Serba serbi pernikahan dalam ajaran Kristen

Quote :

Jika Gereja Katolik mngharuskan imamnya utk selibat, tidak ada dalil yg bisa mlarangnya krn otoritas Gereja berhak mnentukan peraturan di dalam Gereja itu sendiri.
Saya yakin tidak ada Imam Katolik yg 'terpaksa' selibat krn terlebih besar 'panggilan' mreka utk mlayani Tuhan dg leluasa.

Betul bro, dan seorang imam Katolik yang kemudian 'jatuh cinta' kepada orang awam, dapat melepaskan jubahnya dan menjadi umat biasa untuk membina keluarga sebagai keluarga Katolik biasa.

=============================================

Deleted

=============================================

siip wrote:

Mungkin lebih tepat dsebut 'panggilan' akan pelayanan.

Saya mbayangkannya bgini :
Jika sso 'terpanggil' utk mjadi Imam di Gereja Katolik, maka ia akan otomatis mngikuti sgala peraturan Gereja Katolik, tmasuk di dalamnya adalah selibat.

Jd fokusnya bukan 'pilihan utk selibat' mlainkan 'panggilan utk mlayani jd imam'.

Jika Gereja Katolik mngharuskan imamnya utk selibat, tidak ada dalil yg bisa mlarangnya krn otoritas Gereja berhak mnentukan peraturan di dalam Gereja itu sendiri.
Saya yakin tidak ada Imam Katolik yg 'terpaksa' selibat krn terlebih besar 'panggilan' mreka utk mlayani Tuhan dg leluasa.

Apakah peraturan yang ditetapkan Gereja Katolik (dalam kasus ini selibat) tidak diharuskan mengambil dalil dari Alkitab?

Atau dalilnya pengejewantahan/diambil dari 1 Korintus 7 tersebut?

striker wrote:

Apakah dlm protestan tidak ada peraturan hidup selibat mas?

Tidak ada.

Silancah wrote:

Apakah peraturan yang ditetapkan Gereja Katolik (dalam kasus ini selibat) tidak diharuskan mengambil dalil dari Alkitab?

Atau dalilnya pengejewantahan/diambil dari 1 Korintus 7 tersebut?

Dalil utk selibat dari Katolik itu diambil dari Alkitab juga.

--------

Coba saya rekap dalil-dalilnya ya :

1. Orang awam yg selibat tidak lebih baik dari orang awam yg menikah
2. Orang yg selibat lebih leluasa mlayani sbg imam drpd yg menikah
3. Tidak ada aturan yg mlarang orang menikah utk mjd imam
4. Tidak ada aturan yg mlarang orang utk selibat demi pelayanan
5. Tiap otoritas gereja berhak mnetapkan aturan internal bagi gerejanya spanjang tdk btentangan dg prinsip Alkitab

Nah,
Jika Gereja Katolik mnetapkan imamnya utk selibat, dg dalil manakah itu btentangan?

bruce wrote:

Memang jika anda perhatikan tatacara liturgis, bahkan penampilan para Uskup serta penampilan gereja Anglikan, sepintas 'mirip' dengan gereja Katolik, karena memang sebenarnya awalnya adalah sama sih.


Prince Charles memang sudah bercerai (status duda) kang, tetapi karena raja Inggris adalah juga (secara simbolis) pemimpin gereja Anglikan, maka dianggap 'tidak layak' untuk bercerai dan menikah lagi (apalagi dengan seorang janda). Karenanya, ybs sepertinya tidak akan pernah menjadi Raja Inggris, tetapi tahta itu langsung turun ke Prince William (anaknya).

Lho kok ane dibawa2x?

siip wrote:

Silancah wrote:

Apakah peraturan yang ditetapkan Gereja Katolik (dalam kasus ini selibat) tidak diharuskan mengambil dalil dari Alkitab?

Atau dalilnya pengejewantahan/diambil dari 1 Korintus 7 tersebut?

Dalil utk selibat dari Katolik itu diambil dari Alkitab juga.

--------

Coba saya rekap dalil-dalilnya ya :

1. Orang awam yg selibat tidak lebih baik dari orang awam yg menikah
2. Orang yg selibat lebih leluasa mlayani sbg imam drpd yg menikah
3. Tidak ada aturan yg mlarang orang menikah utk mjd imam
4. Tidak ada aturan yg mlarang orang utk selibat demi pelayanan
5. Tiap otoritas gereja berhak mnetapkan aturan internal bagi gerejanya spanjang tdk btentangan dg prinsip Alkitab

Nah,
Jika Gereja Katolik mnetapkan imamnya utk selibat, dg dalil manakah itu btentangan?

melihat dalil2 tersebut, bukankah artinya imam yg selibat TIDAK LEBIH BAIK daripada yg menikah?
Kalau demikian halnya bukankah lebih baik jika imam katolik itu menikah mas? karena hal tersebut seperti dikatakan akan lebih baik daripada tdk menikah :)

ataukah saya yg bingung dlm mengartikannya

Quote :

Lho kok ane dibawa2x?

Emang ente duda?

striker wrote:

melihat dalil2 tersebut, bukankah artinya imam yg selibat TIDAK LEBIH BAIK daripada yg menikah?

Memang iya.

Quote :

Kalau demikian halnya bukankah lebih baik jika imam katolik itu menikah mas?

Menikah tdk mjadikan sso LEBIH BAIK atau KURANG BAIK dbandingkan tidak menikah.

Quote :

karena hal tersebut seperti dikatakan akan lebih baik daripada tdk menikah :)

Bukankah sudah dtuliskan bhw menikah atau selibat tidak mnentukan kadar BAIK atau KURANG BAIK atau LEBIH BAIK dalam konteks pelayanan?

Quote :

ataukah saya yg bingung dlm mengartikannya

Sudut pandangnya beda.
Anda mgkn akan heran mlihat bhw tnyata ada org yg bgitu larut dlm panggilan playanan shg ia mmilih tidak mnikah.

siip wrote:

Menikah tdk mjadikan sso LEBIH BAIK atau KURANG BAIK dbandingkan tidak menikah.

Kecuali dalam konteks orang2 Korintus yang dipaparkan di atas, ya bro?
Pada jaman itu tidak menikah lebih baik daripada menikah.

Silancah wrote:

siip wrote:

Menikah tdk mjadikan sso LEBIH BAIK atau KURANG BAIK dbandingkan tidak menikah.

Kecuali dalam konteks orang2 Korintus yang dipaparkan di atas, ya bro?
Pada jaman itu tidak menikah lebih baik daripada menikah.

Bukan Bro.
Menikah atau tidak menikah tidak mnentukan taraf BAIK atau KURANG BAIK atau LEBIH BAIK.

Goalnya adalah melayani.

Kl orang selibat, tp mlayani dg tidak leluasa, maka ia TIDAK LEBIH BAIK.

Namun jika org kawin bisa mlayani dg leluasa skaligus mbahagian keluarga, maka ia SAMA BAIKNYA dengan orang selibat yg melayani dg leluasa.

Jd skali lagi, poinnya bukan KAWIN atau TIDAK KAWIN.

Quote :

Jd skali lagi, poinnya bukan KAWIN atau TIDAK KAWIN.

Hi hi hi hi, jadi geli sendiri, memang ada yang dari dulu yang diurusin kawiiiiiin melulu ya bro, he he he, bahkan di surgapun maunya masih bisa kawin, he heh e he

Damai bagi semua.

Yesus Kristus datang memang untuk memerdekakan manusia. Merdeka yang bertanggung jawab. Peraturan di pastoran memang harus selibat. Pilihan menjadi pastor dilakukan secara merdeka tanpa paksaan dari pihak manapun. Jika ternyata di perjalanan pelayannya seorang pastor tergiur oleh ketidakmerdekaan, maka dia harus lepas jubah, seperti yang pernah diutarakan Bruce.

Pastor harus sehat jasmani dan rohani. Artinya, bila seseorang dari sononya mengidap impotensi, dia tidak layak menjadi pastor. Jadi, sebelum ditahbis menjadi pastor diadakan uji klinis bahwa orang itu sehat jasmani dan rohani. (Itu pengakuan seorang pastor pada saat suatu kursus kepemudaan).

Pikiran dunia memang melihatnya sebagai kebodohan. Punya birahi kok dikekang? Pikiran dunia bilang, kalau punya syahwat harus disalurkan. Bahkan diumbar. Kalau bisa beristri lebih dari satu, mengapa tidak? Tapi itu pikiran dunia. Pastor tidak menggunakan pikiran seperti itu. Seorang pastor dengan merdeka tidak menyalurkan syahwatnya.

Berguru dari Kristus, yang walaupun Dia adalah Tuhan, tetapi tidak memandang ketuhananNya sebagai yang harus dipertahankan. Jadi, walau pastor punya syahwat, secara merdeka pastor memilih tidakmenyalurkan syahwatnya. Sulit? Sulit bukan berarti tidak bisa. Ada sih pastor yang akhirnya lepas jubah. Tapi jumlahnya berapa?

Ah... bahagianya pastor yang mengutamakan pelayanan kepada Tuhan melalui pelayanan kepada sesama.

Damai, damai, damai.

ah,
mumpung di sini bahas tentang pernikahan kristen,
sharing2 donk oom tata caranya gimana ? baik secara katholik maupun protestan... hehehhehehhe

@lee

Apa yang mau di share bro? Anda udah mau married?

hahhaa....
sharing2 lo oom..mesti gimana...
karena saya dan pasangan saya kebetulan murtadin...hehehhehe...
dalam waktu dekat blm lah oom..masih cari2 modal..

siip wrote:

Bukan Bro.
Menikah atau tidak menikah tidak mnentukan taraf BAIK atau KURANG BAIK atau LEBIH BAIK.

Goalnya adalah melayani.

Kl orang selibat, tp mlayani dg tidak leluasa, maka ia TIDAK LEBIH BAIK.

Namun jika org kawin bisa mlayani dg leluasa skaligus mbahagian keluarga, maka ia SAMA BAIKNYA dengan orang selibat yg melayani dg leluasa.

Jd skali lagi, poinnya bukan KAWIN atau TIDAK KAWIN.

Thanks bro Siip ... dan juga rekan2 lain yang telah memuaskan rasa ingin tahu saya.

Bila ada pertanyaan lain, kapan2 saya susulkan kembali ... semoga tidak bosan2 untuk memberi penjelasan.

Silancah wrote:

siip wrote:

Bukan Bro.
Menikah atau tidak menikah tidak mnentukan taraf BAIK atau KURANG BAIK atau LEBIH BAIK.

Goalnya adalah melayani.

Kl orang selibat, tp mlayani dg tidak leluasa, maka ia TIDAK LEBIH BAIK.

Namun jika org kawin bisa mlayani dg leluasa skaligus mbahagian keluarga, maka ia SAMA BAIKNYA dengan orang selibat yg melayani dg leluasa.

Jd skali lagi, poinnya bukan KAWIN atau TIDAK KAWIN.

Thanks bro Siip ... dan juga rekan2 lain yang telah memuaskan rasa ingin tahu saya.

Bila ada pertanyaan lain, kapan2 saya susulkan kembali ... semoga tidak bosan2 untuk memberi penjelasan.

Sama-sama Bro.
Jangan bosan btanya juga.

Silancah wrote:

Apakah peraturan yang ditetapkan Gereja Katolik (dalam kasus ini selibat) tidak diharuskan mengambil dalil dari Alkitab?

Atau dalilnya pengejewantahan/diambil dari 1 Korintus 7 tersebut?

Di Katolik ada Tradisi Suci yang merupakan sesuatu yang dipandang setara dengan Alkitab. Meskipun tadinya hanya lisan, namun sudah sejak dahulu sampai dewasa ini ditulis juga berupa surat gembala. Eh, untuk pastinya, coba PM pada Bruce. Saya duga, dia mengetahui banyak tentang hal itu.

Damai, damai, damai.

lee_king_kong wrote:

ah,
mumpung di sini bahas tentang pernikahan kristen,
sharing2 donk oom tata caranya gimana ? baik secara katholik maupun protestan... hehehhehehhe

setahu saya, di Khatolik dan digereja saya biasanya sebelum nikah akan ada bimbingan/pembinaan pra nikah dulu, bro... :)

lee_king_kong wrote:

ah,
mumpung di sini bahas tentang pernikahan kristen,
sharing2 donk oom tata caranya gimana ? baik secara katholik maupun protestan... hehehhehehhe

Iya, saya setuju dengan bro lee...
Kalau ada yang sudi berbagi pengalaman, siapa aja...
bolehlah di share mulai dari persiapan, apa saja syaratnya, apakah ada mas kawin ?, prosesi, dan apa saja perubahan yang paling drastis dirasakan segera setelah hidup berkeluarga ??


Salam

Waa, kalau gitu sih kelihatannya harus di sub forum yang lain dong...

Silancah wrote:

3. Manakah kehidupan yang lebih baik? Menikah atau tidak?
T2Y: N/A
Bruce: Duanya sama baiknya
Prince: Baik bagi laki2 bila tidak kawin dan jika semua orang seperti 1 Kor 7:1, 7. Komentar tambahan Prince: lebih baik tidak menikah
Siip: Dua2nya baik tapi di jaman Paulus lebih baik untuk melajang

saya nemu ayat ini :
“Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya istri-istri dan anak-anak kalian adalah musuh bagi kalian maka berhati-hatilah dari mereka“. (QS. At Taghabun: 14)
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar."(QS. 64:15)

sama gak kira2 konteksnya dengan yang ditanyain diatas, Kang Lancah ?

T2Y wrote:

Silancah wrote:

3. Manakah kehidupan yang lebih baik? Menikah atau tidak?
T2Y: N/A
Bruce: Duanya sama baiknya
Prince: Baik bagi laki2 bila tidak kawin dan jika semua orang seperti 1 Kor 7:1, 7. Komentar tambahan Prince: lebih baik tidak menikah
Siip: Dua2nya baik tapi di jaman Paulus lebih baik untuk melajang

saya nemu ayat ini :
“Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya istri-istri dan anak-anak kalian adalah musuh bagi kalian maka berhati-hatilah dari mereka“. (QS. At Taghabun: 14)
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar."(QS. 64:15)

sama gak kira2 konteksnya dengan yang ditanyain diatas, Kang Lancah ?

Kalau saya boleh ikut menjawab tentang tafsir ayat2 tersebut mas:

QS 64:14, Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa ada di antara istri-istri dan anak-anak menjadi musuh bagi suami dan orang tuanya mencegah mereka berbuat baik yang mendekatkan mereka kepada Allah SWT, menghalang mereka beramal saleh yang berguna bagi akhirat mereka. Bahkan adakalanya menjerumuskan mereka kepada perbuatan maksiat, perbuatan haram yang dilarang oleh agama, sebagaimana yang dijelaskan di dalam satu riwayat bahwa Nabi bersabda:

يأتي زمان على أمتي يكون فيه هلاك الرجل على يد زوجته وولده يعيرانه بالفقر فيركب مراكب السوء فيهلك
Artinya:
Akan datang suatu zaman kepada umatku, seorang lelaki hancur gara-gara istri dan anaknya. Keduanya mencela dan mengejeknya, karena kemiskinannya. Maka ia melakukan perbuatan yang jahat (untuk menghilangkan kemiskinannya) lalu binasalah ia. (lihat Tafsir Al Maragi hal. 129, juz 28, jilid X).
Karena ia merasa cinta dan sayang kepada istri dan anaknya, supaya kedua hidup mewah dan senang, ia tidak segan berbuat yang dilarang agama, seperti korupsi dan lainnya, menyebabkan ia rusak binasa oleh karena itu, ia harus berhati-hati, penuh kesabaran menghadapi anak istri mereka. Jangan terlalu ditekan. Sebaiknyalah mereka itu dimaafkan; tidak dimarahi tetapi diampuni. Allah sendiri pun Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang, sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang berbunyi.

ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ الْعَنَتَ مِنْكُمْ وَأَنْ تَصْبِرُوا خَيْرٌ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (25)
Artinya:
Dan kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S An Nisa': 25)

QS 64:15, Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa cinta terhadap harta dan anak adalah cobaan. Kalau kita tidak berhati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya, berani berbuat yang bukan-bukan, melanggar ketentuan agama. Dalam ayat ini harta didahulukan dari anak karena ujian dan bencana harta itu lebih besar, sebagaimana firman Allah dalam ayat lain.

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى (6) أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى (7)
Artinya:
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia melihat dirinya serba cukup. (Q.S Al Alaq: 6-7)
dan dijelaskan pula oleh sabda Nabi SAW:

إن لكل أمة فتنة وإن فتنة أمتي المال
Artinya:
Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat ada cobaan dan sesungguhnya cobaan umatku (yang berat) ialah harta. (H.R Tabrani dari Ka'ab bin Iyad)
Kalau manusia itu dapat menahan diri, tidak akan berlebih cintanya kepada harta dan anaknya, tetapi cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang lainnya. Maka ia akan mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.

@striker

Bagaimana dengan orang yang atas keinginannya sendiri (padahal normal) ataupun terpaksa (tidak ada yg mau) maka orang itu tidak menikah, atau melajang seumur hidupnya, mas. Bagaimana pandangan secara Islam?

Thanks