|
| Iman dengan paksaan ? | |
|
+7heinskle samiaji striker Silancah erusi7 Husada bruce 11 posters | |
Pengirim | Message |
---|
bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 22nd March 2012, 20:33 | |
| - Quote :
- Saat seseorang melepaskan atribut keagamaan saat melakukan tugas negara maka (demi alasan bisnis ataupun keuntungan negara atau kemaslahatan rakyat banyak atau alasan apa pun lainnya yang bisa diciptakannya) muncullan aturan2 yang menyalahi ajaran agama mana pun seperti legalisasi perjudian, penjualan minuman keras, lokalisasi, pornografi, pengakuan bagi kaum homoseksual dsb.
Apakah itu yang terjadi di negara2 Barat yang mayoritas warga dan aparatnya beragama Kristen ? Bukan di setiap negara Kristen terjadi masalah seperti yang anda sebutkan itu kang, karena sepenuhnya tergantung dari adat dan budaya setempat. Nyatanya di negara asia yang mayoritas Kristen, hal seperti itu tidak terjadi, misalnya Filipina ataupun Singapore. Sebaliknya, negara barat dengan mayoritas muslim pun bisa bebas berekspresi dalam hal hal negative, seperti Turki, yang sangat terkenal dalam urusan film porno. Salam | |
| | | erusi7 Bintara
Jumlah posting : 89 Join date : 11.03.12
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 22nd March 2012, 21:43 | |
| @bruce - Quote :
- Bukan di setiap negara Kristen terjadi masalah seperti yang anda sebutkan itu kang, karena sepenuhnya tergantung dari adat dan budaya setempat. Nyatanya di negara asia yang mayoritas Kristen, hal seperti itu tidak terjadi, misalnya Filipina ataupun Singapore.
Then kenapa kamu tidak melihat cara yang sama berkenaan Islam? Contohnya di Malaysia, Iran, juga arab Saudi dan banyak lagi yang amat menitikberatkan larangan-larangan Islam di kalangan rakyat mereka yang beragama Islam, sehingga melihat seorg muslim yang mabuk secara terang-terangan dan berleluasa adalah suatu pemandangan yang amat janggal dan malah apabila mengatakan sseorg yang sedang mabuk arak, mengunjugi tempat perjudian dan pelacuran (tanpa mengira agama) adalah suatu pemandangan yang menjijikan dipandangan muslim di negara-negara tersebut. - Quote :
- Sebaliknya, negara barat dengan mayoritas muslim pun bisa bebas berekspresi dalam hal hal negative, seperti Turki, yang sangat terkenal dalam urusan film porno.
Persoalannya adalah apakah urusan porno di Turki itu (jika ada) di kendalikan oleh orang muslim yang majoriti ataupun dikendalikan oleh orang kristian yang minoriti?? Mari kita lihat satu reaksi daripada Islam berkenaan dengan penerbitan filem porno ini. Berita ini berlaku di Indonesia itu sendiri (jika benar). Maaf, jika berita yang dipaparkan adalah palsu. - Quote :
- JAKARTA: Anggota kumpulan Front Pembela Islam (FPI) menyerang pejabat sebuah penerbitan filem di Tebet, Jakarta Selatan, semalam dengan melontar telur busuk.
Protes itu diketuai pemimpin kanan FPI, Habib Salim Alatas.
Serangan itu dibuat bagi membantah tindakan syarikat K2K Production House yang memang giat menerbitkan filem lucah di Indonesia.
Selain melontar telur busuk, anggota FPI juga menaikkan sepanduk bertulis “Hentikan Artis Porno Perosak Bangsa” di premis syarikat itu.
Tidak cukup dengan itu, penunjuk perasaan mengoyak dan membakar dua sepanduk filem Hantu Pocong Mandi Goyang Pinggul yang dibintangi Sasha Grey.
Sehingga petang semalam, tiada sebarang kenyataan dikeluarkan K2K.
[You must be registered and logged in to see this link.]Dari sini kita boleh menilai reaksi sebenar Islam terhadap perkara dan unsur-unsur kelucahan. Sekurang-kurangnya ada usaha untuk membanteras sesuatu yang bersifat lucah oleh phak Islam. | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 23rd March 2012, 09:13 | |
| - Quote :
- Then kenapa kamu tidak melihat cara yang sama berkenaan Islam? Contohnya di Malaysia, Iran, juga arab Saudi dan banyak lagi yang amat menitikberatkan larangan-larangan Islam di kalangan rakyat mereka yang beragama Islam, sehingga melihat seorg muslim yang mabuk secara terang-terangan dan berleluasa adalah suatu pemandangan yang amat janggal dan malah apabila mengatakan sseorg yang sedang mabuk arak, mengunjugi tempat perjudian dan pelacuran (tanpa mengira agama) adalah suatu pemandangan yang menjijikan dipandangan muslim di negara-negara tersebut.
kalau kamu mau melihat arab mabuk dan melacur, datanglah ke Indonesia, di daerah Puncak-Jawa Barat, terdapat daerah dimana banyak terdapat orang orang aran dari timur-tengah yang sedang melacur di sana. Kemungkinan, karena di negaranya dilarang, sementara mental dan moral mereka tidak mejadi baik, maka melacurlah meeka di negara orang lain. Itu belum lagi para tenaga kerja wanita dari negara kami yang diperkosa di saudi. - Quote :
- Persoalannya adalah apakah urusan porno di Turki itu (jika ada) di kendalikan oleh orang muslim yang majoriti ataupun dikendalikan oleh orang kristian yang minoriti??
Ha ha ha, mungkin dikendalikan oleh orang Hindu, bro, ha ha ha ha, cara berpikir anda sempit sekali rupanya. | |
| | | erusi7 Bintara
Jumlah posting : 89 Join date : 11.03.12
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 23rd March 2012, 09:37 | |
| @Semua Top Pornography Production by Country 1. United States Vivid Entertainment, Hustler, Playboy, Wicked Pictures, Red Light District 2. Brazil Frenesi Films, Pau Brazil, MarcoStudio 3. The Netherlands Erostream, Midhold Media, Your Choice, Seventeen 4. Spain Private Media Group, Woodman Entertainment 5. Japan Soft on Demand, Moodyz 6. Russia Beate Uhse, SP-Company, Dolphin Entertainment 7. Germany Trimax, SG-Video, GGG, VideoRama, Zip Production 8. United Kingdom Hot Rod Productions, JoyBear Pictures, Blue Juice TV, Rude Britannia, Fresh SX 9. Canada Wild Rose Productions, Eromodel Group, Dugmor 10. Australia Other Notables Sweden Maxs Video Italy Adamo Entertainment Denmark Color Climax Corporation France Euro Choc, Eil du Cochon, Ragtime, Video Marc Dorce, JTC Video, Colmax, Cadinot Switzerland Gordi Films, Ikarus Belgium GM Videos Romania Floyd-Agency Portugal Natural Video Israel Sex Style Serbia Hexor Czech-Republic Lupus Pictures, Bel Ami Boleh lihat di link ini. Sememangnya amat menarik. Dipersilakan [You must be registered and logged in to see this link.] | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 23rd March 2012, 09:52 | |
| - bruce wrote:
Bukan di setiap negara Kristen terjadi masalah seperti yang anda sebutkan itu kang, karena sepenuhnya tergantung dari adat dan budaya setempat. Nyatanya di negara asia yang mayoritas Kristen, hal seperti itu tidak terjadi, misalnya Filipina ataupun Singapore. Saya memang tidak mengatakan hal itu pasti terjadi di setiap negara mayoritas Kristen, Bang. You know me ... saya paling tidak suka menggeneralisasi :) Tetapi pada negara2 yang terjadi seperti itu dan kebetulan mayoritas Kristen ... saya jadi bertanya2, apakah hal itu disebabkan karena alasan yang disebutkan Husada di atas. Bahwa aparat dan pejabat di pemerintahan meng-approve atau menerbitkan peraturan2 yang bertentangan dengan ajaran agama (Kristen) karena mereka melepaskan atribut ke-Kristen-annnya saat mengambil keputusan dalam bernegara? - bruce wrote:
- Sebaliknya, negara barat dengan mayoritas muslim pun bisa bebas berekspresi dalam hal hal negative, seperti Turki, yang sangat terkenal dalam urusan film porno.
Salam Seingat saya, Turki memang tidak menerapkan syariat Islam dalam pemerintahan/aturan bernegaranya (CMIIW). Kalau melihat dari negara2 lain di Timur Tengah yang bernapaskan Islam, hal2 seperti itu (perjudian, alkohol, prostitusi, pornografi) sudah pasti dilarang. Kalau pun ada (minuman beralkohol) hanya di hotel2 tertentu saja (ini pengalaman di Oman). Saya pernah mencoba mengakses situs pornografi sewaktu bertugas di Oman ... langsung ada warning bahwa hal tersebut dilarang karena tidak sesuai dengan Islam ... bahkan situs seperti FaithFreedom pun diblokir oleh pemerintah Oman. Subahanallah ... | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 23rd March 2012, 09:55 | |
| - bruce wrote:
kalau kamu mau melihat arab mabuk dan melacur, datanglah ke Indonesia, di daerah Puncak-Jawa Barat, terdapat daerah dimana banyak terdapat orang orang aran dari timur-tengah yang sedang melacur di sana. Kemungkinan, karena di negaranya dilarang, sementara mental dan moral mereka tidak mejadi baik, maka melacurlah meeka di negara orang lain. Itu belum lagi para tenaga kerja wanita dari negara kami yang diperkosa di saudi. Itu adalah contoh individu yang melakukan tindakan yang melanggar agama. Sepertinya contoh yang kurang pas dalam pembahasan topik kita, Bang ... | |
| | | erusi7 Bintara
Jumlah posting : 89 Join date : 11.03.12
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 23rd March 2012, 15:27 | |
| @bruce - Quote :
- kalau kamu mau melihat arab mabuk dan melacur, datanglah ke Indonesia, di daerah Puncak-Jawa Barat, terdapat daerah dimana banyak terdapat orang orang aran dari timur-tengah yang sedang melacur di sana. Kemungkinan, karena di negaranya dilarang, sementara mental dan moral mereka tidak mejadi baik, maka melacurlah meeka di negara orang lain. Itu belum lagi para tenaga kerja wanita dari negara kami yang diperkosa di saudi.
Seperti yang diperkatakan oleh Silancah, - Silancah wrote:
- Itu adalah contoh individu yang melakukan tindakan yang melanggar agama.
Sepertinya contoh yang kurang pas dalam pembahasan topik kita, Bang ...
Yang lebih pasti adalah keompok kristian yang dari negara-negara majoriti kristian lebih berlipat kali ganda mabuk-mabukan di Indonesia sana malah juga di negara mereka sendiri. Ini kerana semuanya tiada halangan kepada keburukan. Bebas sebebasnya. Lihat statistic di bawah Top 10 Alcohol Consuming Countries 1.Portugal 2.98 2.Luxembourg 2.95 3.France 2.87 4.Hungary 2.66 5.Spain 2.66 6.Czech Republic 2.64 7.Denmark 2.61 8.Germany 2.50 9.Austria 2.50 10.Switzerland 2.43 100% negara majoriti masyarakat kristian. Linknya [You must be registered and logged in to see this link.]Statistik lain berkenaan dengan pengambilan alkohol berdasarkan negara, boleh dilihat di link ini [You must be registered and logged in to see this link.] - Quote :
- Ha ha ha, mungkin dikendalikan oleh orang Hindu, bro, ha ha ha ha, cara berpikir anda sempit sekali rupanya.
Rujuk "Top Pornography Production by Country" dalam link yang saya berikan. Tiadapun negara Turki. Malah hampir keseluruhannya adalah negara majoritinya masyarakat beragama kristian. Hanya 2 negara iaitu Japan dan Israel yang bukan majoriti kristian. Itu fakta. Kita boleh fikirkan betapa dasyatnya keruntuhan moral di sana apabila semuanya boleh dilakukan dengan sebebas bebasnya. Semuanya tiada halangan. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 25th March 2012, 17:26 | |
| Damai bagimu, Cah. - Silancah wrote:
Inilah yang saya khawatirkan dari ajaran Kristen yang cenderung memisahkan kehidupan pribadi dan bernegara.
Saat seseorang melepaskan atribut keagamaan saat melakukan tugas negara maka (demi alasan bisnis ataupun keuntungan negara atau kemaslahatan rakyat banyak atau alasan apa pun lainnya yang bisa diciptakannya) muncullan aturan2 yang menyalahi ajaran agama mana pun seperti legalisasi perjudian, penjualan minuman keras, lokalisasi, pornografi, pengakuan bagi kaum homoseksual dsb.
Apakah itu yang terjadi di negara2 Barat yang mayoritas warga dan aparatnya beragama Kristen ? Silancah, saya tidak tahu bagaimana detilnya kisah penciptaan manusia menurut Islam. Pada ajaran Kristen yang saya ketahui dan saya imani, manusia itu diciptakan bebas dan merdeka. Kepadanya dianjurkan untuk taat kepada Khaliknya, keputusan akhir tetap diberikan kepada si manusia. Adam dan Hawa dicipta merdeka. Bukan tidak mampu Tuhan (Khalik) memaksa Adam dan Hawa untuk tidak berbuat dosa. Bukan tidak mampu Tuhan (Khalik) membuat penjaga pada setiap hal yang dapat menjatuhkan manusia kepada dosa. Namun, penjagaan dan pemaksaan itu tidak dilakukan oleh Tuhan (Khalik) karena sudah memberi kebebasan kepada manusia, dengan aturan yang dihimbaukan. Akhirnya, si manusia memutuskan sikap sendiri, apakah mau taat atau menjadi seteru Tuhan. Pada saat ragawi Yesus Kristus, bukan tidak tahu Yesus Kristus akan diserahkan oleh Yudas Iskariot kepada para Ulama Yahudi melalui tangan kekaisaran Romawi. Bahkan, ketika hendak meninggalkan kumpulan Yesus, kepada Yudas Iskariot dikatakan, "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Yudas Iskariot tidak dihalangi. Yudas Iskariot tidak dipaksa. Yudas Iskariot merdeka, mau mengikut Yesus atau menjadi seteru Yesus. Nah, sepanjang pemahaman dan pengimanan saya, Kristen juga merdeka, apakah mau taat kepada perintah Yesus Kristus atau menjadi seteru Yesus Kristus. Karena itu pula, maka sebagian besar pengikut Kristus tidak memaksakan orang lain untuk berbuat begini atau begitu agar sesuai dengan perintan Tuhan. Kepada hati dan sanubari setiap orang Kristen benaran, sudah ditorehkan hukum kasih. Pelaksanaan oleh orang tersebut, ya tetap merdeka, mau ikut perintah Tuhan atau tidak. Yeremia 31:34 dibawah perikop Perjanjian Baru berkata, Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."Yesus Kristus sendiri memerintahkan agar pengikutNya menyampaikan Kabar Gembira (Injil) kepada seluruh bangsa sampai ke ujung bumi, namun tidak memaksa. Setelah Kabar Gembira itu desampaikan, si pendengar atau penerima Kabar Gembira itu merdeka mau mengikuti Kabar Gembira itu atau tidak. Tentang penyampaian Kabar Gembira itu, Yesus Kristus memberi perumpamaan tentang benih yang ditabur, bahwa Kabar Gembira itu sampai kepada pendengar seperti benih yang ditabur, ada yang jatuh di tanah berbatu, ada yang jatuh di jalan, ada yang jatuh di lahan subur. Berbahagialah orang yang bertelinga baik, karena dapat mendengar dengan baik. Berbahagialah orang yang bermata baik karena dapat melihat dengan baik. Damai, damai, damai. | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 26th March 2012, 21:17 | |
| - Husada wrote:
- Damai bagimu, Cah.
- Silancah wrote:
Inilah yang saya khawatirkan dari ajaran Kristen yang cenderung memisahkan kehidupan pribadi dan bernegara.
Saat seseorang melepaskan atribut keagamaan saat melakukan tugas negara maka (demi alasan bisnis ataupun keuntungan negara atau kemaslahatan rakyat banyak atau alasan apa pun lainnya yang bisa diciptakannya) muncullan aturan2 yang menyalahi ajaran agama mana pun seperti legalisasi perjudian, penjualan minuman keras, lokalisasi, pornografi, pengakuan bagi kaum homoseksual dsb.
Apakah itu yang terjadi di negara2 Barat yang mayoritas warga dan aparatnya beragama Kristen ? Silancah, saya tidak tahu bagaimana detilnya kisah penciptaan manusia menurut Islam. Pada ajaran Kristen yang saya ketahui dan saya imani, manusia itu diciptakan bebas dan merdeka. Kepadanya dianjurkan untuk taat kepada Khaliknya, keputusan akhir tetap diberikan kepada si manusia.
Adam dan Hawa dicipta merdeka. Bukan tidak mampu Tuhan (Khalik) memaksa Adam dan Hawa untuk tidak berbuat dosa. Bukan tidak mampu Tuhan (Khalik) membuat penjaga pada setiap hal yang dapat menjatuhkan manusia kepada dosa. Namun, penjagaan dan pemaksaan itu tidak dilakukan oleh Tuhan (Khalik) karena sudah memberi kebebasan kepada manusia, dengan aturan yang dihimbaukan. Akhirnya, si manusia memutuskan sikap sendiri, apakah mau taat atau menjadi seteru Tuhan.
Pada saat ragawi Yesus Kristus, bukan tidak tahu Yesus Kristus akan diserahkan oleh Yudas Iskariot kepada para Ulama Yahudi melalui tangan kekaisaran Romawi. Bahkan, ketika hendak meninggalkan kumpulan Yesus, kepada Yudas Iskariot dikatakan, "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Yudas Iskariot tidak dihalangi. Yudas Iskariot tidak dipaksa. Yudas Iskariot merdeka, mau mengikut Yesus atau menjadi seteru Yesus.
Nah, sepanjang pemahaman dan pengimanan saya, Kristen juga merdeka, apakah mau taat kepada perintah Yesus Kristus atau menjadi seteru Yesus Kristus. Karena itu pula, maka sebagian besar pengikut Kristus tidak memaksakan orang lain untuk berbuat begini atau begitu agar sesuai dengan perintan Tuhan. Kepada hati dan sanubari setiap orang Kristen benaran, sudah ditorehkan hukum kasih. Pelaksanaan oleh orang tersebut, ya tetap merdeka, mau ikut perintah Tuhan atau tidak. Yeremia 31:34 dibawah perikop Perjanjian Baru berkata, Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."
Yesus Kristus sendiri memerintahkan agar pengikutNya menyampaikan Kabar Gembira (Injil) kepada seluruh bangsa sampai ke ujung bumi, namun tidak memaksa. Setelah Kabar Gembira itu desampaikan, si pendengar atau penerima Kabar Gembira itu merdeka mau mengikuti Kabar Gembira itu atau tidak. Tentang penyampaian Kabar Gembira itu, Yesus Kristus memberi perumpamaan tentang benih yang ditabur, bahwa Kabar Gembira itu sampai kepada pendengar seperti benih yang ditabur, ada yang jatuh di tanah berbatu, ada yang jatuh di jalan, ada yang jatuh di lahan subur. Berbahagialah orang yang bertelinga baik, karena dapat mendengar dengan baik. Berbahagialah orang yang bermata baik karena dapat melihat dengan baik.
Damai, damai, damai. Dlm Islam dlm hubungan dengan manusia kita diajarkan: mengajak dlm kebaikan dan mencegah dlm kemungkaran mas. manusia dengan Allah itu ibarat anak dengan orang tuanya, karena rasa sayang Allah itulah Allah mengajarkan kepada kita apa yg boleh/harus dilakukan (perintah Allah) dan apa yg dilarang-Nya (tdk boleh dilakukan). Sudah ada aturan saja kita masing sering tergelincir, bahkan menyepelekan aturan itu, apalgi tanpa aturan dan sebebas2nya, apa jadinya dunia ini mas? Kalau njenengan punya anak, lalu anak njenengan sakkarepe dewe tanpa aturan, bagaimana dengan anda? Apalagi sang anak pinter ngejawab seperti anda, kalau Allah itu membebaskan umatnya sebebas2nya (seperti dlm ajaran anda). Apakah anda rela melihat anak anda ahirnya tergelincir dlm hal2 buruk nantinya? damaikah anda jika hal tersebut terjadi pada keluarga anda? | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 30th March 2012, 17:20 | |
| - striker wrote:
Dlm Islam dlm hubungan dengan manusia kita diajarkan: mengajak dlm kebaikan dan mencegah dlm kemungkaran mas.
manusia dengan Allah itu ibarat anak dengan orang tuanya, karena rasa sayang Allah itulah Allah mengajarkan kepada kita apa yg boleh/harus dilakukan (perintah Allah) dan apa yg dilarang-Nya (tdk boleh dilakukan). Sudah ada aturan saja kita masing sering tergelincir, bahkan menyepelekan aturan itu, apalgi tanpa aturan dan sebebas2nya, apa jadinya dunia ini mas?
Kalau njenengan punya anak, lalu anak njenengan sakkarepe dewe tanpa aturan, bagaimana dengan anda? Apalagi sang anak pinter ngejawab seperti anda, kalau Allah itu membebaskan umatnya sebebas2nya (seperti dlm ajaran anda). Apakah anda rela melihat anak anda ahirnya tergelincir dlm hal2 buruk nantinya?
damaikah anda jika hal tersebut terjadi pada keluarga anda? Damai bagimu striker. Bagi saya, posting-anmu ini sangat jelas terinspirasi oleh pendidikan yang pernah striker terima bukan dari Islam. Karena, sepanjang pengetahuan saya, hanya Kristenlah yang memanggil Penciptanya sebagai Bapa. Tanpa ada penjelasan ini itu, dengan memanggil Tuhan sebagai Bapa, jelaslah bahwa hubungan atau relasi yang dibangun adalah relasi orangtua dan anak. Cari lagi kebaikan lainnya dari ajaran yang pernah engkau terima, gunakan itu penambah pemahamanmu. Puji Tuhan yang memberi pemahaman yang pas bagi umatNya. Damai bagimu striker. | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 2nd April 2012, 12:02 | |
| - Husada wrote:
- striker wrote:
Dlm Islam dlm hubungan dengan manusia kita diajarkan: mengajak dlm kebaikan dan mencegah dlm kemungkaran mas.
manusia dengan Allah itu ibarat anak dengan orang tuanya, karena rasa sayang Allah itulah Allah mengajarkan kepada kita apa yg boleh/harus dilakukan (perintah Allah) dan apa yg dilarang-Nya (tdk boleh dilakukan). Sudah ada aturan saja kita masing sering tergelincir, bahkan menyepelekan aturan itu, apalgi tanpa aturan dan sebebas2nya, apa jadinya dunia ini mas?
Kalau njenengan punya anak, lalu anak njenengan sakkarepe dewe tanpa aturan, bagaimana dengan anda? Apalagi sang anak pinter ngejawab seperti anda, kalau Allah itu membebaskan umatnya sebebas2nya (seperti dlm ajaran anda). Apakah anda rela melihat anak anda ahirnya tergelincir dlm hal2 buruk nantinya?
damaikah anda jika hal tersebut terjadi pada keluarga anda? Damai bagimu striker.
Bagi saya, posting-anmu ini sangat jelas terinspirasi oleh pendidikan yang pernah striker terima bukan dari Islam. Karena, sepanjang pengetahuan saya, hanya Kristenlah yang memanggil Penciptanya sebagai Bapa. Tanpa ada penjelasan ini itu, dengan memanggil Tuhan sebagai Bapa, jelaslah bahwa hubungan atau relasi yang dibangun adalah relasi orangtua dan anak.
Cari lagi kebaikan lainnya dari ajaran yang pernah engkau terima, gunakan itu penambah pemahamanmu. Puji Tuhan yang memberi pemahaman yang pas bagi umatNya.
Damai bagimu striker. Saya rasa anda salah mengartikan ungkapan saya, bukan maksud saya mengatakan bahwa manusia adalah anak Allah, tapi kasih sayang Allah kepada hamba2nya (manusia) itu 'ibarat' kasih sayang orang tua kepada anaknya, yaitu tidak ingin melihat kita ini tergelincir dan terjerumus kedlm keburukan, sehingga dibuatlah aturan berupa perintah dan larangan. Apakah menurut anda Allah ingin manusia berbuat sebebas2nya? lalu utk apa Allah memberikan pengajaran melalui rasul2nya berupa perintah dan larangan2-Nya? Dan 'setahu' saya bukankah dlm kristen Bapa itu TIDAK SAMA dengan Bapak? atau saya yg salah mengerti? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 2nd April 2012, 18:52 | |
| - Quote :
- Dan 'setahu' saya bukankah dlm kristen Bapa itu TIDAK SAMA dengan Bapak? atau saya yg salah mengerti?
Beda mas, beda, yang satu pakai 'k' yang lain tidak. | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| | | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 3rd April 2012, 10:34 | |
| Damai bagimu striker. - striker wrote:
Apakah menurut anda Allah ingin manusia berbuat sebebas2nya? lalu utk apa Allah memberikan pengajaran melalui rasul2nya berupa perintah dan larangan2-Nya? Saya pikir, dan saya imani, dari pihak Tuhan jelas bahwa Tuhan menginginkan kebebasan manusia, bebas yang bertanggung jawab, bebas yang membangun, bebas yang berdayaguna, sesuai dengan yang Tuhan firmankan. Nah, banyak manusia yang mengartikan kebebasan itu seperti yang striker sebut berbuat sebebas2nya.Meski Tuhan menghendaki agar manusia itu berbuat seperti yang Tuhan inginkan, ternyata Tuhan tidak memaksakan kehendakNya. Kembali lagi, bukan tidak mampu Tuhan memaksa manusia seperti yang Tuhan kehendaki. Mengapa Tuhan tidak mencabut kemerdekaan yang telah diberikan kepada manusia agar manusia selalu berbuat seperti yang Tuhan kehendaki? Menurut yang saya imani dan yang dapat saya pikir, itu karena Tuhan menginginkan manusia mengasihi Tuhan secara merdeka, bukan karena dipaksa dan ditakut-takuti dengan neraka. Tuhan dengan datar saja tetapi jelas menyampaikan bahwa apabila manusia berbuat tidak seperti Tuhan inginkan, maka manusia akan dibuang ke neraka. Tuhan tidak berulang kali menakuti manusia dengan ancaman neraka. Manusia dibebaskan, bebas yang bertanggung jawab, bebas yang membangun, bebas yang menguntungkan banyak pihak, bebas yang mengasihi Tuhan. Damai, damai, damai. | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 3rd April 2012, 12:02 | |
| Damai bagimu, Cah. - Silancah wrote:
Inilah yang saya khawatirkan dari ajaran Kristen yang cenderung memisahkan kehidupan pribadi dan bernegara. Saya pikir, Silancah tidak perlu mengkhawatirkan hal terebut, sebab, memang diakui atau tidak, meski tidak dapat ditarik garis yang kasat mata, ada keterpisahan hidup pribadi seorang warga negara dengan peranannya sebagai warga negara. Kita ambil contoh sederhana saja, pribadi seorang warga negara Indonesia, dikaitkan dengan agama. NKRI mengakui secara resmi beberapa agama, antara lain Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, Hindu, Kong Hu Chu, Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengingat sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka setiap warga NKRI, wajib memiliki agama, meski hanya dicatatkan di atas KTP. Artinya, secara teori, tidak ada warga NKRI yang tidak beragama. Kita tahu bahwa ada perbedaan antara masing-masing agama tersebut. Namun, penganutnya yang adalah warga NKRI, adalah sama dalam pandangan negara. Apabila negara merekrut mereka (penganut Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu, Kong Hu Chu, dan penganut Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa) itu, mereka tidak menghilangkan agamanya, melainkan menaruh agamanya pada prioritas kedua setelah kewarganegaraan. Artinya, pada saat orang itu bertindak atas nama negara, maka orang itu bukan sebagai seorang penganut agama, melainkan sebagai seorang warga negara yang telah direkrut menjadi aparat negara. Tidak perlu dikhawatirkan, bukan? - Quote :
- Saat seseorang melepaskan atribut keagamaan saat melakukan tugas negara maka (demi alasan bisnis ataupun keuntungan negara atau kemaslahatan rakyat banyak atau alasan apa pun lainnya yang bisa diciptakannya) muncullan aturan2 yang menyalahi ajaran agama mana pun seperti legalisasi perjudian, penjualan minuman keras, lokalisasi, pornografi, pengakuan bagi kaum homoseksual dsb.
Saya kira, seseorang penganut agama, yang kemudian direkrut oleh negara sebagai aparat negara, tidak perlu melepas keagamaannya. Jika hatinya tidak dapat melaksanakan tugas negara yang dipandangnya sebagai 'bertentangan' dengan aturan agamanya, maka secara merdeka dia dapat mengundurkan diri dari peran sebagai aparat negara tersebut. Saya kira, NKRI yang tidak melaksanakan wajib militer atau wajib-wajib lainnya, sudah sangat tepat untuk memberikan kemerdekaan kepada warganya. Adalah kenyataan, bahwa sebelum Indonesia ini terbentuk seperti sekarang, leluhur orang Indonesia sudah hidup di Kepulauan Nusantara ini. Kehidupan itu bertransformasi, baik karena kesadaran sendiri maupun karena interaksi dengan bangsa lain, termasuk dengan pengaruh agama yang datang dari luar Kepulauan Nusantara, hingga seperti dewasa ini. Jelas, bahwa sebelum agama-agama yang diakui secara resmi eksis di negeri ini datang ke Kepulauan Nusantara, leluhur bangsa Indonesia telah hidup di Kepulauan Nusantara. Maka adalah bijaksana bila kemudian negara mengadopsi kehidupan agama, tetapi tidak mengharuskan hanya aturan agama tertentu saja yang diberlakukan, sebab, leluhur orang Indonesia tidak mengenal agama seperti yang diakui negara dewasa ini. Warga negara Indonesia bisa menganut agama yang datang dari luar Indonesia, tetapi tidak harus meniadakan nilai-nilai luhur leluhur yang telah eksis sejak jaman pra sejarah. Jika salah satu dari agama resmi itu mengharuskan aturan agamanya yang diberlakukan dengan tidak menganggap penting aturan agama lain, saya kira itu sama dengan mengingkari jati dirinya sebagai kelanjutan eksistensi dari leluhurnya. Jadi, menurut pemahaman saya, sebagai warga negara, sesorang harus memberikan hak negara kepada negara, dan sebagai penganut suatu agama, seseorang tiu wajib menunaikan kewajiban agamanya. Maka, signature saya berbunyi seperti... (bisa baca sendiri). - Quote :
- Apakah itu yang terjadi di negara2 Barat yang mayoritas warga dan aparatnya beragama Kristen ?
Tentang pertanyaan ini, saya tidak tahu, sebab belum pernah saya teliti, dan belum pernah saya baca hasil penelitian tentang itu. Damai bagi LTBers. | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 3rd April 2012, 17:32 | |
| - Husada wrote:
- Damai bagimu striker.
- striker wrote:
Apakah menurut anda Allah ingin manusia berbuat sebebas2nya? lalu utk apa Allah memberikan pengajaran melalui rasul2nya berupa perintah dan larangan2-Nya? Saya pikir, dan saya imani, dari pihak Tuhan jelas bahwa Tuhan menginginkan kebebasan manusia, bebas yang bertanggung jawab, bebas yang membangun, bebas yang berdayaguna, sesuai dengan yang Tuhan firmankan. Nah, banyak manusia yang mengartikan kebebasan itu seperti yang striker sebut berbuat sebebas2nya.
Meski Tuhan menghendaki agar manusia itu berbuat seperti yang Tuhan inginkan, ternyata Tuhan tidak memaksakan kehendakNya. Kembali lagi, bukan tidak mampu Tuhan memaksa manusia seperti yang Tuhan kehendaki. Mengapa Tuhan tidak mencabut kemerdekaan yang telah diberikan kepada manusia agar manusia selalu berbuat seperti yang Tuhan kehendaki?
Menurut yang saya imani dan yang dapat saya pikir, itu karena Tuhan menginginkan manusia mengasihi Tuhan secara merdeka, bukan karena dipaksa dan ditakut-takuti dengan neraka. Tuhan dengan datar saja tetapi jelas menyampaikan bahwa apabila manusia berbuat tidak seperti Tuhan inginkan, maka manusia akan dibuang ke neraka. Tuhan tidak berulang kali menakuti manusia dengan ancaman neraka. Manusia dibebaskan, bebas yang bertanggung jawab, bebas yang membangun, bebas yang menguntungkan banyak pihak, bebas yang mengasihi Tuhan.
Damai, damai, damai. wedeh.. ditakut2i dengan adanya neraka saja manusia masih pada nggampangke dan gak takut, apalagi gak ditakut2i. :) Sama halnya dng anak saya, supaya tdk melakukan sesuatu yg membahayakan dirinya, sekali2 saya juga harus menakut2i dengan apa yg dia takuti, karena itu utk kebaikan dia juga. benar sekali bahwa: apabila manusia berbuat tidak seperti Tuhan inginkan, maka manusia akan dibuang ke neraka., tapi pada kenyataannya banyak manusia yg bersembunyi pada kata 'kebebasan' utk bertindak tdk seperti yg Tuhan inginkan, seperti membuka aurat, saya rasa itu jg bukan bebas yang bertanggung jawab, bukan bebas yang membangun (kecuali membangunkan yg satu itu), dan bukan bebas yang menguntungkan banyak pihak (khususnya anak2 kita yg belum dewasa), bukan begitu mas? :) | |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 4th April 2012, 10:12 | |
| Damai bagi LTBers. - striker wrote:
benar sekali bahwa: apabila manusia berbuat tidak seperti Tuhan inginkan, maka manusia akan dibuang ke neraka., tapi pada kenyataannya banyak manusia yg bersembunyi pada kata 'kebebasan' utk bertindak tdk seperti yg Tuhan inginkan, seperti membuka aurat, saya rasa itu jg bukan bebas yang bertanggung jawab, bukan bebas yang membangun (kecuali membangunkan yg satu itu), dan bukan bebas yang menguntungkan banyak pihak (khususnya anak2 kita yg belum dewasa), bukan begitu mas? :)
Yahhh... begitulah kenyataannya. Menurut pemahaman saya, sebagian manusia ada yang mengidap kekonyolan seperti kekonyolan iblis. Iblis itu, meski mengetahui bahwa dia tidak akan mampu memperdaya Tuhan, tetapi selalu saja mengupayakan memperdayai Tuhan. Demikian juga manusia, meski mengetahui hal baik dan buruk bagi dirinya dan bagi sesamanya, ada saja manusia yang memperagakan keburukan bagi dirinya dan bagi orang lain. Jika kita lihat pada kenyataan sehari-hari di masyarakat kita, yang nota bene masing-masing adalah penganut agama, ada saja yang bersikap tidak seperti diajarkan agamanya. Agamanya mengajarkan agar tidak mengganggu peribadatan orang lain, dengan mendengungkan bagimu agamamu, bagiku agamaku, tetapi tetap saja ada yang mengganggu peribadatan tetangganya. Pada peristiwa penggangguan peribadatan seperti ini, menurut saya, sebaiknya para penganut agama seperti yang dianut oleh pengganggu itu mengingatkan para penggangu itu agar tidak menyimpang dari ajaran agamanya. Sebaliknya, pada kasus seperti yang striker ajukan, bahwa ada orang dengan bertopengkan kebebasan lantas membuka-buka auratnya di tengah khalayak, maka kepada orang itu diingatkan ajaran agama yang diterimanya tidak menghendaki pembukaan aurat di tengah khalayak. Hanya saja, perlu juga dicermati, kalau orang itu membuka aurat berdasarkan agama yang dianutnya, maka orang yang seagama dengan orang itu yang lebih kompeten mengingatkan. Kalau orang itu membuka aurat di tengah khalayak tanpa mengaitkannya dengan suatu agama tertentu, maka tugas aparat negara yang membinanya sesuai dengan etika dan tata aturan yang berlaku. Damai, damai, damai. | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 4th April 2012, 15:15 | |
| - Husada wrote:
- mereka tidak menghilangkan agamanya, melainkan menaruh agamanya pada prioritas kedua setelah kewarganegaraan. Artinya, pada saat orang itu bertindak atas nama negara, maka orang itu bukan sebagai seorang penganut agama, melainkan sebagai seorang warga negara yang telah direkrut menjadi aparat negara. Tidak perlu dikhawatirkan, bukan?
Agama menjadi prioritas kedua???? Karena pernyataan di atas itulah, mungkin ... mungkin keluarlah kebijakan2 yang menentang agama di negara2 Barat seperti yang saya sampaikan di atas. Karena mereka telah mendahulukan kepentingan negara dan masyarakat (menurut mereka) dari aturan agamanya. Naudzubillah min dzalik ... semoga kita dilindungi Allah dari hal2 seperti demikian. - Husada wrote:
- Saya kira, seseorang penganut agama, yang kemudian direkrut oleh negara sebagai aparat negara, tidak perlu melepas keagamaannya.
Sepertinya bertentangan dengan pernyataan Anda yang satu ini: - Husada wrote:
- aparat negara, ketika menjalankan tugas yang diembankan oleh negara, harus melepas atribut keagamaannya.
| |
| | | Husada Global Moderator
Jumlah posting : 4981 Join date : 07.05.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 4th April 2012, 17:49 | |
| Damai bagimu, Cah. Terima kasih atas kekritisan Silancah. Agar tidak menjadi salah dimengerti, penggalan posting yang Silancah re-post berikut: - Silancah wrote:
- Husada wrote:
- Saya kira, seseorang penganut agama, yang kemudian direkrut oleh negara sebagai aparat negara, tidak perlu melepas keagamaannya.
Sepertinya bertentangan dengan pernyataan Anda yang satu ini:
- Husada wrote:
- aparat negara, ketika menjalankan tugas yang diembankan oleh negara, harus melepas atribut keagamaannya.
sekilas tampak bertentangan, sebab pada post pertama menyatakan aparat negara tidak perlu melepas keagamaannya, sementara pada post berikutnya menyatakan aparat harus melepas atribut keagamaannya.
Namun, [b]tolong perhatikan waktunya. Mungkin saya kurang pandai mengemukakannya sehingga disalahmengerti oleh Silancah. Baiklah kita teliti ulang, - Husada wrote:
- Saya kira, seseorang penganut agama, yang kemudian
direkrut oleh negara sebagai aparat negara, tidak perlu melepas keagamaannya. Saya maksudkan begini: Ada penganut agama. Dia direkrut negara menjadi aparat negara (misalkan saja menjadi PNS). Pada saat perekrutan dan setelah terekrut menjadi PNS, penganut agama tersebut tidak perlu melepas agamanya. Kemudian, pada - Husada wrote:
- aparat negara, ketika menjalankan tugas yang diembankan oleh negara, harus melepas atribut keagamaannya.
Saya maksudkan begini: Penganut agama yang dijadikan oleh negara menjadi aparat negara tadi, Ketika menjalankan tugas, harus menomorsekiankan tuntutan keagamaannya, dan mengutamakan tugas negara yang diembankan kepadanya. Di sini (pada saat mengemban tugas negara tersebut), si aparat tadi harus menomorsekiankan agamanya daripada pelaksanaan tugasnya. Tolong jangan diartikan bahwa pada saat tersebut, lantas si aparat itu menjadi orang atheis. Yang saya maksud dengan melepas atribut keagamaannya ialah menomorsekiankan agamanya atau tidak mengutamakan tuntutan agamanya. Jika orang tersebut tidak mampu atau tidak mau bersikap demikian, maka dia harus mengundurkan diri dari sebagai aparat begara. Jika dia mencoba berkompromi dengan penguasa negara sehingga dia selalu mengemban tugas yang sesuai dengan tuntutan agamanya, pada saat seperti itu maka penguasa negara itu tidak bersikap sebagai penguasa negara, sebab dia mempraktikkan diskriminasi. Ou, ya, perlu dicatat bahwa negara yang saya maksud adalah negara demokratis, bukan negara agama. Dan anehnya, di negeri demokratis sekelas Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini, hal-hal kompromistis berlatar agama sangat kental. Begitu kira-kira, Cah. Semoga Silancah menangkap substansi yang saya maksudkan. Damai, damai, damai. | |
| | | striker Perwira Menengah
Jumlah posting : 1393 Join date : 03.02.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 4th April 2012, 21:03 | |
| - Husada wrote:
- Damai bagimu, Cah.
Terima kasih atas kekritisan Silancah. Agar tidak menjadi salah dimengerti, penggalan posting yang Silancah re-post berikut:
- Silancah wrote:
- Husada wrote:
- Saya kira, seseorang penganut agama, yang kemudian direkrut oleh negara sebagai aparat negara, tidak perlu melepas keagamaannya.
Sepertinya bertentangan dengan pernyataan Anda yang satu ini:
- Husada wrote:
- aparat negara, ketika menjalankan tugas yang diembankan oleh negara, harus melepas atribut keagamaannya.
sekilas tampak bertentangan, sebab pada post pertama menyatakan aparat negara tidak perlu melepas keagamaannya, sementara pada post berikutnya menyatakan aparat harus melepas atribut keagamaannya.
Namun, [b]tolong perhatikan waktunya. Mungkin saya kurang pandai mengemukakannya sehingga disalahmengerti oleh Silancah. Baiklah kita teliti ulang, - Husada wrote:
- Saya kira, seseorang penganut agama, yang kemudian
direkrut oleh negara sebagai aparat negara, tidak perlu melepas keagamaannya. Saya maksudkan begini: Ada penganut agama. Dia direkrut negara menjadi aparat negara (misalkan saja menjadi PNS). Pada saat perekrutan dan setelah terekrut menjadi PNS, penganut agama tersebut tidak perlu melepas agamanya.
Kemudian, pada - Husada wrote:
- aparat negara, ketika menjalankan tugas yang diembankan oleh negara, harus melepas atribut keagamaannya.
Saya maksudkan begini: Penganut agama yang dijadikan oleh negara menjadi aparat negara tadi, Ketika menjalankan tugas, harus menomorsekiankan tuntutan keagamaannya, dan mengutamakan tugas negara yang diembankan kepadanya.
Di sini (pada saat mengemban tugas negara tersebut), si aparat tadi harus menomorsekiankan agamanya daripada pelaksanaan tugasnya. Tolong jangan diartikan bahwa pada saat tersebut, lantas si aparat itu menjadi orang atheis. Yang saya maksud dengan melepas atribut keagamaannya ialah menomorsekiankan agamanya atau tidak mengutamakan tuntutan agamanya.
Jika orang tersebut tidak mampu atau tidak mau bersikap demikian, maka dia harus mengundurkan diri dari sebagai aparat begara. Jika dia mencoba berkompromi dengan penguasa negara sehingga dia selalu mengemban tugas yang sesuai dengan tuntutan agamanya, pada saat seperti itu maka penguasa negara itu tidak bersikap sebagai penguasa negara, sebab dia mempraktikkan diskriminasi. Ou, ya, perlu dicatat bahwa negara yang saya maksud adalah negara demokratis, bukan negara agama. Dan anehnya, di negeri demokratis sekelas Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini, hal-hal kompromistis berlatar agama sangat kental.
Begitu kira-kira, Cah. Semoga Silancah menangkap substansi yang saya maksudkan.
Damai, damai, damai. mungkin bisa dikasih contoh tugas negara yg harus menomer sekiankan tuntutan agama mas? mungkin karena itulah keluar kebijakan2 seperti yg ditulis oleh mas silancah ya mas? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 5th April 2012, 16:44 | |
| - Quote :
- mungkin bisa dikasih contoh tugas negara yg harus menomer sekiankan tuntutan agama mas?
mungkin karena itulah keluar kebijakan2 seperti yg ditulis oleh mas silancah ya mas? Mungkin lebih pas kalau saya pakai contoh dari agama anda mas. Seingat saya, ada ayat dimana dikatakan seorang Muslim tidak boleh membunu muslim lainnya. Nah, kalau anda adalah densus 88 yang kemudian bertugas mengejar gerombolan teroris yang kebetulan juga Muslim. Maka anda berada pada kondisi dimana anda harus melumpuhkan atau bahkan membunuh buronan anda yang berbahaya itu. Salam | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 5th April 2012, 17:56 | |
| - bruce wrote:
- [Mungkin lebih pas kalau saya pakai contoh dari agama anda mas.
Seingat saya, ada ayat dimana dikatakan seorang Muslim tidak boleh membunu muslim lainnya. Nah, kalau anda adalah densus 88 yang kemudian bertugas mengejar gerombolan teroris yang kebetulan juga Muslim. Maka anda berada pada kondisi dimana anda harus melumpuhkan atau bahkan membunuh buronan anda yang berbahaya itu.
Salam sebagai anggota Densus 88 ... tujuannya menangkap teroris... apa pun agamanya. Bila teroris itu melakukan serangan dan tindakan yang mampu merenggut nyawa saya ... maka saya berhak membela diri dan memerangi mereka bahkan sampa membunuhnya ... yang penting jangan ujug2 saya seperti sniper yang membunuh tersangka teroris yang sedang luntang-lantung atau ngedeprok di lantai saja ... kalau itu tindakan berlebihan namanya, dan tindakan berlebihan itu dilarang oleh ajaran Islam. QS Al Baqarah 2:190 "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." Wallahu a'lam ... | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 5th April 2012, 17:59 | |
| - Husada wrote:
- Saya maksudkan begini:
Penganut agama yang dijadikan oleh negara menjadi aparat negara tadi, Ketika menjalankan tugas, harus menomorsekiankan tuntutan keagamaannya, dan mengutamakan tugas negara yang diembankan kepadanya. Hal seperti ini diperbolehkan dalam ajaran Ke-Kristen-an? - Husada wrote:
- Di sini (pada saat mengemban tugas negara tersebut), si aparat tadi harus menomorsekiankan agamanya daripada pelaksanaan tugasnya. Tolong jangan diartikan bahwa pada saat tersebut, lantas si aparat itu menjadi orang atheis. Yang saya maksud dengan melepas atribut keagamaannya ialah menomorsekiankan agamanya atau tidak mengutamakan tuntutan agamanya.
Bagaimana bila saat melaksanakan tugas tersebut, sang aparat mengeluarkan peraturan yang bertentangan dengan ajaran Kristen. Apakah itu dibenarkan dalam ajaran ke-Kristen-an? | |
| | | bruce Global Moderator
Jumlah posting : 9231 Join date : 27.01.11
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 5th April 2012, 19:33 | |
| - Quote :
- Bagaimana bila saat melaksanakan tugas tersebut, sang aparat mengeluarkan peraturan yang bertentangan dengan ajaran Kristen.
Apakah itu dibenarkan dalam ajaran ke-Kristen-an?
Contoh kasus nya seperti apa kang? Kalau dalam militer, mengenai contoh untuk agama Islam saya bisa berikan. Untuk mendapat brevet Komando, seorang tentara dilatih antara lain dalam hal survival, nah untuk survival ini, diantaranya adalah maka apapun yang bisa dimakan, mulai dari yang haram sampai halal. Tentu bisa kita pakai pasal, bertahan hidup, sehigga haram dianggap halal. Hal yang lain lagi, tentu dalam pertempuran yang sedang terjadi, tidak ada waktu untuk sholat lima waktu, apalagi sholat berjamaah. Nah, dalam pertanyaan anda, bisakah diberikan contoh kasusnya, kang? Salam | |
| | | Silancah Perwira Menengah
Jumlah posting : 1492 Join date : 29.01.11 Lokasi : Bandung Barat
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? 5th April 2012, 20:31 | |
| - bruce wrote:
Contoh kasus nya seperti apa kang? Misalnya aturan tembak di tempat (kalau perlu sampai mati) untuk Densus 88 sementara ajaran Kasih melarang merenggut nyawa sesama. Demi menjunjung tinggi HAM, pemerintah mengeluarkan izin pernikahan sesama jenis padahal ajaran Kristen melarang hubungan sesama jenis. Demi revenue negara, pemerintah melegalkan lokalisasi perjudian, padahal ajaran Kristen melarang perjudian. Apakah saat seorang Densus menembak mati buruannya, saat seorang pejabat menandatangani pengesahan hukum pernikahan sesama jenis, saat seorang pejabat memotong gunting tempat perjudian ... mereka itu berdosa di hadapan Tuhan atau tidak? - bruce wrote:
- Kalau dalam militer, mengenai contoh untuk agama Islam saya bisa berikan.
Untuk mendapat brevet Komando, seorang tentara dilatih antara lain dalam hal survival, nah untuk survival ini, diantaranya adalah maka apapun yang bisa dimakan, mulai dari yang haram sampai halal. Tentu bisa kita pakai pasal, bertahan hidup, sehigga haram dianggap halal. Al Bawarah 2:173 "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dalam Islam, Allah bergelar ar Rahmaan dan ar Rahiim ... Sang Khalik tidak ingin menyulitkan manusia dalam beribadah kepadanya. Allah SWT tidak akan menguji manusia di luar batas kemampuannya. Bila dalam survival itu diharuskan memakan yang haram karena bila tidak mengonsumsinya akan mengakibatkan kematian maka makanan yang haram itu menjadi halal untuk dikonsumsi dan tidak ada dosa pada dirinya. - bruce wrote:
- Hal yang lain lagi, tentu dalam pertempuran yang sedang terjadi, tidak ada waktu untuk sholat lima waktu, apalagi sholat berjamaah.
Pada ajaran Sholat ada yang disebut sebagai Shalat Khauf yaitu Shalat dalam keadaan takut ... biasanya karena dalam perang. QS An Nisaa 4:102 "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata...." Jadi menurut ayat di atas, Allah ar Adl mengizinkan umat Islam untuk melaksanakan sholat fardhu yang biasanya empat rakaat menjadi dua atau bahkan satu rakaat saja. Bahkan menurut beberapa hadits, diizinkan bhawa sholat hanya dengan memberikan isyarat bila memang keadaannya sangat mendesak (dalam hadits itu dicontohkan seseorang yang sedang mengejar atau dikejar musuh atau bahan saat perang berkecamuk). Imam Muslim menyebutkan bahwa Ibnu Umar berkata "Jika sudah sangat gawat, kerjakan shalat sambil berkendaraan atau berdiri, dengan anggukkan kepala!" Dari dua contoh kasus di atas sudah jelas bahwa saat seorang Muslim melaksanakan tugas sebagai aparat atau abdi pemerintahan maka dia tidak perlu menomorduakan agamanya karena sudah diatur dalam Al Quran. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Iman dengan paksaan ? | |
| |
| | | | Iman dengan paksaan ? | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |