketidakadaan ajaran dalam Kitab Suci" itu membawa pengertian bahwa Sola Scriptura "tidak sesuai" dengan ajaran Kitab Suci, karena memang Kitab Suci mengajarkan bukan Sola Scriptura, tetapi Scriptura itu masih harus ditambah dengan ajaran-ajaran TIDAK TERTULIS, yaitu pengajaran lisan para rasul. Jadi, hidup dan kehidupan Gereja didasarkan pada ajaran secara tertulis yaitu Kitab Suci dan aturan-aturan Gereja, serta ajaran lisan dari para rasul dan penerusnya. - Quote :
- jangan lupa bahwa Tradisi Suci sudah ada lebih dahulu dari Kitab Suci, dan yang melahirkan Kitab Suci adalah Tradisi Suci melalui Magisterium Gereja Katolik.
Tradisi Suci, yaitu pengajaran iman Kristiani yang berasal dari pengajaran lisan Kristus yang diteruskan kepada para rasul sudah ada terlebih dahulu daripada pengajaran yang tertulis. Dalam hal ini, untuk menjaga agar tidak semua orang tidak dengan sewenang-wenang mengajar dengan bertamengkan Kitab Suci, maka diperlukan pihak yang diberi otoritas. Dengan demikian, setiap ada perbedaan penafsiran yang nyata-nyata dikategorikan benar-benar bertentangan dengan Kitab Suci, tafsiran yang menjadi acuan ialah tafsiran yang diterbitkan oleh pemegang otoritas, yaitu Magisterium. Nah, itu beberapa hal yang ingin saya tambahkan, semoga membuat semakin jelas, dan bukan membuat semakin keruh. Damai bagi pengikut Kristus. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 6th October 2011, 13:31 | |
| Thanks bro Husada.
Memang betul seperti anda tulis, bahwa tulisan itu bukan bermaksud sola-scriptura itu salah, tetapi kalau secaa jujur bisa dimaksudkan bahwa sola-scriptura itu kurang lengkap
Tetapi karena ada yang mengatakan bahwa GRK salah karena tidak alkitabiah, maka jawaban yang diberikan justru memperlihatkan bahwa sola-scriptura lah yang salah dan tidak alkitabiah.
Kira kira seperti itu maksudnya. Jadi bukan karena Katolik merasa benar sendiri dan sembarangan menyalahkan pihak lain.
Syalom | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 6th October 2011, 13:58 | |
| Sama-sama Bruce.
Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amen. | |
| | | leonardo Calon Perwira
Jumlah posting : 301 Join date : 07.03.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 8th October 2011, 20:13 | |
| | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 11th October 2011, 08:04 | |
| Damai bagi LTBers.
Dari berbagai posting yang diajukan LTBers khususnya pada trit ini, apakah sudah dapat disimpulkan?
Menurut hemat saya, berdasarkan sharing LTBers di trit ini, pertanyaan judul trit sudah terjawab. Para pengiman Sola Scriptura di trit ini telah mengajukan latar pengimanannya, namun terkandung pemahaman bahwa memang bukan Scriptura thok yang menjadi dasar kehidupan Gereja, melainkan termasuk hal-hal yang tidak tertulis yang nyata-nyata ikut menguatkan dinamika hidup Gereja.
Atau,masihkah ada yang mengganjal?
Damai, damai, damai. | |
| | | leonardo Calon Perwira
Jumlah posting : 301 Join date : 07.03.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 16th October 2011, 06:55 | |
| boleh-boleh....seperti posting an bro bruce yang terlalu langsung itu | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| | | | leonardo Calon Perwira
Jumlah posting : 301 Join date : 07.03.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 16th October 2011, 16:26 | |
| kesimpulannya bro...hehe...bungkus aja yang langsung2 atau bahkan terlalu langsung | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 18th October 2011, 16:33 | |
| Tanpa dibungkus juga, menurut saya, ini bakalan terbungkus dengan sendirinya. Karna, dari berbagai sharing yang diajukan, sudah jelas bahwa Sola Scriptura tidak cukup. Para pengikut Kristus yang mengimani Sola Scriptura selama ini, dengan membaca trit ini, saya kira kan mendapat pencerahan bahwa memang Sola Scriptura saja belum cukup. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 18th October 2011, 20:25 | |
| - Husada wrote:
- Tanpa dibungkus juga, menurut saya, ini bakalan terbungkus dengan sendirinya. Karna, dari berbagai sharing yang diajukan, sudah jelas bahwa Sola Scriptura tidak cukup. Para pengikut Kristus yang mengimani Sola Scriptura selama ini, dengan membaca trit ini, saya kira kan mendapat pencerahan bahwa memang Sola Scriptura saja belum cukup.
He he he, tapi gara gara sola-scriptura ngga cukup, banyak yang ngambek lho | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 19th October 2011, 08:27 | |
| - Quote :
- He he he, tapi gara gara sola-scriptura ngga cukup, banyak yang ngambek lho
Damai bagi semua. Ngambek? Ngambek itu kan gaya kekanak-kanakan? Seperti Banggar DPR yang ngambek kagak sudi mbahas anggaran karena beberapa orang personilnya dipanggil KPK berbarengan, kan? Saya kira begini. Masing-masing orang tidak salah untuk percaya sesuatu yang diperoleh dari pihak-pihak yang berpengaruh dalam hidupnya. Selaku seorang yang tumbuh dan dibesarkan dalam suatu keluarga, tentu orang itu akan mendapat pengaruh atau, ajaran, atau didikan dari orang tuanya dan/atau orang-orang yang lebih tua darinya, dan berinteraksi dengannya. Selanjutnya, setelah dari keluarga, menyusul dari lingkungan sosial masyarakatnya. Melebar lagi dari pergaulan orang-orang seiman. Melebar lagi dari persekolahan (baik guru maupun teman). Rangkaian pengaruh yang diterima seseorang dari berbagai pihak itu, membentuk pola pikir dan perkembangan kepercayaannya. Nah, sampai pada taraf seperti itu, menurut hemat saya, tidak salah seseorang mempercayai sesuatu, yang diterima dari berbagai pihak itu. Kemudian, dengan menggunakan pola pikir yang telah terbentuk, orang itu tadi melakukan pembandingan-pembandingan antara apa yang telah diterima dan dipercayainya dengan apa yang diterima dan dipercayai orang lain. Pada saat ada persamaan dan kesamaan, secara naluriah hatinya akan bersukacita, bergembira ria. Pada saat ada perbedaan, lazimnya, orang itu akan mencari apa penyebab perbedaan itu. Dalam pencarian penyebab perbedaan itu, apabila orang itu mendapat jawaban, maka dia akan mengadakan penyesuaian kepercayaan. Bila dia menyimpulkan bahwa apa yang dipercayainya semula adalah yang paling benar, maka kepercayaannya akan semakin kuat. Bila dia menyimpulkan bahwa apa yang dipercayainya semula ternyata perlu diedit, maka dia tidak akan sungkan mengedit, demi kebenaran yang dicari. Bila dia menyimpulkan bahwa apa yang dipercayainya semula adalah benar, dan apa yang dipercayai pihak lain juga benar, maka kepercayaannya akan semakin kuat, tetapi tidak memaksa orang lain untuk sekepercayaan dengannya. Nah, dari uraian diatas, sebenarnya yang ingin saya katakan ialah, tidak perlu ngambek kalau apa yang seseorang percayai berbeda dengan apa yang dipercayai orang lain. Masih banyak kebaikan yang dimiliki, kiranya dapat dibagikan kepada orang lain, meski tidak sekepercayaan. Sebaliknya, masih banyak kebaikan orang lain meski tidak sekepercayaan, yang dapat dipetik dan diaplikasikan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jadi, sepanjang seseorang itu tulus untuk berbagi kebaikan, saya kira tidak ada istilah ngambek dalam kamusnya. Insya Allah. Damai, damai, damai. | |
| | | Laki Tamtama
Jumlah posting : 11 Join date : 17.09.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 29th October 2011, 08:11 | |
| Wah, perselisihan pendapat yg lama dan tak akan habis-habisnya. Pdhl soalnya sederhana saja.
(1) Scriptura muncul sebagai solusi atas kerusakan tradisi akibat pengaruh negatif lingkungan internal maupun eksternal gereja pada saat itu, terutama oleh merajalelanya ajaran2 docetis, adopsionis, dan gnostik. Ajaran dalam tradisi terbukti bisa rusak, tp scriptura jauh lebih tahan terhadap kerusakan dan memang terbukti TIDAK PERNAH mengalami kerusakan. Kekristenan yang TANGGUH mmg hanya bisa ada jika didukung oleh sumber2 ajaran yang TIDAK DAPAT RUSAK krn tersedia dlm bentuk tulisan. Inilah yg menjadi Tujuan Utama mengapa para Rasul beralih dari tradisi pengajaran lisan ke tradisi pengajaran lewat tulisan.
(2) SOLA SCRIPTURA muncul sbg bagian dr refleksi atas tindakan Magisterium Gereja yg melenceng.
(2) SOLA SCRIPTURA muncul sbg solusi bg fakta bhw Tradisi dan Magisterium Gereja dapat RUSAK. Ketika Gereja berhadapan dengan Tradisi dan Magisterium dirusak oleh oknum-oknum tertentu dalam gereja, plus oleh pengaruh negatif dari lingkungan Gereja, Scriptura akan menjadi pegangan, menjadi alat ukur, filter yang efektif dan tidak bisa dibantah.
Pertanyaan-nya, APAKAH DG SOLA SCRIPTURA LALU PROTESTAN MEMBUANG TRADISI DAN MAGISTERIUM? Mhn maaf, tnp bermaksud menghina rekan2 GRK, saya musti katakan bhw ada indikasi sangat kuat telah tjd sesat pikir (logical fallacy) di sini. Knp? Lihat ini:
(X): Protestan mnggunakan sola scriptura tdk dlm konteks ANTI tradisi dan magisterium. (Y): GRK membangun pemahaman sendiri bhw protestan anti tradisi dan magisterium.
Lalu GRK menyerang (Y) dan berkesimpulan protestan sesat. Perhatikan, yang diserang GRK sebenarnya pemahaman-nya sendiri, bkn apa yg dipegang oleh protestan.
Saya persilahkan rekan2 GRK memeriksa gereja protestan, apakah mereka tdk mengacu pada tradisi dalam bergereja, misalnya menyusun Liturgia-nya? Apakah penatalayanan gereja2 protestan tdk berbasis pada keputusan2 Magisterium (Presidium) Gereja mereka? Protestan juga mengacu pada Tradisi dan Magisterium, namun krn pengalaman mengajarkan bhw kedua sumber ajaran ini dpt RUSAK, mk Scriptura digunakan sbg TOLOK UKUR, sbg FILTER utk memastikan bhw Tradisi dan keputusan Magisterium telah sejalan dg ajaran2 yg diwariskan oleh para Rasul.
Hal lain adalah, di kalangan GRK juga terjadi sesat pikir yg lain. GRK memandang semua denominasi di luar GRK, Orthodox, dan Anglikan = Protestan. Rupanya GRK tiba2 menjadi bodoh dan berlaku bak kuda pake kacamata, krn memandang yg namanya SKISMA hanyalah perpecahan yg melibatkan GRK sj. Pdhl faktanya skisma jg tjd di Protestan, Anglikan, dan Orthodox. Lalu, dg enaknya GRK menggunakan skisma ini utk "menjelek-jelekkan" (dlm tnd petik krn sebenarnya GRK menghina), protestan dg sola scriptura-nya.
Jadi, dg pandangan GRK yg sesat pikir spt ini, tentu sulit bg saya utk bisa menerimanya. Itu saja. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 29th October 2011, 12:49 | |
| - Quote :
- (1) Scriptura muncul sebagai solusi atas kerusakan tradisi akibat pengaruh negatif lingkungan internal maupun eksternal gereja pada saat itu, terutama oleh merajalelanya ajaran2 docetis, adopsionis, dan gnostik. Ajaran dalam tradisi terbukti bisa rusak, tp scriptura jauh lebih tahan terhadap kerusakan dan memang terbukti TIDAK PERNAH mengalami kerusakan. Kekristenan yang TANGGUH mmg hanya bisa ada jika didukung oleh sumber2 ajaran yang TIDAK DAPAT RUSAK krn tersedia dlm bentuk tulisan. Inilah yg menjadi Tujuan Utama mengapa para Rasul beralih dari tradisi pengajaran lisan ke tradisi pengajaran lewat tulisan.
(2) SOLA SCRIPTURA muncul sbg bagian dr refleksi atas tindakan Magisterium Gereja yg melenceng.
(2) SOLA SCRIPTURA muncul sbg solusi bg fakta bhw Tradisi dan Magisterium Gereja dapat RUSAK. Ketika Gereja berhadapan dengan Tradisi dan Magisterium dirusak oleh oknum-oknum tertentu dalam gereja, plus oleh pengaruh negatif dari lingkungan Gereja, Scriptura akan menjadi pegangan, menjadi alat ukur, filter yang efektif dan tidak bisa dibantah. Bisa diterima - Quote :
- Saya persilahkan rekan2 GRK memeriksa gereja protestan, apakah mereka tdk mengacu pada tradisi dalam bergereja, misalnya menyusun Liturgia-nya? Apakah penatalayanan gereja2 protestan tdk berbasis pada keputusan2 Magisterium (Presidium) Gereja mereka? Protestan juga mengacu pada Tradisi dan Magisterium, namun krn pengalaman mengajarkan bhw kedua sumber ajaran ini dpt RUSAK, mk Scriptura digunakan sbg TOLOK UKUR, sbg FILTER utk memastikan bhw Tradisi dan keputusan Magisterium telah sejalan dg ajaran2 yg diwariskan oleh para Rasul.
Jika kita bicara Gereja Protestan, maka Gereja Protestan yang mana yang bisa kita jadikan patokan, bro? Saya cenderung setuju tulisan anda, jika, kita mengacu pada Protestan yang diperlihatkan oleh gereja GKI, GPIB, HKBP. Tetapi, dengan hanya melihat gereja-gereja Protestan yang saya sebutkan itu, apakah bisa mewakili gereja Protestan yang lain? Karena antara GKI, GRII dan GBI saja tentu sudah berbeda sangat jauh. Dan dalam hal ini GRII jelas menolak ucapan anda yang mengatakan bahwa Tradisi dan Magisterium juga menjadi pegangan mereka. - Quote :
- Hal lain adalah, di kalangan GRK juga terjadi sesat pikir yg lain. GRK memandang semua denominasi di luar GRK, Orthodox, dan Anglikan = Protestan. Rupanya GRK tiba2 menjadi bodoh dan berlaku bak kuda pake kacamata, krn memandang yg namanya SKISMA hanyalah perpecahan yg melibatkan GRK sj. Pdhl faktanya skisma jg tjd di Protestan, Anglikan, dan Orthodox. Lalu, dg enaknya GRK menggunakan skisma ini utk "menjelek-jelekkan" (dlm tnd petik krn sebenarnya GRK menghina), protestan dg sola scriptura-nya.
Sepertinya tidak bisa juga dikatakan bahwa GRK menganggap semua gereja diluar GRK adalah Protestan, bro. Terlebih lagi melihat perkembagan saat ini yang semakin mendekatkan antara GRK dengan Orthodox dan Anglikan. Dan terakhir yang saya dengar GKI juga perlahan lahan semakin dekat dengan GRK. Walau kecenderungan yang tampak adalah terjadi jarak yang semakin besar antara GRK dan GRII. Syalom | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 29th October 2011, 19:21 | |
| Damai bagimu Ki. Mungkin quoting berikut adalah betul, saya sebut mungkin karena saya belum mendalami kronologis eksistensi Magisterium. - Quote :
SOLA SCRIPTURA muncul sbg solusi bg fakta bhw Tradisi dan Magisterium Gereja dapat RUSAK. Ketika Gereja berhadapan dengan Tradisi dan Magisterium dirusak oleh oknum-oknum tertentu dalam gereja, plus oleh pengaruh negatif dari lingkungan Gereja, Scriptura akan menjadi pegangan, menjadi alat ukur, filter yang efektif dan tidak bisa dibantah.
Pertanyaan-nya, APAKAH DG SOLA SCRIPTURA LALU PROTESTAN MEMBUANG TRADISI DAN MAGISTERIUM? Menurut saya, berbagai posting-an saya terkait dengan Sola Scriptura memang mengartikan bahwa beberapa partisipan yang ketepatan adalah Protestan memahami demikian, yaitu landasan hidup gereja memang Alkitab tok. Padahal, dinamika menggereja yang dilakukan sehari-hari, bila dicermati hati-hati, mengacu kepada sesuatu yang tidak semata-mata kepada yang tersurat di Alkitab saja. Memang mungkin, mereka mempersalahkan Tradisi Suci dan Mgisterium-nya GRK atau lebih tepat dikatakan tidak mengakui otoritasnya Tradisi Suci dan Magisterium GRK, karena keduanya itu sendiri tidak tertulis secara eksplisit dalam Alkitab. Padahal, seperti pembaca Alkitab ketahui, ada ayat dalam Alkitab yang menginstruksikan agar umat atau jemaat memperhatikan dan mengikuti ajaran para rasul, baik ajaran tertulis maupun ajaran lisan. Nah, dengan memahami ayat tersebut, menurut saya, Tradisi Suci dan Magisterium itu mendapat tempat yang pas. Karena Tradisi Suci dan Magisterium tidak tertulis secara eksplisit dalam Alkitab, maka terhadap berbagai hal yang dihasilkan oleh Tradisi Suci dan Magisterium, serta merta ditolak. Demikian pula halnya kebiasaan, atau dogma, atau doktrin yang diputuskan berdasarkan Tradisi Suci dan Magisterium. Anehnya, meski para penerima ajaran Katolik sudah menyajikan ayat-ayat Alkitab sebagai dasar Tradisi Suci dan Magisterium, tanpa mencermatinya lebih dahulu, segera saja Protestan menyatakan hal itu tidak alkitabiah. Mungkin begitu. Damai, damai, damai. | |
| | | Laki Tamtama
Jumlah posting : 11 Join date : 17.09.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 31st October 2011, 12:43 | |
| - bruce wrote:
- Bisa diterima
Trims. Dg demikian implikasi dari diterima-nya pandangan saya terhadap thread ini-pun, bs diterima pulak. - Quote :
- Jika kita bicara Gereja Protestan, maka Gereja Protestan yang mana yang bisa kita jadikan patokan, bro? Saya cenderung setuju tulisan anda, jika, kita mengacu pada Protestan yang diperlihatkan oleh gereja GKI, GPIB, HKBP. Tetapi, dengan hanya melihat gereja-gereja Protestan yang saya sebutkan itu, apakah bisa mewakili gereja Protestan yang lain? Karena antara GKI, GRII dan GBI saja tentu sudah berbeda sangat jauh. Dan dalam hal ini GRII jelas menolak ucapan anda yang mengatakan bahwa Tradisi dan Magisterium juga menjadi pegangan mereka.
- Kalo kita berpikir logis maka yang namanya gereja protestan adalah yang menganut ajaran2 dari para Reformator, termasuk praktek ber-gereja yg mereka wariskan, yang jelas mengindahkan Tradisi dan Magisterium, dg Alkitab sbg indikator ukur-nya. Krn dalam praktek gereja-gereja protestan saat ini, tdk ada yg tdk menyeleksi dan mengadopsi bagian2 dari Tradisi dalam praktek bergerejanya. Tidak ada pula yg tdk menjadikan keputusan Magisterium gereja mereka sbg bagian dari doktrin mereka. Di luar itu gereja2 ini, walaupun mereka mengklaim diri sbg protestan, belum tentu demikian. Dan, praktek maen klaim ini buat saya tdk aneh lagi.
- Meski saya tdk mengamati dg seksama, tp saya menduga, romo Bruce sdg salah kaprah ttg GRII. Krn GRII pun hingga hari ini masih menggunakan lagu2 peninggalan tradisi kuno sbg bagian dr liturgia mereka, termasuk lagu yg dinyanyikan Rasul Paulus saat dipenjara, "Shallom Alleichem". Ini baru satu cth saja, mgkn sj praktek-praktek ber-gereja lainnya oleh GRII jg menggunakan Tradisi sbg salah satu sumbernya. Hal lain, doktrin-doktrin GRII juga ditetapkan dalam keputusan2 Magisterium GRII. So, bgmn mgkn kita katakan GRII tdk mempraktekkan Magisterium Gereja dlm kehidupan bergerejanya?
- Quote :
- Sepertinya tidak bisa juga dikatakan bahwa GRK menganggap semua gereja diluar GRK adalah Protestan, bro.
Ada aroma kontradiksi pendapat ini dg pandangan romo Bruce di atas yg membuat penyeragaman antara GKI yang Calvinist, HKBP yg Lutheran, dg GBI yg pentacost, misalnya. Pdhl faktanya, GBI berasal dr aliran pentakosta yg sdh lama skisma dari protestantisme. Mekis begitu, sy lbh melihat hal ini sbg suatu btk salah kaprah krn cakupan pengamatan romo Bruce thd protestan yg kurang komprehensif. - Quote :
- Terlebih lagi melihat perkembagan saat ini yang semakin mendekatkan antara GRK dengan Orthodox dan Anglikan. Dan terakhir yang saya dengar GKI juga perlahan lahan semakin dekat dengan GRK. Walau kecenderungan yang tampak adalah terjadi jarak yang semakin besar antara GRK dan GRII.
GKI adalah gereja Calvinist, sama dg gereja saya, GPIB. Jika kami mempraktekkan bbrp bagian Tradisi dalam kehidupan bergereja, itu bkn krn kami mendekat ke GRK, tp konsekwensi dr apa yg sdg saya jelaskan kpd romo Bruce ttg pemahaman thd SOLA SCRIPTURA mnrt gereja2 protestan. Sebetulnya, kalo romo Bruce mau cek mana yg protestan ato bukan scr global, bisa periksa daftar anggota World Council of Churches (WCC), di mana selain gereja Othodox dan Anglikan, isinya gereja-gereja protestan semua. Para anggota WCC meng-klaim diri sbg sesama praktisi ajaran2 yg secara silsilah dpt di-trace back hingga ke ajaran Rasuli warisan Tuhan Yesus. Saat ini, tinggal GRK sj yg belum mau bergabung scr formal, meski ada wakil tetap GRK yg hadir dalam sidang2 WCC. Kondisi di WCC ini sdh mirip sekali dg situasi jaman Pentrakhi dulu dg Konsili Oikumenis-nya. | |
| | | Laki Tamtama
Jumlah posting : 11 Join date : 17.09.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 31st October 2011, 13:52 | |
| - Husada wrote:
- Menurut saya, berbagai posting-an saya terkait dengan Sola Scriptura memang mengartikan bahwa beberapa partisipan yang ketepatan adalah Protestan memahami demikian, yaitu landasan hidup gereja memang Alkitab tok. Padahal, dinamika menggereja yang dilakukan sehari-hari, bila dicermati hati-hati, mengacu kepada sesuatu yang tidak semata-mata kepada yang tersurat di Alkitab saja.
Karena itu, rasanya pandangan anda yg cenderung hurufiah ini, sdh mesti diperbaiki kembali. Scr konteks, sola scriptura hrs-nya tdk dipahami scr kaku pada makna teks-nya saja. Jgn lupa pada pepatah exegetical, "a text without context is a pre-text for a proof-text. Jadi, kalo cuma memahami teks-nya lepas dr konteks, maka kita cuma menghadirkan pre-text saja, bukan proof-text. - Quote :
- Memang mungkin, mereka mempersalahkan Tradisi Suci dan Mgisterium-nya GRK atau lebih tepat dikatakan tidak mengakui otoritasnya Tradisi Suci dan Magisterium GRK, karena keduanya itu sendiri tidak tertulis secara eksplisit dalam Alkitab. Padahal, seperti pembaca Alkitab ketahui, ada ayat dalam Alkitab yang menginstruksikan agar umat atau jemaat memperhatikan dan mengikuti ajaran para rasul, baik ajaran tertulis maupun ajaran lisan. Nah, dengan memahami ayat tersebut, menurut saya, Tradisi Suci dan Magisterium itu mendapat tempat yang pas.
He he... Kalo soal Tradisi suci dan Magisterium GRK, dalam masa kini sudah mrpkn persoalan antara lembaga gereja krn konteks-nya berbeda dg saat SOLA SCRIPTURA diproclaim. Namun, jikapun mau ditelusuri ke belakang, sdh jelas bhw protestan bukan ANTI Tradisi dan Magisterium. Dg SOLA SCRIPTURA, protestan hanya ingin mendudukkan Alkitab pada fungsi-nya sbg sumber ajaran para Rasul yg tdk dpt rusak dan terbukti hingga hr ini mmg tdk mengalami kerusakan, meski pada abad ke-6 nabi Muhammad pernah melepas KLAIM bhw Alkitab telah dipalsukan. Bandingkan dg Tradisi dan Keputusan magisterium yg tdk lolos dr pengaruh negatif lingkungan gereja. Krn itu, sepanjang tradisi gereja dan keputusan magisterium tidak bertentangan dg isi Alkitab, tentu diterima dan diadopsi oleh protestan. - Quote :
- Karena Tradisi Suci dan Magisterium tidak tertulis secara eksplisit dalam Alkitab, maka terhadap berbagai hal yang dihasilkan oleh Tradisi Suci dan Magisterium, serta merta ditolak. Demikian pula halnya kebiasaan, atau dogma, atau doktrin yang diputuskan berdasarkan Tradisi Suci dan Magisterium.
Rasanya frasa "serta-merta" di atas tll lebay. SOLA SCRIPTURA dikumandangkan setelah melalui pergulatan teologis dan biblikal yg mendalam, jd bukan serta-merta begitu saja. Alasan-alasan-nya pun mnrt saya dpt dipertanggung jawabkan scr logis. Justru saya melihat byk pandangan rekan2 GRK m'nai SOLA SCRIPTURA ini yg sesat pikir (logical fallacy). - Quote :
- Anehnya, meski para penerima ajaran Katolik sudah menyajikan ayat-ayat Alkitab sebagai dasar Tradisi Suci dan Magisterium, tanpa mencermatinya lebih dahulu, segera saja Protestan menyatakan hal itu tidak alkitabiah.
He he he... Lagi-lagi frasa "tnp mencrmati" di atas mnrt sy tll lebay. Bahkan mjd sesat pikir krn faktanya kesimpulan ini diambil berdasarkan pengertian yg salah kaprah thd posisi protestan m'nai sola scriptura, sbgmn sdh saya jelaskan terdahulu. - Quote :
- Mungkin begitu.
Wah, ternyata komen2 bro Husada di atas, bersifat dugaan saja. Tp okelah, paling tidak komen saya ini bisa menjadi bahan masukan dr sudut pandang seorang protestan yg tau betul bgmn posisi protestan dlm sola scriptura. - Quote :
- Damai, damai, damai.
All glory be to Jesus, bro!! | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? 31st October 2011, 17:43 | |
| Damai bagimu, Ki. - Quote :
- Karena itu, rasanya pandangan anda yg cenderung hurufiah ini, sdh mesti diperbaiki kembali. Scr konteks, sola scriptura hrs-nya tdk dipahami scr kaku pada makna teks-nya saja. Jgn lupa pada pepatah exegetical, "a text without context is a pre-text for a proof-text. Jadi, kalo cuma memahami teks-nya lepas dr konteks, maka kita cuma menghadirkan pre-text saja, bukan proof-text.
Okelah, mungkin cara pandang saya mengenai subyek atau obyek (?) pembicaraan kita cukup hurufiah. Saya tidak akan menampiknya, dan saya tidak akan membela diri. Orang di luar sayalah yang kompeten menilai saya. Namun, rasanya perlu saya informasikan bahwa saya belum pernah sekolah Theologia, atau Filsafat secara formal. Pandangan saya yang saya post ini hanya didasarkan pada pemahaman sendiri. Anehnya, saya belum menemukan sesuatu yang menuntun saya untuk merubah cara pandang itu. Hehhehheee... entah terkesan songong, atau keras kepala, atau apapun, sungguh, saya belum menemukan sesuatu yang mengharuskan saya memperbaiki cara pandang seperti itu. - Quote :
- He he... Kalo soal Tradisi suci dan Magisterium GRK, dalam masa kini sudah mrpkn persoalan antara lembaga gereja krn konteks-nya berbeda dg saat SOLA SCRIPTURA diproclaim. Namun, jikapun mau ditelusuri ke belakang, sdh jelas bhw protestan bukan ANTI Tradisi dan Magisterium. Dg SOLA SCRIPTURA, protestan hanya ingin mendudukkan Alkitab pada fungsi-nya sbg sumber ajaran para Rasul yg tdk dpt rusak dan terbukti hingga hr ini mmg tdk mengalami kerusakan, meski pada abad ke-6 nabi Muhammad pernah melepas KLAIM bhw Alkitab telah dipalsukan. Bandingkan dg Tradisi dan Keputusan magisterium yg tdk lolos dr pengaruh negatif lingkungan gereja. Krn itu, sepanjang tradisi gereja dan keputusan magisterium tidak bertentangan dg isi Alkitab, tentu diterima dan diadopsi oleh protestan.
Oo... jika memang saat Sola Scriptura dikumandangkan hanya ingin mendudukkan Alkitab pada fungsinya, menurut hemat saya, tidak akan terjadi perbedaan pemahaman yang begitu tajam. Sebab, sepanjang pemahaman saya, GRK dari dahulu sampai sekarang sampai akhir jaman, memang menempatkan Alkitab sebagai sumber utama kehidupan gereja. Hanya saja, mungkin yang langsung menarik perhatian orang yang bukan umat Katolik ialah praktik-praktik yang tidak ditemukan di jemaatnya. Sementara kebaktian minggu misalnya, tidak begitu diperhatikan karena dipandang sama saja yang dilaksanakan GRK maupun yang dilaksanakan gereja-gereja non Katolik. Tetapi, kalau kita ambil sebagai misal ialah berdoa rosaio, atau penghormatan pada orang kudus, dll, dll, akan sangat menarik perhatian kaum non Katolik karena tidak ditemukan dalam kegiatan gerejanya. Ketertarikan itu malah dieksplore untuk menuduhkan bahwa GRK mengutamakan Tradisi Suci dan Keputusan Magisterium. Padahal, kegiatan itu, meski sering dialakukan, bukan merupakan kegiatan kehidupan utama GRK. Dan menurut GRK, kegiatan itu alkitabiah (jumlah kitab PL, pada GRK berbeda dengan Protestan). Tentang pengaruh lingkungan terhadap kehidupan gereja, sepanjang pemahaman saya, bagi GRK merupakan kekayaan. Dengan demikian, GRK yang ada di Jayapura akan terasa berbeda dengan GRK yang di Yogyakarta, semata-mata karena pengaruh budaya lingkungan. Namun tatanan liturginya, pasti sama. Meski GRK itu berasal dari Roma, bukan berarti budaya Romawi yang disebarkan kemana-mana dengan memboncengi agama (gereja). Di beberapa posting-an, saya ingin penegasan tentang bertentangan. Bagi saya, 'berbeda' tidak identik dengan 'bertentangan'. Demikian juga 'tidak sesuai' belum tentu 'bertentangan'. Dengan demikian, agar terjadi kesepahaman, betapa bagusnya kalau para penganut Sola Scriptura menunjukkan, praktik-praktik mana sih dari Tradisi Suci dan Keputusan Magisterium yang dilaksanakan oleh GRK yang dinilai bertentangan dengan Alkitab? Jangan-jangan, seperti yang saya pikir sebenarnya tidak bertentangan dengan Alkitab, namun penganut Sola Scriptura menuduhnya bertentangan dengan Alkitab? Kalau demikian adanya, yang satu merasa tidak bertentangan dengan Alkitab, sementara yang lain menuduhnya bertentangan dengan Alkitab, sementara parameter atau kriteria yang digunakan tidak sama, ya... sampai kapan juga tidak akan ketemu. - Quote :
- Rasanya frasa "serta-merta" di atas tll lebay. SOLA SCRIPTURA dikumandangkan setelah melalui pergulatan teologis dan biblikal yg mendalam, jd bukan serta-merta begitu saja. Alasan-alasan-nya pun mnrt saya dpt dipertanggung jawabkan scr logis. Justru saya melihat byk pandangan rekan2 GRK m'nai SOLA SCRIPTURA ini yg sesat pikir (logical fallacy).
Kembali lagi, kalau GRK merasa bahwa yang dipraktikkannya sesuai dengan Alkitab, sementara di lain pihak para penganut Sola Scriptura merasa sudah mengkajinya berdasarkan Alkitab dan sampai pada kesimpulan bahwa GRK bertentangan dengan Alkitab, sampai kapan juga tidak akan ketemu. Yang muncul ya paling juga tuduhan-tuduhan seperti yang Laki katakan, yang lebaylah, yang sesat pikirlah, dll. - Quote :
- Wah, ternyata komen2 bro Husada di atas, bersifat dugaan saja. Tp okelah, paling tidak komen saya ini bisa menjadi bahan masukan dr sudut pandang seorang protestan yg tau betul bgmn posisi protestan dlm sola scriptura.
Terima kasih Laki. Senang bertukar pandangan dengan seorang protestan yg tau betul bagaimana posisi protestan dlm sola scriptura. Suatu keuntungan buat saya, dpat mengetahui sola scriptura lebih jauh tanpa sekolah formal di bangku kuliah. Ngomong-ngomong, denom Laki termasuk yang Lutheran, Calvinis, atau yang lain? Dari berbagai trit di forum-forum begini, saya menduga (lagi), bahwa gerakan-gerakan protestan sekarang sudah agak bergeser dari dari saat dikumandangkannya gerakan reformasi oleh Luther, Calvin, dll penggagas protestan. Dan terus terang, untuk saya pribadi, istilah protestan melukiskan kekeraskepalaan, atau pemberontakan, tidak mau patuh, hanya mengandalkan pemikiran sendiri. Ahh... Damai bagi LTBers. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Apakah Sola Scriptura cukup ? | |
| |
| | | | Apakah Sola Scriptura cukup ? | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |