Mahabarata dan Hindu

cinzano wrote:

bruce wrote:

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah, di dunia ii ternyata tidak ada kebahagiaan sejati.
Bahwa kebahagiaan terbesar hanya ada di sorga. Selama di dunia, manusia hanya dapat berusaha sebaik baiknya, sesuai kemampuan yang dimiliki, menggunakan talenta yang dipercayakan kepadanya untuk berkarya, hingga saat akhir.

Begitulah kisahnya

Hmmm
Benar2 susah dimengerti.

Apa yang dianggap baik oleh manusia, belum tentu baik dimata Tuhan.
Demikian pula sebaliknya.


Fuhhh

 Saya koq percaya bahwa seharusnya sih sejalan, om

bruce wrote:

cinzano wrote:

bruce wrote:

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah, di dunia ii ternyata tidak ada kebahagiaan sejati.
Bahwa kebahagiaan terbesar hanya ada di sorga. Selama di dunia, manusia hanya dapat berusaha sebaik baiknya, sesuai kemampuan yang dimiliki, menggunakan talenta yang dipercayakan kepadanya untuk berkarya, hingga saat akhir.

Begitulah kisahnya

Hmmm
Benar2 susah dimengerti.

Apa yang dianggap baik oleh manusia, belum tentu baik dimata Tuhan.
Demikian pula sebaliknya.


Fuhhh

 Saya koq percaya bahwa seharusnya sih sejalan, om

Pandawa seharusnya hanya menegaskan haknya saja.
Tetapi akhirnya juga tidak happy end

Ini cerita wayang, kan? Kurang berminat!

Husada wrote:

Ini cerita wayang, kan? Kurang berminat!

 Kenapa Mod ?

Penuh dengan falsafah kehidupan

Mungkin karena GMH lebih suka kisah tentang Naruto, om.

Kembali ke falsafah hidup.


Apakah artinya hidup manusia itu ?

cinzano wrote:

Kembali ke falsafah hidup.


Apakah artinya hidup manusia itu ?

Kalau saya mengartikannya seperti masuk ruang ujian untuk kelulusan.

bruce wrote:

Kalau saya mengartikannya seperti masuk ruang ujian untuk kelulusan.

 
Ada yang mendapat kan soal2 mudah dan ada yang mendapatkan soal2 sulit.

Setelah lulus, adakah perbedaan yang akan ia terima bila menerima soal sulit dibanding soal mudah ?

Ada bocoran soal, nggak?

cinzano wrote:

bruce wrote:

Kalau saya mengartikannya seperti masuk ruang ujian untuk kelulusan.

 
Ada yang mendapat kan soal2 mudah dan ada yang mendapatkan soal2 sulit.

Setelah lulus, adakah perbedaan yang akan ia terima bila menerima soal sulit dibanding soal mudah ?

 
Soal mudah seperti apa yang anda maksudkan, om?

Jika yang anda maksudkan adalah talenta, betul, bahwa setiap orang mendapatkan talenta yang berbeda.

Sementara jika diartikan sebagai pengetahuan ataupun kekayaan, akan dituntut banyak pula.

Jadi, bobot soalnya tergantung bagaimana kita mau menilainya kan?

bruce wrote:

cinzano wrote:

Kembali ke falsafah hidup.


Apakah artinya hidup manusia itu ?

Kalau saya mengartikannya seperti masuk ruang ujian untuk kelulusan.

 Ada yang terlahir hidupnya susssaaaahhh (soal sulit).
Ada pula yang terlahir bahagiaaaaa (soal mudah).

cinzano wrote:

bruce wrote:

cinzano wrote:

Kembali ke falsafah hidup.


Apakah artinya hidup manusia itu ?

Kalau saya mengartikannya seperti masuk ruang ujian untuk kelulusan.

 Ada yang terlahir hidupnya susssaaaahhh (soal sulit).
Ada pula yang terlahir bahagiaaaaa (soal mudah).

Kalau dulu dari pengalaman sekolah dan kuliah, sepertinya tidak ada soal yang sulit, om.
Yang ada adalah apakah kita siap atau tiak dalam menghadapi ujian itu.
Kalau lupa belajar ya sulit, kalau rajin belajar dan latihan, pasti mudah.

bruce wrote:

Kalau dulu dari pengalaman sekolah dan kuliah, sepertinya tidak ada soal yang sulit, om.
Yang ada adalah apakah kita siap atau tiak dalam menghadapi ujian itu.
Kalau lupa belajar ya sulit, kalau rajin belajar dan latihan, pasti mudah.

Gini Om...
Ambil contoh, Mod Bruce lahir di keluarga kaya ruayaa, orang tua terpandang, pendidikan profesor dan dihormati masyarakat.
Disisi lain ada si Z lahir di keluarga muiskinnn, orang tuanya penjahat, tidak berpendidikan dan dimusuhi masyarakat.

Apakah fair, soal ujiannya berbeda.
Yang satu diberi kalkulator sipoa dan didampingi guru lesnya.
Yang lain cuman diberi kertas hitungan dan tangannya pun diikat, harus nulis pake kaki.

Nahhh gimana atuhh



[Only mods are allowed to see this image]

Quote :

Gini Om...
Ambil contoh, Mod Bruce lahir di keluarga kaya ruayaa, orang tua terpandang, pendidikan profesor dan dihormati masyarakat.
Disisi lain ada si Z lahir di keluarga muiskinnn, orang tuanya penjahat, tidak berpendidikan dan dimusuhi masyarakat.

Apakah fair, soal ujiannya berbeda.
Yang satu diberi kalkulator sipoa dan didampingi guru lesnya.
Yang lain cuman diberi kertas hitungan dan tangannya pun diikat, harus nulis pake kaki.

Nahhh gimana atuhh

Saya koq percaya bahwa final sum selalu seimbang.
Jika yang seorag diberi anugrah kaya, maka kesehatannya lemah (atau yang lain lagi).
Jika yang seorang diberi orang tua kaya, maka yang lain diberi orang tua yang perhatian.
Jika yang seorang diberi kecerdasan, maka yang lain diberi hati yang luhur.


 

cinzano wrote:

bruce wrote:

Kalau dulu dari pengalaman sekolah dan kuliah, sepertinya tidak ada soal yang sulit, om.
Yang ada adalah apakah kita siap atau tiak dalam menghadapi ujian itu.
Kalau lupa belajar ya sulit, kalau rajin belajar dan latihan, pasti mudah.

Gini Om...
Ambil contoh, Mod Bruce lahir di keluarga kaya ruayaa, orang tua terpandang, pendidikan profesor dan dihormati masyarakat.
Disisi lain ada si Z lahir di keluarga muiskinnn, orang tuanya penjahat, tidak berpendidikan dan dimusuhi masyarakat.

Apakah fair, soal ujiannya berbeda.
Yang satu diberi kalkulator sipoa dan didampingi guru lesnya.
Yang lain cuman diberi kertas hitungan dan tangannya pun diikat, harus nulis pake kaki.

Nahhh gimana atuhh



[Only mods are allowed to see this image]

Ditambah lagi, Mod Bruce mengerjakan soal di dalam ruangan sejuk ber-AC, sementara si Z mengerjakan soal di tempat terbuka di tengah terik matahari di TPA (Bukan Tempat penitipan Anak ato Taman Pendidikan Alquran, melainkan Tempat Pembuangan Akhir seperti di Bantargebang itu).

Husada wrote:

Ditambah lagi, Mod Bruce mengerjakan soal di dalam ruangan sejuk ber-AC, sementara si Z mengerjakan soal di tempat terbuka di tengah terik matahari di TPA (Bukan Tempat penitipan Anak ato Taman Pendidikan Alquran, melainkan Tempat Pembuangan Akhir seperti di Bantargebang itu).

 
@ GMH

Beliau berusaha bersikap rendah hati .... hehehehe


Karena itu, GMB mendapatkan talenta yang sedemikian besar, sekiranya juga membagikan talenta yang dipercayakan kepadanya kepada teman2 di forum ini.

hehehehe.

bruce wrote:

Quote :

Gini Om...
Ambil contoh, Mod Bruce lahir di keluarga kaya ruayaa, orang tua terpandang, pendidikan profesor dan dihormati masyarakat.
Disisi lain ada si Z lahir di keluarga muiskinnn, orang tuanya penjahat, tidak berpendidikan dan dimusuhi masyarakat.

Apakah fair, soal ujiannya berbeda.
Yang satu diberi kalkulator sipoa dan didampingi guru lesnya.
Yang lain cuman diberi kertas hitungan dan tangannya pun diikat, harus nulis pake kaki.

Nahhh gimana atuhh

Saya koq percaya bahwa final sum selalu seimbang.
Jika yang seorag diberi anugrah kaya, maka kesehatannya lemah (atau yang lain lagi).
Jika yang seorang diberi orang tua kaya, maka yang lain diberi orang tua yang perhatian.
Jika yang seorang diberi kecerdasan, maka yang lain diberi hati yang luhur.


 

 
Ambil contoh : Somalia.

Sudah negerinya tandus, saling perang saudara, pendidikan kurang dst.

Nahhh loo
Gimana ini


hehehehe

Orang Somalia pasti lebih tahan terhadap iklim panas, lebih tahan menderita, lebih tahan tidak makan berhari hari, lebih tahan penyakit, dibanding manusia Indonesia. Tuuh, kan, mereka punya talenta juga.

bruce wrote:

Orang Somalia pasti lebih tahan terhadap iklim panas, lebih tahan menderita, lebih tahan tidak makan berhari hari, lebih tahan penyakit, dibanding manusia Indonesia. Tuuh, kan, mereka punya talenta juga.

 
Enggak juga tuh.

Malah terkenal dari sisi pembajakannya

cinzano wrote:

bruce wrote:

Orang Somalia pasti lebih tahan terhadap iklim panas, lebih tahan menderita, lebih tahan tidak makan berhari hari, lebih tahan penyakit, dibanding manusia Indonesia. Tuuh, kan, mereka punya talenta juga.

 
Enggak juga tuh.

Malah terkenal dari sisi pembajakannya

 
Lhah itu kan juga menunjukan 'kelebihan' mereka, dengan perahu kecil mampu membajak kapal besar. Itu butuh kenekadan dan daya jugan lhoh.

bruce wrote:

cinzano wrote:

bruce wrote:

Orang Somalia pasti lebih tahan terhadap iklim panas, lebih tahan menderita, lebih tahan tidak makan berhari hari, lebih tahan penyakit, dibanding manusia Indonesia. Tuuh, kan, mereka punya talenta juga.

 
Enggak juga tuh.

Malah terkenal dari sisi pembajakannya

 
Lhah itu kan juga menunjukan 'kelebihan' mereka, dengan perahu kecil mampu membajak kapal besar. Itu butuh kenekadan dan daya jugan lhoh.

 Nah ini yang saya tekankan.
Coba ditilik perbandingannya.

Lahir kaya raya, hidup bahagia dan mati masuk surga.
Lahir miskin, hidup sengsara dan mati masuk neraka.

Quote :

Lahir kaya raya, hidup bahagia dan mati masuk surga.
Lahir miskin, hidup sengsara dan mati masuk neraka.

Bagaimana anda bisa meyakini hal itu, om?


Bukankah dikatakan bahwa yang menerima lebih akan dituntut lebih?
Bagaimana kalau kita di Indonesia yang hidup gemah ripah loh jinawi, dituntut lebih dibanding mereka yang hidup di Somalia? Karena mereka lapar, maka saling bunuh untuk makan mungkin bisa diterima, sedangkan bagi yang hidup sejahtera di Indonesia sudah dikategorikan hukuman maksimal di neraka?
Bagaikan hewan, yang saling bantai untuk berebut mangsa tentu bisa diterima, tetapi bagi manusia yang saling berebut rejeki/poyek sudah masuk jadi dosa.

bruce wrote:

Quote :

Lahir kaya raya, hidup bahagia dan mati masuk surga.
Lahir miskin, hidup sengsara dan mati masuk neraka.

Bagaimana anda bisa meyakini hal itu, om?


Bukankah dikatakan bahwa yang menerima lebih akan dituntut lebih?
Bagaimana kalau kita di Indonesia yang hidup gemah ripah loh jinawi, dituntut lebih dibanding mereka yang hidup di Somalia? Karena mereka lapar, maka saling bunuh untuk makan mungkin bisa diterima, sedangkan bagi yang hidup sejahtera di Indonesia sudah dikategorikan hukuman maksimal di neraka?
Bagaikan hewan, yang saling bantai untuk berebut mangsa tentu bisa diterima, tetapi bagi manusia yang saling berebut rejeki/poyek sudah masuk jadi dosa.

 
Dari buahnya kan kita dapat menilai pohonnya.

Kalo korupsi memang sudah jelas pohon nya tidak baik.
Demikian pula pembajakan

cinzano wrote:

bruce wrote:

Quote :

Lahir kaya raya, hidup bahagia dan mati masuk surga.
Lahir miskin, hidup sengsara dan mati masuk neraka.

Bagaimana anda bisa meyakini hal itu, om?


Bukankah dikatakan bahwa yang menerima lebih akan dituntut lebih?
Bagaimana kalau kita di Indonesia yang hidup gemah ripah loh jinawi, dituntut lebih dibanding mereka yang hidup di Somalia? Karena mereka lapar, maka saling bunuh untuk makan mungkin bisa diterima, sedangkan bagi yang hidup sejahtera di Indonesia sudah dikategorikan hukuman maksimal di neraka?
Bagaikan hewan, yang saling bantai untuk berebut mangsa tentu bisa diterima, tetapi bagi manusia yang saling berebut rejeki/poyek sudah masuk jadi dosa.

 
Dari buahnya kan kita dapat menilai pohonnya.

Kalo korupsi memang sudah jelas pohon nya tidak baik.
Demikian pula pembajakan

 Betul, om, saya sependapat.

Tetapi, kalau ada orang somalia membajak, dan orang Indonesia membajak, mana yang lebih bisa dipahami/dimaklumi?

Kalau ada orang miskin merampok, dan orang kaya merampok, mana yang sudah kelewat batas?

Membajak dan mencuri adalah salah, tetapi faktor penyebabnya bisa berpengaruh kan?

bruce wrote:

 Betul, om, saya sependapat.

Tetapi, kalau ada orang somalia membajak, dan orang Indonesia membajak, mana yang lebih bisa dipahami/dimaklumi?

Kalau ada orang miskin merampok, dan orang kaya merampok, mana yang sudah kelewat batas?

Membajak dan mencuri adalah salah, tetapi faktor penyebabnya bisa berpengaruh kan?

 Enggak terpengaruh GMB
Ingat perumpamaan pekerja.

Pagi 1 dinar
Siang 1 dinar
Kerja 5 menit pun 1 dinar



hhehehehehe