Apakah Islam memang mengajarkan wanita harus bodoh ?

Quote :

Apa yang Anda katakan itu memang benar... tapi bukan alasan untuk menggeneralisasi ajaran Islam.... apalagi sampai menyebutkan agama Islam mengajarkan wanita harus bodoh.
Oman adalah salah satu negara Timur Tengah yang berlandaskan syariat Islam dan buktinya wanita tidak di-perbodoh oleh pemerintah di sana.

Pertama, judul thread berupa pertanyaan, kang, bukan generalisasi. Dan karena berupa pertanyaan tentunya butuh jawaban dan penjelasan.

Kedua, karena negara negara pelaksana aturan pengekangan terhadap pendidikan dan pekerjaan wanita, menggunakan Islam sebagai dasar larangannya. Bukan hukum positif, tetapi justru hukum Islam yang dipergunakan.

Betul bahwa tidak seluruh negara dengan syariah Islam menjalankan kekangan itu, tetapi negara negara yang tidak mengekang wanita itu justru dianggap tidak menjalankan ajaran Islam dengan benar. Karena justru negara negara dimana Islam sangat kuat (fundamentalis?), justru mereka yang melakukan pengekangan. Kita ambil contoh adalah Arab Saudi, Iran, Afganistan, Somalia, Yaman, SUdan, dan beberapa negara lain yang saya harus lihat data lagi.

Sedangkan negara negara yang memberi kebebasan terhadap wanita untuk berpendidiakn dan bekerja, justru dianggap 'sekuler' seperti UEA, Mesir, Turki, mungkin juga Oman.

Jadi kira kira seperti itu dasar penulisan judul thread yang 'spektakuler' itu.

Salam

Damai bagimu, Cah.

Anda mengquote potingan saya ini,

Husada wrote:

Secara teori, dalam retorika dan/atau kata-kata, para petinggi Islam pasti tidak sependapat kalau disebut agama itu mengajarkan wanita harus bodoh. Namun, praktiknya, sangat banyak kegiatan masyarakat mereka yang tidak mengikutsertakan wanita. Jadi, wanita, meski banyak mengetahui sesuatu, selalu saja dipandang hanya menguasai kasur, dapur, dan sumur.

Anda mereply dengan ini,

Silancah wrote:

Saya rasa Anda terlalu menggeneralisasi.
Waktu saya ke Oman, banyak saya temui kaum wanita jadi manager, jadi dokter, sekolah sampai S2, dipercaya perusahaan untuk menimba ilmu ke Indonesia, dsb.

Sementara itu, di trit berbeda, postingan saya ini,

Husada wrote:

Lagi-lagi memang logika dibolak-balik.

Menebarkan kematian dipandang sebagai rahmat bagi sesama. Penemu ajaran ini kayaknya menyadari betul bahwa apabila sesuatu dicekokkan ke dalam pikiran secara terus menerus, akan menyisakan endapan yang pekat dalam alam bawah sadar, meski bertentangan dengan realitas. Maka terbolak-balik deh logikanya. Mendzolimi dipandang sebagai didzolimi.

Aneh tapi nyata. [You must be registered and logged in to see this image.]

Anda quote dan Anda reply dengan ini,

Silancah wrote:

Apakah pokok2 ajaran ini tidak akan mendatangkan rahmatan lil alamin?
Banyak ayat di dalam Al Quran yang mengajarkan hal2 di bawah ini....

- Ihsan (bersikap baik)
- Menyampaikan amanat
- Mendamaikan perselisihan antar manusia :Keutamaan mendamaikan
perselisihan antar manusia dan Mendamaikan antara suami dan isteri
- Inabah (taubat)
- Anjuran untuk berinfaq
- Melindungi janda-janda dan orang miskin
- Mendahulukan kepentingan orang lain
- Menyempurnakan takaran dan timbangan
- Keutamaan silaturahmi
- Berbuat baik merupakan sebaik-baik amalan
- Berbakti kepada kedua orang tua
- Silaturahmi
- Rendah diri dan khusyuk
- Tolong menolong
- Berserah diri
- Tawadhu (rendah diri)
- Menjaga rahasia
- Sabar
- Lemah lembut
- Zuhud (sederhana)
- Lapang dada
- Besyukur
- Jujur
- Adil
- Memuliakan, menerima dan menyaji tamu

Jadi ingin menanyakan, yang mana sih yang tidak dapat digeneralisir, antara Islam mendiskriminasi perempuan atau Islam itu adalah
rahmatan lil alamin?

Silancah wrote:

Di Oman, dia berani keluar di malam hari, sendirian, naik taksi untuk bertemu dengan teman-temannya.
Di Saudi, dia tidak berani keluar setelah gelap apalagi sendirian naik taksi karena sedemikian banyak kejahatan di Saudi.

Jika ada aturan di Saudi melarang kaum wanita bepergian keluar rumah tanpa didampingi suami, itu demi keamanan kaum wanita itu sendiri jadi bukan karena ingin menindas kaum wanita.
Tetapi, memang, seharusnya diiringi dengan peningkatkan keamanan di kota2 Saudi agar peraturan tersebut lama-kelamaan bisa diangkat.

Memaknai postingan Silancah di atas, dimana ada perbedaan 'tingkat keberanian' perempuan untuk keluar sendirian pada malam hari, menimbulkan pertanyaan di benak saya, mengapa muncul perbedaan tersebut?

Apakah karena tingkat hasrat lelaki Saudi kepada kelamin perempuan lebih tinggi daripada hasrat lelaki Oman kepada kelamin perempuan?

Apakah karena dalam penghormatan terhadap perempuan, penghormatan lelaki Oman lebih tinggi daripada penghormatan lelaki Saudi terhadap perempuan?

Jika jawaban kedua pertanyaan tersebut merupakan fakta, dikaitkan dengan ajaran Islam, saya kira, masih relevan digunakan untuk menaksir kadar keislaman Saudi dan Oman. Maksud saya, mana yang lebih Islami, Saudi atau Oman? Mengingat Islam lahir dari Saudi, tentu secara umum bisa disepakati bahwa Saudi lebih Islami daripada Oman. Dan faktanya, di negeri yang lebih Islami, perempuan lebih takut keluar malam sendirian daripada di negeri yang kadar keislamannya lebih kecil. Pertanda apa ini? Kalau boleh menarik kesimpulan sederhana, hal tersebut menunjukkan bahwa ajaran Islam memang mendiskriminasi perempuan.

Menurut ajaran Islam, perempuan adalah alat pemuas nafsu lelaki. Bila dikatakan selain alat pemuas nafsu (birahi) lelaki, perempuan juga pendukung agar amal ibadah lelaki menjadi sempurna. Itu juga menyiratkan sebagai 'alat pemuas' ego lelaki, dimana, menurut ajaran Islam, tanpa dukungan perempuan (sebagai alat pendukung) maka amal ibadah lelaki menjadi tidak sempurna.

Apakah bisa diartikan begitu?

bruce wrote:

Pertama, judul thread berupa pertanyaan, kang, bukan generalisasi. Dan karena berupa pertanyaan tentunya butuh jawaban dan penjelasan.

Alhamdulillah... maafkan saya kalau jumping into the conclusion seperti sebelumnya.

bruce wrote:

Kedua, karena negara negara pelaksana aturan pengekangan terhadap pendidikan dan pekerjaan wanita, menggunakan Islam sebagai dasar larangannya. Bukan hukum positif, tetapi justru hukum Islam yang dipergunakan.

Betul bahwa tidak seluruh negara dengan syariah Islam menjalankan kekangan itu, tetapi negara negara yang tidak mengekang wanita itu justru dianggap tidak menjalankan ajaran Islam dengan benar. Karena justru negara negara dimana Islam sangat kuat (fundamentalis?), justru mereka yang melakukan pengekangan. Kita ambil contoh adalah Arab Saudi, Iran, Afganistan, Somalia, Yaman, SUdan, dan beberapa negara lain yang saya harus lihat data lagi.

Kalau saya lihat, beberapa negara di atas itu adalah negara yang dilanda peperangan atau memiliki tingkat keamanan yang rendah.
Mungkin, hal tersebut yang menyebabkan diterapkannya beberapa peraturan yang 'mengekang' kaum wanita, seperti contoh pembantu di Arab Saudi.

Mengenai Iran:
According to UNESCO world survey, at primary level of enrollment Iran has the highest female to male ratio in the world among sovereign nations, with a girl to boy ratio of 1.22 : 1.00. By 1999, Iran had 140 female publishers, enough to hold an exhibition of books and magazines published by women. As of 2005, 65% of Iran's university students and 43% of its salaried workers were women. and as of early 2007 nearly 70% of Iran's science and engineering students are women.This has led to many female school and university graduates being under-utilised. This is beginning to have an effect on Iranian society and was a contributing factor to the anti-regime protests by Iranian youth.
27.1% of the ministers in government are women (ranks 23rd out of 125 countries) and 3.4% are parliamentarians (140th out of 157 countries). In 2009 Fatemeh Bodaghi became Vice President for Legal Affairs and a top advisor to President Mahmoud Ahmedinejad.Maryam Mojtahidzadeh who runs the women's ministry was also selected as an advisor to the president.

Husada wrote:

Jadi ingin menanyakan, yang mana sih yang tidak dapat digeneralisir, antara Islam mendiskriminasi perempuan atau Islam itu adalah
rahmatan lil alamin?

Islam mendiskriminasi perempuan....
Menurut saya ini tidak benar, karena di beberapa negara terdapat peraturan yang 'mengekang' kaum wanita.
Seharusnya kita melihat alasan di balik 'pengekangan' itu.
Ada kemungkinan karena situasi/kondisi yang menuntut seperti demikian dan ada pula hal tersebut disebabkan pemerintah setempat yang salah mengartikan ajaran Islam.
Tetapi Islam sendiri tidak pernah mendiskriminasikan kaum wanita.

Islam adalah rahmatan lil alamin
Saya meyakini hal ini sepenuhnya karena ajaran2 yang saya sebutkan di atas tentunya, bila dijalankan dengan segenap hati oleh semua orang, tanpa memedulikan agamanya, maka dunia ini akan dipenuhi keberkahan dan perdamaian

Iran cukup 'lumayan' tetapi belum mencukupi untuk dinilai memberi kebebasan untuk wanita, kang.

[You must be registered and logged in to see this link.]

Salam

Husada wrote:

Memaknai postingan Silancah di atas, dimana ada perbedaan 'tingkat keberanian' perempuan untuk keluar sendirian pada malam hari, menimbulkan pertanyaan di benak saya, mengapa muncul perbedaan tersebut?

Apakah karena tingkat hasrat lelaki Saudi kepada kelamin perempuan lebih tinggi daripada hasrat lelaki Oman kepada kelamin perempuan?

Apakah karena dalam penghormatan terhadap perempuan, penghormatan lelaki Oman lebih tinggi daripada penghormatan lelaki Saudi terhadap perempuan?

Yang pasti karena tingkat kejahatan di Saudi lebih tinggi dari Oman.
Apakah ada hubungan dengan hasrat atau tingkat penghormatan, itu perlu ditelaah lebih lanjut daripada kita berandaikan saja.
Yang pasti, keberagaman penduduk di Saudi jauh lebih banyak daripada Oman.. beraneka ragam orang dari berbagai bangsa tumpah ruah di Saudi sehingga orang yang peru diatur di Saudi bisa mencapai puluhan juta.
Warganya sendiri saja sudah mencapai 26 juta... apalagi jika ditambahkan para pendatang yang menetap atau musiman.
Bayangkan dengan Oman yang hanya berpenduduk 2,7 juta dengan pendatang yang mungkin mencapai 2,5- 3 juta dan kebanyakan dari Pakistan, India, dan Bangladesh.

Jadi apakah pelaku kejahatan yang membuat Saudi kurang aman bagi kaum wanita dilakukan oleh penduduk Saudi sendiri? Saya meragukannya...
Menurut saya, mungkin lebih banyak dilakukan oleh penduduk non Saudi karena sepengetahuan saya warga Saudi rata2 sudah terjamin oleh pemerintahnya (dalam masalah keuangan) jadi kecil kemungkinannya akan melakukan kejahatan seperti merampok, mencuri, dsb.
Demikian pula yang saya temukan di Oman.. rata2 pelaku kejahatan seperti perampokan dan pencurian itu dilakukan oleh pendatang.

Husada wrote:

Jika jawaban kedua pertanyaan tersebut merupakan fakta, dikaitkan dengan ajaran Islam, saya kira, masih relevan digunakan untuk menaksir kadar keislaman Saudi dan Oman. Maksud saya, mana yang lebih Islami, Saudi atau Oman? Mengingat Islam lahir dari Saudi, tentu secara umum bisa disepakati bahwa Saudi lebih Islami daripada Oman.

Wallahu a'lam bro... kalau saya lihat sistem pemerintahannya, saya bilang tidak Islami karena mereka mengangkat Raja dengan sistem waris sebagai kepala negara.
Lalu nepotisme berkembang luas di berbagai sektor.

Husada wrote:

Dan faktanya, di negeri yang lebih Islami, perempuan lebih takut keluar malam sendirian daripada di negeri yang kadar keislamannya lebih kecil. Pertanda apa ini? Kalau boleh menarik kesimpulan sederhana, hal tersebut menunjukkan bahwa ajaran Islam memang mendiskriminasi perempuan.

Kesimpulan Anda, menurut saya, terlalu cetek karena tidak mempertimbangkan banyak hal yang menyebabkan ketidakamanan di negeri Saudi Arabia tersebut.

Husada wrote:

Menurut ajaran Islam, perempuan adalah alat pemuas nafsu lelaki. Bila dikatakan selain alat pemuas nafsu (birahi) lelaki, perempuan juga pendukung agar amal ibadah lelaki menjadi sempurna. Itu juga menyiratkan sebagai 'alat pemuas' ego lelaki, dimana, menurut ajaran Islam, tanpa dukungan perempuan (sebagai alat pendukung) maka amal ibadah lelaki menjadi tidak sempurna.

Apakah bisa diartikan begitu?

Mana ajaran yang menyatakan hal itu?

bruce wrote:

Iran cukup 'lumayan' tetapi belum mencukupi untuk dinilai memberi kebebasan untuk wanita, kang.

[You must be registered and logged in to see this link.]

Salam

Yah, memang tidak ada yang sempurna.
Ada yang masih bisa diperbaiki atau dikembangkan, tetapi dari berbagai contoh saya rasa sudah kita dapat jawaban atas topik thread ini bahwa Islam tidak pernah mengajarkan wanita untuk menjadi bodoh.

Bahkan di zaman Rasulullah SAW, terdapat wanita cemerlang seperti Aisyah ra yang dijadikan rujukan para pemimpin negara untuk urusan negara.
Kalau Islam mengajarkan wanita untuk menjadi bodoh, tentunya para khalifah dan pemimpin negara tidak akan mengindahkan wanita sekaliber Aisyah ra.

Silancah wrote:

bruce wrote:

Iran cukup 'lumayan' tetapi belum mencukupi untuk dinilai memberi kebebasan untuk wanita, kang.

[You must be registered and logged in to see this link.]

Salam

Yah, memang tidak ada yang sempurna.
Ada yang masih bisa diperbaiki atau dikembangkan, tetapi dari berbagai contoh saya rasa sudah kita dapat jawaban atas topik thread ini bahwa Islam tidak pernah mengajarkan wanita untuk menjadi bodoh.

Bahkan di zaman Rasulullah SAW, terdapat wanita cemerlang seperti Aisyah ra yang dijadikan rujukan para pemimpin negara untuk urusan negara.
Kalau Islam mengajarkan wanita untuk menjadi bodoh, tentunya para khalifah dan pemimpin negara tidak akan mengindahkan wanita sekaliber Aisyah ra.

Kembali saya katakan, bahwa saya setuju pendapat anda, kang.
Karena memang sebagai buktinya, banyak negara negara mayoritas Muslim yang para wanitanya bisa dan mampu bersaing dengan pria, baik dalam pendidikan maupun bekerja, termasuk di Indonesia ini.

Tetapi, sepertinya juga harus anda akui, kang, bahwa represi yang dialami para wanita itu menggunakan hukum syariah sebagai dasarnya. Walau, jujur dalam hati, saya lebih melihatnya sebagai adat istiadat timurtengah yang dipaksakan sebagai ajaran Islam.

Bagaimana pendapat anda?

bruce wrote:

Kembali saya katakan, bahwa saya setuju pendapat anda, kang.
Karena memang sebagai buktinya, banyak negara negara mayoritas Muslim yang para wanitanya bisa dan mampu bersaing dengan pria, baik dalam pendidikan maupun bekerja, termasuk di Indonesia ini.

Tetapi, sepertinya juga harus anda akui, kang, bahwa represi yang dialami para wanita itu menggunakan hukum syariah sebagai dasarnya. Walau, jujur dalam hati, saya lebih melihatnya sebagai adat istiadat timurtengah yang dipaksakan sebagai ajaran Islam.

Bagaimana pendapat anda?

Betul Bang.... saya lihat banyak orang cenderung menggunakan agama untuk menjustifikasi keinginannya.... tak terkecuali mereka yang menjadikannya landasan hukum untuk sebuah peraturan.

Tetapi tentunya harus diteliti kasus per kasus.

Quote :

Betul Bang.... saya lihat banyak orang cenderung menggunakan agama untuk menjustifikasi keinginannya.... tak terkecuali mereka yang menjadikannya landasan hukum untuk sebuah peraturan.

Tetapi tentunya harus diteliti kasus per kasus.

Kembali kepada persoalan awal, kang. Bahwa kasusnya bisa dikatakan merata pada daerah atau wilayah yang menerapkan 'syariah' Islam, syariah saya beri tanda petik, karena memang ada juga daerah yang menjalankan hukum syariah tetapi tetap memberi kebebasan pada wanita untuk berpendidikan dan bekerja. Tetapi mereka justru seolah 'minoritas' dan 'nyeleneh' karena umumnya justru represif.

Silancah wrote:

Husada wrote:

Dan faktanya, di negeri yang lebih Islami, perempuan lebih takut keluar malam sendirian daripada di negeri yang kadar keislamannya lebih kecil. Pertanda apa ini? Kalau boleh menarik kesimpulan sederhana, hal tersebut menunjukkan bahwa ajaran Islam memang mendiskriminasi perempuan.

Kesimpulan Anda, menurut saya, terlalu cetek karena tidak mempertimbangkan banyak hal yang menyebabkan ketidakamanan di negeri Saudi Arabia tersebut.

Husada wrote:

Menurut ajaran Islam, perempuan adalah alat pemuas nafsu lelaki. Bila dikatakan selain alat pemuas nafsu (birahi) lelaki, perempuan juga pendukung agar amal ibadah lelaki menjadi sempurna. Itu juga menyiratkan sebagai 'alat pemuas' ego lelaki, dimana, menurut ajaran Islam, tanpa dukungan perempuan (sebagai alat pendukung) maka amal ibadah lelaki menjadi tidak sempurna.

Apakah bisa diartikan begitu?

Mana ajaran yang menyatakan hal itu?

postingan ini ditujukan utk bro Husada, tp sy sangat 'tertarik' utk memberikan sedikit tanggapan atas postingan dr bro Lancah diatas.. jd mohon permisi ya bro..

Bro Lancah yg terhormat, nanti jika diskusi kita di trit sebelah yg membahas ttg masalah nikah Mutah, poligami dan kisah2 rumah tangganya Nabi Muhammad dan istri2nya bisa terus berlanjut dgn baik, maka pertanyaan bro Lancah itu akan bisa terjawab..
krn banyak sekali sumber2 dlm ajaran Islam baik dlm Al-Quran, Hadist, Sirat Rasul yg menyatakan bahwa sebenarnya dlm ajaran anda itu banyak sekali ayat2 yg 'terkesan' mendiskriminasi, merendahkan dan melecehkan harkat dan martabat kaum wanita, itu bisa dilihat dr ajaran2 atau prilaku Nabi anda sendiri..
nti sy akan membantu bro Husada mencarikan referensi2 ttg ayat2 tsb, tp mohon bersabar bro, diskusi kita aj baru membahas satu topik yaitu nikah Mutah, masalah poligami dan kisah 'asmara' nabi Muhammad, masih dipending dulu krn keterbatasan waktu yg sy miliki, jd kita nda usah terburu2, kita selesaikan aj dulu pembahasan ttg nikah Mutah itu ya bro..
[You must be registered and logged in to see this image.]

dan buat bro Husada, sy mohon maaf jika ikut 'menyela' diskusi anda dgn bro Lancah ditrit ini, sy bukan bermaksud 'sok pinter'/kepinteran ya bro.. justru krn sy bodoh maka sy sangat antusias dan ingin banyak belajar dr bro Lancah ttg ajaran Muslim agar bisa menambah wawasan.. lg pula dr pd diskusi diforum ini jd dobel2 dan nda karuan, kan mending sekalian aj nti bro Husada ikut nimbrung dlm diskusi sy dgn bro Lancah yg membahas ttg masalah pernikahan itu...

Syalom, [You must be registered and logged in to see this image.]

Damai bagimu, Cah.

Silancah wrote:

Yang pasti karena tingkat kejahatan di Saudi lebih tinggi dari Oman.
Apakah ada hubungan dengan hasrat atau tingkat penghormatan, itu perlu ditelaah lebih lanjut daripada kita berandaikan saja.
Yang pasti, keberagaman penduduk di Saudi jauh lebih banyak daripada Oman.. beraneka ragam orang dari berbagai bangsa tumpah ruah di Saudi sehingga orang yang peru diatur di Saudi bisa mencapai puluhan juta.
Warganya sendiri saja sudah mencapai 26 juta... apalagi jika ditambahkan para pendatang yang menetap atau musiman.
Bayangkan dengan Oman yang hanya berpenduduk 2,7 juta dengan pendatang yang mungkin mencapai 2,5- 3 juta dan kebanyakan dari Pakistan, India, dan Bangladesh.

Terima kasih atas replymu, Cah.

Saya kira, jumlah penduduk tidak harus berbanding lurus dengan tingkat kejahatan. Apalagi bila dikaitkan dengan agama yang dilabeli rahmatan lil alamin sudah kira-kira 1.400 tahun yang lalu lahir dan berkembang dari Saudi. Apakah Saudi bukan bahagian dari semesta alam sehingga Saudi sendiri menjadi lebih tidak aman dibanding Oman?

Quote :

Jadi apakah pelaku kejahatan yang membuat Saudi kurang aman bagi kaum wanita dilakukan oleh penduduk Saudi sendiri? Saya meragukannya...
Menurut saya, mungkin lebih banyak dilakukan oleh penduduk non Saudi karena sepengetahuan saya warga Saudi rata2 sudah terjamin oleh pemerintahnya (dalam masalah keuangan) jadi kecil kemungkinannya akan melakukan kejahatan seperti merampok, mencuri, dsb.
Demikian pula yang saya temukan di Oman.. rata2 pelaku kejahatan seperti perampokan dan pencurian itu dilakukan oleh pendatang.

Saya kira, bicara tentang kejahatan atas perempuan yang berjalan sendirian di luar rumah pada malam hari, tidak harus dipukul rata sebagai kejahatan seperti perampokan dan pencurian. Apakah itu dilakukan oleh pribumi atau pendatang, yang pasti, aturan hukum di negeri itu tidak mampu menjamin kebenaran rahmatan lil alamin yang didengung dengungkan itu.

Quote :

Wallahu a'lam bro... kalau saya lihat sistem pemerintahannya, saya bilang tidak Islami karena mereka mengangkat Raja dengan sistem waris sebagai kepala negara.
Lalu nepotisme berkembang luas di berbagai sektor.

Hmmm... artinya, negeri tempat lahirnya Islam itu sendiri tidak menganut Syariah Islam? Negeri yang tempat lahirnya agama rahmatan lil alamin tidak konsisten dengan rahmatan lil alamin, nggih? Wah, cukup mengundang kernyitan dahi karena semboyan rahmatan lil alamin tidak teraplikasi di negeri tempat lahirnya.

Quote :

Kesimpulan Anda, menurut saya, terlalu cetek karena tidak mempertimbangkan banyak hal yang menyebabkan ketidakamanan di negeri Saudi Arabia tersebut.

Mungkin juga. Meskipun kesimpulan itu dapat menggambarkan betapa salahnya atau betapa bertolakbelakngnya pemaknaan rahmatan lil alamin yang didengungkan, sebabterbukti (paling sedikit menurut pernyataan Anda) bahwa Saudi lebih bahaya daripada Oman.

Quote :

Mana ajaran yang menyatakan hal itu?

Secara harfiah, ajaran yang mengatakan bahwa perempuan hanya pemuas nafsu laki-laki, tidak akan ditemukan. Tetapi dari realitas yang terjadi, saya menyimpulkan sedemikian itu.

Anda masih ingat dengan postingan Anda berikut ini, di trit tentang revisi aturan pernikahan di Islam, kan?

Silancah wrote:

Tujuan utama(pernikahan), tentunya untuk beribadah.
Tujuan penting lainnya, untuk menciptakan keturunan.

Apakah tujuan pernikahan adalah untuk beribadah itu, meski tidak identik, tidak bisa dikatakan bahwa seorang lelaki menikahi seorang perempuan adalah untuk menyempurnakan ibadah si lelaki?

Damai, damai, damai.

Damai sejahtera menyertaimu Nothingman.

nothingman wrote:

dan buat bro Husada, sy mohon maaf jika ikut 'menyela' diskusi anda dgn bro Lancah di trit ini, sy bukan bermaksud 'sok pinter'/kepinteran ya bro.. justru krn sy bodoh maka sy sangat antusias dan ingin banyak belajar dr bro Lancah ttg ajaran Muslim agar bisa menambah wawasan.. lg pula dr pd diskusi diforum ini jd dobel2 dan nda karuan, kan mending sekalian aj nti bro Husada ikut nimbrung dlm diskusi sy dgn bro Lancah yg membahas ttg masalah pernikahan itu...

Syalom, [You must be registered and logged in to see this image.]

Tidak perlu minta maaf Nothingman. Anda tidak salah. Ini forum terbuka. Dan pikiran-pikiran Anda menambah khazanah pemikiran LTBers sekalian, dan semoga saja pertambahan itu dapat LTBers tularkan kepada lingkungan sekitarnya.

Damai, damai, damai. [You must be registered and logged in to see this image.]

Husada wrote:

Damai sejahtera menyertaimu Nothingman.

Tidak perlu minta maaf Nothingman. Anda tidak salah. Ini forum terbuka. Dan pikiran-pikiran Anda menambah khazanah pemikiran LTBers sekalian, dan semoga saja pertambahan itu dapat LTBers tularkan kepada lingkungan sekitarnya.

Damai, damai, damai. [You must be registered and logged in to see this image.]

Ok, bro Husada thanx atas doa dan semangatnya.. jd biarkan sy nti yg memberikan referensi dr sumber2 Muslim, ketika berdiskusi dgn bro Lancah terkait masalah tsb..
[You must be registered and logged in to see this image.]
Syalom,

bruce wrote:

Kembali kepada persoalan awal, kang. Bahwa kasusnya bisa dikatakan merata pada daerah atau wilayah yang menerapkan 'syariah' Islam, syariah saya beri tanda petik, karena memang ada juga daerah yang menjalankan hukum syariah tetapi tetap memberi kebebasan pada wanita untuk berpendidikan dan bekerja. Tetapi mereka justru seolah 'minoritas' dan 'nyeleneh' karena umumnya justru represif.

Jika dikembalikan kepada persoalan/pertanyaan awal... saya jawab tidak. Islam tidak diajarkan untuk membodohi kaum wanita.
Jika semua negara menerapkan syariah Islam melarang kaum wanita untuk berpendidikan dan bekerja, barulah persoalan/pertanyaan di atas bisa diajukan kembali.

Silancah wrote:

bruce wrote:

Kembali kepada persoalan awal, kang. Bahwa kasusnya bisa dikatakan merata pada daerah atau wilayah yang menerapkan 'syariah' Islam, syariah saya beri tanda petik, karena memang ada juga daerah yang menjalankan hukum syariah tetapi tetap memberi kebebasan pada wanita untuk berpendidikan dan bekerja. Tetapi mereka justru seolah 'minoritas' dan 'nyeleneh' karena umumnya justru represif.

Jika dikembalikan kepada persoalan/pertanyaan awal... saya jawab tidak. Islam tidak diajarkan untuk membodohi kaum wanita.
Jika semua negara menerapkan syariah Islam melarang kaum wanita untuk berpendidikan dan bekerja, barulah persoalan/pertanyaan di atas bisa diajukan kembali.

Bagaimana jika dibandingkan dengan negara negara yang berpenduduk Muslim, tetapi tidak menjalankan syariah Islam, kang? Sebutlah Indonesia, Turki, Malaysia, dibandingkan dengan negara negara yang menjalankan 'syariah' Islam? Mana yang lebih manju kaum wanitanya dalam pendidikan dan pekerjaan kang?

Salam

Husada wrote:

Saya kira, jumlah penduduk tidak harus berbanding lurus dengan tingkat kejahatan. Apalagi bila dikaitkan dengan agama yang dilabeli rahmatan lil alamin sudah kira-kira 1.400 tahun yang lalu lahir dan berkembang dari Saudi. Apakah Saudi bukan bahagian dari semesta alam sehingga Saudi sendiri menjadi lebih tidak aman dibanding Oman?

Saya kurang paham dengan pernyataan Anda di atas.

Tetapi, yang saya maksudkan dalam pernyataan saya sebelumnya adalah begini bro husada...
Anda mengaitkan pelarangan wanita menyupir sendiri atau keluar di malam hari dengan sikap dan penghormatan lelaki Saudi terhadap kaum wanita... sementara pelarangan tersebut mungkin bukan disebabkan karena ulah orang2 Saudi.
Ketidakamanan di Saudi, bisa jadi, disebabkan oleh orang2 non Saudi/pendatang yang jumlahnya cukup banyak itu.
Jadi kita tidak bisa mengaitkan/menyalahkan ketidakamanan di Saudi kepada orang2 Saudi.

Husada wrote:

Saya kira, bicara tentang kejahatan atas perempuan yang berjalan sendirian di luar rumah pada malam hari, tidak harus dipukul rata sebagai kejahatan seperti perampokan dan pencurian. Apakah itu dilakukan oleh pribumi atau pendatang, yang pasti, aturan hukum di negeri itu tidak mampu menjamin kebenaran rahmatan lil alamin yang didengung dengungkan itu.

Saya setuju dengan Anda... aturan hukum dan penegak hukum di negara itu belum bisa menjalankan/menerapkannya dengan baik.

Husada wrote:

Hmmm... artinya, negeri tempat lahirnya Islam itu sendiri tidak menganut Syariah Islam? Negeri yang tempat lahirnya agama rahmatan lil alamin tidak konsisten dengan rahmatan lil alamin, nggih? Wah, cukup mengundang kernyitan dahi karena semboyan rahmatan lil alamin tidak teraplikasi di negeri tempat lahirnya.

Saya koreksi sedikit bro... Arab Saudi tidak menganut/menerapkan Syariah Islam secara kaffah (sempurna).
Begitulah manusia... banyak yang tidak mau menjalankan panduan yang telah diturunkan oleh Allah SWT... kalaupun sudah menjalankan, tidak secara kaffah.
Hal ini pun sebagai pengingat atas diri saya sendiri yang masih jauh dari kesempurnaan tersebut.

Dan kalau Anda merunut ke belakang... sesungguhnya setelah berlalunya masa pemerintahan Empat Khalifah (Abu Bakar ra, Umar ra, Usman ra, Ali ra)... Mekah dan Madinah dikuasai oleh sistem pemerintahan yang tidak Islami karena baik kekhalifahan Umayyah, Abbasiyah, Utsmaniyah, menganut pewarisan pemerintahan dari bapak ke anak atau ke saudaranya.

Husada wrote:

Mungkin juga. Meskipun kesimpulan itu dapat menggambarkan betapa salahnya atau betapa bertolakbelakngnya pemaknaan rahmatan lil alamin yang didengungkan, sebabterbukti (paling sedikit menurut pernyataan Anda) bahwa Saudi lebih bahaya daripada Oman.

Rasanya saya paham kekeliruan/kesalahpahaman Anda.
Anda berasumsi bahwa Saudi Arabia identik dengan Islam... Islam adalah Saudi Arabia.
Saya katakan tidak.

Islam tidak identik dengan pelakunya... sebagaimana Kristen tidak bisa diidentikkan dengan sebuah bangsa.
Adakah bangsa yang menjalankan ajaran Kristen dengan baik dan benar?
Apakah Anda setuju jika ada yang mengidentikkan Inggris atau Amerika Serikat dengan Kristen?

Husada wrote:

Secara harfiah, ajaran yang mengatakan bahwa perempuan hanya pemuas nafsu laki-laki, tidak akan ditemukan. Tetapi dari realitas yang terjadi, saya menyimpulkan sedemikian itu.

Anda masih ingat dengan postingan Anda berikut ini, di trit tentang revisi aturan pernikahan di Islam, kan?

Silancah wrote:

Tujuan utama(pernikahan), tentunya untuk beribadah.
Tujuan penting lainnya, untuk menciptakan keturunan.

Apakah tujuan pernikahan adalah untuk beribadah itu, meski tidak identik, tidak bisa dikatakan bahwa seorang lelaki menikahi seorang perempuan adalah untuk menyempurnakan ibadah si lelaki?

Damai, damai, damai.

Pernikahan adalah untuk menyempurnakan ibadah lelaki dan wanita....
Islam tidak hanya mengurusi kaum lelaki saja... tetapi juga kaum wanita.

Saya rasa Anda harus meluruskan mind-set yang satu ini dulu, bro.

bruce wrote:

Bagaimana jika dibandingkan dengan negara negara yang berpenduduk Muslim, tetapi tidak menjalankan syariah Islam, kang? Sebutlah Indonesia, Turki, Malaysia, dibandingkan dengan negara negara yang menjalankan 'syariah' Islam? Mana yang lebih manju kaum wanitanya dalam pendidikan dan pekerjaan kang?

Salam

Saya tidak tahu Bang, saya tidak pernah mengadakan perbandingan.
Tetapi, yang saya tahu adalah Indonesia, Turki, dan Malaysia, walaupun tidak menjalankan syariah Islam tetapi banyak aturah dan hukumnya yang sudah selaras dengan syariat Islam.
Dan kondisi ketiga negara di atas, saat ini, tidak mengalami peperangan atau memiliki kondisi keamanan yang lebih baik daripada negara2 yang berlandaskan syariah Islam.

Apakah ada hubungannya dengan adat istiadat suatu bangsa, kang?
Jadi dalam hal ini justru bukan ajaran agama, tetapi adat yang mengekang wanita dalam berpendidikan dan pekerjaan? Kira kira seperti ketika bangsa kita dulu memingit para wanitanya?

Salam

bruce wrote:

Apakah ada hubungannya dengan adat istiadat suatu bangsa, kang?
Jadi dalam hal ini justru bukan ajaran agama, tetapi adat yang mengekang wanita dalam berpendidikan dan pekerjaan? Kira kira seperti ketika bangsa kita dulu memingit para wanitanya?

Salam

Hmmmmm... mungkin juga.
Menarik untuk dikaji lebih dalam tukh....

Silancah wrote:

Rasanya saya paham kekeliruan/kesalahpahaman Anda.
Anda berasumsi bahwa Saudi Arabia identik dengan Islam... Islam adalah Saudi Arabia.
Saya katakan tidak.

Islam tidak identik dengan pelakunya... sebagaimana Kristen tidak bisa diidentikkan dengan sebuah bangsa.
Adakah bangsa yang menjalankan ajaran Kristen dengan baik dan benar?
Apakah Anda setuju jika ada yang mengidentikkan Inggris atau Amerika Serikat dengan Kristen?

Saya rasa Anda harus meluruskan mind-set yang satu ini dulu, bro.

Damai bagimu, Cah.

Mmm... dugaan Silancah tentang asumsi yang saya gunakan, yaitu Saudi Arabia identik dengan Islam, betul. Memang itu yang saya gunakan. Mengapa? Karena Islam sebagai agama lahir dari Arab Saudi. Jika Islam lahir dari sana, dan Islam mendegungkan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, maka idealnya menurut saya, alamin (semesta alam) di Saudi Arabia sudah merasakan ke-rahmatan-nya Islam. Arti lebih lanjut, seluruh manusia penganut Islam yang menjadi warga Saudi Arabia juga ikut sebagai penganut rahmatan lil alamin. Siapapun dia, dari manapun asalnya, jika sudah menjadi penduduk Saudi Arabia yang adalah tempat lahirnya Islam, seharusnya sudah merasakan rahmat dari Islam, dan rahmat itu sendiri idealnya merasuki tiap penduduk Saudi Arabia sehingga tidak akan menimbulkan derita bagi orang lain dan alam semesta.

Kenyataannya, seperti yang Anda sebut bahwa Saudi Arabia lebih bahaya bagi seorang perempuan yang berjalan sendiri malam hari daripada Oman, bagi pemahaman saya menunjukkan bahwa Islam yang lahir di Arab Saudi itu gagal menunjukkan rahmatan lil alaminnya kepada penduduknya. Dengan adanya bahaya, tentu bukan lagi rahmatan.

Bila disodorkan argumen bahwa pencipta bahaya di Arab Saudi itu bukan penduduk pribuminya, sekilas dapat berterima. Tetapi, lagi-lagi, itu menunjukkan kegagalan menunjukkan rahmatan lil alamin. Sebab, di negeri tempat lahirnya Islam itu sendiri, perempuan dibayang-bayangi ketakutan untuk berjalan sendirian pada malam hari. Artinya, Islam tidak mampu menjadikan penduduknya (baik itu pribumi atau pendatang) merasa mendapat berkat (yaitu rasa aman).

Menurut pemahaman saya, bila mengatakan Islam itu rahmatan lil alamin, maka seluruh alam mendapat berkat dari Islam. Dengan sendirinya, tidak ada lagi bagian alam (termasuk perempuan) yang mengalami ketakutan dalam kondisi apapun. Sebelum rahmatan lil alamin itu dirambatkan ke seluruh belahan bumi, tentu awalnya harus dicontohkan di tempat lahirnya. Bila di tempat lahirnya saja gagal menunjukkan pengertian rahmatan lil alamin, bagaimana pula memproklamirkannya di luar tempat lahirnya?

Jadi, menurut pemahaman saya, Saudi Arabia memang identik dengan Islam. Dan jika ternyata Saudi Arabia gagal menghilangkan ketakutan warganya dalam segala kondisi dan cuaca, maka itu adalah kegagalan mengejawantahkan rahmatan lil alamin. Bila seluruh manusia yang tinggal di Saudi Arabia bebas dari rasa takut terhadap sesama, itu sungguh menunjukkan arti rahmatan lil alamin.

Begitu kira-kira, Cah.

Damai, damai, damai.

Husada wrote:

Damai bagimu, Cah.

Mmm... dugaan Silancah tentang asumsi yang saya gunakan, yaitu Saudi Arabia identik dengan Islam, betul. Memang itu yang saya gunakan. Mengapa? Karena Islam sebagai agama lahir dari Arab Saudi. Jika Islam lahir dari sana, dan Islam mendegungkan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, maka idealnya menurut saya, alamin (semesta alam) di Saudi Arabia sudah merasakan ke-rahmatan-nya Islam. Arti lebih lanjut, seluruh manusia penganut Islam yang menjadi warga Saudi Arabia juga ikut sebagai penganut rahmatan lil alamin. Siapapun dia, dari manapun asalnya, jika sudah menjadi penduduk Saudi Arabia yang adalah tempat lahirnya Islam, seharusnya sudah merasakan rahmat dari Islam, dan rahmat itu sendiri idealnya merasuki tiap penduduk Saudi Arabia sehingga tidak akan menimbulkan derita bagi orang lain dan alam semesta.

Islam itu merupakan sebuah ajaran.
Untuk mewujudkannya diperlukan manusia untuk menerapkannya.
Manusia yang hidup di Arab Saudi tentu pernah mengenal ajaran Islam... tetapi apakah mereka pasti mengamalkannya?
Belum tentu.
Bukti sederhana, sistem pemerintahan tidak mengamalkan ajaran Islam mengenai kekhalifahan.

Jadi kita tidak bisa mengambil kesimpulan/asumsi bahwa Arab Saudi identik dengan Islam.

Husada wrote:

maka itu adalah kegagalan mengejawantahkan rahmatan lil alamin.

Tukh, Anda tahu kegagalan terwujudnya kedamaian atau rahmatan lil alamin di negara itu disebabkan karena ada yang salah dalam pengejewantahannya.
Dengan kata lain, orang yang menerapkan ajaran Islam yang gagal/lalai untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Silancah wrote:

Islam itu merupakan sebuah ajaran.
Untuk mewujudkannya diperlukan manusia untuk menerapkannya.
Manusia yang hidup di Arab Saudi tentu pernah mengenal ajaran Islam... tetapi apakah mereka pasti mengamalkannya?
Belum tentu.
Bukti sederhana, sistem pemerintahan tidak mengamalkan ajaran Islam mengenai kekhalifahan.

Jadi kita tidak bisa mengambil kesimpulan/asumsi bahwa Arab Saudi identik dengan Islam.

Tukh,
Anda tahu kegagalan terwujudnya kedamaian atau rahmatan lil alamin di
negara itu disebabkan karena ada yang salah dalam pengejewantahannya.
Dengan
kata lain, orang yang menerapkan ajaran Islam yang gagal/lalai untuk
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Terima kasih atas
penjelasannya Cah. Cukup logis juga, bila tidak seluruh penduduk atau
warga atau pemukim di Arab Saudi mengamalkan ajaran Islam, sehingga
bisa terjadi, suatu keadaan yang membahayakan perempuan berjalan sendirian pada malam hari, dan akibat lanjutannya, Arab Saudi lebih bahaya daripada Oman bagi perempuan. Di negeri tempat kelahiran Islam itu, perempuan lebih dihadang bahaya daripada di Oman.

Silancah wrote:

Husada wrote:

Damai bagimu, Cah.

Mmm... dugaan Silancah tentang asumsi yang saya gunakan, yaitu Saudi Arabia identik dengan Islam, betul. Memang itu yang saya gunakan. Mengapa? Karena Islam sebagai agama lahir dari Arab Saudi. Jika Islam lahir dari sana, dan Islam mendegungkan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, maka idealnya menurut saya, alamin (semesta alam) di Saudi Arabia sudah merasakan ke-rahmatan-nya Islam. Arti lebih lanjut, seluruh manusia penganut Islam yang menjadi warga Saudi Arabia juga ikut sebagai penganut rahmatan lil alamin. Siapapun dia, dari manapun asalnya, jika sudah menjadi penduduk Saudi Arabia yang adalah tempat lahirnya Islam, seharusnya sudah merasakan rahmat dari Islam, dan rahmat itu sendiri idealnya merasuki tiap penduduk Saudi Arabia sehingga tidak akan menimbulkan derita bagi orang lain dan alam semesta.

Islam itu merupakan sebuah ajaran.
Untuk mewujudkannya diperlukan manusia untuk menerapkannya.
Manusia yang hidup di Arab Saudi tentu pernah mengenal ajaran Islam... tetapi apakah mereka pasti mengamalkannya?
Belum tentu.

Jadi kita tidak bisa mengambil kesimpulan/asumsi bahwa Arab Saudi identik dengan Islam.

Husada wrote:

maka itu adalah kegagalan mengejawantahkan rahmatan lil alamin.

Tukh, Anda tahu kegagalan terwujudnya kedamaian atau rahmatan lil alamin di negara itu disebabkan karena ada yang salah dalam pengejewantahannya.
Dengan kata lain, orang yang menerapkan ajaran Islam yang gagal/lalai untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

mohon ijin utk memberikan tanggapan atas postingan bro Lancah diatas...

Arab Saudi memang tidak bisa diidentikkan dgn ajaran Islam bro.. ttp, spt yg jg dikatakan ol bro Husada, bahwa negara Arab Saudi merupakan asal mula timbulnya/lahirnya ajaran Islam tsb, dan sbg negara yg merupakan asal dr ajaran Islam tsb, maka negara Arab Saudi adlh negara yg (berusaha) mengamalkan ajaran2 Islam sbg dasar/pedoman dlm penerapan hukum dan pemerintahannya dgn cara yg baik dan sebenar2nya.. betul kan bro..??

Nah, bila pd negara yg mjd asal/sumber ajaran Islam spt Arab Saudi aj gagal/tidak berhasil dlm melaksanakan/menerapkan ajaran2 Islam tsb dgn cara yg baik dan benar, maka kita bisa tau bahwa sebenarnya ajaran2 Islam tsb tidak bisa(sulit) diterapkan di negara2 lainnya.. jd buat apa negara2 lain berusaha menerapkan ajaran Islam tsb klo dinegara asalnya aj ajaran tsb telah gagal/tidak berhasil diterapkan dgn baik dan sempurna...?? itu yg jd pertanyaannya bro..??
dan klo ternyata ajaran Islam tsb sangat sulit/tidak mungkin bisa diterapkan dgn sempurna, buat apa 'mengklaim' diri sbg ajaran yg 'rahmatan lil alamin' bagi setiap mahluk/bangsa didunia..??
toh buktinya sejak jamannya Nabi Muhammad sendiri ketika masih hidup pun, beliau tidak bisa menjamin kemanan dan kedamaian di Mekah dan sekitarnya.. bahkan dia lah yg memulai peperangan dgn pihak2 yg menentang dan tidak mau ikut dan menuruti ajarannya.. begitu pula setelah kematian Muhammad, para sahabatnya(kalifah) saling berebut kekuasaan dan harta warisan yg ditinggalkan ol sang Nabi..
ini sbg bukti bahwa sebenarnya Awloh atau Muhammad telah gagal menjaga/membuat ajarannya itu bisa tetap diteruskan dgn benar ol pengikut2 dan generasi selanjutnya krn, mereka tidak mempersiapkan penerus yg dianggap mampu/memiliki otoritas dlm menjaga kebenaran ajaran2 tsb..
ya iyaa lah, lah wong ajaran tsb cuma hasil imajinasi dan karang2an Muhammad sendiri, maka setelah Muhammad meninggal Awloh dan Jibril tidak pernah lg turun membimbing para sahabat dan pengikut2 Muhammad terlebih pd generasi selanjutnya...
tidak spt Musa, yg telah mempersiapkan Harun saudaranya sbg imam, dan Yosua sbg penerusnya, dan tidak spt Yesus yg telah menunjuk dan mempersiapkan 12 muridNya, sbg penerus ajarannya kelak, dan begitu pula utk generasi2 selanjutnya.. jd warisan ajaran2 Musa dan Yesus ini terus diwariskan turun-temurun, berdasarkan orang2 yg ditunjuk dr generasi sebelumnya..
hehehehehehe [You must be registered and logged in to see this image.]

Silancah wrote:

Bukti sederhana, sistem pemerintahan tidak mengamalkan ajaran Islam mengenai kekhalifahan.

sy jd tertarik ingin menanyakan kpd anda bro Lancah..
emg spt apa sih ajaran Islam ttg sistem pemerintahan dan kaitannya dlm memilih seorang pimpinan..?? (coba anda jelaskan disertai dasar2/referensi dlm ajaran Islam)

setau sy dulu ketika Muhammad masih hidup dan ketika sekarat, beliau memang nda sempat menunjuk seseorang sbg penerusnya kelak.. dan karna putra2 kandung beliau pd saat itu sudah meninggal semua, maka para pengikutnya memperebutkan kekuasaan dan warisan yg ditinggalkan ol beliau.. klo pd saat itu putra2 kandung Muhammad ada yg masih hidup, tentu kekuasaan akan diberikan kpd putra2 kandung Muhammad sendiri.. dan diantara 4 kalifah pertama (Abu Bakr, Umar, Ali dan Usman) mereka ini sebenarnya nda akur dan tidak saling mendukung bro, krn mereka ini memperebutkan warisan2 Muhammad dan harta2 jarahan yg jumlahnya tidak sedikit..
[You must be registered and logged in to see this image.]
mungkin pd saat itu Muhammad belum rela mati dan meninggalkan dunia ini, dia berharap Awloh bersama Jibrilnya bisa menyembuhkan penyakitnya dan membuatnya sehat kembali utk hidup senang dan mewah bersama istri2 muda beliau yg jumlahnya lebih dr 1 lusin..
hehehehehehe [You must be registered and logged in to see this image.]