Poligami dlm pandangan Kristen dan Islam

Quote :

Masalah Nabi Muhammad SAW tidak mengizinkan Ali bin Abi Thalib ra untuk mem-poligami Aisyah ra ... saya tidak tahu alasannya. Mungkin karena Ali dipandang tidak bersikap adil dalam urusan wanita?

bagaimana sih sebenarnya patokan berlaku "adil" itu ?
menurut siapa dapat berlaku adil atw tidaknya ?
sudah adilkah beliau menurut pandangan istri2nya ?

samiaji wrote:

Atau boleh saya koreksi seperti ini :
* Halal : bisa bermanfaat tapi bisa juga mudharat tergantung pelaksanaan
* Haram : pasti mudharat

Begitu kah ?

Salam

Kira2 seperti itu.
Contoh lain ... makan daging kambing itu halal tetapi kalau kebanyakan bisa mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri.

T2Y wrote:

bagaimana kalau komitmennya terganggu dengan alasan sunnah nabi yang akan dapat sejumlah pahala ?

Pertanyaan anda sepertinya berkontradiksi.
Coba ditelaah lagi pertanyaannya ...

T2Y wrote:

menurut Islam seberapa sakral sih pernikahan itu, kang ?

Pernikahan itu mendapatkan tempat yang mulia di mata Allah SWT sehingga disebutkan bahwa dengan menikah seakan2 kita sudah menyempurnakan setengah agama.

T2Y wrote:

bagaimana sih sebenarnya patokan berlaku "adil" itu ?
menurut siapa dapat berlaku adil atw tidaknya ?

Patokan adil itu tentu saja harus sesuai dengan definisi yang ditentukan oleh Allah Al Wahid karena semua yang kita lakukan nantinya akan dinilai olehNya di hari pengadilan nanti.
Dan koridor2nya sudah digambarkan di dalam Al Quran seperti tidak boleh menyakiti hati wanita, tidak boleh merugikan orang lain, dsb.

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apakah kita benar2 yakin mampu mewujudkan keadilan (dalam kasus ini, tentunya dalam sebuah pernikahan) sesuai apa yang diinginkan sang Khalik untuk kemudian mempertanggungjawabannya kelak

Bila merasa mampu ... silahkan berpoligami ... bila tidak ... ya jangan berpoligami.

T2Y wrote:

sudah adilkah beliau menurut pandangan istri2nya ?

?

Wallahu a'lam ... sejauh ini saya tidak pernah menemukan literatur yang menyebutkan adanya pertikaian di dalam keluarga beliau karena ketidakadilan beliau terhadap istri2nya sehingga mengacaukan rumah tangga beliau.

Silancah wrote:

T2Y wrote:

bagaimana kalau komitmennya terganggu dengan alasan sunnah nabi yang akan dapat sejumlah pahala ?

Pertanyaan anda sepertinya berkontradiksi.
Coba ditelaah lagi pertanyaannya ...

maaf, kang... :)
itu hanya suatu sindiran buat yang dengan menggebu2 mempromosikan poligami tanpa menjelaskan betapa sulitnya berlaku adil itu.

Quote :

T2Y wrote:

menurut Islam seberapa sakral sih pernikahan itu, kang ?

Pernikahan itu mendapatkan tempat yang mulia di mata Allah SWT sehingga disebutkan bahwa dengan menikah seakan2 kita sudah menyempurnakan setengah agama.

maksud saya, apakah suatu pernikahan itu dipersatukan oleh Allah sendiri ?
seperti dalam Matius 19:6
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
atw berbeda ?

Silancah wrote:

T2Y wrote:

bagaimana sih sebenarnya patokan berlaku "adil" itu ?
menurut siapa dapat berlaku adil atw tidaknya ?

Patokan adil itu tentu saja harus sesuai dengan definisi yang ditentukan oleh Allah Al Wahid karena semua yang kita lakukan nantinya akan dinilai olehNya di hari pengadilan nanti.
Dan koridor2nya sudah digambarkan di dalam Al Quran seperti tidak boleh menyakiti hati wanita, tidak boleh merugikan orang lain, dsb.

wah, kalau dilihat dari 2 contoh patokan diatas saja saya kok gak yakin ada orang yang sanggup untuk melakukannya yah ???

Quote :

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apakah kita benar2 yakin mampu mewujudkan keadilan (dalam kasus ini, tentunya dalam sebuah pernikahan) sesuai apa yang diinginkan sang Khalik untuk kemudian mempertanggungjawabannya kelak

Bila merasa mampu ... silahkan berpoligami ... bila tidak ... ya jangan berpoligami.

bila merasa mampu ?
berarti bila seseorang merasa dirinya mampu ?
mungkin saja Ali bin Abi Thalib ra pun merasa mampu, kan ?

Quote :

T2Y wrote:

sudah adilkah beliau menurut pandangan istri2nya ?

?

Wallahu a'lam ... sejauh ini saya tidak pernah menemukan literatur yang menyebutkan adanya pertikaian di dalam keluarga beliau karena ketidakadilan beliau terhadap istri2nya sehingga mengacaukan rumah tangga beliau.

tidak adanya pertikaian itu bisa disebabkan karena banyak hal, kang.
jaman Suharto, siapa yang berani terlalu vokal bisa hilang tanpa jejak, itu baru presiden apa lagi ini sudah berhubungan dengan utusan Sang Pencipta yang punya hak2 khusus.

setidaknya pernahkah anda menemukan literatur yang menyebutkan adanya ketidak sukaan istri2 beliau karena misalnya tidak dapat giliran dsb ?

T2Y wrote:

maaf, kang... :)
itu hanya suatu sindiran buat yang dengan menggebu2 mempromosikan poligami tanpa menjelaskan betapa sulitnya berlaku adil itu.

Memang sangat disayangkan ... kebanyakan orang mengganggap adil di dalam poligami itu hanya berurusan dengan masalah pembagian 'jatah' dan materi semata.
Padahal menurut saya ... bukan hanya itu saja.

T2Y wrote:

maksud saya, apakah suatu pernikahan itu dipersatukan oleh Allah sendiri ?
seperti dalam Matius 19:6
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
atw berbeda ?

QS Ar Ruum 30:21 "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri spuaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Dari ayat di atas kita bisa memikirkan dan memahami apa artinya memiliki pasangan di mata Allah.
Saya rasa kalau sepasang suami istri memahami ayat di atas maka tidak mudah ada kata perceraian pada kosa kata mereka.

T2Y wrote:

wah, kalau dilihat dari 2 contoh patokan diatas saja saya kok gak yakin ada orang yang sanggup untuk melakukannya yah ???

Patokan itu diberikan untuk dipatuhi ... dan semua orang tentunya ingin meraih kesempurnaan sehingga akan berusaha untuk mematuhi apa yang ditunjukkan oleh Allah al Hadi.
Semua yang kita lakukan di dunia ini, dalam hal apa pun, tentunya dengan niatan agar kita bisa menapak jalan menuju menuju kesempurnaan karena tidak ada yang dilahirkan sempurna di dunia ini.

T2Y wrote:

tidak adanya pertikaian itu bisa disebabkan karena banyak hal, kang.
jaman Suharto, siapa yang berani terlalu vokal bisa hilang tanpa jejak, itu baru presiden apa lagi ini sudah berhubungan dengan utusan Sang Pencipta yang punya hak2 khusus.

Kalau masalah ini sudah ada contoh di dalam Al Quran tentang kekurangan Rasulullah SAW dalam menjalani rumah tangga. Tetapi, alhamdulillah, karena beliau adalah seseorang yang ma'shum maka begitu ditegur oleh Allah SWT maka beliau kembali ke jalan yang benar.

Dan kesalahan yang dilakukan beliau tidaklah fatal sehingga menimbulkan perpecahan di dalam rumah tangga dan berujung kepada perceraian.

T2Y wrote:

setidaknya pernahkah anda menemukan literatur yang menyebutkan adanya ketidak sukaan istri2 beliau karena misalnya tidak dapat giliran dsb ?

Tidak pernah.

Silancah wrote:

T2Y wrote:

maaf, kang... :)
itu hanya suatu sindiran buat yang dengan menggebu2 mempromosikan poligami tanpa menjelaskan betapa sulitnya berlaku adil itu.

Memang sangat disayangkan ... kebanyakan orang mengganggap adil di dalam poligami itu hanya berurusan dengan masalah pembagian 'jatah' dan materi semata.
Padahal menurut saya ... bukan hanya itu saja.

T2Y wrote:

maksud saya, apakah suatu pernikahan itu dipersatukan oleh Allah sendiri ?
seperti dalam Matius 19:6
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
atw berbeda ?

QS Ar Ruum 30:21 "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanMya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri spuaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Dari ayat di atas kita bisa memikirkan dan memahami apa artinya memiliki pasangan di mata Allah.
Saya rasa kalau sepasang suami istri memahami ayat di atas maka tidak mudah ada kata perceraian pada kosa kata mereka.

kalau memang kita menganggap Allah sendiri yang mempersatukan kita dengan pasangan kita, memang seharusnya kita selalu mengingat2 ayat2 diatas ya, kang... :)
mudah2an saya juga demikian nantinya...

Silancah wrote:

T2Y wrote:

wah, kalau dilihat dari 2 contoh patokan diatas saja saya kok gak yakin ada orang yang sanggup untuk melakukannya yah ???

Patokan itu diberikan untuk dipatuhi ... dan semua orang tentunya ingin meraih kesempurnaan sehingga akan berusaha untuk mematuhi apa yang ditunjukkan oleh Allah al Hadi.
Semua yang kita lakukan di dunia ini, dalam hal apa pun, tentunya dengan niatan agar kita bisa menapak jalan menuju menuju kesempurnaan karena tidak ada yang dilahirkan sempurna di dunia ini.

menurut kami sih ada, yaitu Yesus.
kalau yang lainnya sih yah gak ada yang dilahirkan sempurna.

Quote :

T2Y wrote:

tidak adanya pertikaian itu bisa disebabkan karena banyak hal, kang.
jaman Suharto, siapa yang berani terlalu vokal bisa hilang tanpa jejak, itu baru presiden apa lagi ini sudah berhubungan dengan utusan Sang Pencipta yang punya hak2 khusus.

Kalau masalah ini sudah ada contoh di dalam Al Quran tentang kekurangan Rasulullah SAW dalam menjalani rumah tangga. Tetapi, alhamdulillah, karena beliau adalah seseorang yang ma'shum maka begitu ditegur oleh Allah SWT maka beliau kembali ke jalan yang benar.

Dan kesalahan yang dilakukan beliau tidaklah fatal sehingga menimbulkan perpecahan di dalam rumah tangga dan berujung kepada perceraian.

ya, kalau sampai bercerai sih memang tidak kang.

Quote :

T2Y wrote:

setidaknya pernahkah anda menemukan literatur yang menyebutkan adanya ketidak sukaan istri2 beliau karena misalnya tidak dapat giliran dsb ?

Tidak pernah.

kayaknya ada deh dalam hadists, tapi saya gak tahu status hadistsnya.

T2Y wrote:

kalau memang kita menganggap Allah sendiri yang mempersatukan kita dengan pasangan kita, memang seharusnya kita selalu mengingat2 ayat2 diatas ya, kang... :)
mudah2an saya juga demikian nantinya...

Amiiiin....
Jadi kapan undangannya? ;)

T2Y wrote:

menurut kami sih ada, yaitu Yesus.
kalau yang lainnya sih yah gak ada yang dilahirkan sempurna.

:face:

T2Y wrote:

kayaknya ada deh dalam hadists, tapi saya gak tahu status hadistsnya.

Boleh disajikan haditsnya ... kalaupun saya tidak mengecek kesahihannya ... paling tidak menjadi tambahan ilmu pengetahuan buat saya :)

Silancah wrote:

T2Y wrote:

kalau memang kita menganggap Allah sendiri yang mempersatukan kita dengan pasangan kita, memang seharusnya kita selalu mengingat2 ayat2 diatas ya, kang... :)
mudah2an saya juga demikian nantinya...

Amiiiin....
Jadi kapan undangannya? ;)

wah, saya lagi berjuang dulu buat nyari biayanya kang...

Quote :

Boleh disajikan haditsnya ... kalaupun saya tidak mengecek kesahihannya ... paling tidak menjadi tambahan ilmu pengetahuan buat saya Smile

nanti saya cariin kalau saya ada waktu luang ya, kang...

Silancah wrote:

QS Ar Ruum 30:21 "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanMya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri spuaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Dari ayat di atas kita bisa memikirkan dan memahami apa artinya memiliki pasangan di mata Allah.
Saya rasa kalau sepasang suami istri memahami ayat di atas maka tidak mudah ada kata perceraian pada kosa kata mereka.

Saya mendapat terjemahan yang sedikit berbeda :

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Perbedaan kata-kata "pasangan" dengan "isteri-isteri" sepertinya bukan masalah untuk pendukung poligami...

Rasanya sulit bagi saya untuk dapat mengambil kesimpulan yang sama dengan kang Lancah mengenai ayat di atas (mengenai kesetiaan).. bahkan seringkali sulit bagi saya mencerna rangkaian kata-kata / kalimat dalam Alquran.
Tapi saya percaya saja kepada ahlinya..


Salam.

samiaji wrote:

Saya mendapat terjemahan yang sedikit berbeda :

[You must be registered and logged in to see this link.] wrote:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Alhamdulillah ... anda sangat jeli dalam membaca postingan saya.
Memang sengaja kutipan itu saya rubah dari apa yang biasa tercantum di Al Quran terjemahan baik online maupun tidak. Karena, berdasarkan kajian yang saya ikuti, dan informasi yang saya cari ... sesungguhnya azwajan itu tidak semata2 merujuk kepada salah satu gender.

Berikut informasi yang saya dapatkan:

Pengertian Azwajan

Setiap yang berumahtangga Sekurang-kurangnya harus melalui tiga pintu Azwajan diantaranya :

a. Azwajan bil Aqidah (اَزْوَاجًا فى الْعَقِدَة ) Artinya sepasang, sejodoh dalam aqidah

b. Azwajan Bil Irodah (اَزْوَاجًا فِى الاِرَدَاةِ ) Artinya sepasang sejodoh dalam cita-cita, dan niat

c. Azwajan Bil Jamaah (اَزْوَاجًا فِى الْجَمَاعَة) Artinya Bahwa orang yang berrumah tangga itu harus tanggap dan bersatu dan berkumpul.


Berikut informasi lain yang saya dapatkan ...

Bagaimana kedudukan perempuan atau ibu itu?

Pertama, perempuan adalah makhluk yang bermartabat manusia, dan merupakan Rahmat Allah yang agung, seperti disebutkan: "Wamin ayatihi an khalaqa lakum min anfusikum azwajan, litas kunu ilaiha, wa ja'ala bainakum mawaddatan wa rahmatan," maknanya menjadi salah satu bukti kebenaran ayat Allah (Rahmat Allah). Dijadikannya dari diri kamu sendiri (manusia) pasangan--pasangan jenis lain, supaya dengan pasangan pasangan itu kamu bisa membina kehidupan yang sakinah, dan saling menumbuhkan cinta kasih (mawaddah) serta perlindungan (rahmat) (Q.S.30:21).

samiaji wrote:

Perbedaan kata-kata "pasangan" dengan "isteri-isteri" sepertinya bukan masalah untuk pendukung poligami...

Rasanya sulit bagi saya untuk dapat mengambil kesimpulan yang sama dengan kang Lancah mengenai ayat di atas (mengenai kesetiaan).. bahkan seringkali sulit bagi saya mencerna rangkaian kata-kata / kalimat dalam Alquran.
Tapi saya percaya saja kepada ahlinya..

Salam.

Memang ... kadang kala pengulangan kata istri-istri ini (sepertinya) menjadi salah satu justifikasi bagi penganut poligami untuk mengamalkan 'sunnah nabi' ... at least itu yang pernah saya dengar, entah orang itu bercanda atau tidak.

Wallahu a'lam...

Silancah wrote:

Kira2 seperti itu.
Contoh lain ... makan daging kambing itu halal tetapi kalau kebanyakan bisa mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri.

Saya hanya belum bisa mengerti, bagaimana mungkin solusi yg diberikan oleh Allah SWT sendiri bisa mendatangkan kemudharatan bagi umatNya.

Umat Israel diajarkan utk mengambil makanan secukupnya dan tidak tamak, ketika mereka harus mengambil manna tiap hari utk keperluan mereka sehari2.

Umat Kristen jg diajarkan utk meminta berkat yg secukupnya utk hari ini, lewat doa bapa kami yg diajarkan oleh Yesus.

Silancah wrote:

Boleh disajikan haditsnya ... kalaupun saya tidak mengecek kesahihannya ... paling tidak menjadi tambahan ilmu pengetahuan buat saya :)

boleh nyomot dari forum sebelah...
Narrated Aisha:
I used to look down upon those ladies who had given themselves to Allah’s Apostle and I used to say, "Can a lady give herself (to a man)?" But when Allah revealed: "You (O Muhammad) can postpone (the turn of) whom you will of them (your wives), and you may receive any of them whom you will; and there is no blame on you if you invite one whose turn you have set aside (temporarily)." (33.51) I said (to the Prophet), "I feel that YOUR LORD HASTENS in FULFILLING YOUR WISHES and DESIRES." (Sahih al-Bukhari, Volume 6, Book 60, Number 311)

Volume 6, Book 60, Number 312:

Narrated Muadha:

'Aisha said, "Allah's Apostle used to take the permission of that wife with whom he was supposed to stay overnight if he wanted to go to one other than her, after this Verse was revealed:--

"You (O Muhammad) can postpone (the turn of) whom you will of them (your wives) and you may receive any (of them) whom you will; and there is no blame on you if you invite one whose turn you have set aside (temporarily). (33.51) I asked Aisha, "What did you use to say (in this case)?" She said, "I used to say to him, "If I could deny you the permission (to go to your other wives) I would not allow your favor to be bestowed on any other person."

kira2 kapan terjadinya dan gara2 apa Aisyah berkata seperti itu, kang ?
apakah itu merupakan ketidak puasan Aisah atw ada sebab yang lain ?

Djo wrote:

Saya hanya belum bisa mengerti, bagaimana mungkin solusi yg diberikan oleh Allah SWT sendiri bisa mendatangkan kemudharatan bagi umatNya.

Bila solusi itu tidak diterapkan dengan bijak maka bisa mendatangkan mudharat, bro.

Contoh sederhana:
Anda lapar ... saya berikan pilihan (solusi) untuk makan nasi goreng kambing atau pisang.
Karena anda sedang diet ... maka dipilihlan pisang.
Tapi karena tidak bijak ... pisang yang dimakan satu karung bahkan yang sudah busuk pun dilahap pula.

Ujung2nya pisang itu mendatangkan manfaat atau mudharat bagi anda?

Silancah wrote:

Bila solusi itu tidak diterapkan dengan bijak maka bisa mendatangkan mudharat, bro.

Contoh sederhana:
Anda lapar ... saya berikan pilihan (solusi) untuk makan nasi goreng kambing atau pisang.
Karena anda sedang diet ... maka dipilihlan pisang.
Tapi karena tidak bijak ... pisang yang dimakan satu karung bahkan yang sudah busuk pun dilahap pula.

Ujung2nya pisang itu mendatangkan manfaat atau mudharat bagi anda?

Kan udah sy bilang kang. Baca postingan sy secara lengkap.

Silahkan lihat bagaimana cara Allah memberi makan manna kpd org israel. Bahkan utk menimbun sampai keesokan harinya saja tdk bisa, kecuali saat sabat.

Lihat bagaimana cara Yesus mengajarkan muridNya utk meminta lewat doa Bapa Kami, "berilah kami pada hari ini makanan kami yg secukupnya."

----------------------------------

Apakah menurut anda, Allah masih akan memberikan pisang satu karung utk sy habiskan seorang diri ?

T2Y wrote:

kira2 kapan terjadinya dan gara2 apa Aisyah berkata seperti itu, kang ?
apakah itu merupakan ketidak puasan Aisah atw ada sebab yang lain ?

Kapan terjadinya dan gara2 apa Aisyah ra berkata seperti itu? Wallahu a'lam
Apakah gara2 ketidakpuasan? Mungkin
Apakah gara2 cemburu? Mungkin
Wallahu a'lam ...

Semua itu sifat alamiah manusia ...

Yang penting hal2 seperti itu bisa di-manage oleh kedua belah pihak sehingga tidak menimbulkan pertikaian dan keretakan dalam rumah tangga.

Djo wrote:

Kan udah sy bilang kang. Baca postingan sy secara lengkap.

Silahkan lihat bagaimana cara Allah memberi makan manna kpd org israel. Bahkan utk menimbun sampai keesokan harinya saja tdk bisa, kecuali saat sabat.

Lihat bagaimana cara Yesus mengajarkan muridNya utk meminta lewat doa Bapa Kami, "berilah kami pada hari ini makanan kami yg secukupnya."

----------------------------------

Apakah menurut anda, Allah masih akan memberikan pisang satu karung utk sy habiskan seorang diri ?

Namanya juga analogi bro ... masa tidak bisa menangkap inti yang saya sampaikan?

Allah SWT memberikan solusi ... sekarang tinggal bagaimana manusia melaksanakan pemilihan solusi itu dengan bijak.

Allah memberi manna kepada orang Israel yang pas lalu mengajarkan untuk tidak tamak... tetapi tidak menutup kemungkinan ada orang yang rakus mencuri dari temannya bahkan membunuh untuk mendapatkan jatah yang lebih.

Allah memberikan pisang lima biji supaya cukup untuk makan malam - setara dengan nasi goreng kambing... tetapi kita memilih untuk memakan satu batang dan sisanya disimpan ... hasilnya perut perih karena lapar.

Semuany akembali tergantung kepada orang yang melaksanakan pilihan yang telah disediakan tersebut.

Silancah wrote:

samiaji wrote:

Atau boleh saya koreksi seperti ini :
* Halal : bisa bermanfaat tapi bisa juga mudharat tergantung pelaksanaan
* Haram : pasti mudharat

Begitu kah ?

Salam

Kira2 seperti itu.
Contoh lain ... makan daging kambing itu halal tetapi kalau kebanyakan bisa mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri.

Kalau Haram masih bisa bermanfaat nggak kang ?


Salam

Silancah wrote:

Allah memberi manna kepada orang Israel yang pas lalu mengajarkan untuk tidak tamak... tetapi tidak menutup kemungkinan ada orang yang rakus mencuri dari temannya bahkan membunuh untuk mendapatkan jatah yang lebih.

Allah hanya menciptakan Hawa sbg pasangan Adam. Tidak ada wanita2 berikutnya yg diciptakan utk menjadi pasangan Adam.

Meskipun memang ada orang rakus yg mengingini punya wanita di tiap kota saat ia buka cabang restorannya.

Silancah wrote:

Allah memberikan pisang lima biji supaya cukup untuk makan malam - setara dengan nasi goreng kambing... tetapi kita memilih untuk memakan satu batang dan sisanya disimpan ... hasilnya perut perih karena lapar.

Anda mau bilang satu istri tidak cukup ?

Pointnya disini kang.

Apapun analogi anda, menunjukkan bahwa kemudharatan terjadi karena manusia melakukan apa yg bertentangan / tidak diinginkan Allah.

Sedangkan dalam poligami, kemudharatan justru terjadi karena manusia tsb melakukan salah satu yg diajarkan Allah.

samiaji wrote:

Kalau Haram masih bisa bermanfaat nggak kang ?

Salam

Bisa saja ... dalam keadaan darurat.

Misalnya .. di tengah hutan sudah tidak ada makanan apa2 lagi yang bisa dimakan ... hanya ada babi.
Maka babi bisa bermanfaat bila dimakan untuk mempertahankan hidup.

Djo wrote:

Anda mau bilang satu istri tidak cukup ?

Tentu saja tidak ...

Djo wrote:

Pointnya disini kang.

Apapun analogi anda, menunjukkan bahwa kemudharatan terjadi karena manusia melakukan apa yg bertentangan / tidak diinginkan Allah.

Sedangkan dalam poligami, kemudharatan justru terjadi karena manusia tsb melakukan salah satu yg diajarkan Allah.

Dalam poligami kemudharatan terjadi karena manusia tidak melakukan ajaran Allah al Hadi (untuk bersikap adil)

QS An Nisaa 4:3 "...Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, ..."

Niscaya bila dia bisa (sudah berusaha keras) untuk berbuat adil dengan hati ikhlas dan diterima oleh istri2nya dengan ikhlas pula ... maka manfaat yang didapatkan .. bukan kemudharatan.