Poligami dlm pandangan Kristen dan Islam

bruce wrote:

Bagaimana jika pada awalnya berkeinginan untuk bersikap adil, tetapi dengan berjalannya waktu, sikap adil itu menjadi timpang, kang? Apakah itu tidak melanggar perintah Allah?

Sama seperti kita pada awalnya berkeinginan untuk bersikap baik terhadap sesama tetapi dengan berjalannya waktu kadang2 berbohong, mengucapkan kata2 kasar, dsb ... jadinya kita melanggar perintah Allah SWT.

Upahnya?
Dosa.

Wallahu a'lam ...

Silancah wrote:

bruce wrote:

Bagaimana jika pada awalnya berkeinginan untuk bersikap adil, tetapi dengan berjalannya waktu, sikap adil itu menjadi timpang, kang? Apakah itu tidak melanggar perintah Allah?

Sama seperti kita pada awalnya berkeinginan untuk bersikap baik terhadap sesama tetapi dengan berjalannya waktu kadang2 berbohong, mengucapkan kata2 kasar, dsb ... jadinya kita melanggar perintah Allah SWT.

Upahnya?
Dosa.

Wallahu a'lam ...

Astaga, lumayan berat resikonya kang, mudah mudahan anda tidak berkeinginan untuk mencari tambahan istri ya kang, karena keluarga anda saat ini sudah merupakan keluarga yang sangat indah.

:)

Jadi jika ternyata kita memang tidak bisa adil ketika berpoligami, bagaimana sebaiknya kang ? karena tidak adil itu kan dilarang ?

Apa sebaiknya kita menceraikan istri2 kita itu, supaya tidak terus menerus melakukan perbuatan yg dilarang Allah itu ?

Quote :

Jadi jika ternyata kita memang tidak bisa adil ketika berpoligami, bagaimana sebaiknya kang ? karena tidak adil itu kan dilarang ?

numpang nimbrung...
keadilan yang dimaksud disini adalah keadilan menurut laki2, karena kalau nanya ke perempuan tentang keadilan yang didapatkan akan sulit sekali rasanya.
mungkin sama perasaannya saat pacar/istri kita mulai main mata sama orang lain.

Quote :

Apa sebaiknya kita menceraikan istri2 kita itu, supaya tidak terus menerus melakukan perbuatan yg dilarang Allah itu ?

ini sepertinya merupakan salah satu solusi yang baik.
kawin-cere, kawin lagi-cere lagi, terus begitu sampai di semua tempat ada anaknya...
wkwkwkwkwkwkwk.

Djo wrote:

Jadi jika ternyata kita memang tidak bisa adil ketika berpoligami, bagaimana sebaiknya kang ? karena tidak adil itu kan dilarang ?

Kalau kita tidak bisa adil ketika berpoligami ya jangan berpoligami.

Djo wrote:

Apa sebaiknya kita menceraikan istri2 kita itu, supaya tidak terus menerus melakukan perbuatan yg dilarang Allah itu ?

Tapi kalau sudah berpoligami dan ternyata tidak bisa adil (entah suaminya memang tidak adil atau salah seorang istri merasa tidak adil) ... bisa dicarikan solusinya secara bersama.
Dan perceraian memang bisa dijadikan salah satu solusinya.

Tapi bila dilakukan dengan kesepakatan dan keikhlasan maka insya Allah tidak akan ada yang dirugikan dan semuanya akan mendapatkan kemuliaan dan berkah dari Allah SWT.

T2Y wrote:

ini sepertinya merupakan salah satu solusi yang baik.
kawin-cere, kawin lagi-cere lagi, terus begitu sampai di semua tempat ada anaknya...
wkwkwkwkwkwkwk.

Daripada nikah terus ternyata gak betah dengan pasangan yang sekarang lalu jajan di luar ... Astaghfirullah ...
Atau nikah terus gak cocok lalu membuat rumah tangga bagaikan neraka ... kasihan anak2nya .... Na'udzubillah min dzalik.

Silancah wrote:

Daripada nikah terus ternyata gak betah dengan pasangan yang sekarang lalu jajan di luar ... Astaghfirullah ...

kalau pernikahannya dilakukan seperti zaman dulu diarab saya kurang tahu, tapi di china konon katanya kita bahkan gak tahu wajah si mempelai sampai hari pernikahan tiba.
itu masih masuk diakal karena kita gak tahu sifat2 calon pasangan kita, tapi kalau zaman sekarang ???
kadang2 karena ketemu yang lebih muda dan menarik, istri juga jadi kelihatan jelek dan timbulah masalah2 yang sebelumnya tidak terlalu dipersoalkan.
lagi pula dimana komitmen dan janji yang dulu diucapkan saat nikahnya ?

Quote :

Atau nikah terus gak cocok lalu membuat rumah tangga bagaikan neraka ... kasihan anak2nya .... Na'udzubillah min dzalik.

kalau anda mau jujur perceraian juga membawa pengaruh buruk yang sama kalau tidak lebih buruk.

Quote :

Atau nikah terus gak cocok lalu membuat rumah tangga bagaikan neraka ... kasihan anak2nya .... Na'udzubillah min dzalik.


kalau anda mau jujur perceraian juga membawa pengaruh buruk yang sama kalau tidak lebih buruk.

Jadiiiiiii....... Apapun akhirnya, poligami itu tetap bukan pilihan yang rasional dan bertanggung jawab.

Silancah wrote:

Kalau kita tidak bisa adil ketika berpoligami ya jangan berpoligami.

Kan awalnya kita memang berniat berbuat baik, tapi apa daya ditengah perjalanan ternyata kita sering berbohong dan berbuat kasar.

Awalnya kita memang berniat adil, tp apa daya, istri muda lebih cantik dan pengertian. Sedangkan istri tua kasar dan cemburuan. Sehingga sulit rasanya utk membohongi hati ini, maunya di rumah istri muda terus.

Roh memang penurut, tapi daging itu lemah.

Silancah wrote:

Tapi kalau sudah berpoligami dan ternyata tidak bisa adil (entah suaminya memang tidak adil atau salah seorang istri merasa tidak adil) ... bisa dicarikan solusinya secara bersama.
Dan perceraian memang bisa dijadikan salah satu solusinya.

Ya, poligami adalah sebuah solusi. Perceraian jg adalah sebuah solusi.
Jadi memang ada solusi dari sebuah solusi.

Nah pertanyaan saya, apakah perceraian ini jg adalah sebuah solusi yg ditawarkan oleh Allah, sama halnya sprti poligami ?

Silancah wrote:

Tapi bila dilakukan dengan kesepakatan dan keikhlasan maka insya Allah tidak akan ada yang dirugikan dan semuanya akan mendapatkan kemuliaan dan berkah dari Allah SWT.

Betul. Seandainya ini dilakukan dgn kesepakatan dan keikhlasan, maka insya Allah nabi Muhammad jg mengizinkan putrinya utk dipoligami.

bruce wrote:

Jadiiiiiii....... Apapun akhirnya, poligami itu tetap bukan pilihan yang rasional dan bertanggung jawab.

Jangan sampai pada awalnya kita mengangkat derajat para janda dan anak yatim utk memiliki suami dan ayah yg sah dan jelas, tapi pada akhirnya kita hanya menambah angka janda2 yg ditinggal suami serta jumlah anak2 yg broken home ditinggal sama bapaknya.


Na'udzubillah min dzalik.

Djo wrote:

Jangan sampai pada awalnya kita mengangkat derajat para janda dan anak yatim utk memiliki suami dan ayah yg sah dan jelas, tapi pada akhirnya kita hanya menambah angka janda2 yg ditinggal suami serta jumlah anak2 yg broken home ditinggal sama bapaknya.

yang penting mereka yang jadi janda dan anak2 broken home itu ikhlasss...

T2Y wrote:

kalau pernikahannya dilakukan seperti zaman dulu diarab saya kurang tahu, tapi di china konon katanya kita bahkan gak tahu wajah si mempelai sampai hari pernikahan tiba.
itu masih masuk diakal karena kita gak tahu sifat2 calon pasangan kita, tapi kalau zaman sekarang ???
kadang2 karena ketemu yang lebih muda dan menarik, istri juga jadi kelihatan jelek dan timbulah masalah2 yang sebelumnya tidak terlalu dipersoalkan.
lagi pula dimana komitmen dan janji yang dulu diucapkan saat nikahnya ?

Kalau keduanya dengan ikhlas memegang komitmen dan janji tentu saja tidak akan mendatangkan kemudharatan ke dalam pernikahan mereka.

Tetapi kalau keduanya sudah jauh dari komitmen tapi terbelenggu pada ikatan pernikahan itu sendiri .. bisa menimbulkan kemudharatan.

T2Y wrote:

kalau anda mau jujur perceraian juga membawa pengaruh buruk yang sama kalau tidak lebih buruk.

Tidak bercerai bisa membawa pengaruh buruk ... bercerai juga bisa membawa pengaruh buruk.
Apakah ada jaminan tidak bercerai pasti akan baik semuanya?
Apakah ada jaminan bercerai pasti akan baik semuanya?
Semuanya memungkinkan tapi ....

... bila pilihan itu dijalankan dengan ikhlas dan tujuan baik maka insya Allah bisa akan berakhir dengan baik untuk semua pihak.

bruce wrote:

Jadiiiiiii....... Apapun akhirnya, poligami itu tetap bukan pilihan yang rasional dan bertanggung jawab.

Kembali... tergantung kepada orang yang melakukannya.
Bila dilaksanakan oleh orang2 yang ikhlas dan bertanggung-jawab ... insya Allah akan mendatangkan kebaikan.

Wah sepertinya diskusinya sangat menyenangkan dan saya sedikit ketinggalan kereta
Alhamdulillah ada mas bro Silancah :)

striker menyimak dulu deh :)

monggo silahkan dilanjut diskusinya, semoga damai selalu :)

Djo wrote:

Kan awalnya kita memang berniat berbuat baik, tapi apa daya ditengah perjalanan ternyata kita sering berbohong dan berbuat kasar.

Awalnya kita memang berniat adil, tp apa daya, istri muda lebih cantik dan pengertian. Sedangkan istri tua kasar dan cemburuan. Sehingga sulit rasanya utk membohongi hati ini, maunya di rumah istri muda terus.

Roh memang penurut, tapi daging itu lemah.

Bila iman seseorang itu kuat maka insya Allah hal2 duniawi seperti itu tidak akan ada memengaruhi dirinya.
Bila apa2 yang dilakukannya itu hanya demi Allah semata bukan untuk memuaskan syahwat (istilah anda: daging) atau egnya (seharusnya ini yang jadi pegangan saat berpoligami) maka insya Allah di tengah perjalanan tidak akan terjadi hal2 yang tidak diinginkan.

Memang sulit ... oleh karena itu Rasulullah SAW pun tidak mengharuskan umat Muslim untuk melakukannya.

Djo wrote:

Ya, poligami adalah sebuah solusi. Perceraian jg adalah sebuah solusi.
Jadi memang ada solusi dari sebuah solusi.

Nah pertanyaan saya, apakah perceraian ini jg adalah sebuah solusi yg ditawarkan oleh Allah, sama halnya sprti poligami ?

Dengan tidak diharamkannya perceraian maka Allah SWT mengijinkannya ... bahkan diatur cara2nya di dalam Al Quran agar perceraian itu membawa kebaikan dan bukan kemudharatan di kemudian hari.

Djo wrote:

Betul. Seandainya ini dilakukan dgn kesepakatan dan keikhlasan, maka insya Allah nabi Muhammad jg mengizinkan putrinya utk dipoligami.

Masalah Nabi Muhammad SAW tidak mengizinkan Ali bin Abi Thalib ra untuk mem-poligami Aisyah ra ... saya tidak tahu alasannya. Mungkin karena Ali dipandang tidak bersikap adil dalam urusan wanita?

Tapi ini menjadi simbol bahwa poligami bukanlah sesuatu yang HARUS diamalkan seorang muslim dalam rangka ibadah dan ber-ittiba (meneladani) kepada Rasul SAW.

Wallahu a'lam ...

Djo wrote:

Jangan sampai pada awalnya kita mengangkat derajat para janda dan anak yatim utk memiliki suami dan ayah yg sah dan jelas, tapi pada akhirnya kita hanya menambah angka janda2 yg ditinggal suami serta jumlah anak2 yg broken home ditinggal sama bapaknya.

Na'udzubillah min dzalik.

Sungguh .. Na'udzubillah min dzalik.

Oleh karena itu saat seseorang berpoligami harus mengingat alasan sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan hal itu.
Jangan mencari2 alasan untuk menutupi/menjustifikasi alasan syahwat.

Karena kalau poligami hanya didasari untuk memenuhi syahwat dan bukan karena ibadah kepada Allah al Ghaffar maka rasanya sulit untuk mencegah kemudharatan yang mungkin terjadi.

T2Y wrote:

yang penting mereka yang jadi janda dan anak2 broken home itu ikhlasss...

Seseorang yang melakukan poligami sebagai solusi ummat dan niat ibadah ... instead of solusi pemuasan syahwat ... maka insya Allah tidak akan ada janda2 dan anak2 broken home.

Insya Allah ...

lee_king_kong wrote:

striker wrote:

bruce wrote:

striker wrote:

lee_king_kong wrote:

seorang hamba tidak bisa mengabdi pada dua tuan, maka dia akan mencintai tuan yang satu daripada yang lain..

Banarkah seorang hamba TIDAK BISA mengabdi pada 2 atau 3 TUAN dlm SATU PENGABDIAN yg SAMA (Adil)? :)

Coba beri saya satu kasus dalam dunia nyata mas, silahkan jika anda mampu, he he he

ketua klub poligami Malaysia Global Ikhwan Chodijah Binti Am (perempuan yg dipoligami):

Ia menjelaskan, poligami menjadi obat mujarab untuk mendapatkan cinta Allah.
Ia mengaku, sebagai wanita awalnya menolak poligami, bahkan seluruh keluarganya pun menolak dengan alasan takut Chodijah tidak bahagia dan terlantar.

Tapi, ia melanjutkan, setelah selama 30 tahun menjalani hidup sebagai seorang istri yang dipoligami, justru dirinya mendapatkan cinta Allah, karena senantiasa berkomunikasi dengan-Nya.

Asli ngakak mas...gimana caranya dia mendapatkan cinta Allah mas?gak ada keterangan lebihnya? berarti nanti lagu Aku Tidak Mau Dimadu udah boleh diganti judulnya Aku sangat suka diMadu..hehehehe...
Alasan poligami sebenarnya apa?perinah agamakah? menurut saya itu lebih mengutamakan nafsu kecuali seperti nabi muhammad yang katanya menolong janda mas... kalo saya liat kebanyakan orang poligamis sich karena istrinya da peyot n gak cantik lagi, apalagi ntar daoat yang daun muda..

maaf ada quote buat saya yg lupa/terlewat saya tanggapi

Sebenarnya begitu banyak alasan tuk seseorang tuk berpoligami, seperti salah satu yg saya ceritakan sebelumnya, tak bisa dipungkiri MUNGKIN memang para pelaku poligami sedikit didasari atas nafsu, tapi bagaimana kita memanage nafsu tersebut, itulah salah satu alasan orang berpoligami :)
bayangkan kalau kita harus berjauhan dengan istri, dikarenakan mengurus kerjaan dibeberapa tempat yg berjauhan dan ternyata istri tdk bisa menemani kita terus menerus, kalau istri mengijinkan tuk berisitri lagi dengan pertimbangan yg bijaksana (agar suami tdk melakukan zina), saya rasa sah2 saja sang suami berpoligami.
itu hanya salah satu contoh saja (bukan pengalaman pribadi lho) :)

Apakah poligami itu perintah Agama? saya rasa saya sdh utarakan berulang2 bahwa poligami bukanlah PERINTAH atau KEHARUSAN yg harus dilakukan Muslim :)
Poligami sama halnya seperti hidup selibat (tdk menikah) dlm kristen, itu hanya pilihan, jikalau itu membawa manfaat ya tdk dilarang tuk dilakukan, apabilka membawa mudharat, maka Allah melarangnya 'CUKUP 1 ISTRI SAJA' :)

mas bro Silancah mungkin lebih baik dlm menjelaskannya :)

striker wrote:

maaf ada quote buat saya yg lupa/terlewat saya tanggapi

Sebenarnya begitu banyak alasan tuk seseorang tuk berpoligami, seperti salah satu yg saya ceritakan sebelumnya, tak bisa dipungkiri MUNGKIN memang para pelaku poligami sedikit didasari atas nafsu, tapi bagaimana kita memanage nafsu tersebut, itulah salah satu alasan orang berpoligami :)
bayangkan kalau kita harus berjauhan dengan istri, dikarenakan mengurus kerjaan dibeberapa tempat yg berjauhan dan ternyata istri tdk bisa menemani kita terus menerus, kalau istri mengijinkan tuk berisitri lagi dengan pertimbangan yg bijaksana (agar suami tdk melakukan zina), saya rasa sah2 saja sang suami berpoligami.
itu hanya salah satu contoh saja (bukan pengalaman pribadi lho) :)

Kalau yang ini saya kurang sepaham.
Kita diajarkan untuk berpuasa ... untuk menahan diri termasuk syahwat/nafsu.
Bila kita istiqomah dalam menahan diri ini maka insya Allah, walaupun berjauhan dengan istri, tetap tidak akan tergoda melakukan zina ... dan tidak usah mem-poligami istri.

Alhamdulillah, saya pernah menjalani godaan itu.
Ditugaskan kantor ke Oman selama enam bulan dengan aturan dua bulan sekali baru bisa bertemu dengan keluarga.
Dan tidak sekali pun saya memiliki niatan untuk berpoligami atau berzina.
Subhanallah .... sungguh, bila Allah al Kabir menghendaki maka umatNya akan diberi kekuatan tekad yang luar biasa.

striker wrote:

Apakah poligami itu perintah Agama? saya rasa saya sdh utarakan berulang2 bahwa poligami bukanlah PERINTAH atau KEHARUSAN yg harus dilakukan Muslim :)
Poligami sama halnya seperti hidup selibat (tdk menikah) dlm kristen, itu hanya pilihan, jikalau itu membawa manfaat ya tdk dilarang tuk dilakukan, apabilka membawa mudharat, maka Allah melarangnya 'CUKUP 1 ISTRI SAJA' :)

mas bro Silancah mungkin lebih baik dlm menjelaskannya :)

Memang benar akhi ...

Poligami itu adalah sebuah pilihan ... bukan keharusan.
Sebagaimana hidup selibat ... itu adalah sebuah pilihan ... bukan keharusan.

Apakah hidup selibat itu pasti mendatangkan kebaikan?
Belum tentu.
Bila orang terkait memilih selibat karena ibadah maka mungkin akan membawa kebaikan buat dirinya dan jemaat.
Tetapi bila (daging) orang terkait tidak bisa terkendali maka akan membawa kemudharatan bagi dirinya dan jemaat di sekitarnya. (Na'udzubillah min dzalik)

Silancah wrote:

striker wrote:

maaf ada quote buat saya yg lupa/terlewat saya tanggapi

Sebenarnya begitu banyak alasan tuk seseorang tuk berpoligami, seperti salah satu yg saya ceritakan sebelumnya, tak bisa dipungkiri MUNGKIN memang para pelaku poligami sedikit didasari atas nafsu, tapi bagaimana kita memanage nafsu tersebut, itulah salah satu alasan orang berpoligami :)
bayangkan kalau kita harus berjauhan dengan istri, dikarenakan mengurus kerjaan dibeberapa tempat yg berjauhan dan ternyata istri tdk bisa menemani kita terus menerus, kalau istri mengijinkan tuk berisitri lagi dengan pertimbangan yg bijaksana (agar suami tdk melakukan zina), saya rasa sah2 saja sang suami berpoligami.
itu hanya salah satu contoh saja (bukan pengalaman pribadi lho) :)

Kalau yang ini saya kurang sepaham.
Kita diajarkan untuk berpuasa ... untuk menahan diri termasuk syahwat/nafsu.
Bila kita istiqomah dalam menahan diri ini maka insya Allah, walaupun berjauhan dengan istri, tetap tidak akan tergoda melakukan zina ... dan tidak usah mem-poligami istri.

Alhamdulillah, saya pernah menjalani godaan itu.
Ditugaskan kantor ke Oman selama enam bulan dengan aturan dua bulan sekali baru bisa bertemu dengan keluarga.
Dan tidak sekali pun saya memiliki niatan untuk berpoligami atau berzina.
Subhanallah .... sungguh, bila Allah al Kabir menghendaki maka umatNya akan diberi kekuatan tekad yang luar biasa.

striker wrote:

Apakah poligami itu perintah Agama? saya rasa saya sdh utarakan berulang2 bahwa poligami bukanlah PERINTAH atau KEHARUSAN yg harus dilakukan Muslim :)
Poligami sama halnya seperti hidup selibat (tdk menikah) dlm kristen, itu hanya pilihan, jikalau itu membawa manfaat ya tdk dilarang tuk dilakukan, apabilka membawa mudharat, maka Allah melarangnya 'CUKUP 1 ISTRI SAJA' :)

mas bro Silancah mungkin lebih baik dlm menjelaskannya :)

Memang benar akhi ...

Poligami itu adalah sebuah pilihan ... bukan keharusan.
Sebagaimana hidup selibat ... itu adalah sebuah pilihan ... bukan keharusan.

Apakah hidup selibat itu pasti mendatangkan kebaikan?
Belum tentu.
Bila orang terkait memilih selibat karena ibadah maka mungkin akan membawa kebaikan buat dirinya dan jemaat.
Tetapi bila (daging) orang terkait tidak bisa terkendali maka akan membawa kemudharatan bagi dirinya dan jemaat di sekitarnya. (Na'udzubillah min dzalik)

setuju mas bro, tapi tentu saja setiap individu tdk bisa disamakan dan tdk setaat juga sepandai mas bro Silancah dlm memanage nafsunya, dengan puasa dan istiqomah dlm menahan diri :)

[quote=Striker"]
setuju mas bro, tapi tentu saja setiap individu tdk bisa disamakan dan tdk setaat juga sepandai mas bro Silancah dlm memanage nafsunya, dengan puasa dan istiqomah dlm menahan diri :)
[/quote]

Akhirnya batasan boleh tidak-nya atau baik buruk-nya suatu pilihan tergantung pada diri sendiri.. Bagaimana kita mengukur diri sendiri pada saat kita kan membuat keputusan tersebut, Bukan Begitu ?


Salam

samiaji wrote:

Akhirnya batasan boleh tidak-nya atau baik buruk-nya suatu pilihan tergantung pada diri sendiri.. Bagaimana kita mengukur diri sendiri pada saat kita kan membuat keputusan tersebut, Bukan Begitu ?

Salam

Boleh tidaknya sesuatu (secara istilah: Halal-Haram) ditentukan oleh Allah al Khalik semata.
Masalah baik dan buruknya sesuatu ... itu merupakan hasil dari pilihan hidup yang dilakukan seseorang.

Poligami itu boleh/halal.
Tetapi apakah menjadi mudharat atau manfaat ... ditentukan oleh pilihan2 langkah/hidup yang dilakukan pihak2 yang menjalani poligami tersebut.

Atau boleh saya koreksi seperti ini :
* Halal : bisa bermanfaat tapi bisa juga mudharat tergantung pelaksanaan
* Haram : pasti mudharat

Begitu kah ?


Salam

striker wrote:

leonardo wrote:

striker wrote:

Djo wrote:

bruce wrote:

1. Pribadi yang tidak dapat mengekang hawa nafsu dan keserakahan (keinginan untuk menguasai). Jadi jelas suatu perbuatan yang kurang baik, sama seperti orang yang tidak dapat menahan nafsu makannya, atau bagaikan seseorang yang tidak dapat mengekang nafsu serakahnya terhadap uang. Ketidak mampuan diri dalam mengendalikan hawa nafsu, sehingga jatuh dalam kendali nafsu termasuk dalam perbuatan tercela karena dapat dianggap menduakan Tuhan, dan jelas salah di hadapan Tuhan.

Betul. Karena ketika seseorang sdh berumah tangga dan terbesit dipikirannya utk memiliki wanita lain lg, sesungguhnya ia sudah selingkuh dan itu adlh perbuatan zinah.

Selir hati istilahnya......

Abraham, daud, Solomon, apakah mereka bisa dikatakan para pelaku zina? Astaghfirullah.

Striker,

anda tidak bisa selalu menyamakan keadaan PL dengan keadaan sekarang yang sudah berada pada zaman PB.
Why?

Karena Kristus telah menggenapi hukum Taurat dan memberikan hukum kasih dalam PB yang lama selalu dilihat dalam terang perjanjian baru.

Misal tentang perceraian bisa dilat di ayat ini
Mat 19 :5-8
19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

Jika perceraian saja ditolak apalagi poligami :)

salam damai :)

Apakah anda ingin mengatakan bahwa PL dan PB bertolak belakang hukumnya, PL mengijinkan dan PB melarangnya (dan sebaliknya)? :)

damai juga mas bro :)

Intinya standart hukum yang dijalankan berbeda yang baru adalah yang paripurna berlaku untuk semua dan standar hukumnya lebih tinggi.

Namun dari ayat di atas bahwa sebenarnya dalam PL pun Allah tidak menghendaki perceraian namun mengapa Musa mengeluarkan surat cerai adalah karena ketegaran hati umat Israel sendiri saat itu.

salam :)

Silancah wrote:

Kalau keduanya dengan ikhlas memegang komitmen dan janji tentu saja tidak akan mendatangkan kemudharatan ke dalam pernikahan mereka.

Tetapi kalau keduanya sudah jauh dari komitmen tapi terbelenggu pada ikatan pernikahan itu sendiri .. bisa menimbulkan kemudharatan.

bagaimana kalau komitmennya terganggu dengan alasan sunnah nabi yang akan dapat sejumlah pahala ?

Quote :

T2Y wrote:

kalau anda mau jujur perceraian juga membawa pengaruh buruk yang sama kalau tidak lebih buruk.

Tidak bercerai bisa membawa pengaruh buruk ... bercerai juga bisa membawa pengaruh buruk.
Apakah ada jaminan tidak bercerai pasti akan baik semuanya?
Apakah ada jaminan bercerai pasti akan baik semuanya?

Semuanya memungkinkan tapi ....

... bila pilihan itu dijalankan dengan ikhlas dan tujuan baik maka insya Allah bisa akan berakhir dengan baik untuk semua pihak.

menurut Islam seberapa sakral sih pernikahan itu, kang ?