|
| (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Tamu Tamu
| Subyek: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 09:25 | |
| Devosi
Definisi dan inti devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik.
I. DEFINISI: Devosi Marial (hyperdulia) adalah seluruh kebaktian kepada Maria Ibu Yesus dari Nazaret dalam bentuk puji-pujian, kagum, hormat dan cinta dengan meneladani cara hidupnya sambil memohon bantuan pengantaraan doanya bagi Gereja yang masih sedang dalam perjalanan ziarah menuju persatuan dengan Allah di tanah air surgawi (bdk.LG No. 66) Setelah mendapat khabar gembira dari Malaikat Tuhan (Lukas 1:26-38), Maria amat bersukacita dan bernubuat: "Yes, from this day forward all generations will call me blessed, for the Almighty has done a great things for me" (Lukas 1:48). Secara singkat kita dapat menyebut beberapa alasan pokok mengapa Maria dapat dihormati khusus dan dapat dimintakan pengantaraan doanya oleh umat beriman:
Pertama, Maria dipilih Tuhan secara istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus Kristus juru selamat manusia. Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang membahagiakan oleh Gereja sepanjang masa.
Kedua, seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium No.62, keibuan Maria dalam tata rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari persetujuan yang diberikannya dengan setia pada saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel dan yang dipertahankannya tanpa ragu sampai di kaki salib sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang beriman. Karena setelah diangkat ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini, melainkan melanjutkannya melalui peraantaraan limpah dengan memberikan kita anugerah keselamatan abadi. Hal itu menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual sepanjang sejarah Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari panggung sejarah dunia. Karena itu Maria sungguh melebihi segala makluk di surga maupun di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi alasan bagi umat beriman untuk memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria sambil meneladani dan memohon bantuan pengantaraan doanya pada Allah.
|
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 09:25 | |
| II. INTI DEVOSI KEPADA MARIA:
Kalau diperiksa dengan teliti, maka kita akan menemukan tiga elemen yang membentuk kesatuan inti devosi kepada Maria, yaitu: puja-puji Maria, mencontoh Maria dan memohon bantuan pengantaraan doa Maria.
Memuji Maria
Puja-puji merupakan salah satu elemen inti devosi kepada Maria. Kitab Suci sendiri mencatat pujian Elisabet dan anak dalam rahimnya sebagai pujian paling pertama bagi Maria: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai IBU TUHANKU datang mengunjungi aku?...anak di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia yang telah percaya" (Luk 1:42-45). Dalam devosi marial, umat beriman, sama seperti dilakukan Eliabeth dan anak dalam rahimnya, mengagumi dan menghormati Maria karena perannya menjadi ibu Tuhan, Bunda Mesias. Bunda Maria dipuji karena karya agung Allah dalam diriNya. Maria tidak dihormati seakan dia berprestasi atas usaha-usahanya sendiri, melainkan karena di dalam dia Allah berkarya secara luar biasa St. Chrisostomus memberikan contoh tentang bagaimana dan apa alasan Maria dipuji: "Sungguh pantas dan wajarlah kami memuji dikau, o Bunda Allah yang amat kudus, suci murni dan bunda Tuhan kami. Kami menghormati engkau yang seharusnya dipuji melebihi Kerubim dan Seraphim. Engkau yang tanpa kehilangan keperawananmu melahirman Sabda Tuhan. Engkaulah sungguh-sungguh Bunda Allah.
Mencontoh Maria
Dalam devosi marial, kita tidak hanya cukup sampai pada sikap heran, kagum dan puji Maria karena karya Agung Allah dalam dirinya, tapi kita, umat beriman juga harus mencontohi Maria sebagai citra dalam hal iman, cintakasih persatuan yang sempurna dengan Kristus. Gereja mengajarkan bahwa Maria adalah typos Gereja (gambaran Gereja), gambaran umat beriman dalam perjalanan menuju Allah. Itu berarti dalam usaha menjawab panggilan Allah, kita bisa belajar pada Maria tentang bagaimana menjawab panggilan Allah dan hidup seturut firmanNya, tentang bagaimana mengikuti Yesus secara sempurna, dan bagiamana melaksanakan kehendak Allah dengan setia.
Memohon pengantaraan doa Maria:
Di samping memuji dan mencontohi berbagai keutamaan Maria, umat beriman dapat berdoa kepada Maria. Akan tetapi diusahakan sekian sehingga doa-doa itu tidak bercorak seakan-akan Maria dapat menganugerahi sesuatu tanpa diketahui Allah sendiri. Doa kepada Maria lebih berarti DENGAN ALLAH. Tentang ini St. Thomas Aquninas menjelaskan, doa dalam artinya sebenarnya memang hanya ditujukan kepada Allah karena hanya Allah yang patut disembah. Selain itu doa kita dimaksudkan untuk memperoleh rahmat yang hanya bisa diberikan oleh Allah seorang diri. Tapi kalau doa-doa kita ditujukan kepada para malaikat dan orang kudus, maka hal itu terjadi karena mereka sudah dipersatukan secara erat dengan Allah dan doa-doa kita akan menjadi lebih efektif melalui doa-doa dan jasa kepengantaraan mereka. Jadi para kudus sendiri tidak mengabulkan doa kita, tapi mereka dapat mendoakan kita pada Allah, atau menyampaikan doa-doa kita kepada Allah.
|
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 09:26 | |
| III. MACAM-MACAM GEJALA PRAKTEK DEVOSI MARIAL: Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka diperkirakan bertumbuhlah kepercayaan akan perlindungan Maria dan bentuk-bentuk devosi kepadanya, seperti: A. Doa kepada Maria: Seperti Doa Salam Maria, Sabtu sebagai Hari Maria dan Mei sebagai Bulan Maria. Doa Salam Maria: Doa salam Maria berasal dari Salam Malaikat Gabriel (Lk 1:28) dan pujian Elisabet (Lk 1:42). ada abad ke-VI untuk pertama kalinya di Gereja Timur (Yunani) "Salam Malaikat Gabriel dan pujian Elisabeth" digabungkan: "Salam Maria penuh rahmat. Tuhan sertamu. Terpujilah Engkau di antara semua wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus". Rumusan doa ini dijadikan sebagai doa antiphon dan didaraskan secara berulang-ulang. Baru setelah beberapa tahun kemudian, antiphon yang berasal dari salam malaikat dan Elisabeth ini disatukan dengan doa permohonan Gereja (umat beriman): "Santa Maria Bunda Allah, doakan kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin." Sabtu sebagai Hari Maria: Pada abad yang sama (IV) Hari Sabtu juga dipersembahkan kepada Maria untuk mperingati kedukaan Maria yang sangat dalam atas kematian PuteraNya Yesus Kristus. Mei sebagai Bulan Maria: Mei masih merupakan bagian musim semi untuk Eropa. Karena itu umat Eropa dulu mempersembahkan bulan Mei kepada Maria agar bunga-bunga yang bersemua pada bulan ini mendorong kita untuk merenungkan kelimpahan harta rohani Bunda Maria. Seperti bunga-bunga musim semi menghiasi bumi, demikian juga umat beriman diharapkan secara alamiah bagai bunga-bunga bersemi menghormati maha pencipta bersama Maria. sumber : [You must be registered and logged in to see this link.] |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 09:30 | |
| - Quote :
- Doa kepada Maria lebih berarti DENGAN ALLAH. Tentang ini St. Thomas Aquninas menjelaskan, doa dalam artinya sebenarnya memang hanya ditujukan kepada Allah karena hanya Allah yang patut disembah. Selain itu doa kita dimaksudkan untuk memperoleh rahmat yang hanya bisa diberikan oleh Allah seorang diri. Tapi kalau doa-doa kita ditujukan kepada para malaikat dan orang kudus, maka hal itu terjadi karena mereka sudah dipersatukan secara erat dengan Allah dan doa-doa kita akan menjadi lebih efektif melalui doa-doa dan jasa kepengantaraan mereka. Jadi para kudus sendiri tidak mengabulkan doa kita, tapi mereka dapat mendoakan kita pada Allah, atau menyampaikan doa-doa kita kepada Allah.
pertanyaan saya : mana yang lebih manjur doanya, doa yang dinaikan dalam nama Tuhan Yesus atw doa melalui Maria ? - Quote :
- Mei sebagai Bulan Maria:
Mei masih merupakan bagian musim semi untuk Eropa. Karena itu umat Eropa dulu mempersembahkan bulan Mei kepada Maria agar bunga-bunga yang bersemua pada bulan ini mendorong kita untuk merenungkan kelimpahan harta rohani Bunda Maria. Seperti bunga-bunga musim semi menghiasi bumi, demikian juga umat beriman diharapkan secara alamiah bagai bunga-bunga bersemi menghormati maha pencipta bersama Maria. apakah ini tidak terlalu berlebihan ? |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 11:07 | |
| 1. Dasar penghormatan umat Katolik: Maria adalah Bunda Allah dan Hawa yang baru
Jadi dasar penghormatan umat Katolik kepada Bunda Maria adalah, karena Tuhan telah terlebih dahulu memilihnya sebagai Bunda Allah; sebab Kristus yang dikandung dan dilahirkannya adalah Allah. Itulah sebabnya di dalam Kitab Suci, Maria disebut sebagai Bunda Allah (lih. Luk 1:43, 35, Gal 4:4). Jika kita merenungkan bagaimana malaikat Tuhan menyapa Bunda Maria pada saat ia memberitakan kabar suka cita, kita akan melihat betapa Allah sendiri -melalui malaikat utusan-Nya- menghormati Maria, dengan menyapanya, “Hail, full of grace/ Salam, hai engkau yang dikaruniai” (Luk 1:28). Kata aslinya menurut Vulgate adalah kecharitomene, yang lebih tepat untuk diterjemahkan sebagai “Salam, hai engkau yang penuh rahmat”. Sapaan semacam ini tidak pernah ditujukan kepada tokoh manapun di dalam Alkitab. Dan kata “penuh rahmat” ini menjadi salah satu dasar yang dipandang oleh para Bapa Gereja untuk mengatakan bahwa sudah sejak awal hidupnya dalam kandungan ibunya, Maria sudah dipenuhi dengan rahmat Allah. Oleh karena tugas yang diembannya sebagai Bunda Allah, maka Maria dibebaskan dari noda dosa.
Nah, selanjutnya, karena Maria adalah Bunda yang melahirkan Kristus Sang Hidup (Yoh 14:6), yang memberi hidup kepada dunia (Yoh 6:33), maka Bunda Maria juga secara tidak langsung berperan serta dalam memberikan Hidup kepada dunia.[1]. Dengan demikian, Maria menyempurnakan arti kata ‘Hawa’ yang artinya ibu dari segala yang hidup”mother of the living“/ ibu dari segala yang hidup. Maria adalah Sang Hawa yang baru, yang daripadanya lahir Sang Hidup, yang memberikan hidup yang kekal. Maka peran Maria sebagai Hawa yang baru mendukung peran Kristus sebagai Adam yang baru (lih. Rom 5:12-21). Rasul Paulus membandingkan Adam dengan Kristus, pada saat mengatakan bahwa oleh ketidaktaatan satu orang [Adam], semua orang telah jatuh dalam kuasa maut; dan karenanya oleh ketaatan satu orang [Kristus] semua orang beroleh hidup yang kekal. Mengambil prinsip yang sama, St. Irenaeus (180) membandingkan Hawa dengan Maria sebagai Hawa yang baru, “Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.”[2] Ikatan ketidak-taatan di sini maksudnya adalah belenggu dosa yang mengikat manusia karena ketidaktaatannya kepada Allah. Harus diakui bahwa meskipun Adam juga berdosa, namun dosanya ini dilakukan setelah Hawa terlebih dahulu jatuh dalam dosa ketidaktaatan kepada kehendak Allah. Oleh karena itu, pada saat penebusan dosa, “obat penawar”-nya adalah kondisi sebaliknya, yaitu diawali dengan ketaatan Bunda Maria, sang Hawa yang baru, kepada kehendak Allah (lih. Luk 1: 38); sehingga Kristus sebagai Adam yang baru dapat datang ke dunia oleh ketaatan-Nya kepada kehendak Allah Bapa (lih. Ibr 10:5-7). Oleh karena ketaatan Maria inilah, Tuhan Yesus menjelma menjadi manusia di dalam rahim Maria dan kemudian dilahirkan olehnya; sehingga Maria layak disebut Bunda Allah. Dengan melahirkan Kristus, Maria juga dapat disebut sebagai Bunda Gereja, karena Kristus sebagai Kepala selalu berada dalam kesatuan dengan Gereja yang adalah anggota- anggota-Nya yang memperoleh hidup di dalam Dia. Oleh karena itu, para Bapa Gereja tak ragu untuk mengatakan bahwa Maria adalah “bunda mereka yang hidup” dan mengkontraskannya dengan Hawa, dengan menyatakan “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.” Dan inilah yang diajarkan kembali dalam Konsili Vatikan II saat menjabarkan hubungan antara Maria dengan Gereja.[3]
Perlu kita ketahui di sini bahwa para Bapa Gereja tidak mengartikan suatu gambaran dalam Kitab Suci dengan satu arti saja, melainkan dengan banyak arti yang memperkaya makna keseluruhan yang ingin disampaikan. Maka tidaklah menjadi masalah bahwa Maria yang adalah Bunda Kristus, kemudian juga disebut sebagai Hawa Baru, yang dalam konteks Adam yang baru, adalah mempelai-Nya. Semua gambaran ini adalah untuk menjabarkan makna persatuan antara Kristus dan Gereja yang adalah mempelai-Nya, di mana Maria menjadi anggotanya yang istimewa, karena ia telah terlebih dahulu dipilih Allah untuk melahirkan Kristus.
2. Karena Maria adalah ‘Bunda Allah’ dan ‘Hawa yang baru’, ia tidak pernah terpisah dari Kristus dan Gereja
Saat kejatuhan Adam dan Hawa, Allah telah merencanakan akan mengutus Sang Penyelamat yang akan lahir dari keturunan “sang perempuan”/ “the woman” (Kej 3:15). Menurut para Bapa Gereja, kata “perempuan” yang dimaksud di sini bukanlah Hawa, tetapi Hawa yang baru (’the New Eve’). Hal ini sudah menjadi pengajaran Gereja sejak abad ke-2 oleh Santo Yustinus Martir, Santo Irenaeus dan Tertullian, yang lalu dilanjutkan oleh Santo Agustinus.[4]
Sayangnya, memang dalam terjemahan bahasa Indonesia, pada ayat ini dikatakan ‘perempuan ini’, seolah-olah menunjuk kepada Hawa, namun sebenarnya adalah ‘the woman’ (bukan this woman) sehingga artinya adalah sang perempuan, yang tidak merujuk kembali ke lakon yang baru saja dibicarakan. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:15) Ungkapan ‘woman’ ini yang kemudian kerap diulangi pada ayat Perjanjian Baru, misalnya pada mukjizat di Kana (lih. Yoh 2:4),[5] dan di kaki salib Yesus, saat Ia menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid kesayanganNya (Yoh 19:26).[6] dan di wahyu kepada Rasul Yohanes (Why 11:19-12:1-).[7] Pada tiga kesempatan tersebut, Sabda Tuhan mau menunjukkan bahwa Maria adalah ’sang perempuan’ yang telah dinubuatkan Allah pada awal mula dunia, yang akan berada dalam permusuhan dengan setan dan bahwa keturunannya akan mengalahkan setan (lih. Kej 3:15). Perempuan yang dimaksud di sini adalah Maria, berdasarkan kata “permusuhan” itu. Kata tersebut mempunyai pengertian “sesuatu yang berlawanan total“. Ini berarti, tidak tepat jika kita mengartikan bahwa perempuan itu adalah Hawa. Kita tahu bahwa Hawa dan ular (setan) tidaklah berlawanan total, karena Hawa telah berbuat dosa. Maka perlawanan total hanya mungkin terjadi jika perempuan yang dimaksud tidak berdosa. Kalau kita mengatakan bahwa perempuan itu adalah Hawa dan dia harus melawan ular (setan), maka tentu Hawa bukanlah lawan yang seimbang bagi setan, karena setelah berdosa, justru Hawa semakin tidak mempunyai kekuatan untuk melawan setan. “Perempuan itu” hanya menjadi lawan seimbang bagi setan dan berlawanan secara total dengan setan, kalau perempuan itu telah dipersiapkan oleh Allah sedemikian sehingga ia tidak berdosa. Ini sejalan dengan nubuat Kitab Yesaya, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (‘virgin‘= perawan) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes 7:14) Maka menjadi masuk akal dan benar, bahwa anak laki- laki itu adalah Kristus yang disebut Imanuel (lih. Mt 1:23). Dengan demikian, perempuan itu adalah Bunda Maria. Pemahaman di atas dan banyak tulisan Bapa Gereja mengajarkan bahwa “perempuan itu” yang disebut dalam Kej 3:15, memang sesungguhnya mengacu kepada Bunda Maria.
Di sinilah terlihat betapa gambaran yang dinyatakan samar- samar dalam Kitab Perjanjian Lama, kemudian digenapi di dalam Perjanjian Baru. Seperti halnya Kristus dengan ketaatannya sebagai Adam yang baru mematahkan ikatan dosa Adam, Maria dengan ketaatannya mematahkan ikatan dosa Hawa. Oleh ketaatan Maria, Kristus menjelma menjadi manusia di dalam tubuhnya. “Fiat” dari Maria, menjadi awal terbentuknya Tubuh Yesus atas kuasa Roh Kudus di dalam rahimnya; dan Ia mengambil apapun untuk pertumbuhan tubuh jasmaniNya dari tubuh Maria. Selanjutnya, Gereja yang adalah Tubuh Kristus, dibentuk oleh Yesus dari darah dan air yang keluar dari sisi/ lambung-Nya, serupa dengan dibentuknya Hawa dari sisi/ tulang rusuk Adam. Dengan demikian, terlihatlah betapa tak terpisahkannya hubungan antara Yesus, Maria dan Gereja. Walaupun Kristus dilahirkan oleh Maria, namun tidak menjadikan Maria lebih utama dari Kristus; sebab yang menjadi Kepala Tubuh (Kepala jemaat) adalah Kristus (Kol 1:18; Ef 5:23). Dengan demikian, Maria adalah anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. Namun demikian, Maria adalah anggota yang istimewa, justru karena ketaatannya yang ‘mendahului’ anggota Tubuh-Nya yang lain; dan karena dengan ketaatannya ini rencana Allah tergenapi.
Kesatuan antara Kristus, Bunda Maria dan Gereja, menjadikan Bunda Maria tidak terpisahkan dari Kristus dan dari Gereja; sehingga ia bukan saja menjadi Bunda Allah, namun juga adalah Bunda Gereja, yaitu Bunda umat beriman. Setidaknya ada dua alasan mengapa demikian. Yang pertama adalah karena Bunda Maria menempati tempat terdepan dalam perjalanan iman; dan yang kedua adalah karena sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus sendiri memberikan Bunda Maria kepada kita, murid- murid yang dikasihi-Nya.
3. Dengan persatuannya dengan Kristus, Bunda Maria menjadi terdepan dalam perjalanan iman
Sebagai ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus, Bunda Maria hadir secara istimewa dalam kehidupan Yesus di dunia. Di setiap peristiwa hidupnya, ketaatan iman Maria terus diuji dan disempurnakan oleh Tuhan. Sejak terbentuk-Nya Kristus dalam rahimnya, saat kelahiran-Nya di tempat yang termiskin, saat mengungsi ke Mesir, saat hilangnya dan diketemukannya kembali Yesus di bait Allah; saat pertumbuhan-Nya sejak anak-anak sampai dewasa, Maria hidup bersama- sama dengan Tuhan Yesus di bawah satu atap, dalam kesederhanaan keluarga tukang kayu. Saat Yesus pertama kali melakukan mujizat di perkawinan di Kana, Bunda Maria hadir; demikian pula pada saat Yesus mengajar orang banyak. Walaupun Kitab Suci tidak mencatat secara detail tentang Bunda Maria, namun kita mengetahui bahwa Bunda Maria hadir di saat- saat penting dan menentukan dalam hidup Tuhan Yesus di dunia.
Penyertaan Bunda Maria mencapai puncaknya pada saat ia mendampingi Kristus, sampai di bukit Golgota, di saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Maria tegar berdiri di kaki salib Kristus, dan turut mempersembahkan Dia di hadapan Allah Bapa. Maria melihat sendiri kesengsaraan Putera-nya Yesus Kristus yang melampaui segala ungkapan, untuk menebus dosa-dosa manusia. Di kaki salibNya, Maria melihat sendiri apa yang nampaknya seperti pengingkaran total apa yang dikatakan oleh Malaikat Gabriel saat memberikan Kabar Gembira, “Ia akan menjadi besar …. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:22-23). Nyatanya, di hadapan mata Bunda Maria, yang terlihat adalah penderitaan Putera-nya yang tak terlukiskan, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan ….ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia …” (lih. Yes 53:3-5). Betapa besarnya ketaatan iman yang ditunjukkan oleh Bunda Maria di kaki salib itu, di hadapan Allah! “Betapa totalnya ia memasrahkan dirinya kepada Tuhan tanpa syarat, mempersembahkan segala kehendak dan pemahamannya kepada Tuhan yang “tak terselami jalan- jalan-Nya” (Rom 11:33)… Ini mungkin adalah yang disebut sebagai “pengosongan diri yang paling dalam” yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia.” [8]
Para ibu yang pernah menyaksikan anaknya meninggal dunia di depan matanya sendiri akan lebih dapat memahami perasaan Bunda Maria. Apalagi dalam hal ini, Yesus wafat dengan cara yang sangat memilukan hati: Ia disiksa sampai mati, dan kepada-Nya difitnahkan segala yang jahat, walaupun sesungguhnya Ia tidak bersalah. Di kaki salib Yesus tergenapilah nubuat nabi Simeon kepada Bunda Maria, “dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri….”(Luk 2:35) Di kaki salib itu Bunda Maria membuktikan persatuannya dengan Kristus, melalui keteguhan iman yang sama ketika ia menerima Kabar Gembira, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu, ya Tuhan.” (lih. Luk 1: 38).
Mari kita memeriksa ke dalam diri kita masing- masing, seberapa jauh kita mempunyai iman yang sedemikian? Di saat berbagai masalah datang, dan sepertinya ‘gelap’ yang ada di hadapan kita, apakah kita masih dapat teguh beriman kepada Tuhan? Sesungguhnya, kita perlu belajar dari Bunda Maria untuk tetap dapat mengatakan kepada Tuhan, “Terjadilah kehendak-Mu,” dengan kepasrahan yang penuh; sebab kita percaya bahwa rancangan Tuhan jauh lebih tinggi dari rancangan kita (lih. Yes 55:8-9).
Sebab bukankah hal ini yang tergenapi pula di dalam diri Bunda Maria, bahwa karena ketaatan imannya, dan kesetiaannya kepada Tuhan, Maria juga melihat buah karya Allah selanjutnya. Kristus bangkit dari kematian (lih. Mat 28: 1-10; Mrk 16:1-8; Luk 24:1-12, Yoh 20:1-10), menampakkan diri-Nya dan menyatakan bahwa Dia sungguh hidup (Mrk 16:9-18; Luk 24:13-49, Yoh 20:11-29, 21:1-19, Kis 1:3) dan akhirnya, Kristus naik ke surga dengan mulia (lih. Luk 24:50-52; Kis 1:9-11). Selanjutnya, Bunda Maria turut berkumpul bersama- sama dengan para murid untuk bersama- sama sehati sejiwa menantikan Roh Kudus (lih. Kis 1:13-14), dan saat janji itu digenapi (Kis 2:1-4). Bunda Maria hadir pada hari Pentakosta, yaitu saat lahirnya Gereja dinyatakan, yang ditandai dengan datangnya Roh Kudus yang dijanjikan Kristus. Roh Kudus itulah yang secara ajaib mengubah para murid menjadi manusia baru di dalam Kristus. Mereka yang dulunya takut menjadi berani; yang dulunya kurang percaya menjadi teguh beriman.
Di tengah- tengah karya Allah membentuk para murid Kristus untuk menjadi semakin beriman, Maria tetap menjadi teladan iman, karena ia terus setia dan bertumbuh dalam penghayatannya akan rencana Tuhan sampai akhir. Atas jasa Kristus, dan karena persatuannya yang sempurna dengan Kristus untuk melawan setan sampai akhir hidupnya, maka Maria memperoleh hasil akhir dari kemenangan yang total atas dosa dan maut, yang selalu disebutkan dalam surat- surat Rasul Paulus (lih. Rom 5- 6; 1 Kor 15:21-26, 54-57). Karena itu, sebagaimana kebangkitan Kristus yang mulia menjadi bukti kemenangan ini, maka permusuhan Kristus [dalam kesatuan dengan Bunda Maria] dengan setan mencapai akhirnya dengan dimuliakannya juga Maria Bunda-Nya dalam tubuh kebangkitannya, seperti Tubuh kebangkitan Kristus. Maka, tergenapilah ajaran Rasul Paulus, “Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan…” (1 Kor 15:54)….[9] “Dengan demikian, Bunda Maria…. sebagai pendukung Penyelamat yang telah mencapai kemenangan atas dosa dan segala akibatnya, akhirnya memperoleh juga puncak yang tertinggi dari kehormatan yang diterimanya, bahwa ia dibebaskan dari kerusakan tubuh dalam kubur dan sehingga, seperti Puteranya, yang telah mengatasi maut, ia [Maria] dapat diangkat tubuh dan jiwanya kepada kemuliaan surga, di mana sebagai Ratu, ia duduk di dalam kemuliaan di sisi kanan Puteranya, Sang Raja segala zaman (1 Tim 1:17).[10]
Dalam kesatuannya dengan Kristus jugalah, maka Bunda Maria tidak berpangku tangan di surga, tetapi terus mendukung Kristus yang masih terus melaksanakan karya keselamatan-Nya di dunia ini, dengan doa- doa syafaatnya[11]. Pengaruh Bunda Maria dalam karya keselamatan ini tentu terjadi bukan karena kuasa dirinya sendiri, tetapi karena kehendak Allah dan kebaikan-Nya. Peran pengantaraan Bunda Maria ini tidak menyaingi pengantaraan Kristus apalagi meniadakannya, melainkan mendukungnya. Konsili Vatikan II merumuskannya dengan indah, demikian:
“Pengantara kita hanya ada satu, menurut sabda Rasul: “Sebab Allah itu esa, dan esa pula pengantara antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang” (1Tim 2:5-6). Adapun peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh Santa Perawan yang menyelamatkan manusia tidak berasal dari suatu keharusan objektif, melainkan dari kebaikan ilahi. Pengaruh tersebut mengalir dari kelimpahan pahala Kristus, bertumpu pada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung dari padanya, dan menimba segala kekuatannya dari padanya. Pengaruh itu sama sekali tidak merintangi persatuan langsung kaum beriman dengan Kristus, melainkan justru mendukungnya.” (Lumen Gentium 60)
“Sebab tiada makluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh Umat beriman, dan seperti satu kebaikan Allah terpancarkan secara nyata kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya dengan cara yang berbeda-beda, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada mereka aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber. Adapun Gereja tanpa ragu-ragu mengakui, bahwa Maria memainkan peran yang berada di bawah Kristus seperti itu. Gereja tiada hentinya mengalaminya, dan menganjurkan kepada kaum beriman, supaya mereka ditopang oleh perlindungan Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang Pengantara dan Penyelamat.” (Lumen Gentium 62) Jika Tuhan pernah bersabda, “doa orang yang benar sangat besar kuasanya” (Yak 5:16), bukankah akan sangat teramat besar kuasa doa Bunda Maria, yang telah dibenarkan Tuhan Yesus, dan terlebih lagi, karena ia adalah Bunda-Nya sendiri yang telah dikuduskan Allah? Itulah sebabnya Gereja Katolik menganjurkan kita umat beriman untuk memohon dukungan doa Bunda Maria, sebab hal itu baik untuk pertumbuhan iman kita, dan akan lebih erat lagi mempersatukan kita dengan Kristus.
Dengan demikian, nyatalah bahwa Maria telah masuk dalam rencana keselamatan Allah, sejak awal mula. Saat kejatuhan Adam dan Hawa, keberadaan Maria dan Kristus Puteranya telah dinubuatkan Allah; dan ini digenapi saat Maria menerima Kabar Gembira Malaikat. Selanjutnya, Bunda Maria selalu hadir dan bersatu dengan Kristus selama Ia hidup di dunia, saat sengsara, wafat, kebangkitan sampai kenaikan-Nya ke surga. Oleh kesetiaannya beriman sampai akhir, Bunda Maria diangkat ke surga, tubuh dan jiwanya dan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan kepada mereka yang percaya dan mengasihi Dia (lih. Why 2:10; Yak 1:12). Maka ajaran bahwa Bunda Maria diangkat ke surga dan dimahkotai di surga, bukan semata- mata merupakan penghormatan kepada Bunda Maria saja, tetapi merupakan ajaran tentang pengharapan akan penggenapan janji Kristus kepada semua orang yang percaya kepada-Nya, di mana Maria telah mengambil tempat yang terdepan, sebab ia telah terlebih dahulu menunjukkan teladan imannya yang sempurna di hadapan Allah.
St. Ambrosius mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah teladan Gereja dalam hal iman, kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus[12]. Dalam misteri Gereja, Bunda Maria disebut sebagai perawan dan ibu, dan kedua hal ini juga yang harus diteladani oleh Gereja. Keperawanan dan kekudusan Maria mendorong Gereja untuk terus berpegang pada iman yang murni, yang tidak dipengaruh oleh ajaran si ‘ular tua’/ setan yang dapat dinyatakan dalam banyak cara. Selanjutnya, teladan Maria sebagai ibu, juga wajib mendorong Gereja untuk meniru perbuatan kasihnya dalam memberikan dirinya untuk mewujudkan rencana Allah, yaitu untuk melahirkan Kristus di hati umat beriman. Teladan iman Bunda Maria dalam hal iman yang murni, pengharapan yang teguh dan kasih yang tulus inilah yang seharusnya terus terpatri dalam hati kita, agar bersama Bunda Maria, akhirnya kita dapat menerima juga penggenapan janji Tuhan kepada setiap orang yang percaya.
4. Tuhan Yesus memberikan Bunda Maria menjadi ibu bagi murid- murid-Nya
Selanjutnya, alasan yang sangat kuat mengapa kita menghormati dan mengasihi Bunda Maria sebagai ibu, adalah sebab Tuhan Yesus menghendakinya demikian. Sesaat sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus memberikan Bunda Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya disampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu” kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya, “Inilah ibumu!”/ Behold, your mother! Dan sejak itu murid itu [Yohanes] menerima dia [Bunda Maria] di dalam rumahnya.” (Yoh 19: 26-27) Kita ketahui bahwa pesan ini adalah salah satu dari ketujuh perkataan Yesus sebelum wafatNya dan pastilah ini merupakan pengajaran yang penting. Gereja Katolik selalu memahami ucapan tersebut, sebagai kehendak Yesus yang mempercayakan Ibu-Nya kepada kita semua para murid-Nya, yang diwakili oleh Rasul Yohanes. Sama seperti Yohanes Pembaptis menyebutkan sesuatu yang penting tentang Yesus dengan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah”/ Behold, the Lamb of God (Yoh 1:29) untuk diterima sebagai kebenaran bagi semua umat beriman; maka Tuhan Yesus juga menyebutkan hal yang penting tentang Bunda Maria, dengan berkata kepada para murid-Nya,” Inilah ibumu!”/ Behold, your mother!, agar kita umat beriman juga dapat menerimanya sebagai kebenaran. Ya, Bunda Maria adalah ibu kita, sebab Tuhan Yesus memberikannya kepada kita umat beriman, untuk kita kasihi, kita hormati dan kita teladani. Sebab dengan menerimanya sebagai ibu, kita dapat belajar untuk mengikuti teladan imannya sampai akhir; agar kitapun dapat masuk dalam Kerajaan-Nya dan beroleh mahkota kehidupan.
5. Ajaran Bapa Gereja tentang Bunda Maria sebagai Bunda Gereja
a. Origen (244) Putera Maria hanya Yesus sendiri; dan ketika Yesus berkata kepada Ibu-Nya, “Lihatlah, anakmu,” seolah Ia berkata, “Lihatlah orang ini adalah Yesus sendiri, yang engkau lahirkan.” Sebab setiap orang yang dibaptis, hidup tidak lagi dirinya sendiri, tetapi Kristus hidup di dalamnya. Dan karena Kristus hidup di dalamnya, perkataan kepada Maria ini berlaku baginya, “Lihatlah anakmu- Kristus yang diurapi.”[13]
b. St. Ephrem dari Syria (306- 373) “Kelahiran-Mu yang ilahi, O Tuhan, melahirkan semua ciptaan; Umat manusia dilahirkan kembali darinya [Maria], yang melahirkan Engkau. Manusia melahirkan Engkau di dalam tubuh; Engkau melahirkan manusia di dalam roh…” [14]
c. St. Agustinus (416) “Maria adalah sungguh ibu dari anggota- anggota Kristus, yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya, umat manusia telah dilahirkan di Gereja, [yaitu] para umat beriman yang adalah Tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkannya ketika Ia menjelma menjadi manusia.”[15]
d. Paus Pius X (1903- 1914) “Bukankah Maria adalah Bunda Yesus? Oleh karena itu ia adalah bunda kita juga…. Maria yang mengandung Sang Juruselamat dalam rahimnya, dapat dikatakan juga mengandung mereka yang hidupnya terkandung di dalam hidup Sang Juruselamat. Karenanya, kita semua … telah dilahirkan dari rahim Maria sebagai tubuh yang bersatu dengan kepalanya. Oleh karena itu, dalam pengertian rohani dan mistik, kita disebut sebagai anak- anak Maria, dan ia adalah Bunda kita semua.[16]
CATATAN KAKI:
lih.Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 53 [↩] St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24 [↩] Lihat Lumen Gentium 56, S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” Maka … para Bapa zaman kuno, … menyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup”. Sering pula mereka (St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.” [↩] John R Willis, S.J. ed., The Teachings of the Church Fathers, Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, edisi asli Herder and Herder, New York, 1966 h. 356 [↩] John 2:4, RSV Bible, “O Woman, what have you to do with me? My hour has not yet come.” Diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saatku belum tiba.” [↩] John 19:26-27, RSV Bible, “When Jesus saw his mother, and the disciple whom he loved standing near, he said to his mother,”Woman, behold, your son!” Then he said to the disciple, “Behold, your mother!” diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-muridNya: “Inilah ibumu!” [↩] Rev 12:1-2 RSV Bible, “Then God’s temple in heaven was opened, and the ark of his covenant was seen within his temple…. And a great portent appeared in heaven, a woman clothed with the sun, with the moon under her feet, and on her head a crown of twelve stars…. Terjemahannya: Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu …. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. [↩] Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 18 [↩] lih. Paus Pius XII, Konstitusi Apostolik, Munificentissimus Deus, 39 [↩] Paus Pius XII, Munificentissimus Deus, 40, lihat juga definisi dari dogma Maria diangkat ke surga yang disebutkan oleh dokumen yang sama, alinea 44: “…. dengan kuasa dari Tuhan kita Yesus Kristus, dan dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan oleh kuasa kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan menentukan hal ini sebagai dogma yang diwahyukan Tuhan: bahwa Bunda Tuhan yang tidak bernoda, Maria yang tetap Perawan, setelah menyelesaikan tugas nya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” [↩] lih. Lumen Gentium 62 [↩] lih. Lumen Gentium, 63 [↩] Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32 [↩] St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f [↩] St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399) [↩] | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 11:57 | |
| - Quote :
- Sering pula mereka (St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.
mirip sama Korintus 15:21 cuma kalau yang dimaksud Rasul Paulus Adam dan Yesus, tapi menurut St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus dikembangkan (?) menjadi Hawa dan Maria. pertanyaan saya yang ini belum terjawab : mana yang lebih manjur doanya, doa yang dinaikan dalam nama Tuhan Yesus atw doa melalui Maria ?(yah, setidaknya menurut iman Katolik). |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 12:43 | |
| - Quote :
- pertanyaan saya yang ini belum terjawab :
mana yang lebih manjur doanya, doa yang dinaikan dalam nama Tuhan Yesus atw doa melalui Maria ? Doa kok cari manjur sih bro, kalau makan cari obat yang manjur, he he he. Kalau saya sih berdoa kepada Tuhan, dan kepada Tuhan dengan bantuan doa Maria (mohon didoakan kepada Putera nya). Saya tidak mencari cari mana yang lebih manjur dan tokcer. Tapi untuk menggambarkan secara mudah, tentu anda ingat kepada mujijat pertama yang dilakukan Jesus di Kana, merubah air menjadi anggur? Saat itu Jesus 'belum' mulai masa penyelamatanNya, tetapi Jesus melaksanakan permintaan Maria. Kira kira seperti itulah yang dilakukan umat Katolik saat ini. Menganggap Maria sebagai Ibu yang dengan mudah kita dapat bicara dari hati ke hati dan mohon didoakan kepada Tuhan. Mudah mudahan mengerti maksudnya. | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 12:55 | |
| - bruce wrote:
-
- Quote :
- pertanyaan saya yang ini belum terjawab :
mana yang lebih manjur doanya, doa yang dinaikan dalam nama Tuhan Yesus atw doa melalui Maria ? Doa kok cari manjur sih bro, kalau makan cari obat yang manjur, he he he.
Kalau saya sih berdoa kepada Tuhan, dan kepada Tuhan dengan bantuan doa Maria (mohon didoakan kepada Putera nya). Saya tidak mencari cari mana yang lebih manjur dan tokcer. saya hanya mencoba mencerna apa yang dikatakan St. Thomas Aquninas : - Quote :
- Doa kepada Maria lebih berarti DENGAN ALLAH. Tentang ini St. Thomas Aquninas menjelaskan, doa dalam artinya sebenarnya memang hanya ditujukan kepada Allah karena hanya Allah yang patut disembah. Selain itu doa kita dimaksudkan untuk memperoleh rahmat yang hanya bisa diberikan oleh Allah seorang diri. Tapi kalau doa-doa kita ditujukan kepada para malaikat dan orang kudus, maka hal itu terjadi karena mereka sudah dipersatukan secara erat dengan Allah dan doa-doa kita akan menjadi lebih efektif melalui doa-doa dan jasa kepengantaraan mereka. Jadi para kudus sendiri tidak mengabulkan doa kita, tapi mereka dapat mendoakan kita pada Allah, atau menyampaikan doa-doa kita kepada Allah.
nah, lohhh... - Quote :
Tapi untuk menggambarkan secara mudah, tentu anda ingat kepada mujijat pertama yang dilakukan Jesus di Kana, merubah air menjadi anggur? Saat itu Jesus 'belum' mulai masa penyelamatanNya, tetapi Jesus melaksanakan permintaan Maria. Kira kira seperti itulah yang dilakukan umat Katolik saat ini. Menganggap Maria sebagai Ibu yang dengan mudah kita dapat bicara dari hati ke hati dan mohon didoakan kepada Tuhan.
Mudah mudahan mengerti maksudnya.
maksudnya kita memanfaatkan status Maria sebagai bunda Tuhan yang perkataannya lebih cenderung didengar dikabulkan ? kayak nepotisme gitu yah, Om ? |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 13:25 | |
| - Quote :
- maksudnya kita memanfaatkan status Maria sebagai bunda Tuhan yang perkataannya lebih cenderung didengar dikabulkan ?
kayak nepotisme gitu yah, Om ? Ehhhm mungkin seperti itu, dan dalam hal ini (menurut saya) lebih elegan daripada kita memaksa Tuhan kan, tentu anda pernah mendengar doa yang mem vait a compli kan Tuhan, dengan mengatakan PASTI. Jadi mirip seperti kalau anda dulu saat kecil, minta mainan ke ayah dipelototin, anda mendekati ibu anda dan minta ibu untuk menyampaikan keinginan anda ke ayah. Jadi, nepotisme sedikit untuk kebaikan bersama, begitu lah, ha ha ha. | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 13:31 | |
| - bruce wrote:
-
- Quote :
- maksudnya kita memanfaatkan status Maria sebagai bunda Tuhan yang perkataannya lebih cenderung didengar dikabulkan ?
kayak nepotisme gitu yah, Om ? Ehhhm mungkin seperti itu, dan dalam hal ini (menurut saya) lebih elegan daripada kita memaksa Tuhan kan, tentu anda pernah mendengar doa yang mem vait a compli kan Tuhan, dengan mengatakan PASTI.
Jadi mirip seperti kalau anda dulu saat kecil, minta mainan ke ayah dipelototin, anda mendekati ibu anda dan minta ibu untuk menyampaikan keinginan anda ke ayah.
Jadi, nepotisme sedikit untuk kebaikan bersama, begitu lah, ha ha ha.
wah, berabe dong kalau gitu... ntar gereja dibilang mendukung nepotisme... |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 13:35 | |
| - Quote :
- wah, berabe dong kalau gitu...
ntar gereja dibilang mendukung nepotisme... Jangankan nepotisme, perbudakan saja 'didukaung' (menurut T2Y ?) kan? Misalkan kita menyapa diri kita sebagai hamba (budak?) Btw, kalau kepada Tuhan, kita sih sah sah saja minta dukungan doa siapapun bro, asalkan jangan maksa aja, kesannya seperti anak manja yang merengek rengek lho, ha ha ha. | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 14th July 2011, 13:43 | |
| - bruce wrote:
-
- Quote :
- wah, berabe dong kalau gitu...
ntar gereja dibilang mendukung nepotisme... Jangankan nepotisme, perbudakan saja 'didukaung' (menurut T2Y ?) kan? Misalkan kita menyapa diri kita sebagai hamba (budak?) memang kita semua manusia adalah budak dosa, kan ? setelah dimerdekakan oleh Kristus kita jadi anak adopsi Tuhan, tapi tetap harus punya hati sebagai hamba yang mau dengar dan taat pada perintah Bapanya. :) - Quote :
Btw, kalau kepada Tuhan, kita sih sah sah saja minta dukungan doa siapapun bro, asalkan jangan maksa aja, kesannya seperti anak manja yang merengek rengek lho, ha ha ha.
iya, deh... :) berarti udah kejawab pertanyaan saya. |
| | | leonardo Calon Perwira
Jumlah posting : 301 Join date : 07.03.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 15th July 2011, 23:03 | |
| - T2Y wrote:
- bruce wrote:
-
- Quote :
- pertanyaan saya yang ini belum terjawab :
mana yang lebih manjur doanya, doa yang dinaikan dalam nama Tuhan Yesus atw doa melalui Maria ? Doa kok cari manjur sih bro, kalau makan cari obat yang manjur, he he he.
Kalau saya sih berdoa kepada Tuhan, dan kepada Tuhan dengan bantuan doa Maria (mohon didoakan kepada Putera nya). Saya tidak mencari cari mana yang lebih manjur dan tokcer. saya hanya mencoba mencerna apa yang dikatakan St. Thomas Aquninas :
- Quote :
- Doa kepada Maria lebih berarti DENGAN ALLAH. Tentang ini St. Thomas Aquninas menjelaskan, doa dalam artinya sebenarnya memang hanya ditujukan kepada Allah karena hanya Allah yang patut disembah. Selain itu doa kita dimaksudkan untuk memperoleh rahmat yang hanya bisa diberikan oleh Allah seorang diri. Tapi kalau doa-doa kita ditujukan kepada para malaikat dan orang kudus, maka hal itu terjadi karena mereka sudah dipersatukan secara erat dengan Allah dan doa-doa kita akan menjadi lebih efektif melalui doa-doa dan jasa kepengantaraan mereka. Jadi para kudus sendiri tidak mengabulkan doa kita, tapi mereka dapat mendoakan kita pada Allah, atau menyampaikan doa-doa kita kepada Allah.
nah, lohhh... Apanya yang nah loh bro... bro T2Y bilang mana lebih manjur dalam nama Yesus atau melalui Maria padahal penjelasan Thomas Aquinas jelas banget bahwa bukan para kudus termasuk bunda Maria yang mengabulkan doa tetapi TUhan sendiri . Jadi para kudus hanya sebagai perantara saja. Loh kok sekarang dibandingkan antara perantara dan Tuhan sendiri kalau memang mau dibanding2 kan yah mungkin antara sesama pengantara bro... misalnya...dibandingkan antara bunda Maria sama si poltak raja minyak dari medan .... - T2Y wrote:
- Quote :
Tapi untuk menggambarkan secara mudah, tentu anda ingat kepada mujijat pertama yang dilakukan Jesus di Kana, merubah air menjadi anggur? Saat itu Jesus 'belum' mulai masa penyelamatanNya, tetapi Jesus melaksanakan permintaan Maria. Kira kira seperti itulah yang dilakukan umat Katolik saat ini. Menganggap Maria sebagai Ibu yang dengan mudah kita dapat bicara dari hati ke hati dan mohon didoakan kepada Tuhan.
Mudah mudahan mengerti maksudnya.
maksudnya kita memanfaatkan status Maria sebagai bunda Tuhan yang perkataannya lebih cenderung didengar dikabulkan ? kayak nepotisme gitu yah, Om ? nepotisme yang seperti apa bro hehe... nepotisme sebagai sesama saudara untuk saling mendoakan jelas iya diajarkan kok di alkitab. Tetapi bukan sebagai pengabul doa karena yang mengabulkan doa hanya Tuhan . seperti teladan bunda Maria : Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanmu. Jadi pada dasarnya setelah kita berdoa hendaknya di balik segala permohonan muncul juga kerendahan hati untuk menerima apapun rancangan Tuhan karena kita yakin rancangan Tuhan tentu lebih baik dari rancangan manusia. salam | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 09:38 | |
| - leonardo wrote:
- T2Y wrote:
- bruce wrote:
-
- Quote :
- pertanyaan saya yang ini belum terjawab :
mana yang lebih manjur doanya, doa yang dinaikan dalam nama Tuhan Yesus atw doa melalui Maria ? Doa kok cari manjur sih bro, kalau makan cari obat yang manjur, he he he.
Kalau saya sih berdoa kepada Tuhan, dan kepada Tuhan dengan bantuan doa Maria (mohon didoakan kepada Putera nya). Saya tidak mencari cari mana yang lebih manjur dan tokcer. saya hanya mencoba mencerna apa yang dikatakan St. Thomas Aquninas :
- Quote :
- Doa kepada Maria lebih berarti DENGAN ALLAH. Tentang ini St. Thomas Aquninas menjelaskan, doa dalam artinya sebenarnya memang hanya ditujukan kepada Allah karena hanya Allah yang patut disembah. Selain itu doa kita dimaksudkan untuk memperoleh rahmat yang hanya bisa diberikan oleh Allah seorang diri. Tapi kalau doa-doa kita ditujukan kepada para malaikat dan orang kudus, maka hal itu terjadi karena mereka sudah dipersatukan secara erat dengan Allah dan doa-doa kita akan menjadi lebih efektif melalui doa-doa dan jasa kepengantaraan mereka. Jadi para kudus sendiri tidak mengabulkan doa kita, tapi mereka dapat mendoakan kita pada Allah, atau menyampaikan doa-doa kita kepada Allah.
nah, lohhh... Apanya yang nah loh bro... bro T2Y bilang mana lebih manjur dalam nama Yesus atau melalui Maria padahal penjelasan Thomas Aquinas jelas banget bahwa bukan para kudus termasuk bunda Maria yang mengabulkan doa tetapi TUhan sendiri .
Jadi para kudus hanya sebagai perantara saja.
Loh kok sekarang dibandingkan antara perantara dan Tuhan sendiri
kalau memang mau dibanding2 kan yah mungkin antara sesama pengantara bro...
misalnya...dibandingkan antara bunda Maria sama si poltak raja minyak dari medan .... bukan pengabul doa itu benar, bro... :) cuma Thomas Aquinas mengatakan doa kita menjadi lebih efektif. - T2Y wrote:
- Quote :
Tapi untuk menggambarkan secara mudah, tentu anda ingat kepada mujijat pertama yang dilakukan Jesus di Kana, merubah air menjadi anggur? Saat itu Jesus 'belum' mulai masa penyelamatanNya, tetapi Jesus melaksanakan permintaan Maria. Kira kira seperti itulah yang dilakukan umat Katolik saat ini. Menganggap Maria sebagai Ibu yang dengan mudah kita dapat bicara dari hati ke hati dan mohon didoakan kepada Tuhan.
Mudah mudahan mengerti maksudnya.
maksudnya kita memanfaatkan status Maria sebagai bunda Tuhan yang perkataannya lebih cenderung didengar dikabulkan ? kayak nepotisme gitu yah, Om ? - Quote :
- nepotisme yang seperti apa bro hehe...
nepotisme sebagai sesama saudara untuk saling mendoakan jelas iya diajarkan kok di alkitab. Tetapi bukan sebagai pengabul doa karena yang mengabulkan doa hanya Tuhan .
seperti teladan bunda Maria : Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanmu. maksudnya "nepotisme" memanfaatkan status Maria sebagai bunda Allah untuk l ebih memperlancar dikabulkannya doa kita. apalagi dengan mengajukan dasar kisah perkawinan di Kana. :) - Quote :
Jadi pada dasarnya setelah kita berdoa hendaknya di balik segala permohonan muncul juga kerendahan hati untuk menerima apapun rancangan Tuhan karena kita yakin rancangan Tuhan tentu lebih baik dari rancangan manusia.
salam amiiinnn... |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 10:42 | |
| - Quote :
- maksudnya "nepotisme" memanfaatkan status Maria sebagai bunda Allah untuk lebih memperlancar dikabulkannya doa kita.
apalagi dengan mengajukan dasar kisah perkawinan di Kana.
Dalam sebuah keluarga, dimana seorang ayah sangat mengasihi seluruh putra putrinya, dan seorang ibu yang begitu penuh kasih sayang pada anak anaknya. Jika ada seorang anak yang membutuhkan sesuatu (misalkan motor) dari sang ayah, mana yang terbaik : 1. Minta langsung kepada sang ayah. 2. Minta langsung kepada sang ayah dan minta ibu menyampaikan kebutuhan kendaraan anaknya kepada ayah. 3. Langsung beli dari showroom, toh nanti ayah terpaksa bayar. 4. Minta kepada ayah berulang ulang, hingga akhirnya ayah terpaksa membelikan. 5. Minta kepada ayah, sambil berkata, sebagai bukti cinta ayah, ayah pasti akan membelikan motor, kalau tidak diberi motor berarti ayah tidak cinta. 6. Minta maksa kepada ayah, motor atau si anak minggat. Nah, he he he | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:00 | |
| Damai bagi pengikut Kristus.
Ini renungan ringkas saya atas trit ini.
Devosi kepada Bunda Maria, sudah dikerjakan sepanjang masa, mungkin sejak menyadari terjadinya tanda heran pertama oleh Yesus Kristus yaitu berubahnya air menjadi anggur pada pesta perkawinan di Kana. Banyak orang Katolik telah merasakan efektivitas berdevosi kepada Bunda Maria.
Kemudian, beberapa dari luar Katolik yang boleh dibilang belum pernah merasakan efektivitas berdevosi kepada Bunda Maria mempertanyakan kenapa harus berdevosi? Para pelaku devosi sudah mencoba menjawab dengan memaparkan latar pikir dan latar percaya mengapa mereka melakukan devosi kepada Bunda Maria.
Meski tidak dinyatakan secara verbal, ada 'tuduhan mempersalahkan' dari pihak Non Katolik kepada pihak Katolik yang melakukan devosi kepada Bunda Maria. Non Katolik 'merasa', kalau boleh langsung berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus, mengapa harus melalui Maria? Ini kan menambah panjang jalur yang harus dilalui doa itu?
Meski tidak dapat menunjukkan kesalahan yang sejati, dalam arti kesalahan tak terbantahkan, para Non Katolik selalu saja menuding bahwa devosi kepada Bunda Maria itu adalah kesalahan. Dari pihak pelaku devosi kepada Bunda Maria, yang telah merasakan efektivitas berdevosi kepada Bunda Maria, dan tidak menilai adanya kesalahan dalam berdevosi kepada Bunda Maria, akhirnya menjawab apa adanya.
Sekarang, hal tersebut menjadi begini.
Non Katolik menyatakan bahwa berdevosi kepada Maria tidak alkitabiah.
Katolik menyatakan bahwa berdevosi kepada Maria adalah bagian dari Tradisi Suci Gereja.
Non Katolik menyimpulkan bahwa berdevosi kepada Bunda Maria tidak berguna.
Katolik pelaku devosi kepada Bunda Maria telah merasakan efektivitas berdevosi kepada Bunda Maria, maka meski Non Katolik menilai berdevosi kepada Bunda Maria adalah 'keanehan', para pelaku devosi kepada Bunda Maria tetap melakukannya. Katolik beranggapan, apapun yang dituduhkan, yang merasakan efek berdevosi kepada Bunda Maria itu adalah yang melakukan. Walau dituduh tidak Alkitabiah, tetapi sesuai Tradisi Suci Gereja dan efeknya nyata dirasakan, lakukan saja.
Nah, itu renungan singkatku. Kalau mau coba ikut berdevosi kepada Bunda Maria, pintu masih terbuka lebar kok. Tapi jangan paksakan bahwa apa yang diinginkan dalam berdevosi kepada Bunda Maria segera terkabul ya? Urusan pengabulan doa tetap menjadi otoritas Tuhan.
Damai, damai, damai. | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:03 | |
| - bruce wrote:
-
- Quote :
- maksudnya "nepotisme" memanfaatkan status Maria sebagai bunda Allah untuk lebih memperlancar dikabulkannya doa kita.
apalagi dengan mengajukan dasar kisah perkawinan di Kana.
Dalam sebuah keluarga, dimana seorang ayah sangat mengasihi seluruh putra putrinya, dan seorang ibu yang begitu penuh kasih sayang pada anak anaknya.
Jika ada seorang anak yang membutuhkan sesuatu (misalkan motor) dari sang ayah, mana yang terbaik :
1. Minta langsung kepada sang ayah.
2. Minta langsung kepada sang ayah dan minta ibu menyampaikan kebutuhan kendaraan anaknya kepada ayah.
kalau dari contoh diatas maka Yesus adalah Ayah dan Maria adalah ??? tambah ancur dehhhhh... kan Yesus sendiri bilang, mintalah kepada BAPA dalam NAMA-KU. jadi status Yesus sebagai Imam Besar dialihkan pada Maria ? disini juga terjadi sesuatu pengaburan makna (?) : - Quote :
Sering pula mereka (St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.
mirip sama Korintus 15:21 cuma kalau yang dimaksud Rasul Paulus Adam dan Yesus, tapi menurut St. Jerome, St. Agustinus, St. Cyril, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus dikembangkan (?) menjadi Hawa dan Maria. |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:05 | |
| @Husada - Quote :
- Katolik menyatakan bahwa berdevosi kepada Maria adalah bagian dari Tradisi Suci Gereja.
ini tradisi sejak kapan dimulainya kalau boleh tahu ? :) |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:12 | |
| - Quote :
- kalau dari contoh diatas maka Yesus adalah Ayah dan Maria adalah ???
tambah ancur dehhhhh...
kan Yesus sendiri bilang, mintalah kepada BAPA dalam NAMA-KU.
jadi status Yesus sebagai Imam Besar dialihkan pada Maria ?
disini juga terjadi sesuatu pengaburan makna (?) : Nah disini pengertian anda yang kacau deh bro. Apakah Jesus itu bukan Allah? Apakah kalau anda berdoa kepada Jesus berarti bukan berdoa kepada Bapa. Apakah Maria bukan Ibu Jesus? Apakah anda lupa saat Jesus di salib, memberikan Maria kepada Yohanes (kita semua) sebagai Ibu (kita semua pengikut Jesus)? Bedakan dong antara Ayah - Ibu dalam urusan duniawi dan Bapa serta bunda dalam urusan rohani, pendektan Ayah-Ibu yang saya berikan itu kan agar kita lebih mudah dalam memahami. Atau anda terpikir seperti tetangga sebelah yang mengatakan (Kristen) Katolik menyembah 3 Tuhan, Bapa, Ibu dan Anak ? He he he he. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:16 | |
| - Quote :
- ini tradisi sejak kapan dimulainya kalau boleh tahu ?
Berikut ini adalah pengajaran para Bapa Gereja yang menyebutkan bahwa Maria adalah sungguh Bunda Allah: 1. St. Irenaeus (180): “Perawan Maria, yang taat kepada Sabda-Nya menerima dari kabar gembira malaikat bahwa ia akan melahirkan Tuhan.”[2]. 2. St. Petrus dari Alexandria (260-311): “Kami mengakui kebangkitan orang mati, di mana Yesus kristus Tuhan kita menjadi yang pertama; Ia mempunyai tubuh yang sungguh, bukan hanya kelihatan sebagai tubuh, tetapi tubuh yang diperoleh dari Maria Bunda Allah.[3] 3. St. Cyril dari Jerusalem (350): “Banyaklah saksi sejati tentang Kristus. Allah Bapa memberi kesaksian tentang Putera-Nya dari Surga, Roh Kudus turun dengan mengambil rupa seperti burung merpati: Penghulu malaikat memberikan kabar gembira kepada Maria: Perawan Bunda Allah memberikan kesaksian …..”[4] 4. St. Athanasius (365): “Sabda Allah Bapa di tempat yang Maha tinggi, …. adalah Ia yang dilahirkan di bawah ini, oleh Perawan Maria, Bunda Allah.[5] 5. St. Epifanus (374): Ia [Kristus] membentuk manusia menjadi sempurna di dalam Diri-Nya sendiri, dari Maria Bunda Allah, melalui Roh Kudus.”[6] 6. St. Ambrosius (378): “Biarkan hidup Maria …. memancar seperti penampakan kemurnian dan cermin bentuk kebajikan…. Hal utama yang mendorong semangat dalam proses belajar adalah kebesaran sang guru. Apakah yang lebih besar daripada Bunda Tuhan?[7] 7. St. Jeromus/ Jerome (384): “Jadikan teladanmu, Maria yang terberkati, yang karena kemurniannya yang tak tertandingi menjadikannya Bunda Allah.”[8] 8. St. Gregorius Naziansa (382) menyatakan, barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga secara manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia).[9] 9. St. Yohanes Cassian (430): “….Kami akan membuktikan oleh kesaksian Ilahi bahwa Kristus adalah Allah dan bahwa Maria adalah Bunda Allah.”[10]. 10. St. Cyril dari Alexandria (444): “Bunda Maria, Bunda Allah…, bait Allah yang kudus yang di dalamnya Tuhan sendiri dikandung… Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, bagaimanakah mungkin Bunda Maria yang mengandung-Nya tidak disebut sebagai Bunda Allah?”[11]. 11. St. Vincent dari Lerins (450): “Semoga Tuhan melarang siapapun yang berusaha merampas dari Maria yang kudus, hak- hak istimewanya yaitu rahmat ilahi dan kemuliaannya. Sebab dengan keistimewaannya yang unik dari Tuhan, ia disebut sebagai Bunda Allah [Theotokos] yang sungguh dan yang sangat terberkati. Santa Maria adalah Bunda Allah, sebab di dalam rahimnya yang kudus digenapilah misteri yang karena kesatuan Pribadi yang unik dan satu- satunya, Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, sehingga manusia itu adalah Tuhan dan di dalam Tuhan.[12] 12. St. Yohanes Damaskinus (749): “Biarkanlah Nestorius menjadi malu dan menutup mulutnya. Anak ini adalah Allah. Bagaimana mungkin ia yang melahirkan-Nya bukan Bunda Allah?”[13]. | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:31 | |
| - bruce wrote:
-
- Quote :
- kalau dari contoh diatas maka Yesus adalah Ayah dan Maria adalah ???
tambah ancur dehhhhh...
kan Yesus sendiri bilang, mintalah kepada BAPA dalam NAMA-KU.
jadi status Yesus sebagai Imam Besar dialihkan pada Maria ?
disini juga terjadi sesuatu pengaburan makna (?) :
Nah disini pengertian anda yang kacau deh bro. Apakah Jesus itu bukan Allah? Apakah kalau anda berdoa kepada Jesus berarti bukan berdoa kepada Bapa. Apakah Maria bukan Ibu Jesus? Apakah anda lupa saat Jesus di salib, memberikan Maria kepada Yohanes (kita semua) sebagai Ibu (kita semua pengikut Jesus)? Maria ibu jasmani Yesus saya percaya. tapi apakah Maria bisa membuat doa lebih efektif daripada doa yang dinaikan dalam nama Yesus ini yang saya tanyakan. :) - Quote :
Bedakan dong antara Ayah - Ibu dalam urusan duniawi dan Bapa serta bunda dalam urusan rohani, pendektan Ayah-Ibu yang saya berikan itu kan agar kita lebih mudah dalam memahami. Atau anda terpikir seperti tetangga sebelah yang mengatakan (Kristen) Katolik menyembah 3 Tuhan, Bapa, Ibu dan Anak ? He he he he.
lah, kan anda yang kasih contoh ibu dan ayah ? sorry nih sebelumnya, tapi kayak ada pengkultusan disini, yah ? ntar sepupu jauh bilang : "tuh kan, bener kata kitab saya... " |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:37 | |
| - Quote :
- Maria ibu jasmani Yesus saya percaya.
tapi apakah Maria bisa membuat doa lebih efektif daripada doa yang dinaikan dalam nama Yesus ini yang saya tanyakan.
Memang tidak perlu anda percayai bro, karena anda memang bukan Katolik, dan anda bahkan juga tidak perlu mempercayai dasar Alkitab yang menjadi dasar penyebutan Maria Bunda Allah. Sepenuhnya tentu terserah kepada tiap pribadi. - Quote :
- ah, kan anda yang kasih contoh ibu dan ayah ?
sorry nih sebelumnya, tapi kayak ada pengkultusan disini, yah ? Diberi contoh agar menjadi lebih mudah dimengerti bagi orang yang tidak paham bro. Pengkultusan seperti apa yang dimaksud? Jika penghormatan kepada MAria karena beliau adalah Bunda yang melahirkan Tuhan, sudah tentu wajib saya lakukan. Jangankan kepada bunda yang melahirkan Tuhan, kepada bunda yang melahirkan manusia berdosa seperti sayapun saya hormati kok. :) | |
| | | Tamu Tamu
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:46 | |
| - Quote :
- engkultusan seperti apa yang dimaksud?
“maut melalui Hawa, hidup melalui Maria."yang saya tahu, maut melalui Adam, hidup melalui Kristus Yesus. posisi Maria ? hanya sebagai alat Tuhan untuk penggenapan rencana-Nya. |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 11:50 | |
| - Quote :
- posisi Maria ?
hanya sebagai alat Tuhan untuk penggenapan rencana-Nya. Masih banyak artikel yang dapat saya sampaikan bro, tetapi pada dasarnya karena anda sudah dikondisikan untuk menolak Maria sebagai sosok yang layak dihormati, maka anda memang harus menolaknya. Itu sudah seperti itu sejak dahulu. Jadi, apakah perlu saya sampaikan artikel lainnya lagi? | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. 16th July 2011, 12:14 | |
| - T2Y wrote:
-
- Quote :
- pengkultusan seperti apa yang dimaksud?
“maut melalui Hawa, hidup melalui Maria."
Menarik nih. Terus terang, bagi saya, kalimat yang T2Y ketengahkan itu sangat asing. Kalau berkenan, tunjukkan dong siapa yang menyatakan seperti itu. Kalau boleh dengan dasar argumennya untuk kita pelajari bersama. Karena menurut pengalaman dan pemahaman saya, sampai sejauh ini, belum pernah saya temui simpulan seperti itu. Terima kasih. Damai bagimu T2Y. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. | |
| |
| | | | (ask) Devosi kepada Bunda Maria dalam tradisi Iman Gereja Katolik. | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |