Inilah yang terjadi kalau ajaran agama dinomorduakan...

T2Y wrote:

kalo yang nutup gereja dengan berbagai macam dalih atw alasan dosa, gak ?

disisi lain mereka kan sedang menjaga supaya jangan ada orang yang dikrestenkan.

Lho bukahkah selama ini yg saya tahu, yg bertugas menutup gereja itu penjaga gereja sendiri, mungkin alasannya karena semua jemaat sdh pulang, atau mungkin takut kalau2 patung yesus dicuri orang, jadi gereja ya ditutup..

striker wrote:

T2Y wrote:

kalo yang nutup gereja dengan berbagai macam dalih atw alasan dosa, gak ?

disisi lain mereka kan sedang menjaga supaya jangan ada orang yang dikrestenkan.

Lho bukahkah selama ini yg saya tahu, yg bertugas menutup gereja itu penjaga gereja sendiri, mungkin alasannya karena semua jemaat sdh pulang, atau mungkin takut kalau2 patung yesus dicuri orang, jadi gereja ya ditutup..

apa sih yang kamu tahu, nak ?
belajar berpikir saja dulu biar ntar jadi lebih tahu.

T2Y wrote:

striker wrote:

T2Y wrote:

kalo yang nutup gereja dengan berbagai macam dalih atw alasan dosa, gak ?

disisi lain mereka kan sedang menjaga supaya jangan ada orang yang dikrestenkan.

Lho bukahkah selama ini yg saya tahu, yg bertugas menutup gereja itu penjaga gereja sendiri, mungkin alasannya karena semua jemaat sdh pulang, atau mungkin takut kalau2 patung yesus dicuri orang, jadi gereja ya ditutup..

apa sih yang kamu tahu, nak ?
belajar berpikir saja dulu biar ntar jadi lebih tahu.

ya pak, atu tak belpikil dulu ya....

bruce wrote:

Menembak penjajah dalam rangka bela diri agar tidak dijajah, bukan suatu dosa.
Jika, akibat tindakan membela diri agar tidak terjajah, berakibat si penjajah meninggal, itu bukanlah tujuan dari tindakan kita.

Sehingga dalam hal ini, seluruh akibat dari terbunuhnya si penjajah, adalah sepenuhnya resiko yang dipilih oleh si penjajah, bukan lagi tanggung jawab kita.

Begitu, bro.

Syalom

Kasihan dong om, gak ada kesempatan bagi si penjajah utk bertobat dulu... ?

Djo wrote:

bruce wrote:

Menembak penjajah dalam rangka bela diri agar tidak dijajah, bukan suatu dosa.
Jika, akibat tindakan membela diri agar tidak terjajah, berakibat si penjajah meninggal, itu bukanlah tujuan dari tindakan kita.

Sehingga dalam hal ini, seluruh akibat dari terbunuhnya si penjajah, adalah sepenuhnya resiko yang dipilih oleh si penjajah, bukan lagi tanggung jawab kita.

Begitu, bro.

Syalom

Kasihan dong om, gak ada kesempatan bagi si penjajah utk bertobat dulu... ?

Kan sama kalau anda mengambil keputusan masuk kandang singa.
Yang harus dipertimbangkan adalah, apakah masuk kandang singa termasuk tindakan bunuh diri?
Apakah walaupun telah bertobat tetapi tetap masuk kandang singa akan mengakibatkan dosa berat berupa bunuh diri? Nah, kira kira kalau menjadi penjajah kan seperti itu. Kalau sudah sadar, dan masih nekat masuk, yaaaaah, abis deh kesempatannya. Ha ha ha ha

bruce wrote:

Kan sama kalau anda mengambil keputusan masuk kandang singa.
Yang harus dipertimbangkan adalah, apakah masuk kandang singa termasuk tindakan bunuh diri?
Apakah walaupun telah bertobat tetapi tetap masuk kandang singa akan mengakibatkan dosa berat berupa bunuh diri? Nah, kira kira kalau menjadi penjajah kan seperti itu. Kalau sudah sadar, dan masih nekat masuk, yaaaaah, abis deh kesempatannya. Ha ha ha ha

Apakah analoginya sama dengan pemikiran berikut ini atau tidak, bang?

Di suatu negara, ancaman hukuman atas pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi itu adalah hukuman mati.
Eh, sudah sadar ancamannya .. tetap saja seseorang melakukan pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi.
Dia masih nekat melakukan salah satu dari ketiga tindakan itu.

Abis deh kesempatannya .... :face:

Silancah wrote:

bruce wrote:

Kan sama kalau anda mengambil keputusan masuk kandang singa.
Yang harus dipertimbangkan adalah, apakah masuk kandang singa termasuk tindakan bunuh diri?
Apakah walaupun telah bertobat tetapi tetap masuk kandang singa akan mengakibatkan dosa berat berupa bunuh diri? Nah, kira kira kalau menjadi penjajah kan seperti itu. Kalau sudah sadar, dan masih nekat masuk, yaaaaah, abis deh kesempatannya. Ha ha ha ha

Apakah analoginya sama dengan pemikiran berikut ini atau tidak, bang?

Di suatu negara, ancaman hukuman atas pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi itu adalah hukuman mati.
Eh, sudah sadar ancamannya .. tetap saja seseorang melakukan pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi.
Dia masih nekat melakukan salah satu dari ketiga tindakan itu.

Abis deh kesempatannya .... :face:

Lain sedikit kang.
Kalo narkoba, membunuh dan korupsi, bisa bermain dengan hukum, bisa minta grasi, dsb.
Setelah di vonis pun masih punya berbagai kesempatan untuk naik banding, dan masih sempat bertobat.

Kalo dengan sengaja masuk kandang singa, ya habis deh buat sarapan.

bruce wrote:

Silancah wrote:

bruce wrote:

Kan sama kalau anda mengambil keputusan masuk kandang singa.
Yang harus dipertimbangkan adalah, apakah masuk kandang singa termasuk tindakan bunuh diri?
Apakah walaupun telah bertobat tetapi tetap masuk kandang singa akan mengakibatkan dosa berat berupa bunuh diri? Nah, kira kira kalau menjadi penjajah kan seperti itu. Kalau sudah sadar, dan masih nekat masuk, yaaaaah, abis deh kesempatannya. Ha ha ha ha

Apakah analoginya sama dengan pemikiran berikut ini atau tidak, bang?

Di suatu negara, ancaman hukuman atas pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi itu adalah hukuman mati.
Eh, sudah sadar ancamannya .. tetap saja seseorang melakukan pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi.
Dia masih nekat melakukan salah satu dari ketiga tindakan itu.

Abis deh kesempatannya .... :face:

Lain sedikit kang.
Kalo narkoba, membunuh dan korupsi, bisa bermain dengan hukum, bisa minta grasi, dsb.
Setelah di vonis pun masih punya berbagai kesempatan untuk naik banding, dan masih sempat bertobat.

Kalo dengan sengaja masuk kandang singa, ya habis deh buat sarapan.

apakah ini masih konsisten om ?

di satu sisi, penjajah berbuat itu karena ketaatannya kpd negaranya, sedangkan penjahat berbuat itu karena keinginannya sendiri.

Jadi, jika penjajah layak dihukum mati maka mengapa penjahat tidak boleh dihukum mati ?

Djo wrote:

bruce wrote:

Silancah wrote:

bruce wrote:

Kan sama kalau anda mengambil keputusan masuk kandang singa.
Yang harus dipertimbangkan adalah, apakah masuk kandang singa termasuk tindakan bunuh diri?
Apakah walaupun telah bertobat tetapi tetap masuk kandang singa akan mengakibatkan dosa berat berupa bunuh diri? Nah, kira kira kalau menjadi penjajah kan seperti itu. Kalau sudah sadar, dan masih nekat masuk, yaaaaah, abis deh kesempatannya. Ha ha ha ha

Apakah analoginya sama dengan pemikiran berikut ini atau tidak, bang?

Di suatu negara, ancaman hukuman atas pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi itu adalah hukuman mati.
Eh, sudah sadar ancamannya .. tetap saja seseorang melakukan pembunuhan atau mengedarkan narkoba atau korupsi.
Dia masih nekat melakukan salah satu dari ketiga tindakan itu.

Abis deh kesempatannya .... :face:

Lain sedikit kang.
Kalo narkoba, membunuh dan korupsi, bisa bermain dengan hukum, bisa minta grasi, dsb.
Setelah di vonis pun masih punya berbagai kesempatan untuk naik banding, dan masih sempat bertobat.

Kalo dengan sengaja masuk kandang singa, ya habis deh buat sarapan.

apakah ini masih konsisten om ?

di satu sisi, penjajah berbuat itu karena ketaatannya kpd negaranya, sedangkan penjahat berbuat itu karena keinginannya sendiri.

Jadi, jika penjajah layak dihukum mati maka mengapa penjahat tidak boleh dihukum mati ?

Masih sangat konsisten.

Kalau anda bisa menangkap penjahat, sama seperti anda menangkap penjajah, maka tidak perlu dihukum mati kan?
Tetapi, kalau ada penjahat masuk rumah anda, nyawa anda terancam, karenanya anda melawan dan berakibat kematian penjahat, maka itu bukanlah pembunuhan.
Begitu juga, jika ada penjajah yang masuk negara kita, dari tembak menembak yang dilakukan, sang penajah terkena tembakan yang berakibat kematian, itu bukanlah suatu pembunuhan.

Nah, sama kan?

Karena sama seperti penjajah yang tertangkap, begitu juga penjahat yang tertangkap, adalah bukan wewenang kita untuk memberi hukuman mati kepada ybs.

Begitu bro.

Syalom