7 Bulan, 70 Teroris Dibekuk

Quote :

7 Bulan, 70 Teroris Dibekuk
Sandro Gatra | Glori K. Wadrianto | Selasa, 2 Agustus 2011 | 19:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski dari segi kualitas menurun, kuantitas serangan yang dilakukan kelompok teroris di Indonesia meningkat. Hal itu terlihat dari penangkapan 70 teroris dalam tujuh bulan terakhir. Angka itu mendekati total tersangka teroris tahun 2010 yakni 103 orang.

"Padahal baru bulan Juli. Ini menunjukan problem terorisme di Indonesia belum selesai," kata Brigjen (Pol) Tito Karnavian, Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Jakarta, Selasa (2/8/2011).

Tito mengatakan, sejak tahun 2009, kelompok terorisme memilih melakukan penyerangan dalam skala kecil seperti bom bunuh diri di Cirebon, kasus peledakan di Bima, penembakan polisi di Palu, serangan Masjid, Gereja, dan pos polisi di berbagai daerah, serta kasus lain.

Dikatakan Tito, meningkatnya kuantitas serangan lantaran adanya kelemahan negara untuk mengisolasi penyebaran ideolologi radikal dan pengembangan jaringan yang sama. Negara baru mampu membangun kekuatan untuk mengungkap jaringan dan menangkap para pelaku.

"Namun akar masalahnya yakni penyebaran ideologi dan pengembangan jaringan terus terjadi karena sistem kita belum mampu mencegah itu," kata mantan Kepala Densus 88 Anti Teror Polri itu.

"Contoh, ada orang yang menjadi bagian dari jaringan itu tapi tidak melakukan pidana sehingga dia tidak bisa diproses hukum. Mereka bebas mengembangan jaringan dan kekuatannya, mengembangan sel-sel baru dan menyebarkan ideologi radikal. Tinggal menunggu momentum menjadi tindak kekerasan," tambah Tito.

Dikatakan Tito, untuk meredam penyebaran ideologi radikal atau pengembangan jaringan terorisme tidak dapat dilakukan hanya oleh BNPT. "Perlu melibatkan aparat teritorial yang melibatkan polisi, Kodim. Karena memang di jaman dulu aparat teritorial efektif menetralisir pengembangan jaringan dan ideologi radikal di daerah masing-masing," kata Tito.

Bisa habis anak negeri ini jika para terorist tidak segera dihentikan, mereka itu ibarat virus flu, sangat cepat menyebar.

Banyak orang bilang, teroris dan koruptor sama jahatnya. Kenapa aparat negara ini agak tidak berimbang dalam jumlah penangkapan teroris dan kopruptor ya? Ada yang tahu atau menduga-duga penyebabnya?

Apakah aparat negara ini terlalu dikonsentrasikan menangkap teroris sehingga koruptor yang nota bene sjahat teroris menjadi diurutkan berikutnya? Tapi kalau demikian, agak berbeda juga dengan penangkapan Gayus Tambunan yang segera bisa diboyong dari negeri jiran. Si burung Nazar ini konon masih belum ketangkap. Apakah karena si Gayus Tambunan itu hanya PNS golongan III/a dan si Burung Nazar itu termasuk pentolannya partai penguasa?

Mau tahu sebabnya bro? Teroris biasanya adalah kurang berpendidikan, sementara koruptor umumnya orang berpendidikan, (mantan) pejabat tinggi, punya koneksi tingkat tinggi, punya uang lebih dari cukup untuk bikin pusing (menggoda) polisi yang mengejar.

Ooo... bagitto rupana.

Kalau teroris memusuhi aparat , sedangkan koruptor mengasihi aparat . ;D

back to laptop.

ideologi memang susah diberangus, tidak cukup hanya represif saja jadi memang peran segala lapisan masyarakat penting terutama dari para pemuka agama mereka.

Dan yang terlihat baru2 ini lebih mencengankan lagi bukan saja prihatin akan paham2 radikal malah ada pesantren yang bukan saja mengajarkan radikalisasi malah mengajarkan perakitan bom segala...

Para ulama harus aware akan hal ini jangan sampai malah nama baik pesantren jadi rusak dan cemar karena hal2 demikian.

@Leon

Masalahnya bro, tidak banyak umat Muslim yang menyadari bahwa pesantren model yang di Bima itu, dan ulah para teroris justru merusak agama Islam, mereka justru menganggap bahwa apa yang dilakukan (oleh pesantren dan teroris itu) adalah berjuang demi Islam, menegakkan kekhalifahan Islam. Tidak banyak umat Muslim yang berani menarik garis tegas dengan mengatakan bahwa apapun tujuannya, tindakan mereka itu salah. Paling paling mereka menyatakan bahwa para teroris itu 'salah tafsir' saja.

Jadi, selama tidak ada pemisahan jelas dari umat Muslim sendiri, maka virus teroris itu akan tetap menyebar secara diam diam, menggerogoti para anak bangsa, bahkan sejak usia dini.

iya kacau bro kalau begitu lama2 virus ini bisa menyebar ke pesantren2 lain atau sekolah2 yang lain ....harusnya depag, departemen pendidikan ...juga dilibatkan dalam masalah ini...

leonardo wrote:

harusnya depag, departemen pendidikan ...juga dilibatkan dalam masalah ini...

Depag dilibatkan? Wong sekolah-sekolah binaan Depag banyak yang nggak beres justru menunjukkan bahwa Depag nggak beres juga. Bagaimana mengharapkan sesuatu dari yang nggak beres? Yang benar ialah, bubarkan Depag, serius ngurusin pendidikan, setiap ada bibit kecurangan, misalnya pengkatrolan nilai, pembagian jawaban soal dari siswa yang dinilai pintar, jatuhkan sanksi pendidikan.

Dengan begitu, layak berharap bahwa virus teorisme akan pudar dengan sedirinya, karna pendidikan yang benar adalah pendidikan yang memnbangun, bukan yang menghanguskan. Layak juga berharap bahwa tindakan korup akan terkikis karena sejak awal manusia yang mengecap pendidikan disadarkan akan perlunya sikapfair yaitu menyatakan salah itu salah dan menyatakan benar itu benar. Sikap fair terlatih sejak dini, dan meresap ke dasar hati tiap peserta didik.